Anda di halaman 1dari 38

BAHAN AJAR

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KOMPETENSI


PROGRAM UP-SKILLING & RE-SKILLING GURU KEJURUAN

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA (KKNI)


STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI)
KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN

Disiapkan oleh :
Ahmad Nurdin, M.Pd
Reviewer
Drs. S u n a r k o, MT

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN R.I


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN VOKASI
BIDANG MESIN DAN TEKNIK INDUSTRI
BANDUNG SEPTEMBER 2020

1
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I KKNI DAN SKKNI ......................................................... ………….. 3


A. Pendahuluan ………………….. ........................................................ 3
B. Tujuan & Manfaat...................................................................... …. 4
C. Jenjang & Deskripsi ................................................................. … 5
D. Penyetaraan Jenjang ......................................................... ……. 6
E. Deskripsi Jenjang Kualifikasi KKNI ......................................... 8
F. SKKNI ……………………………………………………………………. 11
G. SKKNI Bidang Pengelasan ……………………… ………….. 14

BAB II JENJANG JABATAN KK TEKNIK PENGELASAN


A. Gambaran Umum ........................................................................... 18
B. Persyaratan Kerja .......................................................................... 18
C. Pendidikan dan Keterampilan ........................................................ 19
D. Uraian Tugas ........................................................................... 20
E. Kualifikasi Welder ………………………….............................. 21
F. Tingkat Kompetensi Welder (Juru Las) ....... …………………..21
G. Ragam Pekerjaan Profesi Welder …………………………… 22
H. SKEMA SERTIFIKASI LEVEL-II TEKNIK PENGELASAN ….. 25
I. SKEMA SERTIFIKASI LEVEL-IV TEKNIK PENGELASAN ….. 29

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... … 34


GLOSARIUM .......................................................................................... 35

2
BAB I

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA (KKNI)


STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI)

A. PENDAHULUAN

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka penjenjangan

kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang menyandingkan, menyetarakan, dan

mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja

dalam suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan struktur di

berbagai sektor pekerjaan.

KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan sistem

pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional, dan sistem penilaian kesetaraan

capaian pembelajaran (learning outcomes) nasional, yang dimiliki Indonesia untuk

menghasilkan sumber daya manusia nasional yang bermutu dan produktif.

Pengembangan KKNI merupakan perjalanan panjang yang dimulai dari usaha

pengembangan kualitas sumber daya manusia di Indonesia khususnya dalam bidang

pendidikan dan pelatihan. Milestone penting dalam perjalanan pengembangan KKNI

dimulai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem

Pelatihan Kerja Nasional sebagai dasar kerja besar pengembangan KKNI pada tahun-

tahun selanjutnya, sampai pada tahun 2012 dengan diterbitkannya Peraturan Presiden

Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

Program pengembangan KKNI pada tahun 2015 merupakan kelanjutan dari

berbagai program yang sama pada tahun sebelumnya ataupun program baru. Program

pada tahun sebelumnya mengutamakan untuk menyusun konsep dan juga

merealisasikan menjadi kerangka yang operasional dan telah diperkuat dengan

3
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang KKNI. Dengan Peraturan Presiden

tersebut, KKNI telah menjadi rujukan dalam penyetaraan capaian pembelajaran berbagai

sektor yang ada di Indonesia. Sementara untuk memperkuat landasan hukum

pelaksanaan KKNI di perguruan tinggi,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 73 Tahun 2013 yang mengatur penerapan KKNI di

perguruan tinggi secara khusus dan pendidikan tinggi di Indonesia secara keseluruhan.

Penerapan KKNI di perguruan tinggi selanjutnya menghasilkan program-program yang

semakin memberdayakan KKNI.

• SMK

• Lembaga Kursus dan Pelatihan

• Kolegium Keilmuan

• Konsil Kedokteran Indonesia

• Forum Program Studi

• BNSP, LSP

• Asosiasi Profesi

• KADIN, Asosiasi Industri

• BAN-PT

• BSNP

B. TUJUAN & MANFAAT

Sebagai perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia dalam sistem pendidikan,

pelatihan, serta sistem pengakuan kompetensi kerja secara nasional, maka KKNI

dimaksudkan menjadi pedoman untuk:

4
• menetapkan kualifikasi capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan

formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja;

• menetapkan skema pengakuan kualifikasi capaian pembelajaran yang diperoleh

melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja;

• menyetarakan kualifikasi di antara capaian pembelajaran yang diperoleh melalui

pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja;

• mengembangkan metode dan sistem pengakuan kualifikasi tenaga kerja dari negara

lain yang akan bekerja di Indonesia.

Pada jangka panjang, penerapan KKNI akan berdampak pada:

• meningkatnya kuantitas sumber daya manusia Indonesia yang bermutu dan

berdaya saing internasional agar dapat menjamin terjadinya peningkatan

aksesibilitas sumber daya manusia Indonesia ke pasar kerja nasional dan

internasional;

• meningkatnya kontribusi capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan

formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja dalam pertumbuhan ekonomi

nasional;

• meningkatnya mobilitas akademik untuk meningkatkan saling pengertian,

solidaritas, dan kerja sama pendidikan tinggi antar-negara di dunia;

• meningkatnya pengakuan negara-negara lain, baik secara bilateral, regional,

maupun internasional kepada Indonesia tanpa meninggalkan ciri dan kepribadian

bangsa Indonesia.

C. JENJANG & DESKRIPSI

KKNI menyatakan sembilan jenjang kualifikasi sumber daya manusia Indonesia

yang produktif. Deskripsi kualifikasi pada setiap jenjang KKNI secara komprehensif

5
mempertimbangkan sebuah capaian pembelajaran yang utuh, yang dapat dihasilkan

oleh suatu proses pendidikan, baik formal, non-formal, informal, maupun pengalaman

mandiri untuk dapat melakukan kerja secara berkualitas. Deskripsi setiap jenjang

kualifikasi juga disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, atau

seni, serta perkembangan sektor-sektor pendukung perekonomian dan kesejahteraan

rakyat, seperti perindustrian, pertanian, kesehatan, hukum, dan aspek lain yang terkait.

