Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki era globalisasi dan perkembangan teknologi yang begitu cepat memberikan
perkembangan pada perubahan dan kemajuan dari berbagai aspek kehidupan. Teknologi
adalah suatu jaringan komputer yang terdiri atas berbagai komponen pemrosesan
informasi yang menggunakan berbagai jenis hardware, software, manajemen data, dan
teknologi jaringan informasi (O’Brien, 2006:28) dalam Ridhlo Fahruddin (2013). Menurut
UU No. 19 Tahun 2002, pengertian inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan,
dan atau pun perekayasaan yang bertujuan melakukan pengembangan penerapan praktis
nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau pun cara baru untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sudah ada ke dalam produk atau pun proses
produksinya.
Saat ini di era globalisasi berbagai macam aspek mengalami perkembangan yang
sangat cepat. Termaksut dalam bidang perencanaan wilayah dan kota. Dengan adanya
inovasi dan teknologi sangan membantu dalam pengembangan wilayah di Indonesia.
Kesenjangan merupakan problem terpenting dalam khasanah pemikiran logik dan teoritik
ilmu perencanaan wilayah. Berbagai fenomena empirik menunjukkan bahwa
ketidakmerataan dalam jangka panjang akan menghambat pertumbuhan dalam suatu
perkembangan wilayah. Dalam konteks Teknologi Informasi, perkembangan IT akan
berdampak luas pada suatu gap/kesenjangan antar individu, kelompok dan area geografis
pada level sosial-ekonomi yang berbeda. Masyarakat telah menjadikan teknologi informasi
dan komunikasi sebagai bagian dari kebutuhan vital dalam menunjang berbagai aktivitas
kehidupan. Namun sebuah fakta bahwa pemanfaatan IT khususnya internet masih belum
merata disebabkan banyak hal. Hal inilah yang dapat memicu makin melebarnya
kesenjangan (Rustiadi, et al. 2011). Bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, terjadi
peningkatan angka pengangguran/ kemiskinan di berbagai daerah disebabkan setiap
perusahaan menjadikan penguasaan IT sebagai syarat wajib bagi tenaga kerja di era
globalisasi.
Sayangnya kelompok masyarakat yang rawan terhadap dampak negatif kesenjangan
digital ini adalah kelompok masyarakat miskin perkotaan dan masyarakat pedesaan yang
belum beruntung mendapatkan kesempatan mengakses IT sebagaimana sebagian
masyarakat yang lebih mampu secara ekonomi.Tingkat kesenjangan digital tidak hanya
dipengaruhi oleh tingkat kepemilikan sarana IT semacam modem internet dan PC, tetapi
juga tingkat keterampilan dalam penguasaan operasional media teknologi informasi,
maupun pengetahuan masyarakat mengenai teknologi informasi yang telah terbarukan.
Akan menjadi percuma saja memiliki media / sarpras IT namun pada akhirnya tidak bisa
mengoperasikan secara optimal. Kesenjangan dalam kepemilikan dan keterampilan
mengoperasikan IT ini secara potensial dapat menciptakan jurang yang makin melebar
antar kelompok masyarakat. Selanjutnya dapat berdampak pada marjinalisasi kelas
masyarakat miskin di berbagai daerah disebabkan kurangnya pengetahuan tentang
IT(Rustiadi, E. 2011).
Maka dari itu harus disadari arti penting teknologi bagi masyarakat kita. Perlu juga
sosialisasi bagaimana cara menggunakan teknologi tersebut. Akan percuma teknologi
yang canggih digunakan oleh orang yang tidak memiliki kemampuan untuk
menggunakanya.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah mahasisawa mampu memahami teori dan konsep – konsep pengembangan
wilayah berbasis ekonomi dan teknologi?

