Anda di halaman 1dari 9

Bahan Tambahan Pangan (BTP) menurut PERMENKES RI No.

1168/MENKES/PER/X/1999 adalah
bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan bukan merupakan ingredient khas
makanan;  mempuyai atau tidak mempunyai nilai gizi; dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan
untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan,
pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau
diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponan yang mempengaruhi sifat
khas makanan.

Bedasarkan Peraturan menteri Kesehatan No 33 Tahun 2012 pasal 3 bahan tambahan pangan
digolongkan menjadi 27 golongan, yaitu :

1. Antibuih (Antifoaming agent);


2. Antikempal (Anticaking agent);
3. Antioksidan (Antioxidant);
4. Bahan pengarbonasi (Carbonating agent);
5. Garam pengemulsi (Emulsifying salt);
6. Gas untuk kemasan (Packaging gas);
7. Humektan (Humectant);
8. Pelapis (Glazing agent);
9. Pemanis (Sweetener);
10. Pembawa (Carrier);
11. Pembentuk gel (Gelling agent);
12. Pembuih (Foaming agent);
13. Pengatur keasaman (Acidity regulator);
14. Pengawet (Preservative);
15. Pengembang (Raising agent);
16. Pengemulsi (Emulsifier);
17. Pengental (Thickener);
18. Pengeras (Firming agent);
19. Penguat rasa (Flavor enhancer);
20. Peningkat volume(Bulking agent);
21. Penstabil (Stabilizer);
22. Peretensi warna (Color retention agent);
23. Perisa (Flavouring);
24. Perlakuan tepung (Flour treatment agent);
25. Pewarna (Color);
26. Propelan (Propellant);
27. Sekuestran (Sequestrant)
Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya di bawah ambang  batas yang sudah ditentukan.

Bahan tambahan pangan terdiri dari 2 jenis, yaitu GRAS (Generally Recognized as Safe) dan ADI
(Acceptable Daily Intake / batas penggunaan harian). GRAS bersifat aman dan tidak toksik, misalnya
adalah glukosa.

