Disusun Oleh :
1. Agnes Sesilia Degei 060117A002
2. Amal Amaniul Ulfa 060117A004
3. Dian Dwi Septiani 060117A011
4. Fida Sabilla Izzati 060117A016
5. Khoirunisa Ussajidah 060117A021
6. Rizki Hidayatul Hikmah 060117A038
7. Windy Harly 060117A043
Disusun Oleh :
1. Agnes Sesilia Degei 060117A002
2. Amal Amaniul Ulfa 060117A004
3. Dian Dwi Septiani 060117A011
4. Fida Sabilla Izzati 060117A016
5. Khoirunisa Ussajidah 060117A021
6. Rizki Hidayatul Hikmah 060117A038
7. Windy Harly 060117A043
Yuli Astuti Budi Susanti, S.SiT Yuli Astuti Budi Susanti, S.SiT
NIP. 19690707 199403 2 005 NIP. 19690707 199403 2 005
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan yang meliputi fisik, mental dan sosial
yang tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan
kecacatan. Kesehatan juga merupakan keadaan sehat baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal diselenggarakan berbagai upaya kesehatan salah
satu diantaranya adalah pengamanan terhadap makanan dan minuman.
Sanitasi makanan merupakan upaya pencegahan yang menitik
beratkan pada kegiatan atau tindakan yang perlu untuk membebaskan
makanan dan minuman dari bahaya yang dapat mengganggu atau
merusak kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama
proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, sampai makanan siap
untuk dikonsumsi konsumen. Kegiatan sanitasi makanan dirumah sakit
bertujuan untuk menyedikan makanan yang berkualitas baik dan aman
bagi kesehatan konsumen, menurunkan resiko penularan penyakit atau
gangguan kesehatan melalui makanan serta mewujudkan perilaku
pengolah makanan dalam bekerja yang sehat dan benar dalam
penanganan makanan (Depkes, 2003).
Menurut Musadad (1995) dalam Iriani menyebutkan perilaku
penjamah makanan di rumah sakit, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan untuk
pasien. Betapapun ketatnya peraturan telah dibuat dan dikeluarkan
ditambah peralatan kerja dan fasilitas yang memadai, semua akan sia-
sia saja bila manusia yang menggunakannya berperilaku yang tidak
mendukung seperti pakaian kerja dibiarkan kotor,dan tangan yang
dibiarkan tidak bersih (Depkes, 2006).
Pemeliharaan higiene dan sanitasi perorangan merupakan kunci
dalam pemeliharaan higiene dan sanitasi makanan. Sebagian besar
kejadian pencemaran makanan disebabkan oleh tidak terpeliharanya
higiene dan sanitasi pekerja yang terlibat dalam proses pengolahan,
pemasakan dan penyajian makanan (Moehyi, 1992).
Sebagai salah satu tempat pelayanan umum rumah sakit yang
mengolah makanan dan menyediakan makanan dalam jumlah besar
untuk pasien, tempat pengolahan makanan di instalasi gizi memiliki
potensi yang cukup besar untuk menimbulkan gangguan kesehatan
seperti keracunan yang dikarenakan kualitas makanan yang disediakan.
Maka dari itu, hygine dan sanitasi di tempat pengolahan, peralatan
makan, juru masak, dan pemorsi makanan di instalasi gizi harus
diperhatikan sanitasinya agar keamanan dan kemurnian makanan terjaga
dengan baik.
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hygiene dan sanitasi di Instalasi Gizi RSUD
Pandan Arang Boyolali
2. Tujuan Khusus
a. Menilai hygiene dan sanitasi Instalasi Gizi RSUD Pandan
Arang Boyolali dengan menganalisis hygiene bangunan,
fasilitas, karyawan, makanan serta peralatan makan dan masak
b. Mengetahui total skor uji kelayakan hygiene dan sanitasi di
Instalasi Gizi
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Lokasi bangunan, dan fasilitas
PENCAHAYAAN
Hasil pengamatan diInnstalasi Gizi untuk pencahayaan mendaptkan poin
1 yang dapat diartikan bahwa pecahayaan diInstalasi Gizi sudah baik, baik di
ruang administrasi, ruang pengolahan, ruang penyimpanan bahan makanan,
ruang persiapan bahan makanan, ruang pemorsian dan ruang perkumpulan
karyawan instalasi gizi.
Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan pemeriksaan
dan pembersihan serta melakukan pekerjaan-pekerjaan secara efektif. Sumber
pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya sedemikian
sehingga sejauh mungkin menghindarkan bayangan (Aritonang, 2014).
