Anda di halaman 1dari 3

Macam Macam Dan Pengertian Bahan Tambahan

Makanan
Bahan Tambahan Pangan
Bahan tambahan makanan/ pangan (BTM/BTP) adalah bahan yang di gunakan untuk memperbaiki dan
menambah kegunaan makanan, bahan tambahan di kelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu

1. Antioksidan,
Digunakan untuk memperpanjang daya simpan dan meningkatkan stabilisasi makanan yang banyak
mengandung lemak dan minyak dan dapat pula digunakan untuk sari buah dalam kaleng sehingga terhindar
dari proses ketengikan yang menyebabkan perubahan warna, rusaknya vitamin, bahkan penurunan nilai gizi.
Contoh dari antioksidan adalah BHA, BHT, THBP, TBHQ, NDGA, garam EDTA, (tokoferol, propilgallat,
lesitin, dan asam askorbat termasuk anti oksidan alami).

2. Anti Kempal,
Digunakan untuk tujuan mencegah pengempalan atau penggumpalan makanan terutama yang berbentuk
serbuk, tepung, atau butiran (seperti susu bubuk, krim bubuk, garam meja, dan kaldu bubuk). Umumnya
bahan makanan seperti itu mempunyai sifat mudah menyerap air (hidroskopis). Bahan anti kempal tidak
bersifat toksin dan ikut terserap oleh metabolisme tubuh, namun dosisnya yang dugunakan harus sesuai
dengan peraturan. Jenis bahan ini adalah Aluminium silikat, Kalsium silikat, Magnesium karbonat,
Magnesium silikat dan Alumino silikat.

3. Pengatur Keasaman (Asidulan),


Umumnya digunakan/berfungsi untuk mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat
keasaman bahan makanan yang diolah serta sebagai penegas rasa, warna, dan pengawet. Pada produk olahan
buah dan sayuran penambahan zat ini berakibat pada penurunan pH juga mengurangi resiko tumbuhnya
mikroba. Produk pangan olahan yang sering memanfaatkan asidulan antara lain sari buah, acar ketimun,
jem, jeli, dan ikan kalengan). Asam organik yang sering ditambahkan pada bahan makanan yakni asam
asetat, asam laktat, asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam suksinat, dan asam tatrat, sedangkan asam
anorganinya adalah asam fosfat.

4. Pemanis Buatan,
Merupakan bahan tambahan makanan yang berfungsi untuk memberi rasa manis dan membantu
mempertajam terhadap rasa manis tersebut, biasanya memiliki nilai kalori yang lebih rendah dari gula biasa
dan hampir tidak mempunyai nilai gizi. Pada umumnya pemanis ini dicampurkan pada berbagai produk
olahan seperti kue, minuman ringan, sari buah, dan sirop. Pemanis ideal harus memiliki karakteristik sebagai
berikut : tingkat kemanisan minimal sama dengan sukrosa; tidak berwarna; larut dalam air; komposisinya
stabil, tidak beracun dan tidak membahayakan kesehatan pemakai; memiliki sifat-sifat dan fungsi lain untuk
makanan dan minuman misalnya sebagai penghalus tekstur kue serta; secara ekonomi layak. Didalam
industri pangan, dipakai dua jenis bahan pemanis yaitu sebagai berikut : Bahan pemanis Nutritif merupakan
gula atau senyawa organik karbohidrat yang mengandung nutrisi menghasilkan sejumlah kalori. Pemanis
nutritif ini terdiri dari pemanis nutritif alami yang berasal dari tanaman dan hewan seperti gula tebu, gula bit,
fruktosa (gula buah), glukosa, sorbitol, maltosa dan laktosa (gula susu); serta pemanis nutritif sintesa yang
berasal dari senyawa sintesis misalnya aspartam, dimana aspartam ini memiliki tingkat kemanisan 200 kali
kemanisan sukrosa (gula pasir). Pemanis jenis ini terdiri dari asam-asam amino dan amat sensitive terhadap
pemanasan tinggi (menyebabkan hilangnya rasa manis yang terkandung dalam senyawa Aspartam) banyak
digunakan untuk pemanis produk minuman ringan (soft drink), khususnya untuk program diet dan aman
untuk penderita diabetes. Bahan pemanis non-nutritif adalah pemanis yang hanya sedikit mengandung kalori
atau tidak sama sekali. Pemanis ini ada yang berasal dari tanaman, protein dan dari sintesis beberapa reaksi
kimia seperti Siklamat dan sakarin. Sakarin memiliki tingkat kemanisan 200-700 kali tingkat kemanisan
gula pasir dan memiliki After taste dimana tertinggal rasa pahit setelah rasa manis berlalu, sedangkan
tingkat kemanisan siklamat hanya sekitar 30-80 kali gula pasir dan tidak memiliki After taste.
5. Pemutih dan Pematang Tepung,
Berfungsi untuk mempercepat proses pemutihan dan pematangan tepung dengan demikian diharapkan
mutu pangan dapat diperbaiki. Bahan ini banyak digunakan pada tepung, seperti tepung terigu karena
produk tepung terigu yang masih baru biasanya berwarna kekuningan dan kadang kurang elastis sehingga
apabila dijadikan adonan roti tidak mengembang dengan baik, untuk itu diperlukan zat pemutih dan
pematang tepung seperti benzoil peroksida atau kalium bromat. Tetapi dapat digunakan pula zat yang
memiliki fungsi ganda (sebagai pemutih sekaligus pengembang) seperti nitrosil klorida dan nitrogen oksida.

