!!!!LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 14 Revisi PDF
!!!!LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 14 Revisi PDF
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan kuliah Mekanika Fluida dan Hidrolika
Disusun oleh
Kelompok 14
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok 14
2
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompok 14
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Laporan Mekanika Fluida ini disusun dengan tujuan memenuhi standar kelulusan
Tim penulis menyadari bahwa laporan ini dapat terwujud atas bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini Tim penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
4. seluruh pihak lain yang telah membantu membuat semua ini bisa terwuj
ud.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif guna penyempurnaan laporan ini
sangat diharapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Tim Penulis
3
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompok 14
DAFTAR ISI
4
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompok 14
BAB II
TUMBUKAN AKIBAT PANCARAN FLUIDA .......................................................................... 43
2.1 Pendahuluan ..................................................................................................... 43
2.2 Tujuan percobaan ............................................................................................. 43
2.3 Alat-alat percobaan........................................................................................... 43
2.4 Teori Dasar dan Penurunan Rumus .................................................................. 44
2.4.1 Besar gaya piringan (gaya perhitungan) .......................................................... 44
2.4.2 Besar Gaya yang Menumbuk Piringan (Gaya Pengukuran) ............................. 46
2.5 Prosedur percobaan.......................................................................................... 47
2.6 Contoh perhitungan .......................................................................................... 48
2.6.1 Perhitungan Jet Impact pada Piringan Datar ................................................... 49
2.6.2 Perhitungan Jet Impact pada Piringan Cekung ................................................ 50
2.7 Tabel Data ......................................................................................................... 52
2.8 Grafik Dan Analisa ............................................................................................. 53
2.9 Kesimpulan dan saran ............................................................................................. 55
2.9.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 55
2.9.2 Saran ................................................................................................................ 56
BAB III
ALIRAN MELALUI VENTURIMETER .................................................................................... 57
3.1 Pendahuluan ..................................................................................................... 57
3.2 Tujuan Praktikum .............................................................................................. 57
3.3 Alat-Alat Percobaan dan Gambar Alat Percobaan ............................................ 57
3.4 Dasar Teori dan Penurunan Rumus .................................................................. 58
3.5 Prosedur Percobaan .......................................................................................... 64
3.6 Contoh Perhitungan .......................................................................................... 64
3.7 Tabel Data ......................................................................................................... 65
3.8 Grafik dan Analisis................................................................................................... 66
3.8 Kesimpulan dan Saran....................................................................................... 67
3.8.1 Kesimpulan ................................................................................................ 67
3.8.2 Saran ......................................................................................................... 67
3.9 Referensi ........................................................................................................... 68
BAB IV
OSBORNE REYNOLDS ........................................................................................................ 69
4.1 Pendahuluan ..................................................................................................... 69
4.2 Tujuan Percobaan ............................................................................................. 70
5
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompok 14
6
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompok 14
7
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompok 14
DAFTAR GAMBAR
8
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompok 14
DAFTAR TABEL
Tabel 6. 1 Data Hasil Uji Percobaan Dengan Debit Tetap ............................................. 129
Tabel 6. 2 Hasil Pengolahan Data pada Percobaan A .................................................... 132
Tabel 6. 3 Hasil Pengolahan Data pada Percobaan A .................................................... 133
Tabel 6. 4 Data Hasil Uji Percobaan Dengan Debit Berubah ........................................ 134
Tabel 6. 5 Hasil Pengolahan Data pada Percobaan B .................................................... 138
Tabel 6. 6 Hasil Pengolahan Data pada Percobaan B .................................................... 138
9
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompok 14
DAFTAR GRAFIK
10
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompok 14
11
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompok 14
MEKANIKA
FLUIDA
12
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompok 14
BAB I
1.1 Pendahuluan
Kehilangan tinggi tekan adalah keadaan air yang kehilangan energi akibat
faktor dari luar maupun dalam. Hal ini dapat diamati dari kehidupan sehari-
hari; saat kita membuka kran air dan keluarnya sedikit padahal jika
penampungan air yang sama mengalami bocor, air yang keluar cukup deras.
