Anda di halaman 1dari 38

SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.

01

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN BERBASIS KOMPETENSI

KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI


LINGKUNGAN KERJA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN R.I


DIREKTORAT JENDRAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN VOKASI
BIDANG MESIN DAN TEKNIK INDUSTRI
20

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-1/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

BAB I
MENGIKUTI PRAKTEK-PRAKTEK KERJA YANG AMAN

A. Definisi Umum

Keselamatan Kerja adalah suatu tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan


atas manusia, alat/mesin, gedung/tempat kerja dan kerusakan lingkungan hidup.
Penerapan keselamatan kerja pada pencegahan timbulnya penyakit akibat
lingkungan kerja atau pekerjaan yang akan mempengaruhi :
1. Fisik atau mental pekerja
2. Fisik atau mental orang/masyarakat sekitarnya.

B. Peraturan dan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja

1. Penerapan Peraturan dan Perundang-Undangan K3


Undang-undang mengenai keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan
sebagai landasan hukum bagi para tenaga kerja sehingga terjamin hak dan
kewajiban bagi pekerja. Selain itu, undang-undang menyediakan kerangka
kerja untuk meningkatkan standar keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja sehingga mengurangi kecelakaan akibat kerja serta penyebaran penyakit.
Di indonesia keselamatan kerja diatur dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja dan peraturan menteri Nomor PER.01/MEN/1981
tentang pencegahan penyakit akibat kerja. Pada pasal 3 ayat 1 menerangkan
syarat-syarat keselamatan kerja untuk:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran;

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-2/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik


maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah lagi.

Pada pasal 9, pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada tiap


tenaga kerja baru tentang:
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat
kerja;
b. Semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya;

Pada pasal 12 diatur mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja untuk:
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan
atau keselamatan kerja;
b. Memakai alat perlindungan diri diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja diwajibkan;

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-3/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

d. Meminta pada pengurus, agar dilaksanakan semua syarat-syarat


keselamatan dan kesehatan kerja diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan diaman syarat kesehatan dan
keselamatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung
jawabkan.

Pada pasal 14 pengurus diwajibkan:


a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan
semua peraturan pelaksanaanya yang berlaku bagi tempat kerjayang
bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar
keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya,
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,
disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlakukan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.

C. Peratalatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Pengertian Alat Pelindung Diri pada Pekerjaan


Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat/pakaian yang digunakan
secara langsung oleh tenaga kerja/operator untuk tujuan pencegahan
kecelakaan dan perlindungan terhadap gangguan yang ditimbulkan oleh faktor
kimia dan fisik. Dalam pemilihan APD terdapat beberapa aspek yang harus
diperhatikan diantaranya:
a. Memberikan perlindungan secara efektif

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-4/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

b. Seringan mungkin
c. Dirancang dengan desain yang menarik
d. Memenuhi standar
e. Memiliki struktur dan bahan yang baik
f. Tidak menimbulkan gangguan bagi pemakai

2. Macam-Macam Alat Pelindung Diri (APD)


a. Pelindung Mata
Pelindung mata atau gogel digunakan untuk menurunkan kekuatan pancaran
cahaya tampak dan harus dapat menyerap atau melindungi mata dari pancaran
sinar ultraviolet dan inframerah. Untuk keperluan ini maka pelindung mata
harus mempunyai warna trasmisi tertentu, misalnya abu-abu, coklat atau hijau.
Dalam negara-negara tertentu sudah dilaksanakan persyaratan pelindung mata
terhadap kemampuannya menahan sinar ultraviolet dan inframerah. Negara
jepang telah mengeluarkan standarisasi mengenai pelindung mata yaitu JIST
8441-1970 seperti tabel 1.1

Tabel 1.1 Kriteria Penggunaan Gogel (JIST 8441-1970)


Pengelasan atau
Nomor Pengelasan atau
Pemotongan dengan
warna Pemotongan dengan Gas
Busur listrik
1,5
Untuk sinar bias atau
1,7 -
sinar samping
2
2,5
3 - Untuk cahaya rendah
4
5 Untuk busur di bawah
Untuk cahaya sedang
6 30 ampere
7 Untuk busur antara 30
Untuk cahaya kuat
8 sampai 75 ampere
9
Untuk busur antara 75
10
sampai 200 ampere
11
12 Untuk busur atara 200 -
13 sampai 400 ampere
Untuk busur lebih dari
14
400 ampere

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-5/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

Selain kriteria yang disebutkan pada tabel 2.1 mengenai krietria penggunaan
gogel, terdapat hal penting juga yang harus diperhatikan dalam memilih
gogel, diantaranya:
1. Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak
2. Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya
3. Harus mempunyai sifat-sifat yang tidak melelehkan mata
4. Harus tahan lama dan mempunyai sifat yang tidak mudah berubah
5. Harus memberikan rasa nyaman kepada pemakai.

Selain gogel yang digunakan pada proses pengelasan, pelindung mata yang
digunakan pula pada pekerjaan lainnya untuk melindungi mata dari benda
asing yang dapat masuk pada proses pekerjaan di lingkungan kerja.

Gambar 1.1 Gogel untuk Proses Menggerinda/perkerjaan perkakas tangan


lainya

Gambar 1.2 Gogel untuk Proses Kerja Pada Las Asetilin

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-6/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

Gambar 1.3 Gogel untuk Proses Kerja Brazing

b. Pelindung Muka
Pelindung muka digunakan untuk melindungi seluruh muka terhadap
kebakaran kulit sebagai akibat dari cahaya busur, percikan dan lain-lainnya
yang tidak dapat dilindungi dengan hanya memakai pelindung mata saja.
Bentuk dari pelindung muka bermacam-macam ragamnya, dapat berbetuk
seperti helmet seperti pada gambar 1.4 topeng las dan 1.5 helm las.