Capaian pembelajaran juga mencakup aspek-aspek pembangun jati diri bangsa

yang tercermin dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal

Ika yaitu menjunjung tinggi pengamalan kelima sila Pancasila dan penegakan hukum,

serta mempunyai komitmen untuk menghargai keragaman agama, suku, budaya,

bahasa, dan seni yang tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia.

Pengelompokkan 9 jenjang kualifikasi KKNI terdiri atas:

• Jenjang 1 - 3 dikelompokkan dalam jabatan operator;

• Jenjang 4 - 6 dikelompokkan dalam jabatan teknisi atau analis;

• Jenjang 7 - 9 dikelompokkan dalam jabatan ahli.

D. PENYETARAAN JENJANG

Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan dengan capaian

pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja atau pengalaman

kerja.

Penyetaraan capaian pembelajaran melalui pendidikan dengan jenjang KKNI

Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan dengan jenjang

kualifikasi pada KKNI terdiri atas:

• lulusan pendidikan dasar (SMP) setara dengan jenjang 1;

• lulusan pendidikan menengah (SMA) paling rendah setara dengan jenjang 2;

6
• lulusan Diploma 1 paling rendah setara dengan jenjang 3;

• lulusan Diploma 2 paling rendah setara dengan jenjang 4;

• lulusan Diploma 3 paling rendah setara dengan jenjang 5;

• lulusan Diploma 4 atau Sarjana Terapan dan Sarjana paling rendah setara dengan

jenjang 6;

• lulusan Magister Terapan dan Magister paling rendah setara dengan jenjang 8;

• lulusan Doktor Terapan dan Doktor setara dengan jenjang 9;

• lulusan pendidikan profesi setara dengan jenjang 7 atau 8;

• lulusan pendidikan spesialis setara dengan jenjang 8 atau 9.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan KKNI di jalur pendidikan diatur melalui

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 73 Tahun 2013 tentang

Penerapan KKNI Bidang Pendidikan Tinggi.

Penyetaraan capaian pembelajaran melalui pelatihan kerja/pengalaman kerja dengan

jenjang KKNI

Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pelatihan kerja atau

pengalaman kerja dengan jenjang kualifikasi pada KKNI dilakukan dengan sertifikasi

kompetensi melalui uji kompetensi berdasarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia (SKKNI).

Jenjang kualifikasi di setiap bidang pekerjaan pada suatu sektor/lapangan usaha

dirumuskan oleh tim perumus KKNI yang dibentuk oleh Komite Standar Kompetensi pada

Kementerian/Lembaga yang membidangi sektor tersebut. Tim perumus KKNI berasal

dari dunia usaha/industri atau perwakilan kelompok usaha/industri sejenis. Penentuan

jenjang kualifikasi dilakukan berdasarkan kriteria lingkup pelaksanaan pekerjaan,

keterampilan dan pengetahuan, kemampuan memproses informasi, tanggung jawab,

serta sikap dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kualifikasi yang terdapat di setiap

7
bidang pekerjaan pada sektor/lapangan usaha disusun berdasarkan fungsi bisnis

dan/atau jabatan dari suatu lapangan usaha.

Dalam hal suatu bidang pekerjaan pada suatu sektor/lapangan usaha tidak

memiliki 9 (sembilan) jenjang kualifikasi, maka jenjang kualifikasi pada bidang pekerjaan

yang bersangkutan dapat disusun tidak dalam 9 jenjang, dan tidak harus dimulai dari

jenjang 1 (satu) dan/atau diakhiri dengan jenjang 9 (sembilan). Setiap jenjang kualifikasi

terdiri dari unit-unit kompetensi yang telah ditetapkan menjadi SKKNI oleh Menteri

Ketenagakerjaan. Penetapan unit-unit kompetensi dalam suatu jenjang kualifikasi

dilakukan berdasarkan aturan pengemasan inti dan pilihan.

Jenjang kualifikasi suatu bidang pekerjaan pada suatu sektor/lapangan usaha

yang telah dirumuskan oleh tim perumus diverifikasi oleh Kementerian Ketenagakerjaan,

dan kemudian ditetapkan oleh Menteri/Kepala Lembaga teknis terkait. Penerapan KKNI

pada setiap sektor atau bidang profesi ditetapkan oleh kementerian atau lembaga yang

membidangi sektor atau bidang profesi yang bersangkutan sesuai dengan

kewenangannya.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan KKNI di jalur pelatihan kerja atau

pengalaman kerja diatur melalui Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun

2014 tentang Pedoman Penerapan KKNI.

.
E. DESKRIPSI JENJANG KUALIFIKASI KKNI :

LAMPIRAN : PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 8 TAHUN 2012 TANGGAL 17 Januari 2012

JENJANG
URAIAN
KUALIFIKASI
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam
Deskripsi umum menyelesaikan tugasnya.
c. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah
air serta mendukung perdamaian dunia.

8
d. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan
kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya
e.Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan,
kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan original orang
lain.
f. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat
untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat
luas
Mampu melaksanakan tugas sederhana, terbatas, bersifat rutin,
dengan menggunakan alat, aturan, dan proses yang telah
ditetapkan, serta di bawah bimbingan, pengawasan, dan
1 tanggung jawab atasannya.
Memiliki pengetahuan faktual.
Bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri dan tidak bertanggung
jawab atas pekerjaan orang lain
Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan
alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta
menunjukkan kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah
pengawasan langsung atasannya.
2 Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual
bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih
penyelesaian yang tersedia terhadap masalah yang lazim timbul
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab membimbing orang lain
Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan
menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan
sejumlah pilihan prosedur kerja, serta mampu menunjukkan
kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur, yang sebagian
merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan tidak langsung.
Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip
3 serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian
tertentu, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah
yang lazim dengan metode yang sesuai.
Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam lingkup
kerjanya
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.
Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus spesifik
dengan menganalisis informasi secara terbatas, memilih metode
yang sesuai dari beberapa pilihan yang baku, serta mampu
menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian tertentu dan
4 mampu menyelaraskan dengan permasalahan faktual di bidang
kerjanya
Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, menyusun
laporan tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas hasil kerja orang lain. .. .