ANTIOKSIDAN
 Penambahan antioksidan berfungsi untuk mengurangi bau tengik akibat adanya minyak atau lemak dalam
makanan, misalnya : dalam komposisi roti yang mengandung mentega ditambahkan antioksidan.
 Antioksidan adalah senyawa yang mampu menunda, memperlambat atau menghambat reaksi oksidasi pada
makanan maupun obat di mana senyawa-senyawa tersebut mudah teroksidasi sehingga sel-sel lain terhindar
dari radikal bebas.
 Antioksidan biasanya adalah atom-atom yang mempunyai elektron banyak yang dapat ‘disumbangkan’ ke
radikal bebas misalnya: atom Oksigen, gugus fenol, cincin aromatik.
 Antioksidan pada makanan misalnya adalah BHT (Butil Hidroksi Toluen) dan BHA (Butil Hidroksi
Anisol).
Antioksidan dapat menghambat atau memperlambat oksidasi melalui dua cara yaitu:
1. Melalui penangkapan radikal bebas (free radical scavenging). Antioksidan jenis ini disebut sebagai
antioksidan primer. Senyawa yang termasuk dalam jenis ini adalah vitamin E (a-tokoferol) dan flavonoid
2. Tanpa melibatkan penangkapan radikal bebas.  Antioksidan ini disebut dengan antioksidan sekunder
yang mekanisme pengikatannya melalui pengikatan logam, menangkap oksigen;  mengubah hidroperoksida
menjadi spesies non radikal, menyerap sinar ultraviolet dan mendeaktivasi oksigen singlet. Radikal bebas
merupakan atom atau gugus atom apa saja yang memiliki satu atau lebih elektron tak berpasangan. Karena
jumlah elektron  ganjil, maka tidak semua elektron dapat berpasangan sehingga bersifat sangat reaktif . Oleh
karena itu, apabila radikal bebas masuk ke dalam tubuh maka akan mudah merusak jaringan tubuh karena
sangat reaktif.
BAHAN PENGAWET
 Bahan pengawet adalah senyawa yang mampu menghambat dan menghentikan proses fermentasi,
pengasam atau bentuk kerusakan lainnya atau bahan yang dapat memberikan perlindungan pangan dari
pembusukan.
 Fungsi dari penambahan pengawet adalah untuk memperpanjang umur simpan bahan pangan.
 Pengawet terbagi menjadi 2 yaitu pengawet alami dan buatan.
 Pengawet alami bisa dari gula, garam , pengasapan.
 Gula dalam konsentrasi tinggi dapat berfungsi sebagai pengawet, padahal gula merupakan sumber nutrisi
bagi mikroba. Hal ini terjadi berdasarkan prinsip osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi karena konsentrasi cairan di luar sel lebih pekat dibandingkan sitoplasma bakteri
sehingga pada kasus ini bakteri akan mengalami dehidrasi dan mati. Begitu pula dengan pengawertan
menggunakan garam. Jika terjadi dehidrasi pada sel bakteri, maka nutrisi bahan makanan tidak ikut terbawa ke
luar dengan hipotesis semakin tebal lapisan bahan maka semakin sulit suatu zat itu keluar. Oleh karena itu,
manisan biasanya memiliki lapisan yang tebal, tidak tipis. Namun ini hanya hipotesis, mungkin bisa dijadikan
penelitian kandungan gizi pada manisan dengan buah segar. Aplikasi dari pengawetan menggunakan gula
adalah manisan buah.
 Tidak semua bahan pengawet dapat digunakan karena setiap mikroba memiliki karakteristik dan
lingkungan tumbuh yang spesifik, misalnya asam benzoat digunakan pada bahan pangan dengan pH rendah
seperti sari buah dan minuman penyegar. Asam benzoate kurang efektif pada pH lebih besar dari 5. Turunnya
pH pada medium akan menaikan proporsi asam yang tidak terdisosiasi karena bentuk asam itulah yang
berfungsi sebagai pengawet (asam dalam media asam akan berbentuk molekul).
 Bahan pengawet sintesis seperti Asam benzoate dan esternya (paraben) akan mengalami metabolisme
dalam tubuh menjadi asam hipurat. Penderita asma dan urtikaria sensitive terhadap bahan ini. Asam benzoate
dalam jumlah besar juga dapat mengiritasi lambung. Metabolisme ini dikatalisis oleh synthetase dan enzim
acytransferase. Kemungkinan penyebab alergi karena adanya gugus nitrogen yang berasal dari asam amino
yang dikenali sebagai allergen oleh tubuh.
 Dalam pasaran ditemukan bahan pengawet yang seharusnya tidak diperbolehkan untuk pangan misalnya
boraks dan formalin.
 Formalin merupakan larutan yang tidak berwarna dan memiliki bau yang sangat menusuk. Di dalam
formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Formaldehid ada dalam 2 bentuk yaitu cair dan gas.
Biasanya formalin ditambah metanol hingga 15% sebagai pengawet untuk membatasi polimerisasinya.
Penambahan metanol pada formalidehid cair menyebabkan ketoksikan formalin. Dalam air, formaldehid
mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Efek Karsinogen diperoleh
dari formaldehid dalam bentuk gas. Makanan yang mengandung formalin memiliki ciri-ciri :
 Tidak dihinggapi lalat
 Teksturnya kenyal
 Jika makanan diberikan ke kucing, tidak dimakan
 Tahan lebih lama
 

