Anda di halaman 1dari 13

LEGALITAS

KRATOM
INDONESIA
Mitragyna Speciosa DAUN SURGA ALAM KALIMANTAN

Jl.Pangeran Natakusuma no 161, Pontianak Kalimantan Barat


KodePos : 78116 Email : Ck161pnk@gmail.com
KRATOM BUKAN NARKOBA
PONTIANAK – Pedagang daun kratom
Kalimantan Barat yang tergabung dalam
Himpunan CASTLE NUSANTARA NETWORK
menegaskan bahwa kratom belum termasuk
jenis narkoba. Menurut mereka sampai saat ini
belum ada undang-undang yang menetapkan daun
tersebut sebagai jenis narkoba. “Belum masuk
dalam Undang-Undang Narkotika,” Tahun 2017
menurut BNN Provinsi Kalimantan barat,
BrigjenPolNasrullah.

Brigjen Pol Nasrullah mengatakan, daun kratom atau daun purik secara alami tersebar di wilayah
hutan Indonesia khususnya Kalimantan Barat. Daun kratom sudah dimanfaatkan secara
tradisional sebagai obat herbal. Beberapa tahun terakhir, daun kratom sudah menjadi
komoditas di sejumlah daerah di Kalbar.

Daerah-daerah seperti Sekadau, Putussibau, Sungai Ambawang, Sanggau, Bengkayang,


Ketapang, Melawi sudah memanfaatkan daun kratom untuk diekspor ke luar negeri. Menurutnya,
ekspor kratom sendiri menyasar pasar sebagian besar Eropa seperti Inggris dan Belanda. Belum
lagi konsumen yang datang dari Kanada dan Cina. “Di masa jayanya ekspor kratom pernah
menyentuh angka 300 ton,” ungkapnya Rabu .

Sebelumnya, Badan Narkotika Nasional menemukan 41 jenis narkoba baru berdasarkan hasil
penelitian di Balai Laboratorium Uji Narkoba. Hanya saja, dari 41 jenis tersebut, 18 di
antaranya belum dicantumkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 13 tahun 2014. Salah
satunya daun kratom. Menurut BNN, serbuk kratom memiliki efek seperti opiat dan kokain

Kepala Humas Badan Narkotika Nasional Kombes Slamet Pribadi menyatakan, pada prinsipnya
BNN sudah mendorong satuan kerja di Kementerian Kesehatan agar 18 jenis narkoba baru yang
ditemukan itu dicantumkan dalam Permenkes. "Kita ingin ada Permenkes baru. Kalau tidak diubah
(Permenkes) ya tidak bisa masuk," kata Slamet saat dihubungi Pontianak Post.

Slamet mengatakan, kalau ada kejahatan terkait narkotika yang belum dimasukan ke dalam maka
tidak bisa ditindak. Karenanya, ia berharap ada Permenkes yang baru agar 18 jenis narkoba yang
ditemukan itu bisa tercantum di dalamnya. 

Kepala BNN Pontianak, Agus Sudiman mengatakan hal serupa, untuk saat ini belum ada undang-
undang yang melarang peredaran kratom di Indonesia. Pihaknya masih menunggu keputusan di
pusat mengenai peraturan tersebut. BNN membutuhkan rekomendasi dari Kementerian
Kesehatan untuk menempelkan kratom ke dalam Undang-Undang Narkotika.

Untuk saat ini, dia masih belum melihat adanya transaksi jual beli daun kratom di Pontianak,
sedang di daerah luar Pontianak ia sendiri pun masih belum dapat mengonfirmasikan hal
tersebut. “Jika peraturan yang melarang peredaran daun kratom telah dibuat. Kami akan
langsung mengonfirmasi hal tersebut lebih lanjut,” ujarnya.