Energi pada air sudah berkurang akibat pipa yang panjang dan kasar,
berbelok-belok dan memiliki bentuk yang tidak konsisten.
Seperti yang telah tertulis diatas, ada beberapa hal yang dapat menyebabkan
KTT (kehilangan tinggi tekan). Ada faktor major yaitu dari gesekan pipa lurus
dan faktor minor yaitu kontraksi, ekspansi dan tikungan pada pipa. Dalam
percobaan ini, kita akan mengobservasi KTT beserta akibat-akibatnya.
13
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompok 14
2. Bangku Hidrolik
Bangku hidrolik yang dihubungkan dengan debit dari sirkuit pipa. Alat ini
berguna untuk mencari debit air.
3. Termometer
Termometer digunakan untuk mencari suhu air.
4. Pompa Udara
Pompa udara digunakan untuk mengkalibrasi alat agar gelembung udara
dalam piezometer dapat dihilangkan.
𝑢 .𝐷
𝑅𝑒 = 𝑣
Dimana :
Re = bilangan Reynolds
14
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
64
𝑓= 𝑅𝑒
0.316
𝑓= 𝑅𝑒 0.25
Dimana :
Penurunan rumus bilangan Reynold akan dibahas lebih lengkap pada bab IV
Osborne Reynolds.
15
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Jika dilihat dari gambar 1.1, terlihat bahwa air mengalir dari pipa G menuju
tangki E dan menyebabkan penampang A untuk naik. Penampang A akan
ditaruh beban sehingga tangki akan naik, tetapi akan turun kembali karena
tangki akan terisi dengan air. Saat tangki E turun, penampang A akan
kembali naik. Interval saat penampang A dalam keadaan turun hingga naik
kembali adalah interval waktu yang dibutuhkan oleh tangki untuk dapat
terisi dengan air pada debit tertentu.
16
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
∑ 𝑀𝐽 = 0
𝑚𝐴 . 3𝐿 − 𝑚𝐵 𝐿 = 0
3𝑚𝐴 .𝐿
𝑚𝐵 = (1.1)
𝐿
Volume air yang bertambah pada tangki adalah penambahan air saat interval
waktu t. Oleh karena itu,
𝑉
𝑄= (1.2)
𝑡
Persamaan 1.5 dapat digunakan untuk menghitung debit air saat memakai
bangku hidrolik.
17
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
18
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Jika ada kehilangan tinggi tekan, maka persamaan Bernoulli akan berubah
menjadi persamaan sebagai berikut.
1 𝑣1 2 1 𝑣2 2
𝑃1 + 𝛾𝑧1 + 2 𝛾 = 𝑃2 + 𝛾𝑧2 + 2 𝛾 + 𝛾ℎ𝐿 (1.10)
𝑔 𝑔
Dari persamaan 1.11 Dan 1.12 Dapat ditentukan persamaan sebagai berikut.
P1 − P2 v2 2 D2 4 (𝑣1 − 𝑣2 )2
= [1 − ( ) ] +
γ 2g D1 2𝑔
P1 − P2 v2 2 D2 4 𝑣1 2 − 2𝑣1 . 𝑣2 + 𝑣2 2
= [1 − ( ) ] +
γ 2g D1 2𝑔
P1 − P2 v2 2 2𝑣1 2 − 2𝑣1 . 𝑣2
= +
γ g 2𝑔
Dengan pers 1.8 , didapatkan
2
𝐷2 2 𝐷2 2
2 (𝑣2 ) − 2 (𝑣2 ) . 𝑣2
P1 − P2 v2 2 𝐷1 2 𝐷1 2
= +
γ g 2𝑔
P1 −P2 v2 2 D 4 D 2
= [1 + (D2 ) − (D2 ) ] (1.13)
γ g 1 1
Keterangan:
19
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
20
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
𝐷2 2 2
(𝑣2 2 )
1 𝐷1 1 𝑣2 2
𝑃1 + 𝛾𝑧1 + 𝛾 = 𝑃2 + 𝛾𝑧2 + 𝛾
2 𝑔 2 𝑔
1 𝑣2 2 1 𝑣2 2 𝐷2 4
𝑃1 −𝑃2 = 𝛾𝑧2 − 𝛾𝑧1 + 𝛾 − 𝛾 .