6. Pengemulsi, Pemantap, Pengental;


Pengemulsi ini berfungsi sebagai pencegah terpisahnya antara dua cairan yang berbeda (seperti minyak
dan air atau cuka dengan bumbu salada). Daya kerjanya terutama dipengaruhi oleh bentuk molekulnya yang
mampu terikat oleh dua jenis cairan serta dapat membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispensi
yang homogen pada makanan. Bahan yang berfungsi sebagai pengemulsi antara lain kuning telur, putih telur
(albumin), gelatin, lesitin, pektin, kasein, tepung paprika (mustard) dan pasta kanji. Diantara produk olahan
pangan yang memanfaatkan pengemulsian adalah mayonnaise, frenc dressing (salah satu salad dressing),
krim keju, susu, mentega, margarin, dan shortening. Beberapa penyetabil/pemantap ada pula yang berfungsi
emulsifers diantaranya gum arab bisanya dimanfaatkan sebagai emulsi cita rasa minuman ringan dan gum
tragakan amat cocok digunakan untuk menghasilkan emulsi cita rasa bacery. Untuk proses pengentalan
bahan pangan cair dapat digunakan hidrokoloid, gumi dan bahan polimer sintetis. Bahan Pengental ini
seperti karagenan, agar, pectin, gum arab, CMC.

7. Pengawet,
Merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam makanan guna mencegah atau menghambat tumbuhnya
jamur, bakteri, atau jasad renik. Dengan begitu proses fermentasi (pembusukan), pengasaman atau
penguraian akibat aktivitas jasad renik dapat dicegah sehingga daya simpannya relatif lebih panjang.
Beberapa bahan pengawet diantaranya ; a). senyawa organik seperti asam sorbat, asam propionat, asam
asetat, dan epoksida dan senyawa anorganik seperti garam nitrat dan nitrit; b). Zat oksidatif yang dapat
menimbulkan reaksi oksidasi seperti peroksida dan ozon; c) Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan dari
suatu mikroba, terutama jamur yang berfungsi sebagai pembasmi mikroba tetapi sejak tahun 1966 dilarang
digunakan karena dapat menimbulkan kekebalan dengan efek lain berupa reaksi alergi dan keracunan pada
pengguna; d). Fungisidal dipakai untuk membasmi pertumbuhan jamur pada produk makanan seperti
pimaricin; e). Ikatan halogen yang terdapat pada klorin yang berfungsi untuk membunuh dan mencegah
pertumbuhan bakteri, alga, dan protozoa, zat ini digunakan sebagai pembersih, pelindung dan sanitasi
peralatan dalam industri makanan tidak langsung dipakai pada makanan karena umumnya bersifat racun; F).
Ikatan amonium bersifat basa dan cara kerjanya sama dengan ikatan halogen. Berbagai jenis pengawet ini
telah banyak dikenal oleh masyarakat, dimana aktivitas bahan pengawet tidak sama, ada yang efektif untuk
mencegah pertumbuhan bakteri, khamir, ataupun kapang, maka dalam pemakaiannya harus selektif sehingga
tidak menimbulkan efek samping bagi pengguna makanan.

8. Pengeras (Firming Agent),


Merupakan bahan tambahan makanan yang berfungsi untuk memperkeras atau mencegah melunaknya
bahan makanan hasil olahan. Pengeras ini disebut juga bahan perenyah. BTM ini ditambahkan pada
pengolahan bahan makanan yang berasal dari tumbuhan karena sering menghasilkan tekstur yang berubah
menjadi lunak akibat proses pengolahan atau pemanasan. BTM yang berfungsi sebagai pengeras antara lain
aluminium sulfat, kalsium glukonat, kalsium karbonat, kalsium laktat, kalsium sitrat dan kalium sulfat.