Karena belum masuk dalam Undang-Undang Narkotika, masyarakat masih bebas melakukan
perdagangan kratom. Untuk bisa mengirim kratom ke luar negeri para pengusaha/ eksportir
harus berbekal sejumlah dokumen, antara lain Surat Keterangan Asal (SKA) yang biasa disebut
Certificate of Origin (COO). “Fungsinya sebagai pemberitahuan ekspor tentang negara asal
eksportir dan dapat mempermudah masuknya barang ke negara ekspor,” kata Rolian Ashar
selaku pelaku yang saat ini sebagai Owner Castle Kratom sebagai Brand yang dimiliki oleh PT
Bornesia Sinergi Nusantara.

Proses produksi daun kratom dimulai dari mengambil daun, memisahkan daun dari batangnya,
proses remasan, lalu dijemur hingga sempurna untuk kemudian digiling. Nantinya petani menjual
ke para pengepul selanjutnya dijual ke pengusaha/eksportir untuk diekspor. Dalam proses
produksinya, pengepul membawahi para petani. Rolian Ashar menyontohkan, dari kelompok
petani yang tergabung didalam Himpunan CNN ( Castle Nusantara Network ) yang masing-
masing dikepalai satu Badan Koperasi sebagai kordinator lapangan yang mengawasi bagian
produksi.

Ia mengatakan, berdasarkan situs shvoong.com yang dimuat pada 2012 lalu, pemanfaatan
kratom ini sudah lama digunakan karena memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan. Di
antaranya mengatasi kecanduan narkoba, mengatasi diare, meningkatkan daya tahan tubuh,
menurunkan tekanan darah, meningkatkan energi, mengatasi nyeri otot, mengatasi depresi,
stimulan seksual dan mengontrol kadar gula darah.

Masyarakat biasanya memanfaatkan daunnya dengan cara mengunyah langsung atau diseduh
dalam air panas atau dengan kopi. Daun tumbuhan ini juga bisa dibuat menjadi rokok. Menurut
Rolian Ashar, beberapa senyawa-senyawa yang ditemukan dalam daun kratom kering telah
terbukti memiliki sifat antioksidan dan karena itu dianggap manfaat kesehatan yang signifikan.
Selain itu, olahan kratom dapat digunakan sebagai obat bius selama operasi dan dapat membantu
menambah serat saluran pencernaan.
Menkes Kembali Ubah Golongan Narkotika,
Permenkes No 44 Tahun 2019
farmasetika.com – Beberapa hari sebelum melepas jabatan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, Nila Farid Moeloek, mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan R, Nomor 44 Tahun
2019 terkait Perubahan Penggolongan Narkotika pada 17 Oktober 2019.

Salah satu alasan dikeluarkan Permenkes ini adalah terdapatnya zat psikoaktif baru (new
psychoactive substance) yang berpotensi penyalahgunaan dan membahayakan kesehatan
masyarakat yang belum termasuk dalam golongan narkotika sebagaimana diatur dalam Lampiran
I Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika.

Narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan
kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi dapat juga menimbulkan ketergantungan
yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan
pengawasan yang ketat dan saksama.

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 50 Tahun
2018 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 1595), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Permenkes ini menambah Narkotika Golongan I menjadi 175 dimana sebelumnya adalah 161.
Sedangkan Narkotika Golongan II dan III tetap. Berikut selengkapnya dilampirkan UUD
terbaru Menkes RI no 44 Tahun 2019 :
Kratom, Herbal Indonesia yang Lebih
Tersohor di Negeri Asing
AKURAT.CO, Beberapa operasi bedah tidak dapat membantu seorang pasien di Amerika
Serikat (AS), Lisa Vinson, mengatasi sakit perut kronis akibat endrometriosis, kondisi saat
jaringan mulai tumbuh keluar rahim.

Menurutnya, dokter hanya memberinya pil dan lebih banyak pil. “Ini membuat Anda merasa
nyaman sementara tapi kemudian ini tidak membantu sama sekali,” papar Vinson, 41, di Crystal
River, Florida, AS sebagaimana dilansir dari CNN (26/10).

