Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 7 No.

1, Maret 2019 p-ISSN 2355-5785


http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODUL


CETAK DAN MODUL ELEKTRONIK PADA SISWA SMA

Anggraini Diah Puspitasari

Program Studi Magister Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Jakarta, anggrainidp94@gmail.com

Abstrak

Guru sebagai pendidik harus bisa menggunakan media pembelajaran yang tepat agar tujuan
pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu media pembelajaran yang banyak
digunakan adalah modul. Modul memiliki 2 jenis, yaitu modul cetak dan modul elektronik.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari
modul cetak dan modul elektronik, serta melihat keefektifan dari masing-masing jenis modul
tersebut. Metode penelitian yang dilakukan yaitu studi literatur (tinjauan pustaka) mengacu
tahapan Machi & McEvoy (2009). Berdasarkan studi literatur didapat hasilnya bahwa
penggunaan modul cetak dan modul elektronik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Kemudian penggunaan modul cetak efektif untuk diterapkan dalam menunjang
keterampilan abad 21. Selain itu, modul cetak juga dapat efektif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Sedangkan penggunaan modul elektronik sangat efektif untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa, disamping itu efektif juga untuk meningkatkan hasil belajar siswa, serta
kemampuan berpikir kritis.

Kata Kunci: Fisika; Modul Cetak; Modul Elektronik

Pendahuluan memperoleh informasi, penerapan teknologi,


bekerja secara ilmiah, dan kemampuan berpikir.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu Penggunaan media belajar harus
yang mempelajari seluruh alam semesta beserta dipertimbangkan dengan baik oleh guru demi
isinya. Namun IPA memiliki batasan menunjang motivasi belajar siswa. Kegiatan
pengetahuan yaitu hal-hal yang hanya dapat belajar mengajar dapat melibatkan teknologi
dipahami oleh indera (penglihatan, pendengaran, untuk mengemas materi yang akan diajarkan
pengecapan, sentuhan dan rabaan). Fisika agar proses pembelajaran menjadi lebih kaya
merupakan salah satu cabang IPA yang dan hasil yang optimal. Pemilihan media sebagai
mempelajari benda-benda di alam secara fisik sumber belajar mandiri dapat memperkaya
dan dituliskan secara matematis agar dapat pengalaman belajar dan membantu kesiapan
dimengerti oleh manusia dan dimanfaatkan siswa untuk mendapatkan materi yang akan
untuk kesejahteraan umat manusia (Sujanem, diajarkan dipertemuan berikutnya. Media
Suwindra, & Tika, 2012). Berdasarkan hal pembelajaran mandiri itu bercirikan self
tersebut maka pembelajaran fisika tidak lepas instructional (membelajarkan diri sendiri), self
dari penguasaan konsep, menerapkannya dalam contained (satu kesatuan), stand alone (berdiri
penyelesaian masalah fisika, dan bekerja secara sendiri), adaptive (penyesuaian) dan user
ilmiah. Namun, pembelajaran fisika dalam kelas friendly (bersahabat) (Depdiknas, 2008). Dengan
saat ini cenderung menekankan pada ciri tersebut setidaknya media pembelajaran
penguasaan konsep dan mengesampingkan mandiri dapat mencakup akan kebutuhan siswa.
kemampuan pemecahan masalah fisika siswa Salah satu media yang memenuhi kriteria
(Hoellwarth, Moelter, & Night, 2005), sehingga sebagai media pembelajaran mandiri adalah
kemampuan siswa dalam memecahkan modul. Modul merupakan sebuah bahan ajar
permasalahan masih tergolong rendah (Aji, yang disusun secara matematis dengan bahasa
Hudha, & Rismawati, 2017). Pembelajaran IPA yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai
tidak hanya terbatas pada belajar fakta, konsep, dengan tingkat pengetahuan dan usia mereka,
prinsip, hukum, tetapi juga belajar tentang cara agar mereka dapat belajar mandiri dengan
bantuan atau bimbingan yang minimal pendidik.
P a g e | 17
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 7 No. 1, Maret 2019 p-ISSN 2355-5785
http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