2 𝑔 2 𝑔 𝐷1 4
P1 − P2 1 𝑣2 2 D2 4
= 𝑧2 − 𝑧1 + [1 − ( ) ]
γ 2 𝑔 D1
Dengan asumsi z1 =z2, maka persamaannya adalah sebagai berikut.
P1 −P2 v2 2 D 4
= [1 − (D2 ) ] (1.17)
γ 2g 1
Jika ada kehilangan tinggi tekan, maka persamaan Bernoulli akan berubah
menjadi persamaan sebagai berikut.
1 𝑣1 2 1 𝑣2 2
𝑃1 + 𝛾𝑧1 + 2 𝛾 = 𝑃2 + 𝛾𝑧2 + 2 𝛾 + 𝛾ℎ𝐿 (1.18)
𝑔 𝑔
21
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Dari persamaan 1.19 dan 1.20 dapat diberikan persamaan sebagai berikut.
P1 − P2 v2 2 D2 4
= [1 − ( ) + 𝐾]
γ 2g D1
Jika ada koefisien kontraksi Cc, maka bisa menggunakan hubungan
2
1
𝐾 = ( − 1)
Cc
Dari gambar 1.6, dapat dibuat perbandingan A2/A1 dengan nilai Cc
Berikut tabel perbandingan A2/A1 dengan nilai Cc:
Keterangan:
22
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
23
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
V2
hL = K ( )
2g
keterangan:
hL = kehilangan energi akibat tikungan
24
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
2g
KL = (h − hf ′)
V2 T
πR
hf’ adalah [1 − 2L ] hf , jadi
2g πR
KL = 2
(hT − [1 − ] hf )
V 2L
Keterangan:
g = percepatan gravitasi
R = jari-jari tikungan
L = panjang lintasan
hf = kehilangan tinggi tekan pada tikungan
hT = kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus
5. Mengubah besar debit air dengan jalan mengatur kran pengatur masuk air
pada sistem pipa dan catat ketinggian tabung dan debit. Lakukan untuk
beberapa pengamatan.
25
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
6. Setelah selesai pada sirkuit abu-abu ganti ke sirkuit biru dengan jalan
menutup kran pada sirkuit abu-abu dan buka kran pada sirkuit biru. Ikuti
prosedur 2 sampai 4 untuk beberapa pengamatan.
26
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Mulai
Persiapkan
Piezometer agar
tingginya
semuanya sama.
Ya
Apakah ada udara
yang terjebak?