Seperti kebanyakan pengguna opioid lain, Vinson memiliki toleransi pada obat penghilang rasa
sakit yang diresepkan dokter. “Setiap bulan, dokter mengatakan, ‘Bagaimana kabarmu?’ Saya
katakan, ‘Baik, ini tidak benar-benar membantu. Saya masih merasa sakit,” paparnya. Untuk
membuatnya nyaman, dokter mengatakan, “Baik, tambah ini. Pil ini dan kemudian ini.”

Dia kini mengonsumsi 12 jenis pil yang masing-masing memiliki fungsi berbeda. Yang satu untuk
mengatasi rasa sakit dan lainnya untuk efek samping obat tersebut. Dia tidak ingin terus makan
pil tapi tanpa pil, dia sama sekali tak bisa melakukan apapun.

Kondisinya pun kian memburuk. Akhirnya dia melakukan riset sendiri tentang cara alami
mengatasi rasa sakit dan muncullah artikel tentang herbal Kratom.

Menurut Profesor Darshan Singh Mahinder dari Centre for Drug Research di University of
Science Malaysia, daun kratom biasa digunakan dengan ditumbuk dan dibuat menjadi teh.

“Ini untuk merawat ketergantungan terhadap heroin atau morfin atau mengurangi efek samping
para pengguna narkoba,” katanya. Herbal ini juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit.

Vinson pun mencoba kratom. Setelah beberapa jam mengonsumsi kratom, dia mulai bisa
beraktivitas di dapur. Dia juga dapat tidur nyenyak untuk pertama kali setelah bertahun-tahun.
Dia pun semakin yakin dengan khasiatnya. “Kratom menyelamatkan nyawa saya sehingga saya
bisa melalui berbagai hal terberat yang telah saya rasakan,” tuturnya.

Herbal ini banyak terdapat di Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia, herbal ini tak terlalu
terkenal. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahui manfaat dan khasiatnya yang luar biasa.
Tapi di negeri orang, sudah banyak orang yang merasakan keampuhannya.
KESIMPULAN :

Dari data data yang telah diperoleh dari


berbagai sumber dan pihak terkait yang
berwenang untuk mengklasifikasikan
suatu komoditi yang memiliki senyawa
khusus seperti Daun Kratom ini, dapat
diambil kesimpulan bahwa Daun Kratom
tidak termasuk dalam daftar jenis
Narkotika baru dimana mengacu pada
perubahan Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 44 tahun 2019 tentang
penggolongan Narkotika. Dengan ini kami
PT. Bornesia Sinergi Nusantara sebagai pelaku usaha komoditi Daun Kratom meminta agar
pihak terkait yang memiliki wewenang dalam memberikan keputusan untuk melegalkan dan juga
memberikan peraturan lebih jelas terkait Daun Kratom. Agar para Buyer dan Investor luar
negeri merasa aman, nyaman dan juga terlindungi dalam perihal investasi untuk produk asli
Indonesia. Dimana Daun Kratom ini memiliki Potensi yang baik dan mempunyai nilai jual yang
sangat baik saat ini, tidak hanya persoalan harga, tetapi daun kratom atau Mitragyna Speciosa
juga kaya akan manfaatnya yang besar terutama untuk menjaga kesehatan dan kebugaran dan
bisa juga bermanfaat untuk produk produk kecantikan.
DAUN KRATOM, SUPLEMEN KONTROVERSIAL
YANG DICARI DI LUAR NEGERI
TEMPO.CO, Jakarta - Daun kratom, yang diolah menjadi suplemen dalam bentuk bubuk, kapsul,
atau daun kering di luar negeri, telah menjadi viral baru-baru ini. Kepolisian Resor Palangka
Raya, Kalimantan Tengah, Senin lalu telah mengamankan dua truk bermuatan 12 ton daun kratom
di depan pos polisi bundaran besar Jalan Yos Sudarso yang hendak dikirim ke luar negeri.