Kemudian peserta didik dapat mengukur sendiri belajar siswa (Wiyoko, Sarwanto, & Rahardjo,
tingkat penguasaan mereka terhadap materi yang 2014).
dibahas pada setiap satuan modul. Modul Tujuan pembuatan modul adalah agar siswa
dikalangan siswa kebanyakan modul cetak yang lebih mudah memahami materi-materi pelajaran
cenderung bersifat informatif, bergambarkan yang diajarkan guru.Setiap modul menyajikan
sederhana dan berisikan soal-soal latihan saja. sebuah konteks memahami dan menerapkan
Padahal bagi sebagian siswa belum mampu suatu konsep tertentu (Zulhaini, 2016). Modul
belajar mandiri dengan menggunakan modul yang dikembangkan mempunyai dua fungsi
cetak sehingga sulit untuk mengembangkan yaitu sebagai alat bantu belajar mandiri siswa
pengetahuan yang dimilikinya. dirumah dan dapat digunakan guru sebagai alat
Perkembangan teknologi ini khususnya internet bantu atau tambahan untuk mengajar di kelas.
memberi peluang dunia pendidikan untuk Hal ini sesuai dengan tujuan modul yaitu
mengakses berbagai informasi baik berbentuk memungkinkan peserta didik belajar mandiri
teks, gambar, simulasi, maupun suara (Sujanem, sesuai kemampuan dan minatnya (Depdiknas,
Suwindra, & Tika, 2012). Pengintegrasian ICT 2008).
dalam dunia pendidikan, khususnya berkaitan Dalam dunia pendidikan saat ini, modul yang
dengan kemasan pembelajaran berbasis web kini banyak dikembangkan ada dua jenis, yaitu
membawa revolusi baru dan memberi peluang modul elektronik dan modul cetak. Masing-
pencapaian pemahaman dan hasil belajar yang masing dari jenis modul ini memiliki kelebihan
lebih tinggi (Sujanem, Suwindra, & Tika, 2012) dan kekurangannya. Modul elektronik
Keberadaan modul cetak sebagai media merupakan sebuah bentuk penyajian bahan
pembelajarann akhir-akhir ini sedikit tergantikan belajar mandiri yang disusun secara sistematis
seiring dengan hadirnya beragam alat bantu kedalam unit pembelajaran terkecil untuk
pembelajaran yang memanfaatkan media mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang
elektronik, diantaranya: Over Head Projector disajikan ke dalam format elektronik yang di
(OHP), Slide Projector, TV, radio, teknologi dalamnya terdapat animasi, audio, navigasi yang
komputer dan seperangkat internet (Cecep & membuat pengguna lebih interaktif dengan
Bambang, 2013). Media elektronik yang dapat program (Sugianto, 2013). Media elektronik
diakses oleh siswa mempunyai manfaat dan yang dapat diakses oleh siswa mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Jika ditinjau manfaat dan karakteristik yang berbeda-beda.
dari manfaatnya media elektronik sendiri dapat Jika ditinjau dari manfaatnya media elektronik
menjadikan proses pembelajaran lebih menarik, sendiri dapat menjadikan proses pembelajaran
interaktif, dapat dilakukan kapan dan dimana lebih menarik, interaktif, dapat dilakukan kapan
saja serta dapat meningkatkan kualitas dan dimana saja serta dapat meningkatkan
pembelajaran (Cecep & Bambang, 2013). Selain kualitas pembelajaran (Wiyoko, Sarwanto, &
itu, modul elektronik mempunyai karakteristik Rahardjo, 2014).
berupa ukuran file yang relatif kecil sehingga Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini
dapat disimpan dalam flash disc, mudah untuk bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan
dibawa, bisa digunakan secara off-line, dapat kekurangan dari modul cetak dan modul
dipelajari kapan dan dimana saja asalkan ada elektronik, serta melihat keefektifan dari
komputer/laptop. Kemudian adanya link yang masing-masing jenis modul tersebut.
membantu untuk menelusuri materi secara linier
maupun non linier sehingga mengarahkan siswa Metode
menuju informasi tertentu. Di dalam modul
elektronik juga dilengkapi animasi dan simulasi Metode penelitian yang digunakan adalah
praktikum serta siswa dapat mengetahui penelitian tinjauan pustaka. Menurut Machi &
ketuntasan belajar melalui evaluasi mandiri yang Evoy, ada enam tahapan untuk melakukan
interaktif. Karakteristik modul elektronik seperti tinjauan pustaka, yaitu (1) Memilih topik, (2)
di atas perlu dimiliki oleh siswa, karena modul Mencari literatur terkait, (3) Mengembangkan
elektronik berpotensi meningkatkan motivasi argumen, (4) Melakukan survei terhadap
literatur, (5) Menilai secara kritis pada setiap
P a g e | 18
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 7 No. 1, Maret 2019 p-ISSN 2355-5785
http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

literatur untuk menganalisis isinya, (6) Menulis harus berkaitan dengan topik penelitian.
tinjauan pustaka (Machi & Evoy, 2009). Semakin relevan literatur yang dicari, maka
hasil yang didapat dari penelitian ini akan
semakin baik.

3. Mengembangkan argumen
Tahap selanjutnya adalah mengembangkan
argumen atau pendapat. Setelah literatur
didapat sebanyak mungkin, diperlukan
argumen untuk mendukung keberhasilan
penelitian ini. Argumen tersebut harus
disertakan dengan informasi pendukung
secara tepat dan logis.