Tabel 3. Penghawaan
PENGHAWAAN
Menurut (Aritonang, 2014), bangunan atau ruangan tempat pengolahan
makanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan
nyaman. Pada penilaian untuk penghawan mendapatkan point 0, karena
setelah membandingan luas bangunan dan jumlah ventilasi yang ada,
banyaknya ventilasi di instalasi gizi RSUD Pandan Arang belum memenuhi
standar. Hanya saja untuk ruang peralatan sudah dilengkapi dengan ventilasi
yang baik, sehingga sirkulasi udara di ruangan baik dan tidak pengap dan
untuk ruang pengolahan juga terdapat ventilasi dan penangkal serangga.
AIR BERSIH
Penilain untuk air bersih di Instalasi Gizi RSUD Pandang Arang
mendapatkan point 5 dapat diartikan bahwa baik dan sesuai standar. Untuk di
Instalasi Gizi sendiri tekanan air sudah lancar dan air yang mengalalir tidak
berbau, tidak berwarna dan berasa, sesuai dengan kualitas air bersih. Kualitas
air bersih harus memenuhi syarat sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan
(Aritonang, 2014).
Tabel 5. Air Kotor
PEMBUANGAN SAMPAH
Untuk fasilitas pembuangan sampah kami memberikan nilai 2, kaena
menurut kami tempat pembuangan sampah yang ada di Instalasi Gizi RSUD
Pandanaran sudah memenuhi standar pembuangn sampah seperti yang
dijabarkan oleh Aritonang (2014), menurutnya tempat-tempat pembuangan
sampah seperti kantong plastik / kertas, bak sampah tertutup harus tersedia
dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat mungkin dengan sumber
produksi sampah, namun dapat menghindari kemungkinan tercemarnya
makanan oleh sampah (Aritonang, 2014).
Hal lain juga diungkapkan oleh Mustika D (2015), menurutnya
pembuangan sampah yang tidak sesuai dapat menimbulkan pencemaran lain
dari serangga, misalnya pada lalat. Pertumbuhan lalat sangat cepat dalam
timbunan sampah, yaitu 24 jam sampai 2 hari, maka pengumpulan dan
pengangkutan sampah paling tidak dilakukan seminggu tiga kali. Tempat
sampah (terpisah antara sampah kering dan sampah basah) dengan tutup yang
rapat agar tidak dihinggapi lalat dan tidak meninggalkan bau busuk.
Tabel 9. Karyawan
KARYAWAN
Penilaian pada karyawan mendapat poin 9, artinya kurang 3 poin untuk
sesuai dengan standar. Hal ini menunjukan bahwa karyawan di Instalasi Gizi
RSUD Pandan Arang sudah melakukan ihygiene isanitasi dengan cukup baik
meski ada beberapa hal yang harus dipeerhatikan. Semua karyawan yang
bekerja di Instalasi gizi tersebut bebas dari penyakit menular, bebrapa
karyawan sudah menerapkan hygiene sanitasi dengan baik seperti cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, kuku selalu pendek dan bebas
perhiasan. Tetapi sebagian karyawan tidak menerapkannya, pada saat
pengolahan ada yang tidak menggunakan APD dengan lengkap, tidak
menggunakan sandal tertutup dan masih ada yang menggunakan kosmetik
meski untuk kebutuhan.
Karena standar hygiene sanitasi karyawan menurut Aritonang (2014)
adalah hal–hal yang harus dilakukan tenaga penjamah makanan antara lain
alihkan muka dari makanan dan alat-alat makan dan minum bila batuk atau
bersin; menggunakan pakaian kerja, celemek, tutup kepala dan masker;
pengolahan makanan hendaknya dilakukan menurut proses yang ditetapkan,
sesuai dengan peralatan masak, waktu dan suhu ataupun tingkat pemasakan;
makan di ruang makan yang disediakan; selalu menjaga agar tempat kerja,
ruang ganti pakaian, kamar mandi dan WC serta alat-alat tetap bersih setiap
waktu; penjamah makanan dianjurkan untuk memakai sarung tangan.
Tabel 10. Makanan
MAKANAN
Untuk penilaian hygiene makanan mendapat poin sebesar 6/6. Artinya,
bahan makanan yang akan diolah sudah memenuhi standart SOP penanganan
pada saat pendistribusian, sehingga kami tidak menemukan kerusakan bahan
pangan akibat cara pendistribusian yang buruk seperti terpotong atau tidak
utuh. Selain
itu penyortiran bahan pangan terutama pada sayuran juga cukup baik, tidak
ditemukan sayuran yang berlubang atau berulat. Bahan makanan terolah
dalam kemasan asli, masih tersegel, terdaftar, berlabel dan tidak kadaluwarsa
karena tempat penyimpanannya yang sudah sesuai.
Menurut standar, pengolahan untuk daging, susu, telur, ikan/udang dan
sayuran harus baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan
rasa, sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi. Makanan yang
dikemas mempunyai label dan merk, terdaftar dan mempunyai nomor daftar,
kemasan tidak rusak/pecah atau kembung, belum kadaluarsa dan kemasan
digunakan hanya untuk satu kali penggunaan [ CITATION Iri14 \l 1057 ].