9
Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih metode
yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun belum baku
dengan menganalisis data, serta mampu menunjukkan kinerja
dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara
5 umum, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah
prosedural.
Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis
secara komprehensif.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok.
Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni pada bidangnya dalam
penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi
yang dihadapi.
Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara
umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang
6 pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu
memformulasikan penyelesaian masalah prosedural
Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis
informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam
memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi
Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah
tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif
kerjanya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau seni untuk menghasilkan langkah-langkah
pengembangan strategis organisasi.
7 Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan
monodisipliner.
Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis
dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua
aspek yang berada di bawah tanggung jawab bidang keahliannya.
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui
riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.
Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi,
8 dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan
inter atau multidisipliner.
Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi
masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan
nasional dan internasional. .. .
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
baru di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya
9
melalui riset, hingga menghasilkan karya kreatif, original, dan
teruji.

10
Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/ atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan
inter, multi, dan transdisipliner.
Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan
pengembangan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat
manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan
internasional

F. STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI).

Pendidikan dan pelatihan kejuruan di Indonesia dirancang oleh pemerintah pusat

dengan pendekatan kurikulum atau silabus yang kurang sesuai dengan kebutuhan

industri. Industri kurang dilibatkan dalam mengidentifikasi kebutuhan pendidikan dan

pelatihan sehingga hasilnya tidak sesuai dengan kebutuhan.

Terdapat pendapat yang kuat di kalangan industri otomotif bahwa lulusan institusi

pendidikan dan pelatihan tidak siap pakai untuk memulai pekerjaan di industri. Pada

tahun 2000, melalui Indonesia Australia Partnership for Skills Development (IAPSD)

untuk proyek otomotif, Pemerintah Australia melalui Departemen Luar Negeri (AusAID)

membantu membiayai pengembangan standar kompetensi otomotif untuk perawatan

dan perbaikan kendaraan ringan di Indonesia.

Setelah mengadakan konsultasi secara meluas dengan bengkel umum dan

perusahaan pemegang merek serta pakar otomotif di Indonesia, kelompok bidang

keahlian (KBK) otomotif yang berada di bawah Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional

(MPKN) mengembangkan suatu standar yang dikenal sebagai standar KBK untuk

industri otomotif di Indonesia.

Instansi pemerintah yang pada saat itu terlibat secara aktif dalam memfasilitasi

dan membantu proyek otomotif IAPSD adalah sebagai berikut:

• Departemen Pendidikan Nasional

• Departemen Tenaga Kerja

11
• Departemen Perindustrian dan Perdagangan

• Departemen Perhubungan

Sebagai hasil proyek otomotif IAPSD, telah tersusun standar kompetensi yang pada

dasarnya merupakan gabungan dari standar KBK tersebut dan standar Australia terbaru.

Standar kompetensi tersebut telah disosialisasikan kepada wakil dari bidang industri

terkait. Umpan balik dan revisi telah dilakukan melalui standard advisory group serta

masukan dari komite resmi proyek otomotif IAPSD. Standard advisory group saat ini lebih

dikenal dengan nama Ikatan Teknisi Otomotif (ITO-Indonesia) yang merupakan

himpunan profesi terkait dalam bidang otomotif.

Standar kompetensi tersebut menjadi SKKNI pertama yang diterbitkan pada tanggal

8 Juli 2004 melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

KEP.116/MEN/VII/2004 tentang Penetapan SKKNI Sektor Otomotif Subsektor

Kendaraan Ringan.

Selanjutnya, dalam rangka mengurangi terjadinya kesenjangan kompetensi antara

lulusan pendidikan/pelatihan dengan kebutuhan pada sektor industri di Indonesia, maka

orientasi pendidikan/pelatihan yang selama ini supply driven perlu diubah menjadi

demand driven. Para praktisi industri perlu terlibat langsung untuk menginformasikan

kebutuhan kompetensi yang ada pada bidangnya masing-masing dalam bentuk SKKNI.

SKKNI tersebut nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk penyusunan program dan

kurikulum pendidikan/pelatihan berbasis kompetensi (sampai dengan modul-modul

pembelajarannya), untuk proses pembelajaran pada lembaga pendidikan/pelatihan serta

digunakan pula sebagai acuan untuk penyusunan materi uji kompetensi pada lembaga

sertifikasi profesi (LSP)

Dengan konsep tersebut, kemampuan lulusan lembaga pendidikan/pelatihan akan

sesuai dengan kebutuhan industri dan para lulusan nantinya juga dapat memiliki sertifikat

12
kompetensi setelah melalui uji kompetensi di LSP. Para tenaga kerja yang sudah bekerja

di industri juga perlu mendapatkan sertifikat kompetensi sebagai wujud pengakuan

terhadap keahlian yang dikuasainya.

SKKNI diamanatkan dalam pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan. Kemudian dalam pasal yang sama ayat (4) disebutkan

bahwa tata cara penetapan SKKNI diatur oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang

ketenagakerjaan. Tata cara penetapan SKKNI telah beberapa kali mengalami perubahan

dan terakhir diatur melalui Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 3 Tahun 2016

tentang Tata Cara Penetapan SKKNI. Tata cara penetapan SKKNI sebelumnya pernah

diatur melalui peraturan sebagai berikut:

• Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.227/MEN/2003

tentang Tata Cara Penetapan SKKNI

• Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.69/MEN/V/2004

tentang Perubahan Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor KEP.227/MEN/2003 tentang Tata Cara Penetapan SKKNI

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.21/MEN/X/2007

tentang Tata Cara Penetapan SKKNI

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2012 tentang

Tata Cara Penetapan SKKNI

• SKKNI Nomor : 098 tahun 2018 tentang Pembuatan Barang dari Logam, Sub Bidang

Pengelasan

13
G. SKKNI SUBBIDANG PENGELASAN

1. LANDASAN HUKUM

SKKNI Subbidang Pengelasan Mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja

R.I. Nomor : 098 tahun 2018 tertanggal 25 Mei 2018 tentang ; Penetapan SKKNI

Kategori Industri Pengolahan Logam Dasar Bidang Jasa Pembuatan Barang-

Barang dari logam Sub Bidang Pengelasan.