Tidak
Pompakan udara
Hidupkan pompa,
ke piezometer dan
atur debit sesuai
samakan kembali
yang diinginkan
tingginya
Ya
Selesai
27
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
28
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Diketahui:
W= 2,5 kg
ρ = 1000 kg/m3
t = 50 detik
A= 0,01 m2
Solusi:
-Cari debit air:
3𝑊
𝑄=
𝜌. 𝑡
3 . 2,5
𝑄=
1000 .50
𝑄 = 0,00015 𝑚3 /𝑠
Solusi:
-Cari f darcy weisbach
ℎ𝐿 . 2 . 𝐷 . 𝑔
𝑓=
𝐿. 𝑣 2
29
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
2 . 2 . 0,1 . 9,81
𝑓=
200. 32
𝑓 = 0,0022
- Cari f bassius
0,316
𝑓=
𝑅𝑒 0,25
0,316
𝑓=
100000,25
𝑓 = 0,0316
- Cari H pengukuran
H pengukuran dilihat dari perbedaan H pada piezometer
Diketahui: H1 =150 mm
H2 = 180 mm
H pengukuran = H2 – H1
= 180 – 150
= 30 mm
30
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
- Cari KB
(ℎ𝑇 − ℎ𝑓 )2𝑔
𝐾𝐵 =
𝑉2
(1 − 0,1)2 . 9,81
𝐾𝐵 =
32
𝐾𝐵 = 1,962
- Cari KL
2𝑔 𝜋𝑅
𝐾𝐿 = 2
(ℎ𝑇 − [1 − ] ℎ𝑓 )
𝑉 2𝐿
2 . 9,81 𝜋 . 0,05
𝐾𝐿 = (1 − [1 − ] 0,1)
32 2 . 200
31
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
𝐾𝐿 = 1,962
Data Awal
Tabel 1.3 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Gesekan Pipa lurus (Pipa Biru)
Waktu W Hf
No Debit (mm3/det) V (mm/s) H3 H4
(s) (g) (mm)
1 30.241 2500 248007.67 1707.25 0.520 0.240 280
2 31.367 2500 239104.79 1645.96 0.495 0.225 270
3 33.818 2500 221775.39 1526.67 0.475 0.230 245
4 29.946 2500 250450.81 1724.07 0.530 0.235 295
5 33.221 2500 225760.81 1554.11 0.487 0.225 262
6 29.955 2500 250375.56 1723.55 0.530 0.230 300
7 29.43 2500 254842.00 1754.30 0.535 0.235 300
32
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Tabel 1. 4 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Gesekan Pipa lurus (Pipa Abu-Abu)
Waktu W Hf
No Debit (mm3/det) V (mm/s) H8 H9
(s) (g) (mm)
1 41.001 2500 182922.37 339.293 0.525 0.515 10
2 54.887 2500 136644.38 253.454 0.48 0.475 5
3 61.97 2500 121026.30 224.485 0.455 0.45 5
4 39.139 2500 191624.72 355.434 0.545 0.535 10
5 38.432 2500 195149.88 361.973 0.54 0.53 10
6 58.218 2500 128826.14 238.952 0.465 0.46 5
7 77.218 2500 97127.61 180.157 0.435 0.43 5
33
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
H1
No H2 (m) V (mm/s) Re fblassius Ht(mm) Hf(mm) Hlb(mm) KB KL
(m)
1 0.525 0.14 1707.251 27073.946 0.025 385 241.386 143.614 0.985 0.985
2 0.5 0.14 1645.965 26102.056 0.025 360 226.426 133.574 0.986 0.986
3 0.505 0.155 1526.672 24210.278 0.025 350 198.493 151.507 1.300 1.300
4 0.54 0.135 1724.069 27340.653 0.025 405 245.562 159.438 1.073 1.073
5 0.49 0.14 1554.107 24645.351 0.025 350 204.778 145.222 1.203 1.203
6 0.535 0.13 1723.551 27332.438 0.025 405 245.433 159.567 1.074 1.074
7 0.54 0.13 1754.298 27820.020 0.024 410 253.146 156.854 1.019 1.019
8 0.545 0.14 1754.298 27820.020 0.024 405 253.146 151.854 0.987 0.987
Rata-Rata 1.078 1.078
H1
No H2 (m) V (mm/s) Re fblassius Ht(mm) Hf(mm) Hlb(mm) KB KL
(m)
1 0.525 0.14 1707.251 27073.946 0.025 385 239.934 145.066 0.995 1.032