1.3 Tujuan
Mahasisawa mampu memahami teori dan konsep – konsep pengembangan wilayah
berbasis ekonomi dan teknologi.
BAB II
TEORI
2.1 Konsep Keunggulan Comparative dan Competitive
2.1.1 Konsep Keunggulan Comparative
Konsep perdagangan bebas pertama kali dirumuskan oleh Adam Smith yang
kemudiandi kembangkan oleh David Ricardo pada tahun 1887 (Pressman, 1999). Masa itu
adalah zaman negara-negara Eropa melakukan penjajahan dan ahli-ahli ekonomi di Negara
tersebut sedang berdebat sengit antara pro dan kontra tentang peran pemerintah dalam
perdagangan. Ricardo adalah salah seorang ekonomi yang tidak menyetujui kebijakan
pemerintah dalam pembatasan perdagangan. Menurut Ricardo, alasan utama yang
mendorong perdagangan internasional adalah perbedaan keunggulan komaparatif relatif
antar Negara dalam menghasilkan suatu komoditas. Suatu Negara akan mengekspor
komoditas yang dihasilkan lebih murah dan mengimpor komoditas yang dihasilkan lebih
mahal dalam penggunaan sumber daya (Lindert and Kindleberger,1983). Perdagangan
internasional semacam itu akan mendorong peningkatan konsumsi dan keuntungan.
Sebaliknya kebijakan pembatasan perdagangan oleh pemerintah justru memberikan
kerugian yang lebih besar bagi masyarakat dalam negeri dibandingkan manfaat yang
diperoleh.
Berdasarkan hal-hal di atas, munculnya Teori Keunggulan Komparatif yang digagas
oleh DavidRicardo. Keunggulan komparatif ini oleh Ricardo dan Viner disebabkan oleh
adanya perbedaan dalam kepemilikan atas faktor-faktor produksi seperti: sumber daya
alam, modal, tenaga kerja dankemampuan dalam penguasaan teknologi(Anderson,1995:71-
73). Adapun asumsi yang dikemukakanoleh David Ricardo adalah sebagai berikut :
1). Hanya ada 2 negara yang melakukan perdagangan internasional
2). Hanya ada 2 barang (komoditi) yang diperdagangkan.
3). Masing-masing negara hanya mempunyai 1 faktor produksi (tenaga kerja)
4).“kala produksi bersifat constant return to scale artinya harga relative barang-
barangtersebut adalah sama pada berbagai kondisi produksi.
5). Berlaku labor theory of value (teori nilai tenaga kerja) yang menyatakan bahwa nilai atau
hargadari suatu barang (komoditi) dapat dihitung dari jumlah waktu (jam kerja) tenaga kerja
yangdipakai dalam memproduksi barang tersebut.
6.Tidak memperhitungkan biaya pengangkutan dan lain-lain dalam pemasaran.
Untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya suatu negara harus memanfaatkan
keunggulan komperatif guna meraih peluang dan mengurangi atau meniadakan kendala
yang timbul sebagai konsekuensi logisnya. Keunggulan komparatif yang harus dimiliki suatu
negara untuk dapat memenangkan dan memperoleh manfaat dari perdagangan
internasional antara lain
a. Jumlah tenaga kerja yang relatif banyak.
b. Sumber daya alam yang melimpah
c. Sumber modal yang besar.
d. Kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan teknologi yang tinggi
e. Letak geografis yang cukup strategis
f. Potensi pasar domestic/ dalam negeri yang cukup besar
g. Jumlah pengusaha kecil, menengah dan koperasi yang besar.
h. Sektor agrobisnis yang mengandalkan lahan produktif yang luas.
Terdapat faktor-faktor yang dapat membuat suatu daerah memiliki keunggulan
komparatif dapat berupa kondisi alam. Faktor-faktor yang dapat mendorong sesuatu wilayah
memiliki keunggulan komparatif dapat dikelompokkan menurut (Tarigan, 2005), sebagai
berikut :
1. Pemberian alam.
2. Masyarakatnya menguasai teknologi mutakhir.
3. Masyarakatnya menguasai ketrampilan khusus.
4. Wilayah itu dekat dengan pasar.
5. Wilayah dengan aksesibilitas yang tinggi.
6. Daerah konsentrasi / sentra dari suatu kegiatan sejenis.
7. Dareah aglomerasi dari berbagai kegiatan.
8. Upah buruh yang rendah dan tersedia dalam jumlah yang cukup serta didukung oleh
ketrampilan yang memadai dan mentalitas yang mendukung.
9. Mentalitas masyarakat yang sesuai untuk pembangunan.
10. Kebijakan pemerintah.
Pada konsep keunggulan komparatif ini terdapat kelemahan Konsep Keunggulan
Komparatif
Beberapa kelemahan teori klasik comparative advantage :
a. Dalam penerapannya dapat menimbulkan ketergantungan dari Negara Dunia Ketiga
terhadapnegara-negara maju karena keterbelakangan teknologi. Fakta lain, saat ini
negara-negaramaju pun bisa membuat sendiri apa yang menjadi spesialisasi negara
berkembang.
b. Akibat perbedaan fungsi produksi (tenaga kerja) menimbulkan perbedaan
produktivitasataupun perbedaan efisiensi diantara Negara-negara sehingga terjadilah
perbedaan harga.
c. Perdagangan internasional tidak akan terjadi jika faktor produksi atau efisiensi di
keduanegara sama karena harga barang yang sejenis akan menjadi sama pula di
kedua negara.Kenyataannya, walaupun fungsi faktor produsi sama di kedua negara,
ternyata harga barangsejenis dapat berbeda, sehingga perdagangan internasional
tetap dapat terjadi. Dalam hal initeori klasik tidak dapat menjelaskan mengapa dapat
terjadi perbedaan harga diantara keduanegara walaupun fungsi faktor produksi
sama.
d. Teori modern dari Heckscher - Ohlin dapat menjelaskan mengapa perdagangan
internasionaltetap dapat terjadi walau terdapat kesamaan dalam faktor produksi
diantara kedua Negara
2.1.2 Konsep Keunggulan Competitive
Teori Porter tentang daya saing nasional berangkat dari keyakinannya bahwa teori
ekonomi klasik yang menjelaskan tentang keunggulan komparative tidak mencukupi, atau
bahkan tidak tepat.Menurut Porter, suatu negara memperoleh keunggulan daya saing /
competitive advantage (CA) jikaperusahaan (yang ada di negara tersebut) kompetitif. Daya