4. Melakukan survei terhadap literatur


Pada tahap ini dilakukan survei terhadap
literatur yang didapat. Survei literatur
mengumpulkan, mensintesis, serta
Gambar 1. Tahapan untuk Melakukan Tinjauan menganalisis data untuk membentuk
Pustaka Menurut Machi & Evoy (2009) argumen dan pendapat tentang pengetahuan
terkini tentang topik tersebut. Dengan
Adapun langkah-langkah dalam melakukan tinjauan membuktikan literatur-literatur tersebut dan
pustaka pada penelitian ini yaitu: ditambah dengan argumen maka kesimpulan
1. Memilih topik yang logis dan dapat
Pada tahap pertama dalam melakukan dipertanggungjawabkan. Kesimpulan yang
tinjauan pustaka yaitu memilih topik. Topik didapat akan memberikan dasar untuk
yang dipilih dalam penelitian ini yaitu menjawab pertanyaan penelitian.
mengenai penerapan media pembelajaran
modul menggunakan modul cetak dan modul 5. Menilai secara kritis pada setiap literatur
elektronik. Topik tersebut dipilih karena dari untuk menganalisis isinya
dulu hingga kini modul sangat berguna bagi Pada tahap ini, menilai secara kritis setiap
guru untuk menyampaikan materi ke siswa literatur menandakan bahwa sejauh mana
karena terlihat lebih jelas dan singkat pemahaman tentang topik penelitian ini. Ini
sehingga siswa lebih mudah untuk menganalisis bagaimana pengetahuan
memahaminya. Seiring berjalannya sebelumnya dapat menjawab pertanyaan
perkembangan teknologi, pengguunaan penelitian ini.
modul pun ikut mengalami perkembangan,
contohnya saat ini modul dikembangkan 6. Menulis Tinjauan pustaka
menggunakan elektronik, bisa dalam bentuk Penulisan ini mengubah proyek penelitian
web maupun aplikasi. Sehingga siswa menjadi dokumen untuk orang lain. Melalui
merasa dimudahkan dengan adanya modul penyusunan, pencetakan, penelitian tinjauan
elektronik ini, karena tidak perlu membuka pustaka menjadi karya yang secara akurat
buku, dan siswa dapat melihat animasi, menyampikan penelitian dan yang dapat
gambar, ataupun video melalui modul dipahami oleh pembaca.
elektronik tersebut.