Gambar 1.4 Topeng las Gambar 1.5 Helm las

c. Pelindung Pernapasan
Pelindung pernapasan digunakan apabila pembersihan udara dengan
ventilasi/exhaust fan tidak mencukupi dan pengelasan di tempat tertutup
seperti dalam tangki atau terowongan, sehingga diperkirakan dapat
membahayakan pekerja diharapkan memakai alat pernapasan pelindung
debu dan pelindung racun. Alat pernapasan pelindung debu dan racun harus
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebagai berikut:
1. Mempunyai daya tampung yang tinggi
2. Sesuai dengan bentuk muka
3. Tidak mengganggu pernapasan

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-7/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

Gambar 1.6 Alat pernapasan pelindung debu

Gambar 1.7 Alat Pernapasan Pelindung racun

d. Sarung Tangan
Sarung tangan ini berfungsi untuk melindungi kulit tangan pekerja,
khususnya pada proses kerja las sarung tangan yang digunakan harus
berbahan dasar kulit dan bersifat melindungi dari luka bakar terutama
apabila melakukan proses pekerjaan pengelasan tegak dan di atas kepala.
Bagian-bagian sarung tangan harus dilapisi bahan katun untuk menyerap
keringat pada tangan, selain itu fungsi katun ini untuk menghindari dari
sengatan listrik pada pekeraja pengelasan yang tangannya mudah
basah/berkeringat (lihat gambar 1.8 ; 1.9 ; 1.10). Syarat-syarat sarung
tangan menurut JIS dapat dilihat pada tabel 1.2 jenis sarung tangan las
menurut JIS T8113-1976.

Tabel 1.2 Jenis sarung Tangan Las (JIST 8113-1976)

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-8/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

JENIS BAHAN BENTUK PENGGUNAAN


No. 1 Tapak dan punggung 2 jari
Terutama
Kelas No. 2 tangan: kulit luar 3 jari
dalam
1 Lengan : kulit bagian
No. 3 5 jari pengelasan
dalam
No. 1 2 jari Dalam
Kelas Seluruh kulit bagian
No. 2 3 jari pengelasan dan
2 dalam
No. 3 5 jari pemotongan

Gambar 1.8 sarung tangan Jenis 2 Jari Gambar 1.9 sarung tangan Jenis 5 Jari

Gambar 1.10 sarung tangan Jenis 3 Jari

e. Baju Las/Apron
Baju/apron dibuat dari kulit atau asbes. Baju las yang lengkap dapat
melindungi badan, sebagian kaki dan lengan.

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-9/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

Gambar 1.11 Apron / pelindung badan

Gambar 1.12 pelindung bagian kaki Gambar 1.13 pelindung bagian lengan

f. Sepatu Safety
Sepatu safety berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, terak
dan kejatuhan dari benda. Sepatu safety terbuat dari bahan kulit yang
ujungnya dilengkapi dengan besi untuk menahan beban hingga 2 ton.

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-10/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

Gambar 1.14 sepatu safety

A. Tanda-Tanda/Simbol Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tanda-tanda keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan tanda –
tanda yang dipasang ditempat kerja/laboratorium, guna mengingatkan atau
mengidentifikasi pada semua pelaksana kegiatan di sekeliling tempat tersebut
terhadap kondisi, resiko, yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Sesuai dengan Undang-undang no 1 Tahun 1970 Pasal 14b bahwa “Memasang
dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja “
Tanda digunakan untuk memperingatkan karyawan dan anggota masyarakat
tentang zat-zat berbahaya seperti asam, atau untuk menunjukkan fitur-fitur
keselama tan seperti keluar api. Mereka juga dapat memberikan informasi umum
atau instruksi spesifik tentang peralatan yang harus dipakai di daerah yang
ditunjuk. Yang dimaksudkan dengan simbol dalam laboratorium adalah semua
bentuk peraturan yang dituangkan dalam bentuk :
1. Gambar-gambar/poster
2. Tulisan/logo/semboyan/motto
3. Simbol-simbol
Beberapa tanda harus dipasang sebagai bagian yang dipersyaratkan dari
aturan kesehatan dan keselamatan kerja untuk membantu mengurangi risiko
berbahaya (lihat gambar 1.15), adapun poster merupakan penjelasan yang
menjelaskan suatu aktifitas dalam bentuk sebab dan akibat. Ke semua hal

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-11/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

tersebut diatas teraplikasikan rangka untuk mengingatkan kembali pentingnya


prosedur, proses pekerjaan dan hasil pekerjaan yang aman dan memenuhi
standar kualifikasi yang telah ditentukan berdasarkan undang – undang
keselamatan kerja yang berlaku. Adapun Rambu dalam workshop yang sering
dipasang adalah :
1. Rambu Larangan
2. Rambu Peringatan
3. Rambu Pertolongan
4. Rambu Prasyarat

Gambar 1.15 simbol-simbol keselamatan dan kesehatan kerja

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-12/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

BAB II
BAHAYA-BAHAYA DI TEMPAT KERJA

A. Kerugian Akibat Kecelakaan


Bagian mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat dan lingkungan
kerja mungkin akan mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut bisa terjadi karena
memang usia pemakaian yang terpau lama ataupun akibat kecelakaan kerja.
Rusak akibat kecelakaan dapat berpengaruh pada organisasi proses produksi, para
pekerja, keluarga dan kawan kawan pekerja, akan mengalami kesedihan bahkan
dapat menderita akibat kejadian kecelakaan tersebut. Kerugian kerugian tersebut
dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan.
Biaya akibat kerugian karena kecelakaan terbagi kedalam dua golongan
yaitu, biaya langsung dan biaya tersembunyi. Biaya langsung adalah baiay
pemberian pertolongan pertama bagi kecelakaan, pengobatan, perawatan, dan
biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu kerja, kompensasi
cacat, dan biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan-
bahan. Biaya langsung ini mencakup berhentinya proses produksi oleh karena
pekerja-pekerja lainnya menolong atau tertarik oleh peristiwa kecelakaan tersebut,
biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang sedang menderita
oleh karena kecelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di tempat
itu.
B. Bahaya-Bahaya Di Industri