saing suatu negara ditentukan olehkemampuan industri melakukan inovasi dan
meningkatkan kemampuannya. Perusahaan memperoleh(CA) karena tekanan dan
tantangan. Perusahaan menerima manfaat dari adanya persaingan di pasardomestik,
supplier domestik yang agresif, serta pasar lokal yang memiliki permintaan
tinggi.Perbedaaan dalam nilai-nilai nasional, budaya, struktur ekonomi, institusi, dan sejarah
semuanyamemberi kontribusi pada keberhasilan dalam persaingan. Perusahaan menjadi
kompetitif melaluiinovasi yang dapat meliputi peningkatan teknis proses produksi atau
kualitas produk. SelanjutnyaPorter mengajukan Diamond Model (DM) yang terdiri dari empat
determinan (faktor faktor yangmenentukan) National Competitive Advantage (NCA). Empat
atribut ini adalah: factor conditions,demand conditions, related and supporting industries,
dan firm strategy, structure, and rivalry.
Michael Porter dalam teorinya menggambarkan bagaimana sebuah bisnis dapat
membangunkeunggulan kompetitif yang berkesinambungan. Keunggulan kompetitif adalah
kemampuan sebuahperusahaan dalam memberi nilai tambah pada produk yang ditawarkan
kepada konsumennya, lebihdari yang ditawarkan produk lain atau dari yang ditawarkan oleh
kompetitornya.
Berdasarkan bukunya Michael Porter yang berjudul “the competitive advantage of
nations”, konsep keunggulan kompetitif negara terdapat empat pendukung yang
menentukan dalam persaingan internasional yaitu sebagai berikut :
1. Kondisi faktoral, yaitu posisi suatu negara dalam faktor-faktor produksi (misalnya :
tenaga kerja terampil, infrastruktur, teknologi) yang dibutuhkan untuk bersaing dalam
industri tertentu.
2. Kondisi permintaan, yakni sifat permintaan domestik atas produk atau jasa industry
tertentu.
3. Keberadaan industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif secara
internasional.
4. Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan, yakni kondisi dalam negeri yang
menentukan bagaimana perusahaan-perusahaan dibentuk, diorganisir, dan dikelola,
serta sifat persaingan domestik.
Berdasarkan, konsep keunggulan kompetitif terdapat strategi utama menurut Porter.
Sebagai berikut strategi utama konsep keunggulan kompetitif :
A. Kepemimpinan Biaya (cost leadership) yaitu keuntungan yang besar dengan biaya
yang rendah. Keunggulan kompetitif dicapai dengan memangkas biaya sekecil
mungkin.Perusahaan yang menerapkan strategi kepemimpinan biaya adalah
Walmart, Suzuki,Overstock.com, dll.
B. Diferensiasi yaitu keuntungan yang besar dengan menambah nilai pada produk
yangdignifikan kepada konsumen yang bersedia membayar dengan harga
premium.Perusahaan yang menerapkan strategi diferensiasi adalah cocacola,
progressiveinsurance, publix, dll
C. Fokus strategi adalah berkonsentrasi pada pasar yang terbatas. Perusahaan
yangmenerapkan strategi focus adalah Ritz Carlton, marriot, dan lain-lain
Selain itu terdapat kelemahan konsep keunggulan kompetitif, dalam
penerapan keunggulan kompetitif pada dunia perdagangan tidak selalu
berjalan baik-baik saja, namun terdapat hambatan. Dan hambatan tersebut
menjdi kelemahan dalam konsep keunggulan kompetitif sebagai berikut :
1) Ancaman dari produk-produk pengganti
Produk pengganti secara fungsional mempunyai manfaat yang serupa dengan produk
utama(asli), namun memiliki kualitas produk dan harga yang lebih rendah. Umumnya,
produk penggantidisenangi oleh orang yang berpenghasilan rendah, tetapi ingin tampil
dengan status lebih tinggidari keadaan sebenarnya. Ancaman dari produk-produk
pengganti yang dimaksud di sini adalah seberapa mudah pelanggan/konsumen produk
kita dapat berpindah ke produk pengganti.
2) .Ancaman dari pendatang baru
Pendatang baru yang dimaksud di sini adalah perusahaan yang memasuki industri,
denganmembawa kapasitas baru dan ingin memperoleh pangsa pasar yang baik dan
keuntungan.Masuknya pesaing baru ke pasar juga akan melemahkan kekuatan kita
3) Persaingan Industri
Persaingan konvensional terjadi di mana setiap perusahaan selalu berusaha sekeras
mungkinuntuk merebut pangsa pasar perusahaan lain. Konsumen merupakan
obyek persaingan dariperusahaan sejenis yang bermain di pasar. Perusahaan yang
dapat memikat hati konsumen akandapat memenangkan persaingan, namun akan ada
perusahaan yang kalah dalam persaingan.
4) Kekuatan Tawar dari pihak Pemasok
Ketika pemasok memiliki lebih banyak kontrol terhadap pasokan dan harganya, maka
segmenpasar ini menjadi kurang menarik. Cara terbaik adalah untuk membuat
hubungan menang-menang (win-win relation) dengan pemasok. Adalah ide yang baik
untuk kita memiliki banyaksumber pasokan, sehingga mengurangi ketergantungan pada
pemasok tertentu. Contohnyadalam industri media suratkabar, kita memerlukan pasokan
kertas koran, tinta percetakan, dan jasa pencetakan itu sendiri (untuk media suratkabar
yang tidak memiliki mesin cetak sendiri). Jikakertas koran hanya bisa dipasok oleh
pabrik kertas tertentu, sementara oleh pemerintah tidakdiizinkan untuk impor kertas
koran dari luar, maka pemilik pabrik kertas bisa mendiktekan hargakertas yang dijual
pada industri media surat kabar.
5) Kekuatan tawar dari pihak pembeli
Pembeli akan selalu berusaha mendapatkan produk dengan kualitas yang baik dan
harga murah.Sikap pembeli semacam ini berlaku universal dan memainkan peran yang
cukup menentukan bagiperusahaan. Jika harga suatu produk dinilai jauh lebih tinggi dari
kualitasnya (harganya tidakmencerminkan kualitas yang sepantasnya) maka pembeli
atau konsumen tidak akan membeliproduk perusahaan kita

