NIM : 19520099
A. Studi Kasus PT Kereta Api Indonesia (persero) dalam Menghadapi Pandemi Covid-19
PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyiapkan beberapa strategi untuk menghadapi virus
Corona. Apalagi virus Corona berpengaruh besar pada kinerja perusahaan karena dibatasinya
akitivitas orang.
Direktur Utama KAI Didiek Hartyanto mengatakan salah satu yang menjadi fokus
perseroan adalah dengan melindungi orang. Perlindungan orang ini dilakukan dari mulai
karyawan hingga penumpang pun dipastikan akan dilindungi dengan maksimal.
Menurut Didiek, perlindungan pada pegawai yang dilakukan meliputi proteksi dari sisi
kesehatan maupun kesejahteraan. Dari sisi kesehatan, para pegawai kereta api dilakukan
dengan cara memberikan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap dari mulai masker, hand
sanitizer hingga face Shield atau tameng pelindung muka.
"Pertama pegawai KA memberikan perlindungan dengan melengkapi APD yg lengkap.
Terutama pegawai front line APD lengkap, masker, handsanitizer, sehingga untuk
meyakinkan pegawai kami terlindungi dari Covid," jelasnya.
Sementara itu dari sisi kesejahteraan, dilakukan dengan memastikan kepada seluruh
pegawai tidak di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) ataupun dirumahkan. Bahkan, gaji
pegawai dan Tunjangan Hari (THR) pun tetap dibayarkan tepat waktu dan sesuai nilainya.
"Kedua melindungi dari sisi kesejahteraan,. Kami tidak ada PHK kepada seluruh pegawai.
Total 46.000 pegawai 36.000 induk organik sisanya di anak perusahaan, Gaji kita kasih
sesuai hak bersangkutan. THR juga kami bayarkan pada waktunya," jelasnya.
Tak hanya itu perseroan juga berkomitmen untuk melindungi para penumpangnya.
Adapun caranya yakni dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan instruksi
pemerintah dari mulai jaga jarak hingga menyediakan handsanitizer.
"Kami juga melindungi para pelanggan. Kami tetapkan protokol kesehatan sehingga
penumang harus gunakan masker dan dilengkapi dengan wastafekl untuk cuci tangan.
Tempat duduk ruang tunggu juga ada juga jarak," jelasnya.
Selain itu perseroan juga membatasi jumlah penumpang yang diangkut menjadi hanya
50% saja dari total kapasitas yang ada. Hal ini berlaku untuk kereta jarak jauh maupun
Kereta Rel Listrik (KRL).
"Kereta juga kita lakukan pembersihan disinfektan, tempat duduk kita atur jarak jauh
maksimal 50%. Sehingga ada jarak yang cukup. KRL juga kita batasi dimana kapasitas bisa
200 orang per kereta (gerbong) ini dibatasi 60 sampai 70," jelasnya.