1. Industri Perkapalan
Industri perkapalan banyak menggunakan proses pengelasan terutama kapal
dari baja untuk kapal niaga, kapal perang, kapal penumpang, kapal tangker dan
sebagainya. Dalam proses pembuatan kontruksi kapal, jumlah pekerjaan las
kira-kira sepertiga dari seluruh jumlah pekerjaan. Kotak kotak kayu yang sudah
dirakit harus dilas satu sama lain yang beratnya mencapai puluhan ton. Melihat
pekerjaan yang memakan banyak waktu, pekerja, serta bahan tentunya banyak
terdapat bahaya-bahaya yang mungkin terjadi pada proses pekerjaan diindutri
perkapalan. Bahaya yang terjadi khusunya pada proses pengelasan konstruksi
kapal tersebut, diantaranya:

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-13/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

a. Bahaya kecelakaan karena cahaya dan sinar


b. Bahaya kecelakaan karena listrik
c. Bahaya kecelakaan karena debu dan gas asap las
d. Bahaya kecelakaan karena ledakan
e. Bahaya karena percikan dan terak las
f. Bahaya karena kebakaran
g. Bahaya karena jatuh

2. Industri Pembuatan Jembatan dan Rangka baja


Industri pembuatan jembatan dan rangka baja didasarkan atas kekuatan
untuk menahan beratnya sendiri, beban dinamik seperti manusia, kendaraan
dan kereta api dan tegangan lentur yang disebabkan oleh angin, gempa dan
lain sebagainya. Dalam hal rangka baja, beban seperti berat atap dan lantai
serta tegangan dan perubahan bentuk yang terjadi harus ditahan oleh tiang
dan batang. Biasanya seleruh atau sebagian dari jembatan telah dibuat
ditempat pembuatannya. Pada tahap pengerjaan rangka baja ini khusunya
pada saat perakitan dilakukan dengan pengelasan atau bisa juga dengan mur
dan baut.
Sehingga bahaya-bahaya yang kemungkinan terjadi dalam dunia industri
jembatan dan rangka baja, diantaranya:
a. Bahaya kecelakaan karena jatuh
b. Bahaya kecelakaan karena pengelasan
c. Bahaya kecelakaan karena listri pada mesin yang rusak
d. Debu gram yang terhiru
e. Bahaya kecelakaan karena kebisingan

3. Industri Pada Pekerjaan saluran Pipa


Saluran pipa adalah suatu alat transportasi untuk memindahkan cairan atau
gas seperti minyak mentah, air, gas alam dan lain sebagainya. Saluran pipa
trerbagi dalam dua macam yaitu saluran hantar dan saluran pembagi.
Konstruksi untuk pengelasan pipa tergantung daripada penempatan pipanya,

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-14/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

diantaranya mendatar, tegak lurus atau membentuk sudut. Inipun masih bisa
dibedakan apakah pipanya dapat diputar atau tidak. Bahaya pada proses
pengelasan pipa sama dengan bahaya padaproses pengelasan konstruksi
lainnya.

4. Industri pada Mesin-Mesin kontruksi


Mesin konstruksi adalah mesin untuk pengerjaan tanah, konstruksibangunan,
konstruksi jalan, konstruksi saluran, pembersihan sungai, alatbongkar dan muat
di pelabuhan serta lain sebagainya. Dalam tabel 9ditunjukkan klasifikasi mesin
konstruksi berdasarkan jenis pekerjaan yangdapat dilakukan.
Tabel. 2.1 Jenis-jenis mesin kontruksi

klasifikasi Jenis mesin


Mesin gali hidraulis, mesin angkat
Mesin penggali
rangka.
Mesin pemancang fondasi, mesin
Mesin fondasi
penggunduk
Mesin transportasi Traktor, mesin dorong
Traktor pengangkat, truk
Mesin pemuat
pengangkat, mesin angkat rangka
Mesin pemecah Rahang pemecah, bola penggiling

Mesin beton Pengaduk beton

Mesin pembuatan jalan Pencair aspal, penyemprot aspal

Bahaya- bahaya yang terjadi di dalam industri mesin-mesin kontruksi ini adalah:
a. Bahaya kecelakaan akibat terkena mesin potong
b. Bahaya kecelakaan akibat tertimpa material
c. Bahaya kecelakaan akibat terjepit material yang akan dipindahkan
d. Bahaya kecelakaan akibat debu/gram sisa pemotongan dll

C. Bahaya-Bahaya Pada Pekerjaan Pengelasan


1. Bahaya kecelakaan karena cahaya dan sinar
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat
membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar proses pengelasan.

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-15/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

Cahaya tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat atau cahaya tampak, sinar
ultraviolet dan sinar inframerah.
a) Cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa
dan kornea ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera
menjadi lelah dan bila terlalu lama mungkin akan terjadi sakit pada mata.
Rasa lelah dan sakit ini sifatnya hanya sementara dan akan hilang sendiri
dengan istirahat yang cuku.
b) Sinar ultraviolet
Sinar ultra violet sebenarnya adalah pancaran yang mudah terserap, tetapi
sinar ini mempunyai pengaruh besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di
dalam tubuh. Bilas sinar ultraviolet yang terserap oleh lensa dan kornea
melebihi jumlah yang ltelah ditentukan, maka pada mata akan merasa
seakan-akan ada benda asing di dalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai
12 jam kemudian mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada
umumnya rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam.
c) Sinar inframerah
Sinar inframerah tidak segera terasa sakit oleh mata, karena sinar ini lebih
berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat, dan tidak terasa. Pengaruh
sinar inframerah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, terjadinya
penyakit kornea, presbiopia yang terlalu dini dan terjadinya kerabunan.
Jelas disini bahwa akibat dari sinar inframerah jauh berbahaya
dibandingkan kedua cahaya yang lainnya.

