PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pemanis buatan?
b. Apa saja jenis-jenis pemanis buatan?
c. Apa saja fungsi pemanis buatan?
d. Apa saja metode pengujian pemanis buatan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pemanis buatan adalah zat tambahan yang sengaja dibuat untuk menirukan
rasa gula yaitu manis. Zat pemanis dibagi menjadi dua, yaitu pemanis alami dan
pemanis buatan. Salah satu jenis pemanis buatan yang sangat penting yaitu yang
sering disebut dengan pemanis intensitas tinggi. Zat pemanis tersebut merupakan
senyawa yang mempunyai tingkat kemanisan beberapa kali lipat dibandingkan gula
murni (Sukrosa).
2.2.1. Sakarin
3
Pemerian : Serbuk atau habur, putih, tidak berbau atau berbau
aromatik lemah
2.2.2 Siklamat
4
Nama kimia : Asam sikloheksilsulfamat
5
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siklamat termasuk turunan
sulfanamida dengan beberapa nama, yaitu :
1) Asarn N-sikloheksil-sulfamat
2) Asam sikloheksansulfamat
3) Sukaril.
2.1.3 Aspartam
6
Keunggulan aspartam yaitu mempunyai energi yang sangat rendah,
mempunyai cita rasa manis mirip gula, tanpa rasa pahit, tidak merusak gigi,
menguatkan cita rasa buahbuahan pada makanan dan minurnan, dapat
digunakan sebagai pemanis pada makanan atau minuman pada penderita
diabetes.
2.1.4 Neotam
2.1.5 Sukralose
7
Rumus kimia : C12H19Cl3O8
2.1.6 Xylitol
Rumus : C5H12O5
8
Nama IUPAC : (2R,3r,4S)-Pentane-1,2,3,4,5-pentol
Silitol adalah gula alkohol dengan rantai lima atom karbon yang
memiliki rumus kimia C₅H₁₂O₅ atau HO(CHOH)₃OH. Silitol digolongkan
sebagai polialkohol, secara spesifik sebagai alditol. Silitol berwujud padatan
kristalin yang berwarna putih atau tidak berwarna dan larut di dalam air.
Xylitol adalah jenis pemanis yang masuk dalam kategori gula alkohol.
Pemanis ini sering dicampurkan dalam permen, permen karet, permen mint,
hingga produk pasta gigi. Tak seperti pemanis kebanyakan, xylitol dilaporkan
tidak memicu lonjakan gula darah.
2.1.8 Manitol
Rumus : C6H14O6
9
mengurangi tekanan pada mata, seperti pada glaukoma, dan untuk
menurunkan peningkatan tekanan intrakranial.
2.1.9 Sorbitol
10
f. Sebagai penyalut/penutup obat yang mempunyai rasa yang tidak enak
g. Menghindari kerusakan gigi
h. Untuk meningkatkan perekonomian industri pangan, minuman, termasuk industri
rokok.
Pemanis buatan siklamat dan sakarin adalah pemanis yang paling umum
digunakan dalam pengolahan pangan di Indonesia yang mempunyai tingkat
kemanisan masing-masing 30 dan 200-700 kali gula alami, oleh karena itu sering
disebut sebagai biang gula. Penggunaan pemanis buatan memiliki beberapa manfaat
positif untuk beberapa golongan masyarakat yaitu bagi penderita diabetes ataupun
pada masyarakat yang sedang menjalankan program diet rendah kalori
(Purwaningsih, Astuti, dan Salawati, 2010).