2. Mencari literatur terkait, Hasil dan Pembahasan


Setelah memilih topik penelitian, kemudian
mencari literatur dari berbagai sumber
mengenai topik yang dipilih. Mencari Modul
literatur sebanyak-banyaknya tentang modul Menurut Zulhaini, modul adalah bahan ajar yang
elektronik, modul cetak, serta penerapannya ditulis sendiri oleh pendidik untuk memudahkan
di kelas, dan keefektifan setelah siswa mempelajari materi secara mandiri
menggunakan modul maka akan didapatkan (Zulhaini, 2016). Menurut Purwanto, modul
informasi tambahan yang akan dijelaskan
adalah bahan belajar yang dirancang secara
dalam penelitian ini. Literatur yang dicari
P a g e | 19
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 7 No. 1, Maret 2019 p-ISSN 2355-5785
http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan karena dianggap dapat membantu siswa dalam
dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran memahami pelajaran. Dalam mengembangkan
terkecil dan memungkinkan dipelajari secara modul ada banyak variasi yang bisa digunakan,
mandiri dalam satuan waktu tertentu (Purwanto, dan isi modul juga berbeda-beda bergantung
R, & L, 2007). Menurut Setyandaru dkk, Modul pada batasan materi, kebutuhan, dan desain yang
merupakan media yang paling mudah karena diinginkan. Pada dasarnya modul dan e-modul
dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja yang digunakan masing-masing memiliki
tanpa harus menggunakan alat khusus, kelebihan dan kekurangan. Guru, sebagai
menyampaikan pesan pembelajaran yang pendidik harus bisa memilih bahan ajar yang
mampu memaparkan kata-kata, gambar dan tepat untuk disampaikan ke siswanya di dalam
angka-angka, meningkatkan motivasi siswa, kelas.
beban belajar terbagi lebih merata, serta guru
dapat mengetahui mana siswa yang berhasil Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
dengan baik ataupun yang kurang berhasil Menggunakan Modul
(Setyandaru, Wahyuni, & Putra, 2017).
Dari ketiga pendapat diatas maka dapat disintesa Menurut Mulyasa pembelajaran dengan
bahwa modul adalah alat atau sarana menggunakan modul memiliki kelebihan
pembelajaran yang berisi materi, metode, (Mulyasa, 2009), diantaranya:
batasan-batasan, ditulis sendiri oleh pendidik 1. Fokus pada kemampuan individual
dan dirancang secara sistematis serta menarik siswa.
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan 2. Adanya kontrol terhadap hasil belajar
sesuai dengan tingkat kompleksitasnya dan dengan penggunaan standar kompetensi
dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa. di setiap modul yang harus dicapai
Dalam dunia pendidikan saat ini, modul yang masing-masing siswa.
kini banyak dikembangkan ada dua jenis, yaitu 3. Relevansi kurikulum yang ditunjukan
modul elektronik dan modul cetak. Masing- dengan adanya tujuan dan cara
masing dari jenis modul ini memiliki kelebihan pencapaiannya, sehingga siswa dapat
dan kekurangannya. Selain itu, menurut mengetahui keterkaitan antara
Fatimah, dkk, keunggulan bahan ajar modul pembelajaran dan hasil yang akan
adalah modul dapat dijadikan sebagai bahan diperolehnya.
ajar mandiri yang berfungsi untuk Adapun kekurangan pembelajaran menggunakan
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk modul, diantaranya:
belajar sendiri (Fatimah, Sarwanto, & Aminah, 1. Penyusunan modul yang baik
2013). membutuhkan keahlian tertentu. Bagus
Penulisan modul bertujuan: (1) Memperjelas dan atau tidak kualitas dari suatu modul
mempermudah penyajian pesan agar tidak bergantung pada penyusunnya.
terlalu bersifat verbal, (2) Mengatasi 2. Sulit menentukan proses penjadwalan
keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik dan kelulusan, serta membutuhkan
siswa maupun guru/instruktur, dan (3) manajemen pendidikan yang sangat
Penggunaan secara tepat dan bervariasi, seperti berbeda dari pembelajaran konvensional,
meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi karena setiap siswa memiliki waktu yang
siswa, mengembangkan kemampuan dalam berbeda-beda dalam menyelesaikan
berinteraksi langsung dengan lingkungan dan modul, yang bergantung pada kecepatan
sumber belajar lainnya, memungkinkan siswa dan kemampuan masing-masing.
belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya Meskipun penggunaan modul memiliki
dan memungkinkan siswa dapat mengukur atau kekurangan, tetapi dengan melihat kelebihan
mengevaluasi sendiri hasil belajarnya (Ikhtiar, yang ada maka pembelajaran dengan modul ini
2018). masih diterapkan di sekolah-sekolah.
Penelitian menggunakan media pembelajaran
berbasis modul saat ini banyak sekali.
Penggunaan modul dianggap sangat efektif
P a g e | 20
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 7 No. 1, Maret 2019 p-ISSN 2355-5785
http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