2. Bahaya kecelakaan karena listrik


Banyak sekali jenis kecelakaan yang ditimbulkan oleh listrik dan akibatnya
dapat menimbulkan kematian. Kadang-kadang kejutan listrik yang kecilpun
dapat mengakibatkan kematian, misalnya bila orang yang terkena kejutan listrik
terkejut lalu jatuh dari tempat ketinggian. Besarnya kejutan yang timbul karena
listrik tergantung pada besarnya arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari
kejutan dan hubungannya dengan besar arus adalah sebagai berikut:

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-16/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

a) Arus 1 mA hanya menimbulkan kejutan yang kecil saja dann tidak


membahayakan
b) Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan
menimbulkan rasa sakit.
c) Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat
d) Arus 20 mA akan menyebabkan terjadinya pengerutan pada otot
sehingga orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa
bantuan orang lain.
e) Arus 50 mA sudah sangat berbahaya
f) Arus 100 mA akan mengakibatkan kematian

3. Bahaya kecelakaan karena debu dan gas asap las


a) Debu Asap Las
Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 ∞m sampai 3 ∞m.
butir-butir debu asap dengan ukuran 0,5 ∞m atau lebih bila terhisap akan
tertahan oleh bulu-bulu hidung dan bulu pipa pernapasan, sedangkan debu
asap yang lebih halus akan terbawa masuk ke dalam paru-paru, dimana
sebagian akan dihembuskan keluar kembali. Debu asap yang tertinggal dan
melekat pada kantong udara di paru-paru dapat menimbulkan beberapa
penyakit seperti sesak napas dan lainnya.
Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis pengelasan dan
yang digunakan. Dalam pengelasan baja komposisi utama, seperti dilihata
pada tabel 2.1. elektroda
Tabel. 2.1 komposisi Kimia dari Asap Las
komposisi
Jenis bahan las
Fe2O3 SiO2 MnO TiO Al2O3 CaO MgO Na2O K2O F
D4301 50,9 18,2 9,5 1,8 0,4 0,5 0,5 7,8 4,7 -
Elektroda
D4327 42,1 30,8 7,7 0,5 0,5 0,1 1,9 6,7 4,3 -
terbungkus
D4316 25,8 5,3 4,5 0,8 0,5 15,2 - 5,3 17,5 18,9
Las busur gas CO2 75,5 10,7 12,6 - - - - - - -
Las busur dengan
16,2 1,3 2,1 - 7,8 18,3 42,1 0,3 - 11,1
pelindung bukan gas

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-17/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

b) Gas Asap las


Gas-gas berbahaya yang terjadi pada waktu pengelasan adalah gas
karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2) Ozon O3 dan nitrigen
dioksida (NO2). Pengaruh dari gas-gas tersebut terhadap tubuh manusia
dengan harga batasnya dijelaskan di bawah ini:
1) Gas karbon monoksida (CO)
Pada saat pengelasan, gas CO yang terjadi diubah menjadi
CO dengan konsentrasi yang menurun bila jaraknya makin
menjauh dari tempat las. Gas CO mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap hemoglobin yang dengan sendirinya akan
menurunkan daya penyerapannya terhadap oksigen harga
TLV untuk gas ini adalah 50 ppm.
2) Gas karbon dioksida (CO2)
Di dalam udara sudah terdapat konsentrasi gas CO2 sebesar
300 ppm. Sebenarnya gas CO2 sendiri tidak berbahaya
terhadap tubuh, tetapi bila konsentrasinya terlalu tinggi
konsentrasi oksigen di udara akan menurun dan dapat
membahayakan, terutama dalam ruang tertutup. Harga TLV
untuk gas ini adalah 5000 ppm.
3) Gas ozon (O3)
Gas ozon terjadi karena reaksi fotokimia dari sinar ultraviolet.
Bila seseorang bernapas dengan udara yang mengandung
0,5 ppm gas O3 selama 3 jam maka akan terasa sesak
napas. Bila konsentrasinya mencapai 1 atau 2 ppm dalam
waktu 2 jam akan terasa pusing, sakit dada dan kekeringan
pada pipa pernapasan. Harga TLV untuk gas ini adalah 0,1 ppm.
4) Gas nitrogen monoksida (NO)
Gas NO yang masuk ke dalam pernapasan tidak
merangsang, tetapi akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb)
seperti halnya gas CO. Tetapi karena ikatan antara NO dan
Hb jauh lebih kuat dari pada CO dan Hb maka gas NO tidak
mudah lepas dari hemoglobin, bahkan mengikat oksigen yang

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-18/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

dibawa oleh heboglobin. Hal ini dapat menyebabkan


kekurangan oksigen yang dapat membahayakan kekurangan
oksigen yang dapat membahayakan sistem syaraf. Harga
TLV NO adalah 25 ppm.

4. Bahaya kecelakaan karena percikan dan terak


Selama mengelas kecelakaan karena percikan dan terak las tidak banyak
terjadi, tetapi pada waktu membersihkan hasil lasan, pecahan-pecahan
percikan dan terak las dapat dan sering masuk ke mata yang dapat
menimbulkan pembengkakan. Apabila percikan dan terak las mengenai kulit,
maka akan menimbulkan luka bakar.

5. Bahaya kecelakaan karena ledakan


Dalam mengelas tangki, sebelum dilakukan pengelasan, tangki harus bersih
dari minyak, gas yang mudah terbakar dan cat yang dapat terbakar. Apabila
dalam hal ini pembersihan kurang sempurna akan terjadi ledakan yang sangat
membahayakan. Untuk mencegah hal ini sebelum pengelasan dilakukan karena
diadakan pemeriksaan lebih dahulu untuk memastikan bahwa tidak akan terjadi
ledakan. Karena itu pemeriksaan tidak boleh hanya berdasarkan atas perkiraan
saja tetapi harus denngan alat deteksi untuk gas yang mudah terbakar.

6. Bahaya kecelakaan karena kebakaran


kebakaran terjadi karena percikan-percikan dari pengelasan yang mengenai
bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti bensin, solar, minyak, cat, kayu,
kain, dan kertas. Oleh karena itu, bahan-bahan tersebut harus ditempatkan
pada tempat yang khusus. Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena kabel
yang menjadi panas yang disebabkan oleh hubungan yang kurang baik, kabel
yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang rusak.

7. Bahaya kecelakaan karena sinar X


Sinar X tidak mempunyai hubungan langsung dengan proses mengelas, tetapi
kebanyakan dari pemeriksaan hasil lasan menggunakan sinar tersebut. sinar

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-19/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

tersebut bila terserap oleh tubuh dapat merusak darah dan menimbulkan
penyakit yang membahayakan. Karena itu, dalam pelaksanaan pemeriksaan
yang mengunakan Sinar X tempat pengujiannnya harus betul betul terlindung
sehingga tidak ada sinar terpancar keluar. Orang lain yang bukan anggota tim
pemeriksaan harus dilarang masuk ke daerah pemeriksaan. Disamping itu
pekerja yang berhubungan dengan kedua sinar ini harus diperiksa
kesehatannya secara teratur.