2.2 Regional Innovation system


Sistem inovasi merupakan suatu jaringan lembaga di sektor publik dan swasta yang
interaksinya memprakarsai dan mendifusikan teknologi-teknologi baru (Freeman, dalam
Taufik, 2005). Pengembangan sistem inovasi daerah (SIDa) merupakan salah satu strategi
utama dalam sistem inovasi nasional yang mewadahi proses interaksi antara komponen
penguatan sistem inovasi. Pada dasarnya, merupakan agenda nasional sesuai dalam UU
No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN) 2005-
2025 dan UU No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pada dasarnya system inovasi yaitu:
1. Pertama, ada penekanan bahwa inovasi adalah proses pembelajaran. Hal ini berarti
bahwa perubahan teknologi tidak banyak dipertimbangkan sebagai pengembangan
material, tetapi lebih sebagai suatu rekombinasi dari pengetahuan (yang seringkali
sudah ada) atau penciptaan kombinasi-kombinasi baru. Proses pembelajaran ini
bergantung pada keterlibatan banyak aktor yang mempertukarkan pengetahuan,
aktor-aktor ini terdiri dari berbagai organisasi, meliputi perusahaan, pemerintah, dan
lembaga penelitian.
2. Kedua, ada penekanan pada peranan lembaga. Lembaga dapat dianggap sebagai
ketentuan, regulasi, dan rutinitas yang membentuk ruang kemungkinan bagi aktor-
aktor. Dengan ini, lembaga merupakan penggerak maupun hambatan penting bagi
inovasi (Suurs, 2009).
3. Ketiga, sistem inovasi menekankan hubungan antara aktor dan lembaga atau
adanya gagasan tentang suatu sistem. Perspektif sistem menunjukkan adanya
pendekatan holistik. Holistik dalam sistem inovasi berarti bahwa kinerja suatu sistem
inovasi tidak dapat dianggap sebagai fungsi linear dari unsur-unsurnya. Sebaliknya,
hal tersebut merupakan hasil dari 6 banyak hubungan di antara unsur-unsurnya.
4. Keempat, sistem inovasi menekankan pentingnya interaksi yang berkelanjutan di
antara banyak proses dimana semua proses ini berjalan paralel dan memperkuat
satu sama lain melalui mekanisme umpan balik positif. Jika umpan balik semacam ini
diabaikan, apakah oleh pembuat kebijakan ataupun oleh pengusaha, maka hal ini
kemungkinan besar menyebabkan kegagalan dalam proses inovasi di seluruh sistem
(Suurs, 2009).
Dasar-dasar dari system inovasi ialah :
a. ilmu pengetahuan dan teknologi (termasuk di dalamnya aktivitas pendidikan, aktivitas
penelitian dan pengembangan, dan rekayasa);
b. basis produksi (meliputi aktivitas-aktivitas nilai tambah bagi pemenuhan kebutuhan
bisnis dan non bisnis serta masyarakat umum);
c. Basis pemanfaatan dan difusinya dalam masyarakat;
d. Basis proses pembelajaran yang berkembang.
Sistem inovasi daerah pada dasarnya adalah keseluruhan proses dalam satu sistem
untuk menumbuh-kembangkan inovasi yang dilakukan antar institusi pemerintah (pusat) dan
pemerintahan daerah, lembaga penelitian dan pengembangan, dunia usaha (perusahaan
dan UMKM), dan masyarakat di daerah. Penguatan system inovasi daerah diperlukan untuk
mengefektifkan dan efisiensi pengelolaan inovasi dalam rangka eksistensi peningkatan
ekonomi daerah.
Menurut Doloereux & Parto (2005) Sistem Inovasi Daerah sendiri dapat dirunut
berdasarkan 2 bidang utama keilmuan, yaitu sistem inovasi dan regional study (studi
kedaerahan). Dimana sistem inovasi mengkonsepkan tentang proses inovasi, yang berfokus
pada elemen utama yang berhubungan dengan proses inovasi dan bagaimana kinerja dari
proses inovasi tersebut dapat ditingkatkan. Sedangkan Regional study menekankan pada
konteks sosial dari inovasi dimana aktor dan faktor dari konteks sosial dapat mempengaruhi
proses invoasi, yang tidak hanya melihat sumberdaya lokal saja, namun bagaimana proses
inovasi tersebut dibentuk oleh nilai yang terinstitusionalkan serta prosedur yang ada dalam
tataran daerah (Ruan, X., Saad, M.ed dan Kumar, V , 2014).
Looy et al (2003) berpedapat bahwa faktor penting untuk suksesnya Sistem Inovasi
Daerah adalah akses ke pusat pengetahuan dimana pengetahuan untuk berinovasi
dihasilkan. Hasil studi empiris menyatakan bahwa, terdapat korelasi yang jelas antara
keberadaan suatu pusat pengetahuan, seperti universitas dan lembaga penelitian dan
pengembangan (Litbang), di suatu daerah dan output teknologi di dalam sistem inovasi di
suatu daerah (Blind and Grupp, 1999 dalam Ruan, et al 2014). Fungsi utama pusat
pengetahuan tersebut adalah untuk melakukan kegiatan penciptaan pengetahuan dan
pendeseminasian, yang menempatkan pusat pengetahuan tersebut pada tempat utama
serta mengambil peranan penting dalam sistem inovasi di suatu daerah (Looy et al, 2003).
Sistem Inovasi Daerah di negara berkembang dikonseptualisasikan sebagai pusat