 Formalin dapat diidentifikasi menggunakan reagen fehling (seperti pada praktikum). Jika positif, maka
akan berwarna merah bata.
 Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan stabil pada suhu dan tekanan normal.
Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat Na2B4O7.10(H2O). Jika larut dalam air,
maka boraks akan terurai menjadi hidroksida dan asam borat (H3BO3). Salah satu turunan boraks yang sering
disalahgunakan untuk pangan adalah bleng. Bleng biasanya dipakai untuk membuat karak dan gendar.
 Pemerintah telah memperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan makanan, namun harus sesuai batas
yang ditentukan oleh UU Kesehatan dan Keselamatan Nasional yaitu hanya 1 gram per 1 kilogram pangan.
Boraks menjadi toksik karena kadang dicampur dengan soda api (NaOH) yang bersifat iritasi.
BAHAN PEMANIS
 Bahan pemanis terdiri dari pemanis alami dan buatan.
 Ragam pemanis alami yaitu sukrosa, laktosa, maltose, galaktosa, D-glukosa, D-fruktosa, sorbitol, manitol,
gliserol, dan glisina.
 Tanaman yang dapat digunakan sebagai pemanis alami yaitu: tebu, jagung, buah beet (Beta vulgaris), daun
stevia, kulit jeruk bali (kulit jeruk memang rasanya pahit namun apabila diberi perlakuan khusus akan
menghasilkan rasa manis akibat adanya glikosida Naringin), dan lain-lain.
 Latar belakang dibuatnya pemanis sintesis adalah untuk memenuhi kebutuhan rasa manis pada penderita
obesitas dan diabetes. Pemanis sintesis tidak memiliki nilai gizi dan kalori sehingga lebih aman untuk
penderita obesitas dan diabetes. Berdasarkan struktur kimia pemanis sintesis, tidak ada gugus gula.

                        

Struktur siklamat                                                 Struktur asam aspartame

Struktur sakarin

  Selain itu, tingkat kemanisan dari pemanis sintesis jauh lebih manis dibandingkan pemanis alami.  Dari
segi ekonomi, pemanis sintesis jauh lebih murah dibandinkan pemanis alami.
Pemanis Kemanisan Relatif

1
Sukrosa

Na-siklamat 15-31
70-350
Dulsin

240-350
Sakarin

250
Aspartam

4100
1-n-propoksi-2-amino-nitrobenzen
 Kenaikan intensitas kemanisan tidak proporsional dengan kenaikan rasa manis. Misal: sakarin kenaikan 2
kalinya, kenaikan rasa manis tidak sampai 2 x mula-mula.
 Lidah memiliki 4 reseptor perasa ( manis, asam, pahit dan asin). Berdasar struktur kimia, rasa asin terutama
disebabkan oleh rangsangan ion positif sedangkan rasa asam disebabkan oleh rangsangan ion negatif. Namun,
rasa manis belum diketahui mekanismenya.
 Jika kita meminum minuman yang mengandung pemanis sintesis seperti sakarin, maka tenggorokan terasa
gatal. Dilihat dari struktur kimianya, sakarin  mengandung atom sulfur yang iritatif. Kemungkinan  rasa  gatal
disebabkan atom sulfur. Selain itu, penggunaan sakarin yang berlebih dapat menimbulkan rasa pahit. Hal
tersebut merupakan kelemahan dari sakarin dibandingkan aspartame dan siklamat.
 Bahan pemanis sintetis aman digunakan apabila masih dalam batas ADI (Acceptable Daily Intake / batas
penggunaan harian). Tetapi ada berapa  pemanis yang tidak boleh digunakan pada kondisi tertentu, misalnya 
aspartam  dianjurkan tidak digunakan untuk ibu hamil dan pasien penderita  fenilketonuria (penyakit keturunan
yang tidak bisa melakukan metabolisme fenilalanin). Aspartam didalam tubuh akan dimetabolisme yang salah
satunya menjadi fenilalanin. Apabila tidak bisa didegradasi maka akan terjadi penumpukan asam fenilpiruvat
(dibentuk dari fenilalanin) di otak. Penumpukan ini menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental.
Aspartam terurai dalam tubuh menjadi asam aspartat, fenilalanin dan metanol.
 Di luar negeri, penggunaan  aspartam  masih menjadi kontroversi, ada yang mengatakan  aspartam 
menyebakan karsinogenik dan penurunan mental. Badan FDA di Amerika  memperbolehkan penggunaan 
aspartam apabila masih berada dalam batas yang ditentukan.