8. Bahaya kecelakaan karena jatuh


Bahaya dalam pekerjaan mengelas di tempat-tempat tinggi akan ada bahaya
terjatuh. Bahaya ini dapat menimbulkan luka-luka berat atau kematian, karena
itu usaha pencegahannya harus betul-betul diperhatikan, untuk menghindari
bahaya ini hal-hal berikut harus dilakukan:
a. Pekerjaan di tempat tinggi harus menggunakan tali pengaman.
b. Semua pekerja harus memakai helm pengaman untuk melindungi kepala
terhadap bahaya terjatuh atau kejatuhan.
c. Harus ada kepastian keamanan terhadap peralatan kerja tinggi, tangga
dan alat bantu lainnya.
d. Alat dan bahaya yang digunakan pada pengerjaan tinggi harus diikat
atau diletakan di tempat yang nyaman
e. Tidak membebani pelataran kerja melebihi batas kemampuan yang
diijinkan.

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-20/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

BAB III
MENGIKUTI PROSEDUR-PROSEDUR DARURAT

A. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Faktor-Faktor Terjadi Api


Didalam dunia industri tidak terlepas dari resiko kecelakaan kerja, salah satu
diantaranya resiko terjadi kecelakaan kerja adalah kebakaran. Hal yang paling
utama dalam kebakaran adalah adanya api yang dapat membakar segala bahan
dan fasilitas yang berada di dalam lingkungan kerja. Proses terjadinya api yang
dapat memicu kecelakaan di lingkungan kerja adalah gabungan dari beberapa zat
yang ada pada tempat dan saat yang sama. Unsur yang dapat menimbulkan api
adalah:
a) Oksigen
b) Panas
c) Bahan bakar
d) Reaksi kimia

Sedangkan api digolongkan kedalam beberapa golongan berdasarkan jenis


bahan bakarnya, yaitu:
a) Api Kelas A
Api kelas A merupakan api yang digolongkan dan mampu membakar bahan-
bahan seperti kayu, bambu, tekstil, kertas, karet, aspal sampah dan
sejenisnya. Api jenis kelas A ini memiliki simbol huruf A kapital yang berada
didalam bentuk segitiga berwarna hijau. Seperti pada gambar 3.1

A
Gambar. 3.1 Simbol Api kelas A

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-21/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

b) Api Kelas B
Api kelas B merupakan api yang tergolong untuk bahan bakar cair, misalnya
bensin, solar, minyak lampu, cat, terpentin dan sejenisnya. Api jenis kelas B
ini memiliki simbol huruf B kapital yang berada dalam persegi panjang
berwarna merah seperti terlihat pada gambar 3.2

B
Gambar. 3.2

c) Api Kelas C
Api kelas C termasuk kedalam golongan untuk bahan bakar gas seperti gas
asetilin, hidrogen, LPG, dan sebagainya. Api kelas C ini memiliki simbol
Lingkaran berwarna biru dengan Huruf C di dalamnya. Lihat gambar 3.3

c
Gambar. 3.3 simbol Api Klas C

d) Api Kelas D
Api kelas D termasuk kedalam golongan untuk bahan bakar jenis logam
seperti magnesium, natrium, kalium, aluminium, sodium, litanium, titanium.
Api Kelas D bersimbol bintang dengan huruf D di dalamnya. Lihat gambar 3.4

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-22/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

Gambar 3.4 simbol Api Klas

2. Pencegahan dan Jenis-jenis Pemadam kebakaran


Lebih baik mencegah daripada harus memperbaiki, mungkin kalimat yang cocok
untuk mengawali pada unit sub bab pencegahan ini. Adapun langkah-langkah
usaha dan tindakan-tindakan pencegahan kebakaran, baik karyawan ataupun
bukan karyawan yang berada di lingkungan kerja diwajibkan menaati peraturan
yang dikeluarkan oleh peraturan pemerintah atau pemimpin perusahaan. Cara
pencegahan yang dapat dilaksanakan pekerja dilingkungan kerja, diantaranya:
1. Dilarang merokok di dalam ruangan kerja yang terdapat gas
2. Tutup rapat-rapat semua keran gas setelah selesai dipakai
3. Periksa kemungkinan kebocoran-kebocoran dari sambungan pipa gas.
4. Segera membuka pintu atau jendela sebelum pekerjaan dimulai, agar ada
penggantian udara di dalam ruangan selama lebih kurang 15 menit
sampai 30 menit
5. Dilarang membuka keran gas terlalu lama sebelum digunakan
6. Dilarang memukul-mukul tutup botol gas dengan maksud membuka
7. Dilarang mengerjakan sesuatu pekerjaan yang menimbulkan cetusan api
8. Dilarang membanting-banting botol yang berisi gas dengan maksud
memindahkan atau mengangkat

Masih banyak lagi cara pencegahan kebakaran ini, bahakan dapat disesuaikan
dengan kondisi tiap-tiap lingkungan kerja, delapan poin di atas pencegahan
yang memang di lingkungan kerja terdapat banyak tabung gas. Namun akan

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-23/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

berbeda hal pencegahannya apabila didalam lingkungan kerja yang memang


tidak terdapat satupun tabung gas.
Pada kecelakaan kerja khususnya kebakaran, tidak serta merta ditangani
dengan air untuk menanggulanginya. Pada aspek penanggulangan kecelakaan
kerja kebakaran terdapat beberapa jenis penanggulangannya, yaitu:
a. Air bertekanan
Pada alat ini berisi air bertekanan anti beku udara dan gas.
b. Alat Pemadam busa
Alat ini bekerja dengan dua buah campuran kimia yang ada pada dua
ruangan terpisah.
1) Ruangan dalam berisi air dan aluminium sulfat (AlSO4), atau amonium
sulfat
2) Ruang luar terdiri dari sodium karbonat dan stabilisator busa, atau
dengan natrium bikarbinat dan stabilisator busa.
Contoh alat pemadam kebakaran yaitu tabung yamato atau graviener
seperti gambar 3.5
3) Alat pemadam dengan gas CO2
Pemadam ini berisi cairan CO2 dan gas bertekanan
c. Alat pemadam dengan CO2
Pemadam ini berisi cairan CO2 dan gas bertekanan
d. Alat pemadam dengan kimia kering
Dalam tabungan ini diisi nitrogen kering atau CO2 kering