PERLINDUNGAN MAKANAN
Hygine dan sanitasi dalam perlindungan makanan mendapat point sebesar
6/9. Karena menurut pengamatan yang kami lakukan sebelumnya bahwa
penangan hygine dan sanitasi sendiri untuk perlindungan makanan sudah
cukup baik hanya saja ada beberapa hal yang harus diperbaiki lagi. Misalnya
pada saat penyajian teh atau susu panas, juru masak menyajikan minuman
tersebut dalam keadaan masih panas yang ditutup sealer agar tidak tumpah.
Hal ini dapat menyebabkan minuman yang panas tersebut menguap pada
kemasan plastik dan terkontaminsai bahan kimia yang bermigrasi dari
kemasan plastik tersebut ke uap air. Penggunaan plastik yang tidak sesuai
persyaratan akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, karena dapat
memicu kanker dan kerusakan jaringan pada tubuh manusia (karsinogenik)
(Karuniastutu N, 2016). Plastik ini sebenarnya aman digunakan pada suhu
ruang sekitar 20-25oC. Tetapi plastik tidak direkomendasikan untuk
menyimpan makanan atau minuman panas karena hanya resisten terhadap
larutnya senyawa dibawah suhu 60oC (Ratna K, 2012)
Tabel 12. Peralatan Makan Dan Masak
NO URAIAN BOBOT X NILAI KETERANGAN
22. Perlindungan terhadap 0-2 Ѵ 2
peralatan makanan dan masak
dalam cara pembersihan,
penyimpanan, penggunaan,
dan pemeliharaan-nya.
23. Alat makan dan masak yang 0-2 Ѵ 2
sekali pakai tidak dipakai
ulang.
24. Proses pencucian melalui 0-5 Ѵ 5
tahapan mulai dari
pembersihan sisa makanan,
perendaman, pencucian,dan
pembilasan.
25. Bahan racun/ pestisida 0-5 Ѵ 4
disimpan tersendiri ditempat
yang aman, terlindung,
menggunakan label/tanda
yang jelas untuk digunakan.
26. Perlindungan 0-4 Ѵ 3
serangga,tikus,hewan pelihara-
an dan hewan pengganggu
lainnya.
27. Ruang pengolahan makanan 0-1 Ѵ 1
tidak dipakai sebagai ruang
tidur.
28. Tersedia 1 ( satu ) buah lemari 04 Ѵ 4
es ( kulkas)
29. Pengeluaran asap dapur 0-1 Ѵ 1
dilengkapi dengan alat
pembuang asap.
30. Fasilitas pencucian dibuat 0-2 Ѵ 2 Ada 4 bak cuci
dengan tiga bak pencuci.
31. Tersedia kamar ganti pakian 0-1 Ѵ 1
dan dilengkapi dengan tempat
penyimpanan pakian (loker)
32. Saluran pembuangan limbah 0-1 Ҳ 0
dapur dilengkapi dengan
penangkap lemak (greasetrap)
33. Tempat memasak terpisah 0-1 Ѵ 1
secara jenis dengan tempat
penyiapan makanan matang.
34. Lemari penyimpangan diingin 0-4 Ѵ 4
dengan suhu -5℃ dilengkapi
dengan thermometer
pengontrol.
35. Tersedia kendaraan khusus 0-3 Ѵ 3
pengangkut makanan
36. Pertemuan sudut lantai dan 0-1 Ҳ 0 Bersudut
diding lengkung (konus).
37. Tersedia ruang belajar. 0-1 Ѵ 1
38. Alat pembuangan asap 0-1 Ѵ 1
dilengkapi filter ( penyaring)
39. Dilengkapi dengan saluran air 0-2 Ѵ 2
panas untuk pencucian.
40. Lemari pendingin dapat men- 0-4 Ѵ 4
capai suhu-10℃.
SKOR 41
Dari table hasil rekapitulasi skor diatas, didapat total skor dengan
penilaian tanda (√), sebanyak 82 skor. Berdasarkan standar Hygiene Sanitasi
Jasaboga, tempat pengolahan makanan harus memiliki skor minimal 83 atau
83/92= 90,2% atau masuk standar golongan B.. Dan pada hasil skor di Instalasi
Gizi RSUD Pandan Arang mempunyai scor sebesar 82 poin atau setelah di
kalkulasikan sebagai 82/92= 89,1%. Sehingga menurut Standar Hygine
Sanitasi Jasaboga, ruang pengolahan makanan di instalasi gizi RSUD Pandan
Arang Boyolali belum mencapai standar Hygine dan Sanitasi golongan B
karena belum mencapai presentase scor sebesar 90,2%