11
Pengujian sakarin secara kualitatif dapat dilakukan dengan uji warna
diantaranya:
a. Spektrofotometer UV-Vis
12
Prinsip Kerja dari spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang
terjadi anatar energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar
dengan materiyang berupa molekul.
b. Kromatografi Gas
Metode kromatografi gas tidak sering digunakan untuk penentuan
pemanis karena volatilitas pemanis yang rendah. Sebelum dianalisis pemanis
harus diubah ke senyawa yang volatil. Hal ini menjadi kekurangan teknik
ini, adanya derivatisasi ini melibatkan pekerjaan laboratorium yang banyak
dan memakan waktu yang lama. Beberapa metode telah dikembangkan
untuk penentuan sakarin dengan kromatografi gas diantaranya esterifikasi
dengan N,O-bis (trimetisilil) asetamid, N-metilasi dengan diazometan serta
metilasi dengan tritilsilildiazometan (Fatimah, dkk, 2015)
c. Potensiometri
Potensiometri digunakan untuk analisis pemanis buatan yang ada di
pasaran. Sakarin dalam sampel dititrasi secara potensiometri dengan larutan
perak nitrat menggunakan kawat perak elektroda indikator yang dikopel
dengan titroposesor. Senyawa umum yang terdapat dalam beberapa pemanis
sintetik komersial tidak mengganggu dalam jumlah 20 kali lebih besar relatif
terhadap sakarin, sedangkan klorida mengganggu analisis jika
konsentrasinya lebih besar 25 10 mg/L. Hasil yang diperoleh dengan
potensiometri sebanding dengan KCKT (Susanti, 2013).
d. Titrasi Alkalimetri
Reaksi yang melibatkan asam dan basa disebut dengan titrasi asam
basa, sehingga akan terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi. Tujuan
titrasi ini adalah untuk mencapai keseimbangan antara larutan standar
dengan larutan yang dititrasi atau mencapai titik ekuivalen. Titrasi asam-
basa dibagi menjadi alkalimetri dan asidimetri. Alkalimetri merupakan
titrasi yang menggunakan basa sebagai larutan standar, sedangkan asidimetri
menggunakan asam sebagai larutan standar. Proses asidimetri dan
alkalimetri merupakan salah satu proses netralisasi. Sakarin merupakan
senyawa yang bersifat asam, sehingga kadar sakarin dapat ditentukan
dengan alkalimetri. Reaksi antara asam dan basa bisa berupa asam kuat atau
lemah dengan basa kuat atau lemah. Setiap reaksi tersebut memiliki pH titik
13
ekivalen, dari pH titik ekivalen tersebut dapat dipilih indikator untuk titrasi
asambasa yang mempunyai kisaran pH tertentu (Fatimah, dkk, 2015).
a. Metode Gravimetri
Analisis gravimetri adalah suatu metoda analisis kualitatif yang
berdasarkan dengan adanya endapan dan analisis kuantitatif yang
berdasarkan berat tetap (berat konstannya). Senyawa atau unsur yang
dianalisis akan dipisahkan dari sejumlah bahan yang dianalisis menjadi
senyawa lain yang murni dan stabil, sehingga dapat mengetahui berat
tetapnya. Berat unsur yang dianalisis selanjutnya dihitung dengan jenis dari
senyawa yang dianalisis (Simatupang, 2009).
Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Analisis pemanis siklamat
dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih
mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom, demikian
juga dengan peralatan yang digunakan. Dalam KLT, peralatan yang
digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua
laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara tepat.
KLT menggunakan penyerap dan cuplikan dalam jumlah yang sedikit
dan dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya
hidrofobi seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas. Bila dibandingkan dengan kromatografi kertas, metode
KLT memiliki keuntungan utama yaitu pemeriksaan lebih cepat, hasil
pemisahan yang lebih baik, dan dalam pemeriksaan kualitatif hanya
membutuhkan waktu 5 menit (Fatimah, Arisandi, dan Yunanto, 2015).
Penyerap yang digunakan dalam KLT adalah silika, alumina,
Kieselguhr, bubuk selulose, pati, dan Sephadex. Silika digunakan untuk
memisahkan asamasam amino, alkaloid, gula, asam-asam lemak, lipida,
minyak esensial, anion dan 23 kation organik, sterol dan terpenoid. Alumina
digunakan untuk memisahkan alkaloid, zat warna, fenol, steroid,vitamin-
vitamin, karoten, asam-asam amino. Kieselguhr digunakan untuk
memisahkan gula, oligosakarida, asam-asam lemak, asam-asam amino dan
steroid. Bubuk selulosa digunakan untuk memisahkan asam-asam amino,
14
alkaloid dan nukleotida. Pati dan Sephadex dapat memisahkan asam-asam
amino (Fatimah, dkk, 2015).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur kerja metode KLT
adalah:
1. Jangan menyentuh permukaan plat yang bersih dengan jari.
2. Campuran pelarut organik yang digunakan sebaiknya mempunyai
polaritas yang rendah.