Cara-cara menanggulangi/ mengatasi dan menguasai api menurut kelas-


kelasnya, yaitu:
1. Jenis Api Kelas A
a) Bila kebakaran masih kecil, gunakan alat atau bahan pemadam
kebakaran seperti karung basah, pasir atau tabung yamato.
b) Bila api kebakaran telah membesar, gunakan langsung semburan air
atau hydrant didahului dengan cara urai yaitu menjauhi semua bahan
atau barang yang berdekatan dengan sumber api, supaya tidak
menjalarkan api.

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-24/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

c) Bila menurut dugaan tidak mampu diatasi oleh tenaga di lingkungan


bengkel, segera lapor ke instansi pemadaman di luar bengkel.
2. Jenis Api Kelas B
a) Bila api masih cukup kecil, gunakan alat atau bahan pemadam seperti
karung goni basah, pasir, atau alat yamato, tetapi dilarang menggunakan
semburan air karena dapat mempercepat menjalarnya api ke tempat
lain.
b) Bila ternyata cairan yang terbakar sudah habis, sedangkan api kebakaran
semakin membesar dan pindah ke tempat lain, segeralah penggunaan air
atau hydrant.
3. Jenis Api kelas C
a) Gunakan tabung yamato, apabila nyala api belum mencapai tutup tabung
gas
b) Bila api telah mencapai tabung gas, semburlah botol gas tersebut
dengan air jarak jauh. Hati-hatilah dan waspadalah bahwa botol gas
akan meledak dalam waktu yang kurang dari 0,001 detik.

4. Jenis Api kelas D


a) Putuskan semua hubungan arus listrik yaitu semua sakelar di ruangan,
terutama hubungan ke gardu induk.
b) Bila diragukan bahwa arus listrik masih ada, lebih-lebih semua hubungan
listrik belum diputuskan, janganlah menyemburkannya dengan air atau
cairan lainnya, sebab akan mengakibatkan celaka akibat kejutan listrik,
gunakan tabung pemadam yang bersimbol D didalam bintang, yang
didalamnya terdapat tepung untuk pemadam api secara kimia.

3. Penggunaan APD untuk Pemadam kebakaran


Penggunaan tabung yamato sebagai alat pemadam kebakaran ketika terjadi
kebakaran di tempat kerja. Tabung yamato (lihat gambar 3.5 tabung pemadam
kebakaran) terdiri dari:

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-25/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

Gambar 3.5 Tabung Pemadam kebakaran


1) = Body
2) = discharger locking pin and seal
3) = discharge nozzel
4) = discharge orifice
5) = date plate
6) = discharge lever
7) = discharge hose
8) = pressure gauge
9) = carrying handle
Langkah-langkah/cara penggunaan tabung pemadam kebakaran (tabung
yamato);
a) Langkah awal dalam menggunakan tabung pemadam api yaitu
melepaskan kunci pengaman terlebih dahulu. Lihat gambar 3.6

Gambar 3.6 Melepas kunci pengaman

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-26/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

b) Langkah kedua, peganglah alat dalam keadaan tegak dan lepaskan pipa
dari klip. Lihat gambar 3.7

Gambar 3.7 Melepas selang dan corong dari klip

c) Langkah ketiga, pijitlah pengatup serta arahkan corong ke pangkal api


dengan menyapu.( Lihat gambar 3.8). Bila kebakaran terjadi di luar
ruangan dan terjadi angin, arahkan pancaran zat pemadam harus searah
angin.

Gambar 3.8 Memijit katup tabung pemadam

d) Langkah terakhir, tariklah ujung penyemprot yang terbuat dari logam


ketempat terjadinya api dan menyemprot sumber kebakaran. Lihat
gambar 4.9

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-27/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

Gambar 3.9 Mengarahkan penyemprot ke sumber api

B. Menerapkan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

1. Kotak P3K
Kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) merupakan temapat
penyimpanan untuk berbagai jenis obat-obatan dilingkungan kerja untuk
melakukan pertolongan pertama pada saat terdapat kecelakaan yang terjadi
pada pekerja. Jenis-jenis obat-obatan dan peralatan yang umumnya ada di
kotak P3K,diantaranya :
a. Pembalut perekat, kleerpleister, adhesive pleister.
b. Kain pembalut segi tiga.
c. Kasa pembalut gulung, pembalut, penekan, penggendong,
pembungkus.
d. Kain kasa steril, penutup luka.
e. Gunting.
f. Pipet mata, alat untuk penetes obat cairan pada mata.
g. Pincet (alat penjepit atau penyapit).
h. Karet penasat pendarahan (slaug), penyetop pendarahan.
i. Bidai (spalk/splint),yaitu alat tipis sebagai penunjang pada tulang
yangpatah.
j. Mercurochrome : cairan desinfectans untuk pengobatan luka-luka
baruyandianggap tidak berbahaya.

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-28/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

k. Yodium tintur : cairan desinfectans untuk mengobati luka-luka baruyang


dianggap cukup berbahaya dan besar, yang diakibatkan benda-benda
berkarat dan binatang berbisa.
l. Amoniac licuida : cairan perangsang bagi orang pingsan, juga untukluka
bekas gigitan binatang serangga.
m. Boorwater : cairan pencuci mata atau pencuci luka.
n. Sulfazinci : cairan untuk pengobat mata yang sakit.
o. Minyak gandapura : cairan penghangat, obat gosok.
p. Sulfanilamide poeder : tepung penabur luka sebagai desinfectans.
q. Tablet norit : untuk keracunan atau obat sakit perut (mencret).
r. Tablet Bicarbonas Natricus : untuk keracunan atau perut mulas.
s. Tablet acepeco atau acetozal : obat sakit kepala, demam, pusing dan lain-
lain.
t. Boorzuur
u. Karbol
v. Vaselin
w. Picric acid, boric acid, tannic acid
x. Potassium permanganate
y. Tanine zalf, levertran zalf, brand zalf : salap pengobat atau pengulasluka
bakar.
z. Pisau atau silet : untuk memotong.