Penggunaan Modul Cetak dalam Kemudian, kemampuan lainnya yang harus


Menerapkan Keterampilan Abad 21 dimiliki siswa untuk menunjang keterampilan
abad 21 adalah keterampilan berpikir kritis.
Modul yang dikembangkan saat ini sangat Keterampilan berpikir kritis siswa kurang
banyak dan bermacam-macam struktur serta mendapat perhatian, hal ini terbukti dalam
isinya. Manfaat dari pengembangan modul ingin proses pembelajaran metode pembelajaran yang
membuat siswanya lebih mudah dalam diterapkan belum melatih keterampilan berpikir
memahami setiap mata pelajaran karena modul kritis siswa. Siswa hanya menerima materi yang
dibuat semenarik mungkin dan disesuaikan disampaikan oleh guru. Surya menyatakan
dengan permasalahan yang dialami siswa. Salah bahwa secara tersirat, pemikiran kritis
satu kemampuan yang dimiliki siswa dalam mengevaluasi pemikiran yang tersirat dari apa
pembelajaran fisika adalah kemampuan dalam yang mereka dengar dan baca, dan meneliti
memecahkan masalah. Hal ini dikarenakan proses berpikir diri sendiri saat menulis,
aktivitas pemecahan masalah dapat membantu memecahkan masalah, membuat keputusan, atau
siswa untuk membangun pengetahuan baru dan mengembangkan sebuah proyek (Surya, 2013).
memfasilitasi pembelajaran fisika. Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Yanti dkk,
menghadapi tantangan abad ke-21, guru lebih didapat hasilnya bahwa modul pembelajaran
baik mempersiapkan siswa untuk menjadi fisika berbasis masalah pada materi usaha dan
seorang penyelidik, pemecah masalah, energi layak digunakan untuk meningkatkan
berpikiran kritis dan kreatif. keterampilan berpikir kritis siswa, pembelajaran
Implementasi Kurikulum 2013 mendorong dan menggunakan modul pembelajaran berbasis
menantang guru fisika untuk kreatif dalam masalah dapat meningkatkan keterampilan
memfasilitasi peserta didik agar dapat berpikir kritis siswa, dan pembelajaran
memahami teori dan konsep fisika serta mampu menggunakan modul fisika berbasis masalah
menerapkannya dalam penyelesaian masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
fisika. Model pembelajaran yang cocok Sehingga dapat disimpulkan modul
digunakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran fisika berbasis masalah efektif
tersebut yaitu model Problem Based Learning digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
(PBL). Menurut Arends, PBL merupakan suatu siswa (Yanti, Sukarmin, & Suparmi, 2015)
model pembelajaran yang melatih siswa Modul yang sesuai dengan karakter fisika
mengerjakan permasalahan yang otentik yang hendaknya memuat aktivitas menarik yang
berpusat pada siswa dengan maksud untuk mampu menggiring peserta didik untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengembangkan keterampilan berpikir dan mengumpulkan data, menguji hipotesis, serta
pemecahan masalah, serta mengembangkan menyimpulkan hasil. Sehingga, modul yang
kemandirian dan percaya diri (Arends, 2013). dikembangkan pada penelitian ini adalah modul
Pada PBL siswa dituntut untuk melakukan fisika berbasis inkuiri. Pembelajaran fisika yang
pemecahan masalah yang disajikan dengan cara dilaksanakan secara inkuiri ilmiah merupakan
menggali informasi sebanyak-banyaknya, solusi yang baik untuk menumbuhkan
kemudian dianalisis, dan dicari penyelesaiannya. kemampuan berpikir kreatif, bekerja dan
Bahan ajar yang memudahkan tercapainya bersikap ilmiah, serta berkomunikasi sebagai
tujuan pembelajaran efektif, efisien dan dimiliki aspek penting kecakapan hidup.
guru dan siswa adalah modul (Depdiknas, 2008). Salah satu model pembelajaran yang
Penelitian yang dilakukan oleh Aji dkk didapat konstruktivis adalah model belajar inkuiri.
hasilnya bahwa modul pembelajaran fisika Dalam model belajar ini siswa dilibatkan secara
berbasis PBL pada topik keseimbangan dan aktif berpikir dan menemukan pengertian yang
dinamika rotasi layak digunakan dan dapat ingin diketahuinya. Dalam model pembelajaran
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah ini siswa dilibatkan dalam proses penemuan
fisika siswa SMA (Aji, Hudha, & Rismawati, melalui pengumpulan data dan tes hipotesis.
2017). Pengetahuan dan keterampilan yang siswa
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
P a g e | 21
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 7 No. 1, Maret 2019 p-ISSN 2355-5785
http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