SKKNI bidang pengelasan yang saat ini disusun merujuk pada beberapa referensi,

antara lain:

1. IIW, IAB-252r3-16, Welding Coordinator

2. IIW, IAB-041r4-16-IWIP, International Welding Inspection Personnel

2. IIW, IAB-089r4-12-Part II, International Welders Guideline.

3. IIW, IAB-089r5-14-Part I, Welders Guideline 4. ISO, 14731 - Welding

Coordination – Tasks and Resposibilities

5. ISO 9606-1: 2012 - Qualification testing of welders - Fusion welding - Part 1:

Steels

6. ASME BPVC Section IX, Qualification Standard For Welding, Brazing, And

Fusing Procedures; Welders; Brazers; And Welding, Brazing, And Fusing

Operators

7. AWS D1.1 An American National Standard Structural Welding Code Steel

8. Rule Biro Klasifikasi Indonesia Volume VI tentang Welding

9. API STANDARD 1104, Welding of Pipelines and Related Facilities

2. PENGGUNAAN SKKNI

Standar Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga/ institusi yang

berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia, sesuai dengan

14
kebutuhan masing-masing:

1) Untuk institusi pendidikan dan pelatihan :

a. Memberikan informasi untuk pengembangan program dan kurikulum.

b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian, sertifikasi.

2) Untuk dunia usaha/industri dan penggunaan tenaga kerja :

a. Membantu dalam rekruitmen.

b. Membantu penilaian unjuk kerja.

c. Membantu dalam menyusun uraian jabatan.

d. Mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan dunia

usaha/industri.

3) Untuk institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi :

a. Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai

dengan kulifikasi dan levelnya.

b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian dan sertifikasi.

3. PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI

Fungsi Kunci Fungsi Utama/ Jabatan


1 Melakukan kegiatan perencanaan pengelasan
(Welding Engineer)
Engineering 2 Melakukan kegiatan asistensi perencanaan pengelasan
(Welding Technologist/ Welding Superintendent)
3 Melakukan kegiatan desain pengelasan
(Welding Designer)
1 Melakukan kegiatan supervisi pengelasan
(Welding Specialist/Su pervisor)
2 Melakukan kegiatan pembimbinga n pengelasan (Welding
Practitioner/F oreman)
Fabrikasi 3 Melakukan proses pengelasan pipa (Pipe Welder)
4 Melakukan proses pengelasan fillet (Fillet Welder)
5 Melakukan proses pengelasan pelat (Plate Welder)
6 Melakukan proses pengelasan otomatis (Welding
Operator)

15
Fungsi Kunci Fungsi Utama/ Jabatan
1 Melakukan kegiatan inspeksi pengelasan dasar (Welding
Inspector Basic)
Inspeksi dan 2 Melakukan kegiatan inspeksi pengelasan standar
Uji (Welding Inspector Standard)
3 Melakukan kegiatan inspeksi pengelasan komprehensif
(Welding Inspector Comprehensive /Senior)

4. DAFTAR UNIT KOMPETENSI

NO. KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI


1 C.24LAS01.001.1 Melaksanakan persiapan tempat kerja
2 C.24LAS01.002.1 Melakukan peran serta (contribute) pada sistem mutu
3 C.24LAS01.003.1 Menetapkan proses dan peralatan las
4 C.24LAS01.004.1 Menetapkan kesesuaian material induk dan bahan
tambah
5 C.24LAS01.005.1 Merencanakan desain dan konstruksi perakitan
sambungan las
6 C.24LAS01.006.1 Melakukan koordinasi quality assurance dalam fabrikasi
pengelasan
7 C.24LAS01.007.1 Melakukan koordinasi quality control dalam fabrikasi
pengelasan
8 C.24LAS01.008.1 Menetapkan kualifikasi juru las dan operator las yang
melaksanakan pekerjaan las
9 C.24LAS01.009.1 Menetapkan jenis inspeksi dan uji rakitan sambungan
las yang disyaratkan serta kriteria keberterimaannya
10 C.24LAS01.010.1 Membuat Welding Procedure Specification (WPS)
sesuai standar yang ditentukan
11 C.24LAS01.011.1 Melaksanakan pembuatan welding map
12 C.24LAS01.012.1 Membuat Non Destructive Test (NDT) map
13 C.24LAS01.013.1 Membuat detail gambar kerja
14 C.24LAS01.014.1 Mengevaluasi penyebab ketidaksesuaian hasil
pengelasan
15 C.24LAS01.015.1 Melakukan review contract dan subcontract dalam
bidang pengelasan
16 C.24LAS01.016.1 Melakukan analisis gap pengetahuan personil las
17 C.24LAS01.017.1 Menginterpretasikan proses, peralatan, dan produk
berdasarkan Welding Procedure Specification (WPS)
sesuai prosedur
18 C.24LAS01.018.1 Mereview material induk dan bahan tambah
berdasarkan Welding Procedure Specification (WPS)
sesuai prosedur
19 C.24LAS01.019.1 Menginterpretasikan desain dan konstruksi perakitan
sambungan las berdasarkan General Assembly (GA)
sesuai prosedur
20 C.24LAS01.020.1 Melakukan penjaminan mutu proses pengelasan
21 C.24LAS01.021.1 Memimpin tim kerja kecil
22 C.24LAS01.022.1 Mengidentifikasi Welding Procedure Specification
(WPS)
23 C.24LAS01.023.1 Menginterpretasikan welding map
24 C.24LAS01.024.1 Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) map