"Daun kratom ini berasal dari Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, hendak dibawa
ke Kota Pontianak, Kalimantan Barat, dan rencananya akan dikirim ke luar negeri," kata Kapolres
Palangka Raya Ajun Komisaris Besar Timbul RK Siregar, Senin, 14 Oktober 2019, sebagaimana
dikutip Antara.

Sebelum menetapkan status tiga pria pembawa daun kratom, polisi berkoordinasi dengan Balai
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta pihak Badan Narkotika Nasional Kota Palangka Raya
mengenai hal tersebut.

Apakah daun kratom dan benarkah berbahaya? Dalam beberapa tahun terakhir, di Amerika
beberapa vendor herbal telah bergeser untuk menjual suplemen herbal yang disebut Mitragyna
Speciosa atau Kratom, sebagaimana dikutip baltimorepostexaminer baru-baru ini. Produk ini
dijual dalam bentuk bubuk dan kapsul atau daun kering.

Bagi para penggunanya, Kratom terdengar seperti obat yang sempurna dalam banyak hal. Pada
dosis rendah, misalnya, dapat merangsang seperti secangkir kopi yang kuat. Sedangkan pada
dosis yang lebih tinggi, disarankan untuk menenangkan dan mengurangi rasa sakit.

Kratom berasal dari tanaman alami dan telah digunakan di Asia selama berabad-abad. Bahkan,
semakin banyak warga Amerika yang menemukan itu menjadi obat alternatif untuk penghilang
rasa sakit yang diresepkan.

Namun, media besar seperti New York Times memberitakan Kratom sebagai penyalahgunaan
obat, yang membuatnya lebih kontroversial. Kratom adalah pohon cemara tropis yang berasal
dari Asia Tenggara dan telah digunakan sebagai obat tradisional selama berabad-abad.

Mekanisme kerjanya masih diperdebatkan, tapi disarankan bahwa Kratom mengandung senyawa
biokimia aktif yang mengaktifkan reseptor opioid pada tingkat dosis yang cukup, yang
menyiratkan bahwa Kratom dapat digunakan dalam manajemen nyeri dan gangguan mood.

Selama beberapa dekade terakhir, Mitragyna Speciosa telah beralih dari ramuan offbeat
menjadi suplemen utama, terutama di bagian manajemen nyeri. Sementara penjualan
keseluruhan Kratom tidak terdokumentasi dengan baik, diperkirakan bahwa jumlah pengguna di
Amerika Serikat saja adalah antara 3-5 juta orang.

Alasan utama mengapa Kratom begitu kontroversial adalah legalitas bernuansa suplemen di


Amerika Serikat serta laporan campuran Food and Drug Administration (FDA) dan Drug
Enforcement Administration (DEA). Contohnya, pada 2013, Kratom mendapat sorotan tajam,
DEA menyatakan bahwa tidak ada penggunaan medis 'sah' untuk Mitragyna Speciosa.

BALTIMOREPOSTEXAMINER | NEW YORK TIMES | ANTARA

6 Fakta Kratom, Candu Herbal Bernilai Fantastis


tapi Ekspornya Bakal Disetop BPOM RI
AKURAT.CO, Di Indonesia, penggunaan tanaman kratom (Mitragyna speciosa) sebagai obat
alternatif tidak populer, bahkan nyaris tak terdengar gaungnya. Tanaman tropis ini tumbuh
subur di Thailand, Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Papua Nugini. Meski sudah lama digunakan
sebagai obat herbal, tanaman ini bersifat candu sehingga penggunaannya masih menuai
kontroversi.