3. Kedudukan noda tidak boleh diberi tanda menggunakan pensil, karena
dapat menahan aliran pelarut.
4. Diharapkan Jangan terlalu lama mencelupkan plat dalam bejana bila
permukaan pelarut telah mencapai garis akhir, karena oleh pengaruh
difusi dan penguapan dapat menyebabkan pemancaran dari noda-noda
yang terpisah (Fatimah, dkk, 2015).
15
Prinsipnya berdasarkan penentuan reaksi diazotasi dengan larutan
garam NaNO3 dalam suasanan asam. Cara ini khusus untuk sulfonamida
(Susanti, 2013).
c. Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Menggunakan seperangkat alat KCKT dengan dengan detektor UV
200 nm dengan laju alir 1 mL/menit (Susanti, 2013). didapatkan dari
pengukuran absorbansinya berada pada panjang gelombang 314, 40 nm
16
Untuk mengukur serapan larutan yang mengandung sakarin
menggunakan Spektrofotometer UV-Vis berada pada daerah UV yaitu 200-
400 nm dan 400-700 nm tergantung pada pelarut dan senyawa kompleks yang
digunakan. Beberapa penelitian yang telah melakukan pengujian terhadap
sampel yang mengandung sakarin adalah seperti analisis sakarin dalam
sampel obat yang menunjukkan bahwa larutan standar sakarin memiliki
panjang gelombang maksimum 270 nm (Hermanto, dkk, 2018)
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Fatimah, dkk, (2015)
menyatakan bahwa metode spektrofotometri untuk analisis sakarin yang
terdahulu melibatkan reaksi sakarin dengan azure B, Nile-biru, atau astrazon
merah muda, reaksi ini memerlukan waktu yang lama. Suatu metode
spektroskopi yang terbaru mereaksikan sakarin dengan p-kloranil dengan
adanya hidrogen peroksida membentuk senyawa merah-jingga yang
menunjukkan absorbansi maksimal pada panjang gelombang 550 nm. Sakarin
dapat ditentukan dengan metode ini karena adanya struktur atau gugus
kromofor yang dapat menyerap sinar ultra violet. Kerugian pada metode ini
adalah adanya gangguan yang kuat dari siklamat yang harus dihilangkan
terlebih dahulu dengan cara pengendapan menggunakan etanol.
Sementara hasil penelitian yaang telah melakukan pengujian terhadap
sampel yang mengandung siklamat menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
diperoleh pada kisaran panjang gelombang 314 nm. Beberapa penelitian
tersebut ialah seperti yang dilakukan oleh Tarigan (2009) bahwa panjang
gelombang 33 maksimum yang didapatkan dari pengukuran absorbansi
minuman ringan adalah berada pada panjang gelombang 314 nm. Penelitian
lainnya juga dilakukan oleh Padmaningrum dan Marwati (2015), terhadap
sampel jeli yang mengandung siklamat bahwa panjang gelombang maksimum
17
BAB III
METODE KEGIATAN
18
3.2 Metode Kualitatif Sakarin
19
8. Pipet
9. Kaki tiga untuk penahan corong pemisah
10.Sampel 3 jenis @50 ml
11.HCL
12. Etanol
13.Chloroform
14.NaOH
15.Aquadest
16..BTB
20
14.Memanaskan larutan yang ada dibagian lapisan atas (air dan etanol) dengan
hot plate
15.Menunggu sampai airnya agak kering dan tersisa bagian yang kentaldalam
gelas beker
16.Mengangkat beker gelas setelah terbentuk larutan yang kental
danmembiarkannya hingga dingin
17.Sambil menunggu dingin, menyiapkan alat untuk titrasi asam basadengan
menuangkan NaOH ke dalam buret sampai setinggi angka 0
