Retailing seperti yang dijelaskan oleh Meyer, dapat diklasifikasikan berdasarkan lima
kriteria, yaitu tipe kepemilikan, produk atau jasa yang dijual, non store retailing, strategi
penetapan harga, dan lokasi. Untuk lebih jelasnya simak penjelasan berikut ini:
b. Waralaba (franchising), yakni suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa,
dimana sebuah perusahaan induk (franchisor) memberikan kepada perusahaan atau
individu lain (franchisee) yang berskala menengah atau kecil dengan hak-hak istimewa
untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu melalui cara yang telah ditentukan,
selama waktu tertentu dan disuatu tempat tertentu.
Franchisor biasanya akan menyediakan peralatan, produk ataupun jasa yang dijual, dan
pelayanan manajerial. Sebagai imbalannya, franchisee harus membayar uang pangkal
(initial franchise fee) dan royalti atas penjualan kotor, membayar biaya sewa peralatan
franchisor (bila ada), membayar management fee, serta memasarkan produk maupun jasa
dengan cara-cara yang sudah ditentukan oleh franchisor. Salah satu keuntungan dari
membeli hak waralaba ini ialah tetap independen (meskipun tidak sepenuhnya), tetapi
mendapatkan manfaat dari nama merek dan dari pengalaman jaringan waralaba tersebut.
c. Corporate chain, ialah suatu kelompok yang terdiri atas dua atau lebih usaha atau bisnis
yang saling berhubungan dalam satu manajemen dan dimiliki oleh suatu kelompok
pemegang saham. Wujudnya bisa berupa pasar swalayan (supermarket), specialty store,
jaringan toko serba ada (department store), maupun jaringan superstore. Contohnya
seperti Matahari Group, Robinson Group, Ramayana Group, Cahaya Group, Hero Group,
dan lain sebagainya. Keuntungan dari corporate chain ialah volume penjualan yang
sangat tinggi, kemampuan untuk membeli dalam kuantitas yang sangat besar, serta
kemampuan untuk mempekerjakan karyawan yang memiliki kemampuan khusus dalam
pengembangan materi-materi promosi penjualan.
Convenience store ialah toko swalayan mini yang menjual produk atau barang kebutuhan sehari-
hari dan berlokasi disekitaran tempat pemukiman penduduk, serta pada umumnya buka 24 jam.
Contoh dari convenience store antara lain Alfamart dan Indomart. Sementara combination store
lebih besar daripada pasar swalayan konvensional ataupun superdrug store, namun tetap serupa
dalam strategi penetapan harga dan praktik-praktik operasinya. Istilah superstore dipakai untuk
menggambarkan kombinasi antara pasar swalayan dan toserba yang menjual barang-barang
umum (general merchandise) dengan harga yang didiskon secara periodik. Biasanya luas
tokonya antara 35.000 sampai 60.000 kaki persegi. Di Indonesia sendiri, tipe toko seperti ini
diwakili oleh eksistensi outlet kelompok Mega M, Golden Truly, dan beberapa toserba Matahari
yang dilengkapi dengan pasar swalayan sebagai salah satu bagian (departemen) dalam
toserbanya.
c. Non Store Retailing
Non store retailing menjual produk dan jasa dengan memakai metode-metode seperti vending
machines, direct selling, mail order retailing, dan teknik-teknik elektronik.
e. Lokasi
Retailer dapat juga dikelompokkan berdasarkan lokasinya, yaitu strip development, downtown
central business districts, dan pusat perbelanjaan (shopping center) termasuk didalamnya mal-
mal (seperti Citra Land, Lippo Karawaci, Pondok Indah Mall, dan lain sebagainya).