mengingat fakta-fakta, tetapi hasil dari pendidikan, khususnya berkaitan dengan


penemuan sendiri. Jadi, Pembelajaran fisika kemasan pembelajaran berbasis web membawa
berbasis inkuiri akan mengarahkan siswa dalam revolusi baru dan memberi peluang pencapaian
kegiatan yang akan mengembangkan pemahaman dan hasil belajar yang lebih tinggi
pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep (Sujanem, Suwindra, & Tika, 2012). Hal
fisika sebagaimana para saintis mempelajari tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian
dunia alamiah (Ikhtiar, 2018). Abdullah dkk, dimana bahan ajar cetak dapat
Berpikir kreatif itu sangat berguna untuk siswa, dikembangkan menjadi program interaktif
maka guru dalam proses belajar harus dapat termasuk membuat modul interaktif berbasis
mengembangkan kemampuan-kemampuan yang komputer (Abdullah, Herpratiwi, & Tarkono,
dimiliki agar berpikir kreatif dalam diri siswa 2013). Dikatakan interaktif karena pengguna
dapat dikembangkan. Siswa yang menanamkan akan mengalami interaksi dan bersikap aktif
kebiasaan berpikir kreatif melihat kemungkinan- misalnya aktif memperhatikan gambar,
kemungkinan baru, dan berani bereksperimen memperhatikan tulisan yang bervariasi warna
tanpa takut berbuat salah (Ikhtiar, 2018). atau bergerak, suara, animasi bahkan video dan
Penelitian yang dilakukan oleh Ikhtiar didapat film. Selain itu, banyak model pembelajaran
hasilnya bahwa: (1) modul pembelajaran fisika yang memanfaatkan teknologi informasi dan
didesain dengan tahapan pembelajaran inkuiri komunikasi dalam proses pembelajaran atau
terbimbing dikategorikan layak digunakan lebih dikenal dengan e-learning.
sebagai bahan ajar di sekolah untuk Penelitian yang dilakukan oleh Tri Wahyuni
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. dkk, menyimpulkan bahwa modul multimedia
Tahap inkuiri terbimbing yang dimunculkan interaktif berbasis e-learning ini telah
dalam modul yaitu, merumuskan masalah, dikategorikan baik dan dapat digunakan pada
menyusun hipotesis, mengumpulkan data, kegiatan pembelajaran. Kemudian modul
menguji hipotesis, dan menyimpulkan hasil tersebut efektif digunakan dan hasil belajar
(Ikhtiar, 2018). siswa tinggi setelah menggunakan modul
Dari penjelasan beberapa penelitian di atas, multimedia interaktif berbasis e-learning
maka dapat dikatakan penggunaan modul cetak (Wahyuni, Wahyuni, & Yushardi, 2017). Jika
dapat meningkatkan kemampuan yang dalam pelaksanaanya tidak memungkinkan
mendukung keterampilan abad-21 seperti untuk sekolah yang memiliki fasilitas belajar
keterampilan memecahkan masalah, berpikir yang masih minim, maka modul multimedia
kritis dan berpikir kreatif. Penggunaan media interaktif berbasis e-learning tidak harus berupa
cetak memiliki kelebihan seperti dapat digital (flash). Modul tersebut dapat berbentuk
digunakan oleh siswa yang berada di daerah cetak saja, namun video dan animasi penunjang
manapun karena bentuknya buku, kemudian pada bahan ajar dapat ditampilkan (Wahyuni,
siswa dapat dengan mudah mengerjakan secara Wahyuni, & Yushardi, 2017).
langsung di lembar yang disediakan, dan dapat Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sujanem
membuat catatan-catatan di dalam halaman dkk, telah berhasil dikembangkan modul fisika
modul. Disamping kelebihan, modul cetak berikut Lembaran Kerja Siswa kontekstual
memiliki kekurangan, diantaranya tidak dapat interaktif berbasis web yang memiliki kelayakan
menampilkan video, animasi, dan musik, tidak untuk diimplementasikan dalam pembelajaran.
interaktif yang membuat siswa cepat merasa Kemudian telah berhasil dikembangkan panduan
bosan, serta membutuhkan biaya cetak yang modul fisika kontekstual interaktif berbasis web
besar jika terdapat banyak gambar. bagi guru dan siswa yang berisikan tentang
panduan tentang implementasi modul dalam
Penggunaan Modul Elektronik pembelajaran. Setelah diuji ke siswa didapat
hasilnya bahwa siswa yang menggunakan model
Saat ini penggunaan Teknologi Informasi dan modul fisika kontekstual interaktif berbasis web
Informasi (TIK) berkembang sangat pesat di menunjukkan pemahaman konsep yang lebih
berbagai sektor bidang, tidak terkecuali bidang baik dibandingkan dengan siswa yang
pendidikan. Pengintegrasian TIK dalam dunia menggunakan model modul físika kontekstual
P a g e | 22
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 7 No. 1, Maret 2019 p-ISSN 2355-5785
http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