khusus dalam inovasi global dan jejaring produksi (Asheim et al, 2007). Industri di negara
berkembang, termasuk Indonesia, umumnya berperan dalam aktivitas low added value, jika
dibandingkan dengan industri dari negara maju yang menghasilkan produk bernilai tambah
tinggi. Kondisi inilah yang disasar oleh konsep Sistem Inovasi Daerah di negara
berkembang, yaitu proses transisi peningkatan kompetensi serta upgrading fungsi industri di
negara berkembang, sehingga dukungan akan kebijakan yang mendukung Sistem Inovasi
Daerah sangatlah dibutuhkan. Di Indonesia, Kebijakan pemerintah terkait Sistem Inovasi
Daerah telah tertuang di dalam UU No 18/2002 tentang sistem Nasional Penelitian yang
diturunkan secara lebih mendetail pada Peraturan bersama Menristek dan Mendagri tentang
Penguatan Sistem Invoasi Daerah. Di dalam peraturan bersama tersebut, Sistem Inovasi
Daerah di definisikan sebagai “Keseluruhan proses dalam satu sistem untuk
menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antar institusi pemerintah, pemerintah
daerah, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia
usaha dan masyarakat daerah”.
Di dalam peraturan bersama tersebut disebutkan bahwa pada dasarnya setiap daerah
harus melakukan aksi penguatan Sistem Inovasi Daerah yang termasuk didalamnya adalah
membentuk Tim koordinasi dan penyusunan Roadmap Sistem Inovasi Daerah, penataan
kelembagaan dan sumberdaya yang mendukung Sistem Inovasi Daerah, pengembangan
Sistem Inovasi Daerah berdasarkan Potensi lokal dan melakukan koordinasi serta pelaporan
Sistem Inovasi Daerah ke pemerintah pusat. Tujuan Sistem Inovasi Daerah berfokus kepada
Meningkatkan daya ungkit bagi pembangunan daerah; Fokus pada transfer pengetahuan
dan Teknologi; Membantu UMKM mencapai skala ekonomi yang baik; menciptakan
lingkungan yang kreatif untuk mendorong tumbuhnya inovasi dan kerjasama dan
mendorong sinergitas para pemangku kepentingan sebagai pendamping Sistem Inovasi
Daerah (Tim Sistem Inovasi Daerah Balitbang Provinsi Jawa Tengah, 2015). Tujuan
tersebut selaras dengan Prioritas Nasional Pembangunan Wilayah yaitu Kegiatan Prioritas
Pengembangan Ekonomi Kawasan yang di dalamnya memuat penerapan teknologi dan
inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing.
2.2.1 Penguatan Sistem Inovasi Daerah
Penguatan SIDa meliputi beberapa tindakan penting (BPPT, 2011), antara lain:
a. Penataan Pilar-Pilar SIDa
Langkah yang seharusnya dilakukan adalah reformasi kebijakan inovasi dengan menghapus
segala regulasi yang menghambat atau yang berbelit-belit. Kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah juga harus mendukung adanya inovasi daerah. Selain
itu perlu memperhatikan “program payung” yang menjadi alat pengarah fokus dan
keterkaitan antara pelaku dan sumber pendanaan. Selain itu juga dibutuhkan
pengembangan infrastruktur dasar, pembiayaan inovasi daerah, serta peningkatan sosial
budaya, dan potensi daerah lainnya.
b. Pengembangan Fokus Prioritas
Sebuah proses komprehensif dengan analisis mendalam dan meninjau peraturan
perundangan yang berlaku.
c. Implementasi Kerangka Kerja Inovasi
Kegiatan ini dilakukan dalam penguatan klaster industri spesifik sesuai fokus prioritas yang
telah ditetapkan. Penyusunan rancangan awal roadmap, bentuk-bentuk kegiatannya meliputi
pengumpulan data dan informasi yang terkait dengan penyusunan roadmap, kemudian data
tersebut dianalisis sehingga menghasilkan informasi, setelah itu melakukan penyusunan
dokumen Rancangan Awal Roadmap (Taufik, 2005). Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dan stakeholder terkait lainnya juga merupakan salah satu tahapan penting yang
harus dilalui dalam melakukan sebuah penyusunan roadmap. Bentuk-bentuk kegiatan forum
SKPD dan stakeholder meliputi pembahasan rancangan awal roadmap dengan SKPD dan
stakeholder, kemudian penyusunan memorandum kesepakatan terhadap rancangan awal
roadmap.
2.2.2 Tujuan Pengembangan Sistem Inovasi Daerah
Adapun tujuan dari pengembangan system inovasi daerah yaitu :
1. Mendayagunakan segenap potensi pembangunannya secara efisien guna
menghasilkan pertumbuhan ekonomi berkualitas secara berkelanjutan.
2. Mengembangkan daya saing ekonomi daerah melalui inovasi
3. Proteksi terhadap sektor-sektor ekonomi lokal yang daya saingnya masih rendah
dengan membentuk jejaring.
4. Memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan.
5. Menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk menarik investor. Salah satunya
dengan meninggalkan budaya birokrasi berlebihan dengan meningkatkan
profesionalisme kerja.
6. Menciptakan perlindungan dan kepastian hukum bagi investor.
7. Menciptakan kebijakan berdasarkan asas keberlanjutan yang berwawasan
lingkungan.