16
25 C.24LAS01.025.1 Menginterpretasikan detail gambar kerja
26 C.24LAS01.026.1 Memperbaiki hasil pengelasan
27 C.24LAS01.027.1 Mendemonstrasikan praktek pengelasan kepada
kelompok welder (juru las)/level di bawahnya
28 C.24LAS01.028.1 Membuat sambungan las fillet sesuai WPS untuk
pengelasan pelat ke pelat, pipa ke pipa, dan pelat ke
pipa sesuai dengan proses las yang digunakan
29 C.24LAS01.029.1 Membuat sambungan las kampuh (groove) sesuai WPS
untuk pengelasan pelat ke pelat dan sesuai dengan
proses las yang digunakan
30 C.24LAS01.030.1 Membuat sambungan las kampuh (groove) sesuai WPS
untuk pengelasan pipa ke pipa dan sesuai dengan
proses las yang digunakan
31 C.24LAS01.031.1 Melakukan inspeksi visual pengelasan
32 C.24LAS01.032.1 Merencanakan kegiatan inspeksi pengelasan
33 C.24LAS01.033.1 Melakukan supervisi kegiatan inspeksi pengelasan
34 C.24LAS01.034.1 Melakukan Penetrant Test (PT)
35 C.24LAS01.035.1 Melakukan Magnetic Particle Test (MT
36 C.24LAS01.036.1 Melakukan Ultrasonic Test (UT)
37 C.24LAS01.037.1 Melakukan Radiography Test (RT)

5. URAIAN UNIT KOMPETENSI

5.1. KODE UNIT :


5.2. JUDUL UNIT :
5.3. DESKRIPSI UNIT :
5.4. ELEMEN KOMPETENSI DAN KRITERIA UNJUK KERJA
5.5 BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
2. Peralatan dan perlengkapan
3. Peraturan yang diperlukan
4. Norma dan standar
5.6. PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
2. Persyaratan kompetensi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
4. Sikap kerja yang diperlukan
5. Aspek kritis

17
BAB. II

JENJANG JABATAN TEKNIK PENGELASAN

A. GAMBARAN UMUM

Profesi Welder (juru las) adalah satu dari sekian banyak profesi yang ada.

Tugas utama seorang welder adalah menyambung, biasanya media yang

disambung adalah logam/metal, bisa berupa besi/baja, stainless steel,

alumunium, tembaga, kuningan, nikel, titanium dan lain-lain. Pekerjaan sebagai

welder berhubungan dengan berbagai sektor usaha seperti:

• Pertambangan

• Minyak & Gas Bumi

• Industri Alat Berat

• Pabrik/Manufacture

• Industri Perkapalan

• Konstruksi

• Industri Petrokimia

• Energi

• Industri Pengolahan

B. PERSYARATAN KERJA

Bagi profesi welder secara umum untuk tingkat pemula dituntut beberapa

persyaratan sebagai berikut:

Usia : Minimum 18 tahun

Fisik : Kesehatan umum sehat (terutama mata dan motorik)

Keterampilan : Koordinasi visual-motorik, baik motorik halus dan motorik kasar,

Terampil,Tingkat presisi tinggi.

18
Penguasaan keahlian sebagai welder (juru las) dapat diperoleh melalui pelatihan

teknik las

C. PENDIDIKAN & KETERAMPILAN

Di Indonesia kualifikasi pendidikan yang harus dipenuhi minimal Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

Memiliki Sertifikal Las (sesuai persyaratan) keahlian: Fillet, Plate, Pipe.

Untuk sertifikasi wajib mengacu kepada standar international, seperti; ISO 9606

dengan petunjuk (guideline) dari International Institute of Welding (IIW). Berikut ini

beberapa contoh pendidikan dan sertifikasi welder (juru las) yang dipersyaratkan

untuk menjadi welder (juru las) di beberapa Negara:

1. Australia

✓ Kualifikasi pendidikan yang harus dipenuhi minimal Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) atau setara.

✓ Certificate II in Engineering (Fabrication)

✓ Certificate III in Engineering (Apprenticeship)

✓ Certificate IV in Engineering (Post-Trade and PreVocational)

2. Amerika Serikat

✓ Kualifikasi pendidikan yang harus dipenuhi minimal Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) atau Setara.

✓ AWS Certificate (American Welding Society)

3. Timur Tengah

✓ Kualifikasi pendidikan yang harus dipenuhi minimal Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) atau Setara.

19
✓ Welder Certificate (SMAW 2G-3G, FCAW 3G-4G)

4. Malaysia

✓ Kualifikasi pendidikan yang harus dipenuhi minimal Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) atau Setara.

✓ Welder Certificate (SMAW 6 GR, GATW SS)

5. Jepang

✓ Kualifikasi pendidikan yang harus dipenuhi minimal Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) atau Setara.

✓ Welder Certificate (FCAW 3G, TIG)

D. URAIAN TUGAS

Welder adalah profesi yang bertugas melakukan pekerjaan

penyambungan logam menggunakan teknik pengelasan. Klasifikasi welder sendiri

dibedakan berdasarkan jenis material yang dilas dan atau jenis pengelasan

yang dilakukan, misal:

1. Fillet Welder adalah seseorang yang dapat melakukan pengelasan material

tanpa kampuh (Teknik Menggabungkan) tanpa alur (without groove).

2. Plate Welder adalah seseorang yang dapat melakukan pengelasan material

yang berupa pelat dibuat dengan kampuh (teknik menggabungkan) dan

dengan alur (with groove).

3. Pipe Welder adalah welder yang memiliki kemampuan melakukan pengelasan

material berupa pipa (tube) baik pipa besar maupun pipa kecil.

4. Under Water Welder adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk

melakukan proses pengelasan dalam kondisi di dalam air dengan kedalaman

tertentu.

20
5. Operator Welding adalah seseorang yang mengoperasikan alat welding

otomatis, melakukan pekerjaan penyambungan logam menggunakan teknik

pengelasan. Klasifikasi welder (juru las) sendiri dibedakan berdasarkan jenis

material yang dilas dan atau jenis pengelasan yang dilakukan, seperti : SAW

(Submerged Arc Welding), robot dan lain-lain.