konvensional. Kemudian hasil belajar fisika elektronik Fisika berbasis Keterampilan Proses
siswa yang menggunakan model modul fisika Sains ini dinilai efektif meningkatkan motivasi
kontekstual interaktif berbasis web lebih baik belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari
dibandingkan dengan siswa yang menggunakan kenaikan nilai rata-rata peningkatan motivasi
model modul físika kontekstual konvensional. siswa kelas sampel yang menggunakan modul
Modul yang dikembangkan ini memiliki elektronik Fisika berbasis Keterampilan Proses
kelayakan sebagai fasilitas belajar bagi siswa Sains. Dapat disimpulkan bahwa motivasi
kelas XII SMA dan keunggulan komparatif belajar siswa menggunakan modul Fisika
dibandingkan dengan modul fisika yang berbasis keterampilan proses sains lebih baik
dikonstruksi secara konvensional (Sujanem, dari pembelajaran konvensional (Perdana,
Suwindra, & Tika, 2012). Sarwanto, & Sukarmin, 2017).
Selain untuk meningkatkan hasil belajar siswa, Dari penjelasan di atas, penggunaan modul
penggunaan modul interaktif dapat elektronik memiliki kelebihan seperti dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa juga. diintegrasikan dengan internet, jika
Motivasi belajar siswa dapat dikatakan rendah menggunakan aplikasi yang mendukung, dan
ketika muncul sikap siswa seperti cenderung dapat langsung memutar video dan musik di
ramai sendiri, mengobrol dengan teman, ada dalam aplikasi tersebut. Kemudian kelemahan
beberapa siswa yang mengerjakan PR pelajaran yang dimiliki modul elektronik seperti harus
lain dan kurang memperhatikan pembelajaran menyediakan tempat khusus untuk membuat
yang sedang berlangsung. Hal tersebut dapat catatan, karena pada umumnya modul elektronik
terjadi karena minimnya media pembelajaran tidak bisa dicoret-coret dengan sembarangan
dalam proses belajar yang dapat menjadikan serta tidak semua siswa dapat menggunakan
siswa sulit memahami materi yang diajarkan modul elektronik ini karena keterbatasan
oleh guru di kelas. Kemudian hasil nilai ulangan fasilitas yang dimiliki.
harian atau ujian semester yang buruk Kemudian maka dapat dikatakan bahwa
menempatkan guru sebagai penyebab kegagalan penggunaan modul elektronik sangat efektif
dimata sebagian siswa (Wiyoko, Sarwanto, & untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Rahardjo, 2014). Untuk mengatasi permasalahan Siswa menjadi tidak bosan belajar fisika
tersebut agar tidak berkelanjutan, guru dapat dikarenakan siswa dapat menjelajahi setiap
memberikan motivasi melalui media materi menggunakan handphone mereka saja.
pembelajaran untuk mengambil perhatian siswa. Ketika bepergian sekalipun, siswa masih tetap
Media pembelajaran dalam fisika yang bisa untuk membuka modul elektronik tersebut
digunakan harus tepat agar tidak membosankan, untuk belajar. Oleh karena siswa termotivasi
yaitu dapat menggunakan modul. Dengan untuk belajar, maka hasil belajar siswa pun akan
menggunakan modul elektronik, diharapkan meningkat.
akan lebih interaktif dibandingkan dengan
menggunakan modul cetak. Hal tersebut sesuai Kesimpulan
dengan penelitian yang telah dikembangkan oleh
Wiyoko dkk didapat hasilnya bahwa modul Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
elektronik animasi interaktif dalam disimpulkan bahwa:
penggunaannya dapat meningkatkan motivasi 1. Penggunaan media pembelajaran fisika
menggunakan modul cetak memiliki
belajar siswa (Wiyoko, Sarwanto, & Rahardjo,
kelebihan diantaranya, dapat digunakan
2014).
oleh siswa yang berada di daerah
Sejalan dengan penelitian di atas, Penelitian
manapun karena bentuknya buku, serta
yang dikembangakan oleh Perdanak dkk,
siswa dapat dengan mudah mengerjakan
menunjukkan hasil dimana modul elektronik
secara langsung di lembar yang
fisika yang diintegrasikan dengan Keterampilan
disediakan. Disamping kelebihan, modul
Proses Sains dapat meningkatkan kemampuan
cetak memiliki kekurangan, diantaranya
berpikir kritis serta motivasi belajar siswa.
tidak dapat menampilkan video, animasi,
Berdasarkan uji kelayakan modul memiliki
musik, tidak interaktif, serta
kategori layak digunakan. Pengembangan modul
P a g e | 23
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 7 No. 1, Maret 2019 p-ISSN 2355-5785
http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

membutuhkan biaya cetak yang besar. Pendidik & Tenaga Kependidikan


Adapun kelebihan dalam menggunakan Departemen dan Pendidikan Nasional.
modul elektronik diantaranya dapat Fatimah, S., Sarwanto, & Aminah, N. (2013).
diintegrasikan dengan internet, dan dapat Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan
langsung memutar video serta musik. Problem Based Learning (PBL)
Kemudian kelemahan yang dimiliki Menggunakan Modul dan Buletin
modul elektronik seperti harus ditinjau dari Kemampuan Verbal dan
menyediakan tempat khusus untuk Motivasi Berprestasi Siswa. Jurnal
membuat catatan dan tidak semua siswa Inkuiri Universitas Sebelas Maret. 2 (1),
dapat menggunakan karena keterbatasan 114-120.
fasilitas. Hasanah, T. A., Huda, C., & Kurniawati, M.
2. Penggunaan modul cetak efektif untuk (2017). Pengembangan Modul
diterapkan dalam menunjang keterampilan Pembelajaran Fisika Berbasis Problem
abad 21 seperti keterampilan memecahkan Based Learning (Pbl) Pada Materi
masalah, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Gelombang Bunyi Untuk Siswa Sma
Selain itu, modul cetak juga dapat efektif Kelas XII. Physics Education Journal.
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Vol 1, No 1, 56-65.
Sedangkan penggunaan modul elektronik
sangat efektif untuk meningkatkan motivasi Hidayat, A., Suyatna, A., & Suana, W. (2017).
belajar siswa, disamping itu efektif juga Pengembangan Buku Elektronik
untuk meningkatkan hasil belajar siswa, Interaktif pada Materi Fisika Kuantum
serta kemampuan berpikir kritis. Oleh karena Kelas XII SMA. Jurnal Pendidikan
hasil belajar siswa serta kemampuan berpikir Fisika Universitas Muhammadiyah
kritis siswa dapat di tes menggunakan kedua Metro.
jenis modul tersebut, maka masih ada Hoellwarth, C., Moelter, M. J., & Night, R. D.
peluang untuk mengembangkan kedua jenis (2005). Direct Comparison of
modul untuk keterampilan lainnya. Conceptual Learning and Problem
Solving Ability in Traditional and Studio
Daftar Pustaka Style Classrooms. American Journal of
Physics, 459.
Abdullah, Herpratiwi, & Tarkono. ( 2013). Ikhtiar, R. (2018). Pengembangan Modul Fisika
Pengembangan Bahan Ajar Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk
Interaktif Konsep Dasar Kerja Motor 4 Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Langkah Kelas X Di Madrasah Aliyah Kreatif Siswa Pada Materi Listrik
Negeri 2 Tanjungkarang. Jurnal Dinamis. JRKPF UAD Vol.5 No.1 .
Teknologi Informasi Komunikasi Machi, L. A., & Evoy, B. T. (2009). The
Pendidikan. Literature Review. United Kingdom:
Aji, S. D., Hudha, M. N., & Rismawati, A. Y. Corwin Press.
(2017). Pengembangan Modul Mulyasa, E. (2009). Praktik Penelitian Tindakan
Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Kelas. Bandung: PT. Remaja.
Based Learning untuk Meningkatkan Rosdakarya.
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Nugraha, D., Binadja, A., & Supartono. (2013).
Science Education Journal, 1 (1), 36-51. Pengembangan Bahan Ajar Reaksi
Arends, R. (2013). Belajar untuk Mengajar. Redoks Bervisi SETS, Berorientasi
Terjemahan Made Frida Yulia. Edisi 9. Konstruktivistik. Journal Of Innovative
Jakarta: Salemba Humanika . Science Education, Vol.2(1), 33.
Cecep, K., & Bambang, S. (2013). Media Perdana, F. A., Sarwanto, & Sukarmin. (2017).
Pembelajaran Manual dan Digital. Pengembangan Modul Elektronik Fisika
Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Berbasis Keterampilan Proses Sains
Depdiknas. (2008). Penulisan Modul. Jakarta: untuk Meningkatkan Kemampuan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Berpikir Kritis dan Motivasi Belajar
Siswa SMA/MA Kelas X Pada Materi
P a g e | 24
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 7 No. 1, Maret 2019 p-ISSN 2355-5785
http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