2. Prosedur Melakukan Pertolongan Pertama/Darurat


Pertolongan pertama / darurat lebih dikenal dengan sebutan P3K berguna
untuk menolong korban sebelum ditindak lanjuti oleh pihak rumah sakit
atau dokter, berikut ini adalah cara-cara umum melakukan P3K oleh
penolong :
a. Penolong mengamankan diri sendiri sebelum menolong orang lain.
b. Amankan korban dari tempat kejadian
c. Tandai tempat kejadian
d. Usahakan menghubungi rumah sakit / dokter terdekat
e. Tindakan dilaksanakan secara cepat, tepat dan akurat.

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-29/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

Cara-cara penanganan korban kecelakaanKorban dalam keadaan tidak sadar


a. Baringkan korban dengan posisi kaki diganjal bantal.
b. Longgarkan pakaian, celana dan dasi.
c. Membuka jalan napas (pernapasan buatan)
d. Beri rangsangan dengan wangi-wangian.
e. Ambil tindakan proses pemulihan

Cedera Kepala dan Patah Tulang


a. Pindahkan korban dari tempat kejadian
b. Respirasi (mempertahankan jalan napas agar tetap stabil)
c. Membersihkan mulut dan hidung dari darah dan muntahan (apabila
cedera kepala)
d. Hentikan pendarahan dengan cara menekan luka dengan kuat.
e. Usahakan tekanan darah stabil
f. Apabila ada yang patah pasang bidai untuk fixsasi.
g. Usahakan menghubungi rumah sakit / dokter terdekat

Cara mengatasi pendarahan akibat luka.


a. Letakkan bagian yang luka lebih tinggi dari badan.
b. Bersihkan luka dari kotoran dengan menggunakan rivanol atau kain
bersih.
c. Lakukan penekanan pada luka 15-20 Menit sampai terfixsasi sehingga
pendarahan terhenti.
d. Balut luka agar terhindar dari kotoran dan debu.

Tindakan umum korban luka bakar


a. Dinginkan daerah yang terkena panas segera dengan menggunakan
b. air yang mengalir. (jangan menggunakan air es) jangan menarik kain
yang melekat disekitar luka bakar.
c. Segera panggil paramedis. Atau ambulans untuk dibawa ke rumah
sakit.

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-30/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

Cara melakukan tindakan pertolongan korban terkena arus listrik


a. Tidak menyentuh korban sampai ia benar-benar terpisah dari arus listrik.
b. Menghentikan hubungan dengan arus listrik.
c. Jika pernapasan berhenti, lakukan pernapasan buatan.
d. Jika tidak ada denyut jantung, lakukan pijat jantung.
e. Segera rujuk ke rumah sakit terdekat apabila korban shock berat.
f. Apabila korban shock tegangan tinggi, jauhkan orang-orang di sekitar
korban. Kemudian lanjutkan pertolongan yang diperlukan.

3. Penggunaan Obat dan Alat-Alat P3K


a. Teknik Balut Membalut

Gambar 3.10 cara membalut pada tangan dan kaki

Gambar 3.11 Cara membuat gendongan pada lengan

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-31/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

Gambar 3.12 Cara membalut kepala dengan kain/perban pita

b. Teknik Menangani Luka


1) Untuk luka-luka yang lebih besar balutlah dengan menggunakan kain
perantara untuk menghisap pendarahan.
2) Seringkali luka ditimbulkan di bengkel dengan berakibat fatal, karena
masuknya benda berbahaya seperti debu atau beram kedalam badan
3) Sebab itulah luka tersebut harus ditangani secara khusus sebelum
dibalut. Caranya :
a) Pertama-tama luka dibersihkan dengan air bersih, untuk
menghilangkan kotoran pada luka
b) Tekan luka tadi dengan kain spons yang sudah dibasahi air,
biarkan penekanan selama 10-15 menit atau kurang dari itu.
c) Balutlah dengan kain pembalut seperti dalam gambar
disamping.
d) Begitu juga bila luka terjadi pada mata, segera berikan
pertolongan dan segera pula bawa ke rumah sakit untuk
penanganan berikutnya.
e) Para petugas di ruang pertolongan pertama harus benar-
benar terlatih dalam menangani luka-luka secara benar.
f) Bila tidak ada petugas khusus untuk menangani P3K,
hendaknya orang yang merawat korban harus mempunyai
dasar pengetahuan tentang praktek medis.

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-32/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

g) Setiap luka baik ringan atau berat harus ditanggulangi dengan


serius dan jangan serius dan jangan ditunda-tunda karena
akan berakibat fatal.
h) Demikian juga penggunaan kain pembalut memerlukan
keterampilan khusus atau dengan mempelajari buku pedoman
mengenai cara melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan.
c. Teknik Menangani Terkilir
Apabila terjadi terkilir, jangan dibiarkan karena semakin lama akan
semakin susah untuk membetulkan.Perhatiakan petunjuknya sebagai
berikut :
1) Tarik anggota yang terkilir itu dan tekan ujung tulang itu
ketempatnya kembali.
2) Kendurkan otot-ototnya.
3) Kembalikan tulang yang terkilir ke tempatnya semula. Hendaknya
dikerjakan dengan hati-hati. Kalau tidak selaput sendi itu akan
bertambah rusak
4) Kalau tulang itu sudah masuk kembali ke tempatnya semula,
hendaklah si korban berdiam diri untuk beberapa waktu.
5) Gunakan kain penyandang segi tiga untuk menahan bagian yang

d. Teknik Menangani Luka Memar


Jika pembuluh darah pecah, maka biasanya darah masuk ke dalam
jaringan-jaringan. Darah menjadi beku dan menyebabkan terjadinya
nanah. Jika kulit mengelupas kena pukul, basuhlah luka tersebut dengan
air bersih kemudian oleskan mercurochrome yang berkadar 2% atau
yodium yang berkadar 3%. Alkohol juga dapat digunakan sebagai
pembarut supaya bengkaknya surut.Jika darah yang beku tersebut
besar, koreklah dengan ujung pisau yangbersih kemudian basuh dengan
kapas yang bersih dan balut baik-baik.