E. KUALIFIKASI WELDER

Kualifikasi welder (juru las) serta merujuk pada regulasi pemerintah dan

atau standar bahwa setiap jenis pekerjaan las dilakukan oleh welder (juru las)

sesuai dengan jenis pekerjaan las yang tercantum pada masing-masing

sertifikat para welder (juru las). Jadi kualifikasi welder (juru las) sesuai

ketentuan standar yang ditetapkan.

Apabila variabel esensial dilanggar, maka juru las harus dikualifikasi ulang.

Kualifikasi juru las mempunya range tertentu yang harus ditulis dalam

sertifikatnya, dan baisanya mengacu ke standar tertentu. Secara umum

kualifikasi juru las memiliki variabel esensial yaitu:

➢ Proses Las (SMAW, GTAW, FCAW, Stud Welding, Oxy Acetylene/Las

Karbit, SAW, Thermit Welding).

➢ Jenis Material benda kerja (Mild steel, stainless steel, Ferrous metal, non

ferrous metal, High strength steel).

➢ Posisi Pengelasan (Mendatar, Vertikal, Horizontal atau diatas kepala/over

head

➢ Type Sambungan (Fillet, Groove).

a. Fillet Welder (Pelat dan Pipa)

b. Groove Welder (Pelat dan Pipa)

21
➢ Dimensi lasan (ukuran base metal, meliputi diameter dan ketebalan).

F. TINGKAT KOMPETENSI WELDER (JURU LAS):

1 Fillet Welder (Juru Las Sambungan Fillet):

Kompeten pada posisi pengelasan pelat maupun pipa dengan posisi:

1F (PA), 2F (PB), 3F (PF/PG), 4F (PD), 5F (PF).

2 Plate Welder (Juru Las Sambungan Pelat dengan Groove/Kampuh) :

Kompeten pada posisi pengelasan Pelat dengan posisi 1G (PA), 2G

(PC), 3G(PF/PG), 4G (PE) dan boleh melakukan pekerjaan yang

dilakukan oleh Fillet Welder tetapi dilarang mengelas jenis pekerjaan

yang dilakukan oleh Pipe Welder.

3 Pipe Welder (Juru Las Sambungan Pipa dengan kampuh/ groove) :

Kompeten pada posisi pengelasan pipa posisi 1G (PA), 2G (PC), 5G

(PF/PG), 6G (HL-045/JL-045), 6GR.

G. RAGAM PEKERJAAN PROFESI WELDER

1 OPERATOR WELDER Adalah seseorang yang mengoperasikan alat

welding otomatis. Bertanggung jawab untuk memastikan keandalan mesin

las yang digunakan.

2 WELDING FOREMAN (Group Leader/Welding Practitioner)

Welding Foreman adalah orang yang bertugas mengawasi/mengontrol

dan memastikan bahwa pekerjaan pengelasan yang dilakukan oleh

welder sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan yang ditentukan. Selain

itu Welding Foreman memiliki tugas dan tanggung jawab melaksanakan

welder test untuk mendapatkan kualifikasi welder yang sesuai dengan

22
spesifikasi pekerjaan pengelasan yang dilakukan. Welder Foreman juga

harus mampu membuat laporan hasil pencapaian pekerjaan pengelasan

dan menyiapkan untuk proses pemeriksaan hasil lasan

3 WELDING SUPERVISOR (Welding Specialist)

Welding Supervisor adalah orang yang bertugas mengawasi/mengontrol

dan memastikan bahwa pekerjaan pengelasan yang dilakukan oleh

welder sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan yang ditentukan. Selain

itu Welding Supervisor memiliki tugas dan tanggung jawab merencanakan

pekerjaan welding sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Welder

Supervisor juga harus mampu membuat laporan hasil pencapaian

pekerjaan pengelasan dan menyiapkan untuk proses pemeriksaan hasil

lasan.

4 WELDING INSPECTOR

Welding Inspector adalah orang yang bertugas memeriksa seluruh

tahapan pekerjaan yang terkait proses pekerjaan pengelasan baik

sebelum, selama dan setelah proses pengelasan. Tugas dan tanggung

jawab tersebut diantaranya adalah:

a) Melakukan pemeriksaan dan pengujian pengelasan,

mengidentifikasi penyimpangan parameter pengelasan,

melakukan observasi keselamatan dan kesehatan kerja, mematuhi

prosedur ditempat kerja.

b) Menentukan metode inspeksi yang tepat, menetapkan kecukupan

peralatannya. Menetapkan benar salahnya metoda inspeksi yang

digunakan dan memeriksa keabsahan peralatnnya, meliputi fungsi

dan kalibrasinya.

23
c) Menetapkan mutu dan keberterimaan hasil pengelasan.

d) Membuat rekomendasi perbaikan atas hasil las yang cacat.

e) Melaporkan hasil inspeksinya kedalam format yang jelas, sehingga

diterima oleh pihak-pihak terkait.

f) Memantau pekerjaan sebelum pengelasan, selama pengelasan

dan paska pengelasan. Memberikan arahan cara melakukan

pengelasan yang baik dan benar. Memberikan arahan jika terdapat

parameter yang tidak sesuai.

5. WELDING ENGINEER

Welding Engineer adalah orang yang bertugas mendesign, menghitung,


menentukan jenis sambungan las yang akan di produksi atau
dilaksanakan di suatu pekerjaan konstruksi. detail design sambungan las
tersebut tertuang dalam suatu dokumen yang bernama WPS (Welding
Procedure Specification). WPS kurang lebih mengatur pemilihan teknik
pengelasan, pembuatan prosedur pengelasan dan spesifikasi fillet
material, termasuk semua jenis consummable. Welding Engineer juga
bertanggung jawab untuk menguji konstruksi/design sambungan las
tersebut baik dari segi keandalan dan proses fabrikasi serta pemasangan.
Welding engineer harus mampu memutuskan jenis material yang akan
digunakan pada suatu konstruksi, proses pengelasan yang akan
digunakan, kemampuan fasilitas produksi pabrik/perusahaan untuk
membangun konstruksi tersebut (termasuk di dalamnya kualifikasi welder
dan ketersediaan peralatan pengelasan). Welding Engineer juga memiliki
kewenangan untuk memberikan persetujuan terhadap urutan proses
pekerjaan pengelasan sesuai spesifikasi pekerjaan secara keseluruhan.