Dinamika Gerak . JURNAL INKUIRI Surya. (2013). Cara Belajar Orang Genius.
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 61-76. Jakarta: Gramedia.
Pinilih, F. W., Masykuri, M., & Suparmi. Trianto. (2010). Mendesain Model
(2016). Pengembangan Modul Pembelajaran Inovatif Progresif.
Elektronik Fisika Berbasis Salingtemas Jakarta: Prenada Media.
Materi Pemanasan Global untuk Siswa Wahyuni, T., Wahyuni, S., & Yushardi. (2017).
SMA/MA Kelas XI. JURNAL INKUIRI Pengembangan Modul Multimedia
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 143-155. Interaktif Berbasis E-Learning Pada
Purwanto, R, A., & L, S. (2007). Pengembangan Pokok Bahasan Besaran Dan Satuan Di
Modul. Jakarta: Pustekkom. SMA. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6
Setyandaru, T. A., Wahyuni, S., & Putra, P. D. No. 4, 404-410.
(2017). Pengembangan Modul Wiyoko, T., Sarwanto, & Rahardjo, D. T.
Pembelajaran Berbasis Multirepresentasi (2014). Pengembangan Media
Pada Pembelajaran Fisika di SMA/MA. Pembelajaran Fisika Modul Elektronik
Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 3, Animasi Interaktif Untuk Kelas XI SMA
218-224 . Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa.
Solihudin, T. (2018). Pengembangan E-Modul Jurnal Pendidikan Fisika Vol.2 No.2 ,
Berbasis Web Untuk Meningkatkan 11-15.
Pencapaian Kompetensi Pengetahuan Yanti, F. A., Sukarmin, & Suparmi. (2015).
Fisika Pada Materi Listrik Statis Dan Pengembangan Modul Pembelajaran
Dinamis SMA. Jurnal Wahana Fisika SMA/MA Berbasis Masalah
Pendidikan Fisika Vol.3 No.2, 51-61 . untuk Meningkatkan Keterampilan
Sugianto, D. d. (2013). Modul Virtual: Berpikir Kritis Siswa. JURNAL INKUIRI
Multimedia Flip Book Dasar Teknologi ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 96-103.
Digital. INVOTEC, Vol. IX No.2, 110- Zulhaini, A. H. (2016). Pengembangan Modul
116. Fisika Kontekstual Hukum Newton
Sujanem, R., Suwindra, I., & Tika, I. (2012). Untuk Meningkatkan Pemahaman
Pengembangan Modul Fisika Konsep Fisika Siswa Di Man Model
Kontekstual Interaktif Berbasis Web Banda Aceh. Jurnal Pendidikan Sains
Untuk Siswa Kelas I SMA. Jurnal Indonesia, Vol.04, No.02, 180-190.
Pendidikan dan Pengajaran, 97-104.

P a g e | 25

Anda mungkin juga menyukai