Anda di halaman 1dari 5

DASAR TEORI

Adsorpsi atau penyerapan adalah pembentukan lapisan gas pada permukaan padatan
atau kadang-kadang cairan. Dalam proses adsorpsi ada zat yang terserap pada suatu
permukaan zat lain yang disebut adsorbat, sedangkan zat yang permukaannya dapat
menyerap zat lain disebut adsorben. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi, sebab pada
proses absorpsi zat yang terserap menembus ke dalam zat penyerap (Daintith, 1994).
Terdapat dua macam adsorbsi, yaitu dalam fisisorpsi dan kimisorpsi. Dalam fisisorpsi
(adsorbsi fisika), terdapat interaksi Van der Waals antara adsorbat dan substrat.
Antaraksi Van
der Waals mempunyai jarak jauh tetapi lemah dan entalpi fisisorpsi cenderung rendah
yakni
sekitar 20 kl/mol. Sementara itu, kimisorpsi (adsorpsi kimia), partikel melekat pada
permukaan
dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen). Entalpi kimisorpsi jauh
lebih besar
yakni sekitar -200 kJ/mol (Atkins, 1990).
Proses adsorpsi dalam larutan tergantung pada beberapa faktor, yaitu jenis adsorben
(jika adsorbennya polar, maka komponen yang bersifat polar akan terikat lebih kuat
dibandingkan dengan komponen yang kurang polar), jenis adsorbat, luas permukaan
adsorben
(tingkat adsorpsi naik dengan adanya penurunan ukuran partikel), konsentrasi zat
terlarut
(senyawa terlarut memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap pelarutnya
sehingga lebih
sulit diadsorbsi dibandingkan senyawa tidak larut), temperature (tingkat adsorbsi naik
diikuti
dengan kenaikan temperature) (Atkins, 1990).
Jika jumlah adsorben (Q) dan konsentrasi substan dalam larutan (C) diketahui dalam
temperature campuran (isotherm) dan tekanan diaplikasikan, pasangan dari Q dan C
dapat
diplotting satu sama lain dengan Q sebagai variable terikat. Berdasarkan grafik
tersebut akan
diperoleh adsopsi isothermal (Selim, 1999).
Semua proses adsorpsi disertasi penurunan fase free energy dan entropi, sehingga
proses tersebut bersifat eksotermis. Pada suhu tetap jumlah molekul yang dapat
diadsorpsi
pada sutau permukaan bergantung pada tekanan (jika gas) dan konsentrasi (jika
larutan).
Hubungan antara banyaknya zat yang dapat diadsor psi dengan suhu dan konsentrasi
dapat
diberikan secara grafik yang dikenal sebagai isotherm adsorpsi (Shadily, 1973).
Adsorpsi isoterm digunakan untuk mencerminkan hubungan antara jumlah adsorbat
dan konsentrasi da lam kesetimbangan larutan. Isothermal Freundlich mengasumsikan
bahwa
adsorpsi terjadi pada situs heterogen dengan tingkat energy seragam, yang tidak
terbatas pada
monolayer. Sebaliknya, isotermal Langmuir didasarkan pada asumsi bahwa adsorpsi
terjadi hanya pada situs homogen dalam permukaan adsorben dengan tingkat energi
yang seragam,
yang menyimpulkan bahwa adsorpsi adalah monolayer di alam (Song, 2013).
Persamaan Langmuir dinyatakan sebagai berikut.
9m K1.C.
1+Kg.C,
Sementara persamaan Freundlich dinyatakan sebagai berikut.
%. = Kg.c,¾
4. (mg/g) = kapasitas kesetimbangan
q (mg/g) = kapasitas adsorpsi monolayer
K (L/mg) = parameter Langmuir
C (mg/L) = konsentrasi kesetimbangan
K- (mg/g)(mg/L = konstanta Freundlich
N= faktor dimensionless heterogeneity
(Song, 2013).
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Latu erlenmeyer berpulir 100 mL
6 buah
8 buah
Labu erlenmeyer 250 mL
Pipet ukur 10 mL
2 buah
Buret 50 mL + klem & statif
1 set
Corong
6 buah
Gelas ukur 100 mL, 50 mL, 25 mL
1 buah
6 buah
Labu ukur 100 mL
Bahan :
Karbon aktif
Asam oksalat 1N
Larutan NaOH 0,5 N
Larutan indikator fenolftalein.
Kertas saring
V. CARA KERJA
1. Siapkan 6 buah labu erlenmeyer, lalu masukkan kedalamnya masing-masing 2 gram
karbon aktif.
2. Selanjutnya masukkan ke dalam setiap labu tadi 100 mL larutan asam oksalat
dengan konsentrasi : N/2, N/4, N/8, N/16, N/32, N/64, Berilah nomor yang sesual,
tutup dengan plastik dan diikat kuat.
3.
Kocoklah keenam labu erlenmeyer tersebut selama t 2 menit. Kemudian diamkan
t 1,5 jam (sampai karbon aktif mengendap semua).
Sambil menunggu, lakukan titrasi pembakuan/standarisasi larutan asam oksalat
4.
yang digunakan dengan cara pipet 10 mL larutan asam oksalat 1N, masukkan ke
dalam labu erlenmeyer, teteskan indikator fenolftalein dan titrasi dengan
menggunakan larutan NaOH 0,5N (dilakukan duplo).
5.
saring yang kasar yang telah dibasahi, 2 mL tetesan pertama dibuang dan
Setelah pengendapan sempurna, saring larutan tersebut dengan menggunakan kertas
selanjutnya ditampung.
Titrasi larutan asam oksalat tersebut dengan mengunakan larutan NAOH yang
konsentrasinya sesuai dengan indikator fenolftalein.
6.
Hitung dan buat dalam bentuk tabel :
jumlah asam oksalat yang teradsorpsi (x gram)
konsentrasi awal (Ci) asam oksalat (N)
konsentrasi akhir (C2) asam oksalat (N)
barga x/m, logx/m, log C2, m)
7.
a.
b.
C.
Buatlah grafik antara log (x/m) terhadap log C2. tentuan harga tetapan k dan n
8.
sesuai dengan persamaan Freundlich.
Buatlah grafik antara m terhadap C2 lalu tentukan harga a dan B sesuai dengan
persamaan Langmuir. Semua grafik harus dibuat di atas kertas grafik (millimeter
block).