6. WELDING EDUCATOR/ INSTRUCTOR

Instruktur las atau tenaga ahli las dengan pendidikan yang memiliki
pengetahuan khusus/spesial las dan ketrampilan praktek dengan posisi
yang paling tinggi sebagai prasyarat, yaitu: posisi 6G (HL-045/ JL-045),

24
6GR. Dengan pengalaman sebagai koordinator proses pengelasan
tingkat 4 (Welding Coordinator Level 4) atau pengawas proses produksi
(pengelasan). Ketrampilan dan keahlian yang dituntut dunia kerja sebagai
seorang ahli las. Seorang instruktur las dapat juga telah menyelesaikan
gelar atau program pelatihan dalam teknik pengelasan dengan sertifikat
maupun diplom International

7. WELDING UNDER WATER

✓ AWS D3.6 : Underwater welding Cod


✓ AWS OPP 80 : Underwater welding of offshore platforms and pipelines
✓ AWS WHB-3 : Underwater Welding and Cutting

25
H. SKEMA SERTIFIKASI LEVEL-II TEKNIK PENGELASAN

26
1. Pengesahan BNSP tanggal 6 Nopember 2017

27
2. Rincian unit Kompetensi

28
29
30
I. SKEMA SERTIFIKASI LEVEL-IV TEKNIK PENGELASAN

31
5.1.Rincian Unit Kompetensi
NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
1. C.24LAS01.001.1 Melaksanakan persiapan tempat kerja
2. C.24LAS01.002.1 Melakukan peran serta (contribute) pada sistem mutu
3. C.24LAS01.003.1 Menetapkan proses dan peralatan las
4. C.24LAS01.004.1 Menetapkan kesesuaian material induk dan bahan tambah
5. Mengidentifikasi Welding Procedure Specification
C.24LAS01.022.1
(WPS)
6. C.24LAS01.025.1 Menginterpretasikan detail gambar kerja
7. C.24LAS01.026.1 Memperbaiki hasil pengelasan
8. Mendemonstrasikan praktek pengelasan kepada kelompok welder
C.24LAS01.027.1
(juru las)/level di bawahnya
Membuat sambungan las fillet sesuai WPS untuk pengelasan pelat
9. C.24LAS01.028.1 ke pelat, pipa ke pipa, dan pelat ke pipa sesuai dengan proses las
yang digunakan
Membuat sambungan las kampuh (groove) sesuai WPS untuk
10. C.24LAS01.029.1 pengelasan pelat ke pelat dan sesuai dengan proses las yang
digunakan
Membuat sambungan las kampuh (groove) sesuai WPS untuk
11. C.24LAS01.030.1 pengelasan pipa ke pipa dan sesuai dengan proses las yang
digunakan
12. C.24LAS01.031.1 Melakukan inspeksi visual pengelasan
13. C.24LAS01.034.1 Melakukan Penetrant Test (PT)
14. C.24LAS01.035.1 Melakukan Magnetic Particle Test (MT)

5.7. Pencapaian Kompetensi


Skema KKNI Level IV pada kompetensi keahlian Teknik Pengelasan dapat dicapai melalui
pendekatan okupasi, yakni sebagai berikut :

5.7.1. Juru Las (Welder) Level Dasar


Kode : SSK02/PPPPTKBMTI/KKLAS-01/2019
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
1. C.24LAS01.001.1 Melaksanakan persiapan tempat kerja
2. C.24LAS01.003.1 Menetapkan proses dan peralatan las
3. C.24LAS01.025.1 Menginterpretasikan detail gambar kerja
Membuat sambungan las fillet sesuai WPS untuk pengelasan
4. C.24LAS01.028.1 pelat ke pelat, pipa ke pipa, dan pelat ke pipa sesuai dengan
proses las yang digunakan *)
Membuat sambungan las kampuh (groove) sesuai WPS untuk
5. C.24LAS01.029.1 pengelasan pelat ke pelat dan sesuai dengan proses las yang
digunakan **)
*) - Sambungan fillet- pelat ke pelat sampai dengan posisi 2F dengan SMAW dan OAW
**) - Sambungan groove- pelat ke pelat sampai dengan posisi 1G dengan SMAW dan OAW

32
5.7.2. Juru Las (Welder) Pelat
Kode : SSK02/PPPPTKBMTI/KKLAS-02/2019
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
1. Mendemonstrasikan praktek pengelasan kepada kelompok
C.24LAS01.027.1
welder (juru las)/level di bawahnya
2. Mengidentifikasi Welding Procedure Specification
C.24LAS01.022.1
(WPS)
Membuat sambungan las fillet sesuai WPS untuk pengelasan
3. C.24LAS01.028.1 pelat ke pelat, pipa ke pipa, dan pelat ke pipa sesuai dengan
proses las yang digunakan *)
Membuat sambungan las kampuh (groove) sesuai WPS untuk
4. C.24LAS01.029.1 pengelasan pelat ke pelat dan sesuai dengan proses las yang
digunakan **)
5. C.24LAS01.026.1 Memperbaiki hasil pengelasan
*) - Sambungan fillet -pelat ke pelat sampai dengan posisi 4F
**) - Sambungan groove-pelat ke pelat sampai dengan posisi 4G

5.7.3. Juru Las (Welder) Pipa


Kode : SSK02/PPPPTKBMTI/KKLAS-03/2019
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
1. C.24LAS01.027.1 Mendemonstrasikan praktek pengelasan kepada kelompok
welder (juru las)/level di bawahnya
Membuat sambungan las fillet sesuai WPS untuk pengelasan
2. C.24LAS01.028.1 pelat ke pelat, pipa ke pipa, dan pelat ke pipa sesuai dengan
proses las yang digunakan *)
Membuat sambungan las kampuh (groove) sesuai WPS untuk
3. C.24LAS01.030.1 pengelasan pipa ke pipa dan sesuai dengan proses las yang
digunakan **)
4. C.24LAS01.026.1 Memperbaiki hasil pengelasan
*) - Sambungan fillet- pelat ke pipa/ pipa ke pipa sampai dengan posisi 6F
**) - Sambungan groove-pipa ke pipa sampai dengan 6G