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-33/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

e. Terbakar dan Kena Arus Listrik


Jika luka terbakar kecil, celupkan ke dalam air dingin dengan selama
20 menit, oleskan vaselin yang dicampur dengan karbol atau dengan
putih telur yang dicampur dengan minyak kelapa hangat.
Jika luka terbakar terletak di tempat yang susah, buka pakaian dan
oleskan licuidah burowi pada bagian yang terbakar dengan kain yang
telah dibasahi dengan air yang dicampur dengan boorzur atau garam.
Apabila kulit melepuh, gunakan larutan picric acid selama 24 jam,
kemudian pakailah boric acid atau tannic acid.
Jika kulit melepuh tersebut terkelupas, hendaklah dijaga jangan
sampai kotoran/ debu masuk. Cuci kulit yang terluka tersebut dengan
air yang sudah dimasak atau dengan boric acid atau potasium
permanganate. Sedudah itu, oleslah dengan mercurochrome yang
berkadar 2% dan barut dengan boric acid atau tannic acid.

4. Pertolongan P3K didemontrasikan Sesuai SOP


a. Teknik Mengangkat Korban Kecelakaan
Teknik pengangangkatan korban ini memerlukan paling sedikit 3 orang
penolong, berikut ini langkah-langkah cara pengangkatan korban
kecelakaan :
1) Ketiga penolong berlutut disamping korban, jika mungkin berada disisi
yang paling sedikit cedera.
2) Penolong pertama menyisipkan satu lengan di bawah leher dan bahu
lengan dengan lengan yang satu disisipkan di bawah punggung.
Penolong kedua menyisipkan tangan dibawah punggung dan bokong
penderita. Penolong ketiga menyisipkan satu lengan di bokong
penderita dan lengan satunya dibawah lutut penderita.
3) Angkat penderita keatas lutut ketiga penolong secara bersamaan
4) Terus dengan memiringkan korban ke dada penolong, lalu berdiri
secara bersamaan dengan suatu perintah. Lalu melangkah kearah
yang dikehendaki secara bertahap. (bersama-sama)

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-34/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

Gambar 3.13 petunjuk melakukan pertolongan pertama/darurat

b. Teknik memberikan pernapasan buatan


1) Tekan lobang hidung korban dan baringkan dan hembuskan nafas anda
melalui mulut korban perlahan-lahan, kemudian hentikan dan amatilah,

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-35/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

adakah pergerakan pada dada korban. (lakukan berulang-ulang sampai ada


gerakan nafas pada dada korban) lihat gambar 3.14

Gambar 3.14 langkah awal melakukan nafas buatan


2) Segera bawa ke rumah sakit untuk pengobatan selanjutnya.
3) Bila korban mengalami luka pada tempat-tempat yang membahayakan
4) Baringkan korban tersebut
5) Bagian tubuh yang luka dinaikan bila mungkin
6) Segera panggil bantuan untuk membantu menolong korban
7) Tekan pinggiran luka, sehingga kelihatan lebih bersih kemudian balutlah
dengan kain kasa atau kain yang bersih.

c. Teknik menangani luka bakar

Gambar 3.15 Teknik Menangani Luka Bakar

d. Teknik menangani terkena aliran listrik


Guna menolong orang yang terkena aliran listrik maka tindakan
penyelamatan berikut ini hendaknya diperhatikan dan dipelajari.
1) Memutuskan tombol utama atau, Memisahkan sipenderita

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-36/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

dengan bantuan sebatang kayu panjang yang kering, bila tidak


menemukan tombol utama.
2) Kemudian lakukan tindakan-tindakan berikut ini seandainya korban
pingsan.

Gambar 3.15 Teknik Pertolongan Pertama korban terkena arus listrik

5. Pemeriksaan validitas Obat-Obatan dan Alat-Alat P3K


Yang harus diperhatikan dalam penanganan peralatan P3K, diantaranya :
a. Obat-obatan atau alat-alat P3K harus disimpan dalam suatu tempat
yang terkunci dan tertutup rapat.
b. Jauhkan kotak atau tas P3K dari jangkauan anak-anak
c. Berilah tanda pengenal dengan huruf P3K dengan palang merah atau palang
hijau
d. Setiap tempat obat dibubuhi etiket obat yang jelas menunjukkan nama obat.
Kegunaanya : ...............................
Tanggal Penerimaan : ...............................
e. Kode warna :
Biru : untuk obat luar, tidak boleh diminum
Putih : untuk obat yang dapat diminum atau dimakan
Merah : untuk obat yang mengandung racun dan berbahaya, misalnya

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-37/38


SKKNI LOGAM DAN MESIN JIP. SM01.002.01

obat-obat desinfectans, racun binatang dan lain-lain

BAB IV
SUMBER-SUMBER LAIN
YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

A. SUMBER PUSTAKA

1. Daftar Pustaka
a. Keselamatan Kerja 1, Polman ITB Bandung, 1992.
b. Himpunan Perundang-undangan Ketenagakerjaan I, Departemen Tenaga Kerja
Transkop, Jakarta, 1977.
c. Pemindahan Korban Kecelakaan Untuk Rujukan, Markas Besar Palang Merah
Indonesia, Jakarta.

2. Buku Referensi
a. Teknologi Pengelasan Logam, Prof. DR. Ir. Harsono Wiryosumarto dan Prof. DR.
Toshie Okumura, PT. Pradnya Paramita, 1979.
b. Keselamatan Kerja dan Tata Laksana Bengkel, Tia Setiawan dan Harun, Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan, 1980.
c. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan, Dr. Suma’mur P.K., M.Sc., CV. Haji
Masagung – Jakarta, 1997

Modul Menerapkan Prinsip-Prinsip K3 Di lingkungan Kerja Hal-38/38

Anda mungkin juga menyukai