2.2.3 Prinsip Pengembangan Sistem Inovasi Daerah


Adapun prinsip pengembangan system inovasi daerah yaitu :
a) Cara berpikir strategis dan konsisten dengan kerangka jangka panjang,
b) Strategi Inovasi Daerah yang menjadi agenda prioritas daerah dan merupakan
bagian
c) integral dari strategi pembangunan daerah;
d) Stratregi inovasi daerah merupakan kebijakan strategis peningkatan daya saing
daerah;
e) Berfokus pada potensi terbaik setempat dan terbuka pada ide-ide kreatif yang
bermanfaat bagi kemajuan daerah;
f) Menetapkan tujuan yang jelas dan capaian yang rasional.

2.2.4 Pentingnya Sistem Inovasi Daerah


Adapun pentingnya system inovasi daerah yaitu :
a. Terjadi pergeseran dari ekonomi yang berbasis industri menuju ke ekonomi berbasis
pengetahuan;
b. Daya saing daerah ditentukan oleh kemampuan memanfaatkan modal SDM melalui
inovasi;
c. Karakteristik pasar yang dinamis, kompetisi global, kecenderungan membentuk
jejaring, posisi tenaga kerja dengan upah tinggi, keterampilan luas dengan berbagai
disiplin, pembelajaran tanpa kenal waktu dan sepanjang hayat;
d. Pengelolaan SDM kolaboratif;
e. Meningkatkan jiwa kewirausahaan masyarakat

2.2.5 Langkah-Langkah Pengembangan Sistem Inovasi Daerah


Langkah-langkah pengembagan inovasi daerah dapat dilihat pada gambar berikut :
Pengolahan Data dan Perumusan Rencana
Informasi Aksi

Penetapan Indikator
Analisis Gambaran
Kinerja
Umum Daerah
RANCANGAN
AWAL
Analisis Kondisi SIDa ROADMAP
Perumusan Fokus dan
saat ini PENGUATAN
Program Prioritas
SISTEM INOVASI
DAERAH
Analisis Tantangan dan
Peluang Penguatan SIDa Perumusan Strategi dan
Arah Kebijakan