3.1 Data Pengamatan

Tabel 1 Data Standarisasi Asam Oksalat Sebelum Adsorpsi

No Konsentrasi Volume H2C2O4 Volume Titrasi Rata-rata Volume


. H2C2O4 kira-kira yang dititrasi NaOH 0,1 N Titrasi NaOH 0,1
N
9,7 ml
1. 0,05 M 10 ml 9,7 ml
9,7 ml
9,8 ml
2. 0,1 M 5 ml 9,75 ml
9,7 ml
19,5 ml
3. 0,2 M 5 ml 19,7 ml
19,9 ml
29,3 ml
4. 0,3 M 5 ml 29,3 ml
29,3 ml

Tabel 2 Data Standarisasi Asam Oksalat Sesudah Adsorpsi


No Konsentrasi m Arang Volume H2C2O4 Volume Rata-rata
. H2C2O4 kira- aktif yang dititrasi Titrasi Volume Titrasi
kira (g) NaOH 0,1 N NaOH 0,1 N
7,0 ml
1. 0,05 M 5 10 ml 7,0 ml
7,0 ml
5,2 ml
2. 0,1 M 5 5 ml 5,25 ml
5,3 ml
14,1 ml
3. 0,2 M 5 5 ml 14,1 ml
14,1 ml
22,6 ml
4. 0,3 M 5 5 ml 22,6 ml
22,6 ml

3.2. Hasil perhitungan


Tabel 3 Konsentrasi H2C2O4 Sebelum dan Sesudah Adsorpsi

No Konsentrasi H2C2O4 Konsentrasi H2C2O4 sebenarnya Konsentrasi H2C2O4


. kira-kira (sebelum adsorbsi) setelah adsorbsi
1. 0,05 M 0,0485 M 0,0350 M
2. 0,1 M 0,0975 M 0,0525 M
3. 0,2 M 0,197 M 0,141 M
4. 0,3 M 0,293 M 0,226 M

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. W., 1990, Kimia Fisika, Jilid 2, Edisi Keempat, (diterjemahkan oleh:
Kartohadiprojo, I.),
Erlangga, Jakarta.
Daintith, J., 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
Selim, H. M., 1999, Fate and Transport of Heavy Metals in the Vadose Zone, CRC Press,
USA.
Shadily, H., 1973, Ensiklopedi Umum, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Song, et al., 2013, The Langmuir Monolayer Adsorption Model of Organic Matter into
Effective
Pores in Activated Carbon, Journal of Colloid and Interface Science, Vol 389, Hal 213-219.

Anda mungkin juga menyukai