Berbeda dari Indonesia, tanaman ini sangat populer di Amerika Serikat (AS). Tercatat sekitar
2-4 juta warga AS menggunakannya untuk tujuan rekreasional, untuk mengobati penyakit kronis,
bahkan dijadikan candu

Uniknya, meski tak populer di Indonesia, negeri Khatulistiwa ini justru menjadi pemasok utama
kratom di AS. Namun, belum lama ini pemerintah Indonesia mewacanakan larangan budi daya dan
ekspornya. Akibatnya, wacana pelarangan ini menghebohkan dunia internasional, terutama AS.

1. Meningkatnya permintaan kratom dari AS membuat para petani kelapa sawit beralih

Kebanyakan para petani di Pulau Kalimantan mencari penghidupan lewat budi daya kelapa sawit
dan karet. Namun, tingginya permintaan kratom dan hasil pendapatannya yang lebih tinggi
membuat mereka beralih ke budi daya kratom. Menurut laporan Bloomberg, ratusan ton kratom
diekspor dari pulau terbesar di Indonesia ini setiap tahunnya.

2. Pemerintah bersiap melarang budi daya dan ekspor kratom

Pada akhir Juni lalu, pemerintah Indonesia menyatakan sedang mempertimbangkan larangan budi
daya dan ekspor kratom. Meski baru tahap rencana, Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) RI sudah merilis surat edaran yang menyatakan larangan itu akan diberlakukan pada
2024 nanti. Artinya, masih ada waktu bagi para petani untuk mengganti tanaman budi dayanya.

3. BPOM AS dituding jadi dalang pelarangan ini

Rencana larangan oleh BPOM RI ini langsung meresahkan para pemakainya di AS. Pasalnya,
sebagian besar kratom yang beredar di AS berasal dari Indonesia. Akibatnya,
Asosiasi Kratom Amerika (AKA) menuding BPOM AS (FDA) telah mendorong Indonesia agar
melarang ekspor kratom.

Menurut pengamat kebijakan tinggi untuk AKA, C.M. "Mac" Haddow, salah satu pejabat
Kementerian Kesehatan RI mengaku pada AKA kalau pejabat tinggi FDA telah mendorong
Kementerian Kesehatan RI agar membantu AS dengan melarang ekspor kratom. Namun, Haddow
menolak menyebut nama pejabat Indonesia itu. Sebaliknya, FDA membantah tudingan AKA.

"FDA tidak ikut campur, baik secara formal maupun informal, pada perubahan hukum di
Indonesia maupun negara lainnya terkait kratom," ucap salah satu juru bicaranya.

4. Indonesia merupakan salah satu pemasok terbesar kratom di pasar dunia

Jika ekspor ini benar-benar dilarang pemerintah Indonesia, pemasaran kratom di AS akan
mengalami kiamat. Pasalnya pohon kratom (Mitragyna speciosa) hanya bisa tumbuh di daerah
beriklim tropis. Alkaloid, kandungan utama yang diincar penggunanya, juga baru dihasilkan
setelah beberapa tahun pertumbuhannya.

Provinsi Kalimantan Barat, tepatnya, di Kabupaten Kapuas Hulu, menjadi lumbung utama dunia
tanaman ini. Di sana banyak tersebar perkebunan kratom. Meski belum ada angka yang pasti,
Bloomberg melaporkan sebagian besar kratom AS berasal dari Indonesia. Sementara itu, AFP
melaporkan pada Februari 2019 bahwa 90 persen kratom Kalimantan Barat diekspor ke AS.

Dalam laporan Bloomberg tahun 2018, Asosiasi Pengusaha Kratom Indonesia menyebut


Pontianak mengekspor 400 ton kratom di tahun 2017. Padahal satu dosisnya cukup terdiri dari
satu atau beberapa gram bubuk daunnya. Artinya, jumlah 400 ton itu setara dengan 100-300
juta dosis. Meski menurun tajam di tahun 2018 karena dilaporkan terkontaminasi bakteri
salmonella, tetap saja Kota Khatulistiwa ini berhasil meraup USD 130 juta (Rp1,8 triliun) dalam
setahun.