Perumusan Kondisi SIDa Perumusan Tujuan dan


Yang Akan Dicapai Sasaran

Gambar 2. 1 Langkah-Langkah Awal Penyusunan Roadmap Penguatan Sistem Inovasi


Daerah

Sumber : Panduan Penyusunan Roadmap Penguatan Sistem Inovasi Daerah, BPPT 2013

Dalam penyusunan rancangan awal roadmap untuk penguatan Sistem Inovasi Daerah,
maka tahapan yang harus dilakukan adalah:
A. Tahap 1. Pengoalahan data dan informasi
B. Tahap 2. Analisis gambaran umum daerah, analisis kondisi SIDa saat ini, analisis
tantangan dan peluang penguatan SIDa
C. Tahap 3. Perumusan kondisi SIDa yang akan dicapai
D. Tahap 4. Perumusan tujuan dan sasaran
E. Tahap 5. Perumusan fokus dan program prioritas
F. Tahap 6. Penetapan indikator kerja
G. Tahap 7. Perumusan rencana aksi
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Studi kasus (Pelaksanaan Program Penguatan SIDa (Sistem Inovasi Daerah)
Dalam Mendukung Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang)
Sistem Inovasi Daerah (SIDa) ialah proses kegiatan secara keseluruhan untuk
mengembangkan inovasi yang dilakukan antar institusi pemerintah baik itu dari pemerintah
daerah, lembaga (litbang, pendidikan, dunia usaha), dan masyarakat. Dengan penguatan
inovasi tersebut merupakan salah satu faktor terpenting dalam membangun perekonomian
masyarakat dan meningkatkan daya saing daerah itu sendiri. Adanya program penguatan
SIDa di Kabupaten Malang yang dimaksud adalah menggantikan Kota Batu sebagai ikon
Kabupaten Malang. Pelaksanaan program penguatan SIDa yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Malang.
Desa Karangnongko mempunyai hasil pertanian dan perkebunan yang terluas daripada
desa yang lainnya. Secara umum, jenis lahan yang ada di Desa Karangnongko tergolong
berupa lahan tanah hitam yang sangat cocok sebagai lahan untuk perkebunan dan
pertanian. Pemerintah Kabupaten menjadikan wilayah tersebut sebagai wilayah penghasil
produk keunggulan Kabupaten Malang. Selanjutnya menurut Peraturan Menteri Riset dan
Teknologi dan Menteri Dalam Negeri No. 03 dan No.32 Tahun 2012 pelaksanaan program
SIDa tersebut dijabarkan dalam roadmap penguatan SIDa, yaitu :
1. Kondisi SIDa saat ini di Kabupaten Malang, Desa Karangnongko.
Kecamatan Poncokusumo dipilih karena mereka merupakan pengganti Kota Batu yang telah
lepas secara administratif. Dengan adanya program tersebut pemerintah melakukan inovasi
melalui program SIDa yaitu salah satu contoh inovasi tersebut seperti hasil bumi mereka di
jual ke kota-kota besar/mancannegara. Salah satu keunggulan Kecamatan Poncokusumo
yaitu pada sektor pertanian. Pentingnya program SIDa (Sistem Inovasi Daerah) untuk Desa
Karangnongko menjadi salah satu faktor utama untuk mendukung pembangunan daerah
dan perekonomian masyarakat. Untuk mengetahui hal tersebut inovasi informasi dari
informan program penguatan SIDa sangat penting untuk diketahui.
2. Tantangan dan Peluang SIDa di Kabupaten Malang Desa Karangnongko.
Adanya program penguatan SIDa (Sistem Inovasi Daerah) menjadikan tantangan bagi
setiap daerah untuk menjaga stabilitas perekonomian di daerah tersebut. Tantangan yang
dihadapi pada pelaksanaan program SIDa di Kabupaten Malang khususnya Desa
Karangnongko akan berdampak pada kehidupan keseharian masyarakat disana. Namun,
peluang yang dihadapi dalam proses pelaksanaan program SIDa ini menjadikan masyarakat
di daerah untuk selalu berinovasi terus menerus dalam menghadapi tantangan tersebut.
Pada Desa Karangnongko dapat ditemukan adanya sosialisasi atau penanaman nilai/norma
yang terkontrol secara berkelanjutan pada pelaksanaan program penguatan SIDa di Desa
Karangnongko Kabupaten Malang sangat penting bagi pemerintah untuk kemajuan
pembangunan daerah Kabupaten Malang.
3. Kondisi SIDa yang akan dicapai
Berbagai potensi sumber daya alam di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
menjadikan salah satu daya tarik pemerintah daerah untuk mengelolah sumber daya alam
tersebut. Dapat diperhatikan bahwa program penguatan SIDa menginginkan daerahnya
dapat bersaing dan memberdayakan daerahnya di bidang keahliannya masing-masing.
Sejalan dengan bahasan di atas maka dengan adanya dukungan dari pemerintah untuk
membangun daerah dan memperbaiki perekonomian daerah tersebut menjadi lebih baik.
Serta mendayagunakan potensi pembangunan secara efesiensi dan berkelanjutan. Kondisi
SIDa yang akan di capai di Desa Karangnongko Kabupaten Malang yaitu pada keberhasilan
pelaksanaan program penguatan SIDa. Hal tersebut terlihat jelas dari pendapat dari
Pemerintah Kabupaten yang merangkan bahwa Desa Karangnongko merupakan hasil
pertanian dan perkebunan yang terbesar dari pada 16 desa yang laiinya. Terlintas akan hal
tersebut, bahwasannya dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Karangnongko sebagian
besar berprofesi sebagai petani dan berkebun
4. Arah kebijakan dan strategis penguatan SIDa
strategi arah kebijakan yang dimaksud pada program SIDa yaitu meliputi 6 (enam)
komponen sebagai berikut :
a) Mengembangkan kerangka dasar kebijakan inovasi daerah.
b) Memperkuat kelembagaan dan daya dukung ilmu pengetahuan dan teknologi atau
penelitian dan pengembangan serta mengembangkan kemampuan absorpsi
industri , khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah.
c) Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi (suatu
proses inovasi komunikasi melalui saluran komunikasi tertentu) inovasi, praktik
baik/terbaik dan atau hasil penelitian pengembangan.
d) Membangun budaya inovasi di daerah.
e) Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemaju sistem dan kluster
industri di daerah.
f) Penyelarasan dengan perkembangan global. (Sumber : Buku Roadmap penguatan
SIDa Kabupaten Malang Agro Ekowisata PoncoWismo-Jatu Tahun 2013, 2013).
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilakukan oleh
peneliti, menunjukan bahwa dalam teori buku roadmap Penguatan SIDa tahun 2013
bahwa Dapat disimpulkan bahwa strategi arah kebijakan program SIDa terletak pada
meningkatkan pengetahuan tentang program pemerintah untuk membangun
kreatifitas yang inovatif untuk keunggulan daerah Desa Karangnongko Kabupaten
Malang.
5. Fokus dan Program penguatan SIDa
Pelaksanaan program penguatan SIDa telah disepakati bersama oleh semua unsur-unsur
Kelitbangan pemerintah Kabupaten, dinas, badan, investor bisnis, dan lembaga pendidikan.
Dengan menanngapi hal itu menurut SK Bupati Malang, Nomor : 180/28/KEP/421.013/2013
tentang Tim Koordinasi Penguatan SIDa Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2013 bahwa
program prioritas yang sedang berjalan di kabupaten tersebut mengarah pada AgroWisata.
Dimana Argrowisata tersebut dapat mendukung pengembangan suatu wilayah menjadi lebih
baik. Selain itu dapat menjadikan daerah tersebut menjadi daya tarik pengunjung dari luar
daerah untuk mengunjungi keindahan dan hasil alam yang terdapat di daerah tersebut.
Dalam meningkatkan kualitas maupun kuantitas pada sumber daya manusia, maka
difokuskan untuk memenuhi sarana dan prasarana bagi para petani / masyarakat guna
mengembangkan hasil panen mereka. Selain itu meningkatkan infrastruktur jalan untuk
transportasi pada akses jalan raya masuk kawasan pertanian yang akan dikembangkan
Berdasarkan hasil dilapangan Dengan demikian keterkaitan untuk membangun daerah
tersebut sebagai keunggulan daerah maka pemerintah kabupaten dengan masyarakat
sangat dibutuhkan keharmonisasiannya. kemudian dialanjutkan pernyataan dari kepala
Desa Karangnongko yang menerangkan bahwa dukungan dari pemerintah dengan
infrastruktur sangat diharapkan sekali oleh masyarakat daerah disana. Hal tersebut dapat
memperlancar proses pengangkutan hasil pertanian dan perkebunan agar menjadi lebih
aman dalam proses tersebut.
6. Rencana aksi penguatan SIDa
Rencana aksi penguatan sistem inovasi daerah merupakan salah satu strategis rencana
dalam jangka kurun waktu yang telah di rencanakan. Berikut rencana aksi yang ada di
kabupaten Malang :