BAHAN PEWARNA
 Zat pewarna terbagi menjadi 2 yaitu alami dan buatan (sintesis).
 Zat pewarna alami  ada bermacam-macam seperti klorofil, beta karoten, anthosian, caramel, Xanthon,
Karotenoid, Heme, flavonoid, dan lain-lain. Namun, pewarna alami berwarna pucat dan mudah rusak oleh
panas, pH  dan  oksidasi. Oleh karena itu, diperlukan pewarna sintesis, seperti biru berlian, eritrosin, tartrazine,
riboflavin, dan lain-lain. Pewarna sintesis bahan pangan kebanyakan dalam bentuk garam yang tentunya larut
dalam air.
 Ada beberapa bahan pewarna yang disalahgunakan dalam bahan pangan misalnya: Rhodamin B, Methanil
yellow, Malachite Green. Zat warna ini digunkan dalam tekstil dan kulit. Bahan tersebut berwarna lebih cerah,
stabil, dan tidak larut di dalam air. Sifat tersebut dapat menjadi dasar untuk teknik analisis sederhana: totolkan 
zat pewarna pada kertas saring kemudian elusi dengan aquadest,apabila spot tetap pada tempatnya berarti zat
tersebut adalah zat pewarna tekstil.
 Secara umum, teknik analisis dari bahan tambahan pangan dapat menggunakan: Krolamtografi lapis tipis,
Spektrofotometri, Titrasi, HPLC, dan lain-lain tergantung dari ketersediaan instrumen analisis.
 

INTERMEZO

1. Pengasapan merupakan salah satu cara pengawean alami. Namun,  ada yang mengatakan bahwa 
pangan bakaran bisa menimbulkan karsinogenik? Apa yang menyebabkan karsinogenik?
Jawaban :

Makanan yang dibakar sampai gosong terdapat senyawa benzopiren (senyawa yang sangat reaktif
karena terdapat cincin eter epoksida). Pada tahun 2001, National Cancer Institute menemukan bahwa
tingkat benzo[a]piren meningkat secara signifikan lebih tinggi pada makanan yang matang seperti pada
barbeque, steak, ayam berkulit, dan hamburger. Peneliti dari Jepang menunjukkan daging sapi yang
telah dimasak matang mengandung mutagen, yaitu senyawa kimia yang dapat menyebabkan perubahan
stukutur kimia dari DNA.

Struktur kimia benzo[a]piren

Sebenarnya, benzo[a]piren tidak toksik pada tubuh tetapi metabolitnya yang berupa hasil epoksidasi dan
oksidasi dapat menyebabkan tumorogenesis hingga karsinogenesis. (Ingat mata kuliah farmakologi,
senyawa kimia akan mengalami metabolism dalam tubuh).

Struktur kimia dari benzo[a]piren yang karsinogenik

Selain itu, karsinogenik juga disebabkan adanya nitrosamine. Daging atau ikan umunya diawetkan
dengan garam nitrat dan nitrit. Na-nitrit digunakan sebagai pengawet untuk mempertahankan warna
daging atau ikan sehingga tetep berwarna merah segar. Reaksi pembentukan nitrosamine dalam
pengolahan atau dalam perut yang bersuasana asam :

R2NH (asam amino) + N2O3  →  R2N.NO (nitrosamine) + HNO2

R3N + N2O3  →  R2N.NO (nitrosamine)+ RNO2

Ada beberapa macam pengawet sintesis di pasaran antara lain: asam benzoate dan garamnya, asam
sorbet dan garamnya, Asam propionate, Nisin, metal paraben.