5. FDA tidak pernah menyetujui penggunaan kratom

Menurut laman resminya, FDA tidak merekomendasikan kratom untuk pengobatan. Pasalnya,


tanaman yang memengaruhi reseptor otak seperti morfin ini bisa membuat penggunanya
kecanduan, ketergantungan, dan disalahgunakan.
FDA juga tidak pernah menyetujui penggunaan kratom. Mereka secara aktif mengevaluasi semua
informasi ilmiah tentangnya dan terus memperingatkan konsumen agar tidak memakai produk
yang mengandung kratom.

6. Masih menjadi perdebatan di AS

Selain ditentang FDA, penelitian membuktikan kratom tetap punya sifat opioid, penghilang rasa
sakit yang masuk golongan narkotika, meski cara kerjanya berbeda dari opioid lainnya, seperti
fentanil atau morfin. Di sisi lain, para pendukung kratom berpendapat obat alternatif ini
bukanlah opioid. Mereka memandangnya sebagai alternatif positif untuk menggantikan opioid
terlarang. Tak menganggap penting perbedaan antara kratom dan opioid lainnya, mereka hanya
fokus pada amannya pasokan bagi konsumen.

Negara Bagian Utah sudah mengesahkan "Undang-Undang Perlindungan Konsumen Kratom". Jadi,


diharapkan masyarakat di sana makin mudah menggunakan kratom. Menurut Senator Curtis
Bamble, sebelum disahkan, kratom dijadikan obat herbal dan suplemen nutrisi tanpa diatur
undang-undang.

Terlepas dari keresahan AS, masih belum pasti apakah ekspor tanaman ini benar-benar akan
disahkan pemerintah Indonesia. Pasalnya, meski Kementerian Kesehatan RI dan Badan
Narkotika Nasional (BNN) melarangnya, Kementerian Perdagangan bisa saja tak sepakat karena
nilai ekspornya terus meningkat.

Ini bukanlah kali pertama status kratom mengambang di tanah air. Pada 2016 silam, BNN sudah
mengajukan pelarangan kratom. Meski akhirnya dibatalkan, BPOM RI dan BNN sama-sama
mengawasinya dengan ketat.

Mengenal Kratom, Daun Surga dari Kalimantan,


Dilema antara Manfaat dan Mudarat

Daun kratom punya segudang manfaat. Juga mudarat jika olahannya untuk tujuan yang tak
tepat. Daun ini sangat istimewa. Kratom namanya (Mitragyna speciosa Korth). Spesies tropis
dari famili Rubiaceae atau masih sekeluarga dengan tanaman kopi. Kratom ditemukan di Asia
Tenggara seperti Thailand, Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Filipina. Namun, populasi
terbesar kratom sesungguhnya adalah di Kalimantan. Kratom punya banyak nama lokal. Ia
disebut ketum dan purik di Kalbar, kayu sapat atau sepat di Kalteng dan Kalsel,
dan kedamba atau kedemba di Kaltim.
Kratom merupakan tumbuhan kokoh berakar tunggang. Daunnya sedikit lebar dan bersirip.
Batangnya gemuk, bisa mencapai diameter 0,9 meter ketika berusia 10-15 tahun. Bagian yang
paling khas adalah bunga yang berbentuk bulat dan bergerigi. Biasanya, bunga atau buah ini
tumbuh di ujung batang. Kratom tumbuh dengan alami dan cepat ( fast growing) di lahan kritis
terutama tepi sungai dan rawa pasang-surut. Sebaran kratom di Kaltim banyak ditemukan di
Kota Bangun, Kutai Kartanegara. Sementara di Samarinda, tanaman tersebut tumbuh di
pinggiran Sungai Karang Mumus di utara kota.

