Anda di halaman 1dari 2

Meminimalisir Bahaya dari Bahan Kimia yang Mudah Terbakar

Perkembangan teknologi saat ini mengalami pergeseran besar dan hal ini dapat
mempengaruhi pembangunan dan perekonomian negara. Hal ini berlaku untuk semua sektor tanpa
terkecuali sektor Industri. Sektor industri, salah satunya sektor industri kimia termasuk dalam salah
satu penopang dan memegang peranan penting perekonomian dan pembangunan nasional. Jenis
dari sektor industri kimia pun bermacam-macam seperti petrokimia, farmasi, agrokimia, polimer,
dan oleokimia. Industri ini memiliki teknologi tinggi dengan menggunakan proses kimia dan reaksi
kimia untuk menjalankan proses produksi. Untuk memulai proses produksi pastinya membutuhkan
bahan baku sebagai umpan utama dan biasanya bahan kimia juga diikut sertakan sebagai bahan
baku tambahan.

Bahan kimia yang digunakan pastinya memiliki karakteristik dan sifat fisik atau kimia
tertentu, namun sifat dari bahan kimia tidak selalu aman baik untuk lingkungan ataupun manusia.
Sifat kimia yang dimaksud antara lain reaktif, mudah terbakar, korosif, beracun, dan oksidator.
Bahan yang mudah terbakar adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat
menimbulkan potensi bahaya terkhusus kebakaran. Tingkat bahaya ditentukan oleh titik bakarnya
(titik nyala) bahan tersebut. Pada suhu 21℃ sampai 55℃ adalah titik nyala bahan kimia yang
mudah terbakar. Semakin rendah titik bakar suatu bahan maka semakin berbahaya. Reaksi
pembakaran yang berlangsung sangat cepat dan juga dapat menghasilkan ledakan. Untuk wujud
bahan seperti cairan yang mudah terbakar dapat ditemukan pada eter, aseton, benzene, alkohol,
heksan, dan lain-lain.

Pada umumnya bahan tersebut digunakan sebagai bahan pelarut organik. Bahan-bahan ini
banyak digunakan oleh industri cat dan kertas, pabrik alkohol, pengolahan minyak, dan industri
obat-obatan, serta pada laboratorium kimia (Utomo, 2012). Dari sifat bahan kimia yang mudah
terbakar ini dapat menjadi sumber racun dan bahaya yang dapat merugikan pekerja, pabrik, orang
lain, maupun lingkungan sekitar. Untuk meminimalisir bahaya tersebut adalah dengan melakukan
penyimpanan bahan kimia secara benar dan tepat. Bahan kimia yang mudah terbakar sebaiknya
disimpan didalam lemari atau ruang penyimpanan khusus yaitu ruang dingin dan berventilasi,
memiliki jarak yang jauh dari sumber panas atau api, bahan dengan sifat ini juga perlu dijauhkan
dari bahan oksidasi kuat, serta dipastikan memiliki APAR sebagai alat pertolongan pertama dan
alat penunjang lain jika terjadi kebakaran. Lama penyimpanan bahan dalam suatu ruang atau
lemari juga harus diperhatikan, untuk zat sejenis eter tak boleh disimpan lebih dari satu tahun,
inhibitor diperlukan untuk penyimpanan ini. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama 6
bulan sesuai dengan system FIFO (First In First Out) (Harjanto, 2011). Acuan sistem proteksi
yang dapat dipakai untuk bahan cair mudah terbakar adalah NFPA 11, Standard for Low-
Expansion Foam. Pengguna perlu memperhatikan standar komunikasi bahaya (Hazard
Comunication) range 0-4 pada bahan yang dipakai. Perilaku disiplin dan bertanggung jawab juga
wajib dimiliki oleh pekerja ataupun pengguna terhadap SOP yang ada pada pabrik atau tempat
tertentu. Keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai jika adanya interaksi yang baik antara
pekerja dan lingkungan kerja. Maksud dari kalimat ini adalah pekerja wajib memiliki rasa peduli
dengan lingkungan sekitar, selalu melakukan pengawasan dan controlling terhadap alat proses dan
bahan yang ada, serta melindungi diri dengan APD, dan taat terhadap SOP yang ada.

Anda mungkin juga menyukai