18.Menambahkan aquades ke dalam beker gelas dan mengaduk larutanyang
terbentuk
19.Menuangkan larutan kedalam tabung erlenmayer untuk dilakukan titrasiasam
basa
20.Menambahkan BTB minimal dua tetes (jika dengan dua tetes masihkurang
bisa ditambah)
21.Meletakkan tabung erlenmayer yang berisi larutan kental berisi
sakarindibawah buret
22.Meneteskan sedikit demi sedikit NaOH kedalam tabung erlenmayersampai
mencapai titik ekuivalen dengan ditandai perubahan warnamenjadi biru
23.Menghitung selisih antara volume NaOH sebelum dan sesudah titrasiuntuk
mengetahui volume ml titrasi
24.Menghitung kadar sakarin dengan rumus yang ada, yaitu :Kadar sakarin
25.Mencocokkan kadar sakarin yang didapat dari perhitungan dengan tabelSNI
untuk kadar sakarin yang diperbolehkan
3.4 Hasil Pengujian
Tabel 2. Hasil uji kualitatif
21
No Jenis minuman Berat minuman mL titrasi
(g)
1. sampel A 50,5829 113, 5 mL
2. sampel B 49,8919 35,5 mL
3. sampel C 50,4581 32,9 mL
209,709864
¿ x 100 %
50582,9
¿ 41,46 %
65,592072
¿ x 100 %
49891,8
¿ 0,13 %
60,7881456
¿ x 100 %
50458,1
¿ 0,12 %
3.5 Pembahasan
22
1. Dari ketiga sampel minuman/es sirup yang digunakan untuk praktikumketiga-tiganya
mengandung sakarin dengan menggunakan uji kualitatifmenghasilkan warna ungu
violet untuk setiap sirup yang diuji.
2. Diantara sampel A, B, C yang diuji apabila dibanidngkan dengan batas penggunaan
sakarin dalam makanan dan minuman yang telah dibuat olehSNI yaitu dalam
kategori es kadar sakarin yang diperbolehkan adalah 300mg/kg. Jadi berdasarkan
standart SNI minuman yang dijual ditiga tempat tersebut mengandung sakarin diatas
kadar maksimum yang diperbolehkan untuk dikonsumsi. Dan kadar sakarin
terbanyak diantara tiga tempat tersebutadalah pada sampel A yaitu minuman yang
diambil di Pasar KarangMenjangan berupa es sirup yang berwarna merah sangat
mencolok.
3. Berat sampel dengan jumlah sakarin terbanyak memiliki berat paling tinggidiantara
berat es sirup yang lainnya. Jadi penambahan sakarin mempengaruhi berat dari berat
sampel yang diuji.
4. Dari tiga organoleptik es sirup yang diuji, minuman dengan kandungan sakarin yang
banyak memiliki rasa yang pahit diakhir setelah minum dan warnanya pun juga
semakin cerah.Berikut adalah hal
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemanis buatan adalah zat tambahan yang sengaja dibuat untuk menirukan
rasa gula yaitu manis. Zat pemanis dibagi menjadi dua, yaitu pemanis alami dan
pemanis buatan. Salah satu jenis pemanis buatan yang sangat penting yaitu yang
sering disebut dengan pemanis intensitas tinggi. Zat pemanis tersebut merupakan
senyawa yang mempunyai tingkat kemanisan beberapa kali lipat dibandingkan gula
murni (Sukrosa).
24
Sehingga dapat di simpulkan bahwa penggunaan bahan pemanis alami maupun
buatan tidak akan berdampak buruk pada tubuh kita asalkan kita mengkonsumsinya
sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sakidja, M.S., 1989, Kimia Pangan, 103-108, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, Jakarta.
Simatupang H. 2009. Analisa Penggunaan Zat Pemanis Buatan pada Sirup yang Dijual Di
Pasar Tradisional Kota Medan. https://repository.usu.ac.id/
25