Yang menjadikan tumbuhan tepi sungai ini istimewa adalah khasiatnya. Sejak dulu kala,
masyarakat mengonsumsi daun kratom untuk mengatasi kelelahan. Khasiat utama kratom adalah
suplemen bagi tubuh [Kratom (Mitragyna speciosa Korth): Manfaat, Efek Samping, dan
Legalitas, Jurnal Kementerian Kesehatan, 2017, hlm 176].

Masyarakat Kalimantan khususnya Kalbar, telah mengonsumsi seduhan daun kratom. Bahkan,
para petani dulu sering mengunyah daun kratom segar demi mendapat tenaga ekstra
(Understanding The Miracle Power of Kratom, 2018 ). “Teh kratom” juga dipercaya meringankan
diare, lelah, nyeri otot, dan batuk. Seduhan ini juga meningkatkan daya tahan tubuh,
menurunkan tekanan darah tinggi, menambah energi, mengatasi depresi, antidiabetes dan
antimalaria, serta stimulan seksual.

Untuk mengetahui kratom lebih dalam, kaltimkece.id menemui peneliti dari Balai Besar


Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan, Dipterokarpa, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, Rina Wahyu Cahyani. Menurutnya, khasiat daun kratom ini disebabkan dua zat
aktif yang dikandungnya. Kedua zat tersebut adalah mitraginin dan 7-hidroksimitragynin. Kedua
senyawa ini memiliki efek analgesik, efek yang sama dari kelompok obat pereda nyeri. Dalam
dosis rendah, kratom memberikan efek stimulan. Seseorang akan merasa memiliki lebih banyak
energi, lebih waspada, dan lebih bahagia. Mirip seperti kopi.

“Sementara untuk dosis yang lebih tinggi, efek kratom hampir sama seperti senyawa opiat yaitu
efek analgesik (obat pereda nyeri) dan sedasi (obat penenang),” terang Rina ketika ditemui di
kantornya di Jalan AW Syahranie, Samarinda, Senin, 9 September 2019. Mengingat kemampuan
daun ini, Rina berkata, “Banyak yang menyebut sebagai daun surga dari Kalimantan.”

Kratom masih sekeluarga dengan kopi. Maka, efek ketergantungannya pun mirip kopi. Menurut
Rina, apabila dikonsumsi dengan cara yang tidak benar, kecanduan kratom seperti halnya
ketergantungan kafein. Namun berdasarkan penelitiannya, efek Kratom tidak lebih berbahaya
dibanding ganja dan kokain. Proses pengolahan daun kratom yang paling menentukan efek yang
dihasilkan. “Yang mesti diperhatikan adalah efek kratom berbeda-beda kepada setiap orang,”
ujarnya.

Nilai Ekonomi
Komoditas kratom di Kalimantan berpusat di Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupaten Kapuas
Hulu. Dari sana, kratom diekspor. Diolah dengan mengambil daunnya dari alam atau budi daya di
kebun dan pekarangan rumah. Dampak ekonomi dari tanaman kratom ini sangat terasa. Apalagi,
harga jual kratom, untuk daun basah berkisar Rp 1.500 sampai dengan Rp 3.500 per kilogram.
Sedangkan daun kering berkisar Rp 17 ribu sampai Rp 27 ribu.

“Daun kering adalah remahan dari seluruh Kalimantan yang dikumpulkan dan dikirim ke
Kalimantan Barat untuk diolah menjadi tepung kratom,” terang Rina dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan tadi. Tepung kratom selanjutnya diekspor ke Amerika Serikat,
Kanada, Arab Saudi, India, dan Eropa. Amerika serikat adalah importir kratom terbesar dari
Kalimantan.

Menurut data Pengusaha Kratom Indonesia, dalam kurun 2015-2018, total ekspor kratom dari
Kalimantan Barat mencapai 4.800 ton. Seluruhnya melewati 90-an eksportir. Penghasilan
masyarakat petani dari pengolahan kratom mencapai Rp 49,2 miliar dalam kurun 4 tahun.