5.7.4. Welding Inspector-Basic


Kode : SSK02/PPPPTKBMTI/KKLAS-04/2019
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
1. C.24LAS01.002.1 Melakukan peran serta (contribute) pada sistem mutu
2. C.24LAS01.004.1 Menetapkan kesesuaian material induk dan bahan tambah
3. C.24LAS01.031.1 Melakukan inspeksi visual pengelasan
4. C.24LAS01.034.1 Melakukan Penetrant Test (PT)
5. C.24LAS01.035.1 Melakukan Magnetic Particle Test (MT)

33
DAFTAR PUSTAKA

Perpres Nomor : 8 TAHUN 2012


SKKNI Pengelasan no. 098 Tahun 2018
SKKNI Pengelasan SMAW no. 342 Tahun 2007
SKKNI Pengelasan Non SMAW no. 105/Men/V/2008
SKKNI Welding Inspector no. 42/Men/2009
SKKNI Welding Supervisor no. 154/Men/VIII/2010
SKKNI Under Water Welding no. 146 Tahun 2013
ISO 9606 Qualification Testing of Welders
AWS D 1-1 Structural Welding Code Steel
AWS QC 1 Standard for AWS Certification of Welding Inspector
API 1104 Welding of Pipeline and Related Fasilities
API 650 Welding Tanks For Oil Storage
ASME Section IX Welding, Brazing and Fusing Qualification
IIW IAB 001r6-2015 Guideline Minimum Requirement for The Education,
Examination and Qualification of Welding Personnel
IIW IAB 252r4-2015 IIW Guideline Minimum Requirement for The Education,
Examination and Qualification For Welding Engineer, Welding Technologies,
Specialists and Practitioner
IIW IAB 041r3-2010 Minimum Requirement for The Education, Examination and
Qualification, For International Welding Inspector
IIW IAB 089r4-2012 Minimum Requirement for The Education, Examination and
Qualification, For International Welders
CSWIP-WI-6-92 13 edition Requirements For The Certification of Visual Welding
Inspector, Welding Inspector and Senior Welding Inspector according to ISO
17637
Rule BKI Volume VI tentang Welding
Permenaker 02/Men/1982 Tentang Kualifikasi Juru Las Ditempat Kerja
Exercise in education world, www.educations-world.com

34
GLOSARIUM:

KKNI : KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA


SKKNI : STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
Welding Pengelasan adalah suatu proses penyambungan dua buah bahan atau
lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses fusi, sehingga terbentuk
suatu sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian
: panas dan tekanan. Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan,
dapat menahan kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta cukup
ekonomis. Namun kelemahan yang paling utama adalah terjadinya
perubahan struktur mikro bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan
sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang dilas
Bahan Induk : Bahan induk adalah material utama berupa logam atau campurannya yang
akan disambung menggunakan proses pengelasan
Bahan Tambah : Bahan tambah adalah bahan yang ditambahkan dalam proses pengelasan
dan biasa juga disebut sebagai consumable.
Peralatan Las : Peralatan las adalah suatu unit yang digunakan untuk menunjang
pekerjaan pengelasan
Alat Bantu : Alat bantu adalah alat yang digunakan untuk membantu proses pengelasan
Root Gap Root Gap adalah jarak antara dua material induk yang akan
:
disambung dengan las.
General General Assembly (GA) Drawing adalah gambar lengkap konstruksi
:
Assembly las yang akan diproduksi
Welding Welding Procedure Specification (WPS) adalah suatu dokumen yang
Procedure memuat variabel penting dalam pengelasan dengan aplikasi yang
:
Specification spesifik untuk menjamin hasil lasan yang dilakukan oleh Welder
(WPS) atau Welding Operator yang kompeten.
Inspeksi visual Inspeksi visual adalah pemeriksaan hasil pengelasan dengan mata
: telanjang

fillet weld Las fillet (fillet weld) adalah bentuk las yang mempunyai penampang
: mendekati bentuk segitiga yang biasa dipakai untuk penyambungan di
daerah T joint atau corner joint
groove weld : Las kampuh (groove weld) adalah pengelasan pada benda kerja
dengan persiapan kampuh sebelum dilakukan pengelasan
Kampuh las Kampuh las adalah celah atau alur diantara dua permukaan benda kerja
: yang akan disambung yang menyediakan ruang untuk diisi bahan tambah
(filler metal).
Jabatan dalam Jabatan-jabatan dalam pengelasan adalah jabatan seseorang yang
pengelasan : bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses pengelasan dan atau
pembuatan suatu produk yang dihasilkan melalui proses pengelasan.
Welder : Welder adalah personil yang melakukan pekerjaan pengelasan, dan
di Indonesia dikenal sebagai Juru Las/Tukang Las
Welding Welding Operator adalah orang yang mengoperasikan mesin las dengan
Operator : kontrol yang adaptif, otomatis, termekanisasi, atau perlengkapan las yang
robotic
Welding : Welding Inspector adalah personil yang memeriksa hasil pengelasan dan
Inspector berhak menyatakan bahwa hasil penegelasan itu baik atau tidak.
Welding : Welding Engineer adalah personil yang membuat desain dan spesifikasi
Engineer proses pengelasan
Welding Welding Technologist adalah personil yang membantu Welding Engineer
Technologist : dalam mendetailkan desain konstruksi rakitan las dan spesifikasi proses
pengelasan

35
Note : Referensi lain / Tambahan
Program Sertifikasi Welder Kemenaker RI:
• Welder Kelas 1:
Plate: 1G, 2G, 3G, 4G
Pipe: 1G, 2G, 5G, 6G

• Welder Kelas 2:
Plate: 1G, 2G, 3G, 4G
Pipe: 1G, 2G, 5G

• Welder Kelas 3:
Plate: 1G, 2G
Pipe: 1G, 2G
.
.

36

Anda mungkin juga menyukai