9. Pewarna,
Merupakan BTM yang digunakan untuk mempertajam atau menyeragamkan warna yang memudar akibat
pengolahan (menjadi pucat, atau mengalami pencoklatan), sehingga dapat meningkatkan daya tarik dari
produk makanan tersebut.

Pewarna makanan ini secara rinci terbagi 3 golongan yaitu :


a). Pewarna alami merupakan warna yang diperoleh dari bahan bahan alami, baik nabati, hewani maupun
mineral seperti daun suji (warna hijau), kunyit (warna kuning) daun Jati (warna merah) dan gula merah
(warna coklat);
b). Pewarna identik alami merupakan pigmen yang dibuat secara sintetis dimana struktur kimianya identik
dengan pewarna alami seperti karotenoid murni (santoxantin/merah, apokaroten/merah-oranye, beta-
karoten/oranye sampai kuning, pewarna ini hanya boleh digunakan dalam konsentrasi tertentu kecuali beta
karotin;
c). Pewarna sintetis biasa digunakan untuk produk pangan berskala besar yang tebagi dua yaitu Pewarna
sintetis FD & C Dyes digunakan untuk minuman ringan, minuman berkarbonat, kue, produk susu,
pembungkus sosis dan FD & C Lakes seperti biru berlian, coklat HT, hijau CFC digunakan untuk makanan
yang banyak mengandung lemak atau produk-produk berkadar air rendah misalnya tablet, adonan cake,
donat, kembang gula dan permen karet.

10. Penyedap Rasa, Aroma, Penguat Rasa,


Merupakan BTM yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma. Penggunaan
penegas rasa atau sering disebut penyedap rasa yang berfungsi untuk menambah rasa nikmat pada masakan
yang diolah juga sebagai penekan rasa yang tidak diinginkan pada suatu bahan makanan. Zat penyedap ini
dapat berasal dari senyawa alami seperti bawang bombay, bawang putih, ekstrak tanaman atau sari buah,
minyak esensial dan oleorisin. Sedangkan senyawa sintetis berasal dari hasil sintetis zat-zat kimia seperti
Vetsin/MSG (mono sodium glotamat). Adapun contoh bahan untuk pemberi aroma tergolong pemberi
aroma alami adalah jeruk, berbagai macam rempah, minyak asiri dan oleoresin dari tumbuh-tumbuhan dan
rempah-rempah, sedangkan tergolong tiruan atau identik alami yang dibuat secara sisntetis dan bahannya
merupakan campuran bahan kimia adalah amil asetat (aroma pisang), amil kaproat (aroma apel), etil butirat
(aroma nanas), vanilin (aroma vanili) dan metil anthranilat (aroma buah anggur).

11.Sekuestran,
merupakan bahan tambahan makanan yang berfungsi mengikat logam yang terdapat dalam bahan
makanan olahan sehingga kehadirannya amat membantu terjaganya kestabilan warna, cita rasa, dan tekstur
makanan. Contohnya adalah Asam Fosfat, Asam Sitrat, Dikalium fosfat, Kalium Sitrat. BTM ini digunakan
dalam pengolahan makan seperti kepiting kalengan, minyak kacang, minyak kelapa, kentang goreng beku
lemak, kaldu, es krim, daging awetan, dll.

Secara garis besarnya penggunaan bahan tambahan makanan yang dibenarkan/diperbolehkan untuk tujuan
sebagai berikut :

1. Mempertahankan nilai gizi makanan.


2. Untuk konsumsi segolongan orang tertentu yang memerlukan diet.
3. Untuk mempertahankan mutu atau kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat-sifat
organoleptiknya sehingga tidak menyimpang dari sifat alaminya.
4. Untuk keperluan pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, pewadahan, pengemasan,
pemindahan atau pengangkutan.

Sedangkan penggunaan BTM tidak boleh dipergunakan untuk tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menyembunyikan cara pembuatan atau pengolahan yang tidak baik.


2. Untuk mengelabui konsumen, misalnya memberi kesan baik kepada suatu makanan yang dibuat dari
bahan yang kurang baik mutunya.
3. Jika mengakibatkan penurunan nilai gizi pada makanan.

Secara umum BTM dapat berfungsi tunggal atau ganda yaitu selain untuk mempertahankan gizi dan
membantu proses pengolahan, juga mampu meningkatkan nilai organoleptik seperti rasa, tekstur, emulsifer,
penyedap dan anti oksidan

Anda mungkin juga menyukai