2. Kita perlu lebih berhati-hati sebelum makan buah segar. Buah-buahan impor banyak yang dilapiskan
lilin pada kulit buah untuk mencegah masuknya air. Adanya kandungan air  > 10%  menyebabkan
tumbuhnya mikroba. Lapisan lilin ini tidak dapat hilang hanya dengan dicuci. Lilin merupakan senyawa
non polar dan senyawa non polar adalah toksik. Apabila lapisan lilin masuk ke dalam tubuh, maka
senyawa tersebut akan mengendap di dalam pembuluhb darah karena tidak larut dalam air. Akibatnya
terbentuk plak yang menyumbat pembuluh darah sehingga menimbulkan penyakit.

3. Apabila akan melakukan diet, dianjurkan untuk sabar, tidak perlu terburu-buru mendapatkan
penurunan berat badan yang  drastis  karena hal tersebut dapat membahayakan tubuh. Senyawa non
polar yang bersifat toksik dalam tubuh akan tersimpan di dalam lemak. Apabila terjadi penurunan berat
badan secara  drastis,  maka lemak dalam tubuh akan dipecah sehingga zat toksik akan keluar dan
meracuni tubuh. (ingat kuliah Toksikologi)

12 July 2016

Bahan Tambahan Yang Dilarang


Digunakan Dalam Produk Pangan
Penyediaan dan kebutuhan akan bahan tambahan pangan tidak terlepas dari upaya untuk
memenuhi keinginan dan harapan konsumen akan karakteristik suatu pangan.
Dalam proses kerjanya bahan tambahan pangan tersebut dapat mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan. Namun terkadang para pelaku usaha menggunakan beberapa bahan yang tidak
diperuntukkan untuk pangan dipakai dalam pangan. Misalnya pewarna tekstil dan formalin.
Bahan tambahan tersebut bukanlah bahan tambahan pangan tetapi merupakan bahan tambahan
yang dilarang digunakan dalam pangan, jadi tidak ada bahan tambahan pangan yang dilarang.
Penambahan bahan tambahan yang dilarang dilakukan karena sengaja dengan alasan ekonomis
dan praktis. Memang bahaya terhadap kesehatan yang ditimbulkan tidak segera terlihat
sebagaimana bahaya akibat bakteri, namun dalam jangka panjang dapat berakibat fatal.
Untuk menghindari penggunaan bahan-bahan yang dilarang tersebut serta untuk memastikan
penggunaan bahan tambahan pangan secara benar maka pemerintah dalam hal ini Badan
Pengawas Obat dan Makanan menetapkan bahan apa saja yang dilarang atau dapat digunakan
sebagai bahan tambahan pangan, batas maksimum penggunaan serta jenis pangan yang dapat
menggunakan bahan tersebut.
Menurut Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, pada Bab II mengenai
Keamanan Pangan, pasal 10 tentang Bahan Tambahan Pangan dicantumkan,

1. Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan
apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampaui
ambang batas maksimal yang telah ditetapkan.
2. Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan
sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses produksi pangan serta
ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bahan tambahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan ditetapkan melalui
Permenkes RI No. 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. Bahan tambahan yang
dimaksud adalah : Asam borat dan senyawanya, asam salisilat dan garamnya, dietilpirokarbonat,
dulsin, kalium klorat, kloramfenikol, minyak nabati yang dibrominasi, nitrofurazon, formalin,
dan kalium bromat.
Selain yang disebut di atas, khusus untuk bahan pewarna yang dilarang digunakan pada obat dan
makanan ditetapkan dengan Permenkes RI No. 239/Menkes/Per/V/1985 tentang zat warna
tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Zat warna tersebut adalah : Auramine,
Alkanet, Butter Yellow, Black 7984, Burn Umber, Chrysoidine, Crysoine S, Citrus Red No 2,
Chocolate Brown FB, Fast Red E, Fast Yellow AB, Guinea Green B, Indranthrene Blue RS,
Magenta, Metanil Yellow, Oil Orange SS, Oil Orange XO, Oil Yellow AB, Oil Yellow OB,
Orange G, Orange GGN, Orange RN, Orchil/Orcein, Ponceau 3R, Ponceau SX, Ponceau 6R,
Rhodamine B, Sudan I, Scarlet GN, dan Violet 6B. Peraturan ini kemudian direvisi dengan
Keputusan Dirjen POM No. 00386/C/SK/II/1990 tentang perubahan lampiran Permenkes RI No.
239/Menkes/Per/V/1985, pada lampiran II ditetapkan zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai
bahan berbahaya dalam obat, makanan dan kosmetika yaitu Jingga K1, Merah K3, Merah K4,
Merah K10, dan Merah K11.
Pelarangan tersebut tentunya berkaitan dengan dampaknya yang merugikan kesehatan manusia.
Di bawah ini adalah uraian singkat mengenai kajian keamanan beberapa bahan tambahan yang
dilarang digunakan dalam makanan.
Asam borat (boraks) biasa digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas dan enamel, anti
jamur kayu, pembasmi kecoa, antiseptik, obat untuk kulit dalam bentuk salep, pembuatan
deterjen, sabun, cat, desinfektan, pestisida, keramik, dan industri tekstil. Penyalahgunaan boraks
pada makanan biasanya diperuntukkan sebagai pengeras, pengenyal, dan pengawet. Beberapa
contoh makanan yang mengandung boraks antara lain bakso, mi basah, kerupuk, dan pangsit.
Boraks beracun terhadap semua sel. Bila tertelan senyawa ini dapat menyebabkan efek negatif
pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. Ginjal merupakan organ yang paling besar mengalami
kerusakan dibandingkan dengan organ lain. Selain itu dapat menimbulakan gejala-gejala yang
tertunda meliputi badan terasa tidak nyaman (malaise), mual, nyeri hebat pada perut bagian atas
(epigastrik), pendarahan saluran pencernaan (gastroenteritis) disertai muntah darah, diare, lemah,
mengantuk, demam, dan rasa sakit kepala. Pemakaian boraks dalam jangka panjang akan
menyebabkan kulit kering, bercak-bercak merah pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan.
Boraks juga bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker), dapat mengganggu sistem reproduksi,
menyebabkan gangguan hormonal dan bila terakumulasi dapat menyebabkan gangguan sistem
kekebalan tubuh.
Dietilpirokarbonat dapat digunakan sebagai pengawet namun dapat menyebabkan kanker.
Dulsin adalah pemanis buatan dengan daya manis 250 kali dari daya manis sukrosa. Hasil
percobaan pada hewan menunjukkan bahwa dulsin dapat menyebabkan kanker.
Formalin merupakan larutan tak berwarna dan berbau tajam. Formalin digunakan sebagai
pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai dan pakaian, pembasmi
serangga, bahan pembuatan pupuk dan parfum, pengawet produk kosmetika, dan pengawet
mayat. Beberapa contoh produk pangan yang sering mengandung formalin antara lain ikan segar,
ayam potong, mi basah dan tahu. Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat :

a. Akut : efek pada kesehatan manusia langsung terlihat seperti iritasi, alergi, kemerahan,
mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing
b. Kronik : efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang
lama dan berulang seperti iritasi, mata berair, gangguan pencernaan, hati, ginjal,
pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dan manusia diduga
bersifat karsinogenik.
Kalium bromat penggunaannya dalam makanan dan minuman dapat membahayakan kesehatan
karena bersifatkarsinogenik.
Auramine, berdasarkan kajian epidemiologi pada manusia menunjukkan bahwa zat warna
auramine dapat meningkatkan resiko kanker kandung kemih dan prostat.
Zat warna Butter Yellow bersifatkarsinogenik pada tikus, menghasilkan tumor hati, sedangkan
pada anjing menyebabkan tumor kandung kemih.
Black 7984 merupakan zat warna coklat sampai hitam, dapat menyebabkan reaksi alergi dan
intoleransi terutama pada orang yang intoleran terhadap aspirin selain itu dapat memperburuk
gejala asma.
Zat warna Chrysoidine diduga bersifat karsinogen terhadap manusia dan bersifat toksik
terhadap saluran cerna dan hati.
Zat warna Citrus Red No 2 mempunyai sifat karsinogenik pada mencit dan tikus. Setelah
pemberian secara oral, senyawa ini menghasilkan hiperplasia dan tumor kandung kemih.
Pemberian secara subkutan menghasilkan adenokarsinomas (tumor jinak berasal dari kelenjar)
dan lymphosarcomas (tumor limfa) pada mencit betina. Kemungkinan sebagai penyebab kanker
pada manusia.
Zat warna Chocolate Brown FB  Tidak ditemukan adanya intoksikasi (keracunan) dan pengaruh
terhadap tingkat kematian, berat badan, berat organ dan indikasi tumor pada pemberian dosis
sampai 2000 mg setiap hari pada tikus dan mencit. Namun ditemukan deposit pigmen pada
beberapa organ tubuh pada pemberian dosis diatas 3000 mg/kg berat badan.
Zat warna CI Basic Red 9 digunakan sebagai pewarna serat tekstil, persiapan pigmen untuk
tinta cetak. Merupakan bahankarsinogenik karena teridentifikasi menyebabkan kanker kandung
kemih.
Zat warna Metanil Yellow biasa digunakan pada industri tekstil, cat, kertas dan kulit binatang,
indikator reaksi netralisasi (asam-basa). Metanil yellow dapat menyebabkan mual, muntah, sakit
perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah. Jangka panjang dapat menyebabkan
kanker kandung kemih.
Zat warna Oil Orange SS  berbahaya bila tertelan atau diabsorbsi kulit. Bersifat karsinogen
terhadap hewan. Diduga bersifat karsinogen pada manusia.
Zat warna Orange G berbahaya bila tertelan, terhisap atau diabsorbsi melalui kulit.
Kemungkinan menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan saluran cerna. Bersifat tumorigen dan
mutagen.
Zat warna Ponceau SX dapat menyebabkan kerusakan pada sistem urin.
Zat warna Rhodamin B bersifat karsinogenik. Digunakan sebagai zat warna untuk kertas, tekstil
(sutra, wool, kapas), sabun, kayu, plastik dan kulit, sebagai reagensia di laboratorium untuk
pengujian antimoni, kobal, niobium, emas, mangan, air raksa, tantalum dan tungsten, dan
digunakan untuk pewarna biologik. Rhodamin B bisa menumpuk di lemak sehingga lama-
kelamaan jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin B diserap lebih banyak pada saluran
pencernaan dan menunjukkan ikatan protein yang kuat. Kerusakan pada hati tikus terjadi akibat
makanan yang mengandung rhodamin B dalam konsentrasi tinggi. Paparan rhodamin B dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.
Magenta I, Magenta II, Magenta III, Ponceau 3R, Sudan I serta Benzyl violet
6B merupakan zat warna yang memiliki sifat karsinogenik, penyebab kanker pada manusia.

Meskipun bahan–bahan tersebut telah dilarang penggunaannya untuk pangan, namun potensi
penggunaan yang salah hingga saat ini bukan tidak mungkin. Terdapat berbagai faktor yang
mendorong banyak pihak untuk melakukan praktek penggunaan yang salah bahan kimia
terlarang untuk pangan. Pertama, bahan kimia tersebut mudah diperoleh di pasaran. Kedua,
harganya relatif murah. Ketiga, pangan yang mengandung bahan kimia tersebut menampakkan
tampilan fisik yang memikat. Keempat, tidak menimbulkan efek negatif seketika. Kelima,
informasi bahan berbahaya tersebut relatif terbatas, dan yang keenam, pola penggunaannya telah
dipraktekkan secara turun-temurun.
Merupakan hak konsumen untuk mendapatkan keamanan dari makanan dan minuman yang
dimakan. Namun dengan adanya informasi dan pengetahuan tentang bahan tambahan makanan
akan membantu kita dalam mengkonsumsi bahan makanan atau minuman yang aman.

Anda mungkin juga menyukai