Gambar 2. 2 Tahapan Rencana Aksi

Sumber : BPPT 2012 dalam Buku Pedoman Roadmap SIDa Kabupaten Malang 2013
Adanya keharmonisan dan sinkronisasi antara pemerintah daerah dengan masyarakat
sangat dibutuhkan efesiensi dan efektivitasnya dalam bekerja. Upaya untuk menjadikan
keunggulan Kabupaten Malang sebagai kawasan AgroekoWisata, maka pemerintah daerah,
petani, dan pengrajin harus bersinergi dalam membuat inovasi keunggulan daerah.
Berdasarkan hasil penelitian yang ada di lapangan dapat dijelaskan bahwa adapun
tahapan rencana aksi penguatan SIDa. Dengan adanya pelaksanaan yang terencana, maka
dapat mempermudah pemerintah kabupaten, dinas, badan, dan SKPD dari kabupaten
berperan penting untuk mengidentifikasikannya
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan sebagai berikut:
1) Pengembangan sistem inovasi daerah (SIDa) merupakan salah satu strategi utama
dalam sistem inovasi nasional yang mewadahi proses interaksi antara komponen
penguatan sistem inovasi
2) Tujuan utama dalam pengembangan sistem inovasi daerah adalah agar setiap
daerah mampu meningkatkan daya saing berdasarkan potensi yang ada di daerah
masing-masing.
4.2 Lesson Learned
Bahwa sistem inovasi daerah begitu penting dalam memajukan daya saing setiap
daerah yang dianggap belum memiliki teknologi industri yang begitu kuat, sehingga hal ini
dapat memajukan daerah tersebut melalui inovasi-inovasi dan potensi yang ada. Hal
tersebut juga secara tidak langsung menumbuhkan pengelolaan sumber daya dan jiwa
kewirausahaan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Hoetman, Agus Rusyana. 2014.Panduan Penguatan SIDa.Kementrian Riset dan Teknologi
Jurnal Bina Praja.Vol. 6 No. 2: 143 -156 Sharip, Muhammad. 2017. Studi Formulasi
Kebijakan Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Surakarta.
Narutomo, Teguh. 2014. Program Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Sebagai Exit
Strategy Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
https://www.researchgate.net/publication/318147790
Ridhlo Fahruddin, Anggi 2013. “Pengaruh Pemanfaatan, Efektivitas Penggunaan dan
Kepercayaan Atas Teknologi Sistem Informasi Terhadap Kinerja Individual (survey
pada karyawan BPR Kabupaten Sragen). “Surakarta
Rustiadi, E. Et al. 2008. Permodelan Perencanaan Pengembangan Wilayah.
Rustiadi, E. 2011. Bahan Perkuliahan Mata kuliah “Sistem Perencanaan Wilayah”. Bogor.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002

Anda mungkin juga menyukai