Efek Narkotika

Sebagai pengimpor kratom terbesar, AS telah memegang lima hak paten dari
turunan mitraginin dan 7-hidroksimitragynin, dua senyawa yang dikandung daun ini. Anehnya,
Amerika Serikat pula yang menginisiasi penelitian bahwa zat adiktif kratom lebih berbahaya
dibanding ganja dan kokain. Belakangan, Badan Narkotika Nasional juga mengklaim, bahaya
kratom diperkirakan sepuluh kali lipat dari kokain dan ganja. BNN pun tengah
merekomendasikan kepada Kementerian Kesehatan agar kratom dimasukkan ke narkotika
golongan I (setara ganja, kokain, heroin, dan opium).

Menurut Rina, ada yang harus jelas sebelum memasukkan kratom sebagai narkotika golongan I.
Berdasarkan risetnya, efek samping setara kokain dan heroin diperoleh setelah tepung kratom
diekstraksi. Untuk pemakaian tradisional dan sederhana seperti diseduh, efeknya tak sebesar
itu. “Biasanya, saat dikonsumsi secara simplisia (sederhana), ada zat penawar untuk menekan
mitraginin dalam kratom. Tapi, mesti ada penelitian lebih lanjut,” ujarnya.

Saat ini, kratom masih berstatus legal ditanam dan diperjualbelikan. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2018 tentang Perubahan Golongan Narkotika, kratom belum
masuk daftar narkotika baru. Namun demikian, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
telah melarang penggunaan kratom sebagai obat tradisional dan suplemen makanan sejak belasan
tahun lalu. Larangan ini dikeluarkan melalui Keputusan Kepala BPOM Nomor HK 00.05.23.3644
pada 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen Makanan.
Larangan lain juga dikeluarkan melalui Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.41.1384 tentang
Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan
Fitofarmaka. Termasuk Surat Edaran Nomor HK.04.4.42.421.09.16.1740 tahun 2016 tentang
Pelarangan Penggunaan Mitragyna Speciosa (kratom) dalam Obat Tradisional dan Suplemen
Makanan. Aturan-aturan ini bersifat mengikat hanya untuk produk olahan bermerek yang
didaftarkan ke BPOM.

Dengan manfaat dan mudaratnya, kratom segera menjadi pembicaraan. Pada 8-10 Juli 2019 di
Solo, bahkan diadakan round table discussion  untuk mengkaji kratom. Rina dan timnya turut
diundang. Dari diskusi tersebut, Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional selaku
UPT Badan Litbang Kesehatan menilai, perlu riset mendalam mengenai dampak penggunaan
kratom terhadap kesehatan. Diskusi juga merekomendasikan riset mendalam kemungkinan
kratom sebagai bahan alternatif obat.

Bila Kratom Narkotika Golongan I

Bagian yang paling menarik adalah bila kratom akhirnya masuk


narkotika golongan I. Statusnya setara ganja. Konsekuensinya,
segala bentuk tanaman dan produk turunan, selama bukan untuk
penelitian, mesti dimusnahkan.

Di sinilah masalahnya. Kratom bukan hanya bermanfaat bagi


manusia. Ia punya manfaat alami. Kratom adalah tanaman yang
cocok untuk menyerap karbon. Karakter kratom memang cepat
tumbuh (fast growing). Dalam setahun, kratom bisa tumbuh
hingga ketinggian 2-3 meter di lahan kritis dan terendam air.
Akar tunggang kratom sebagai tanaman biji berkeping dua atau
dikotil juga berfungsi mencegah abrasi karena kemampuannya
mengikat tanah. Di samping itu, proses pemusnahan kratom
secara massal (seperti halnya ganja) menjadi pekerjaan rumah
baru. Selain mudah dan cepat tumbuh, buah kratom yang ringan
mudah menyebar bila tak benar dalam proses pemusnahan.
“Yang terjadi, bukannya diberangus, kratom malah tumbuh semakin banyak,” kunci Rina.

Anda mungkin juga menyukai