2 0.5 0.14 1645.965 26102.056 0.025 360 225.064 134.936 0.996 1.033
3 0.505 0.155 1526.672 24210.278 0.025 350 197.299 152.701 1.310 1.347
4 0.54 0.135 1724.069 27340.653 0.025 405 244.085 160.915 1.083 1.119
5 0.49 0.14 1554.107 24645.351 0.025 350 203.546 146.454 1.213 1.250
6 0.535 0.13 1723.551 27332.438 0.025 405 243.957 161.043 1.084 1.120
7 0.54 0.13 1754.298 27820.020 0.024 410 251.624 158.376 1.029 1.065
8 0.545 0.14 1754.298 27820.020 0.024 405 251.624 153.376 0.997 1.033
Rata-
Rata 1.088 1.125
34
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
1 0.53 0.375 339.293 10365.515 0.031 155 6.143 148.857 25.861 25.955
2 0.48 0.38 253.454 7743.117 0.034 100 3.687 96.313 29.986 30.087
3 0.445 0.37 224.485 6858.100 0.035 75 2.982 72.018 28.582 28.686
4 0.55 0.38 355.434 10858.644 0.031 170 6.664 163.336 25.858 25.951
5 0.545 0.38 361.973 11058.401 0.031 165 6.880 158.120 24.136 24.228
6 0.46 0.37 238.952 7300.087 0.034 90 3.326 86.674 30.360 30.462
7 0.42 0.365 180.157 5503.852 0.037 55 2.029 52.971 32.641 32.751
8 0.51 0.375 180.157 5503.852 0.037 135 2.029 132.971 81.938 82.048
Rata-
Rata 34.920 35.021
V
No H11(m) H12(m) Re fblassius Ht(mm) Hf(mm) Hlb(mm) KB KL
(mm/s)
1 0.45 0.295 339.293 10365.515 0.031 155 5.995 149.005 25.887 26.075
2 0.395 0.295 253.454 7743.117 0.034 100 3.599 96.401 30.013 30.215
3 0.365 0.285 224.485 6858.100 0.035 80 2.910 77.090 30.595 30.803
4 0.475 0.295 355.434 10858.644 0.031 180 6.504 173.496 27.466 27.652
5 0.465 0.295 361.973 11058.401 0.031 170 6.714 163.286 24.925 25.109
6 0.375 0.285 238.952 7300.087 0.034 90 3.246 86.754 30.388 30.593
7 0.335 0.28 180.157 5503.852 0.037 55 1.980 53.020 32.671 32.891
8 0.425 0.29 180.157 5503.852 0.037 135 1.980 133.020 81.968 82.188
Rata-Rata 35.489 35.691
1 0.32 0.15 339.293 10365.515 0.031 170 5.848 164.152 28.519 28.800
2 0.26 0.15 253.454 7743.117 0.034 110 3.510 106.490 33.154 33.457
3 0.22 0.135 224.485 6858.100 0.035 85 2.838 82.162 32.608 32.920
4 0.345 0.155 355.434 10858.644 0.031 190 6.343 183.657 29.075 29.353
5 0.335 0.155 361.973 11058.401 0.031 180 6.549 173.451 26.476 26.753
6 0.235 0.14 238.952 7300.087 0.034 95 3.166 91.834 32.167 32.474
7 0.19 0.13 180.157 5503.852 0.037 60 1.931 58.069 35.783 36.112
8 0.29 0.14 180.157 5503.852 0.037 150 1.931 148.069 91.242 91.571
Rata-
Rata 38.628 38.930
35
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
R D R/D KB KL
0 13.6 0.00 1.078 1.078
12.7 13.6 0.93 1.088 1.125
50 26.2 1.91 34.920 35.021
100 26.2 3.82 35.489 35.691
150 26.2 5.73 38.628 38.930
2.44
2.43 log Hf vs log Q
2.42
2.41 Linear (log Hf vs log Q)
2.40
2.39
2.38
5.34 5.36 5.38 5.40 5.42
log Q
36
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
b. Pipa Abu-Abu
0.60
log Hf vs log Q
0.40
Linear (log Hf vs log Q)
0.20
0.00
4.90 5.00 5.10 5.20 5.30 5.40
log Q
0.015
f dar vs Re
0.010
Power (f bla vs Re)
0.005
Power (f dar vs Re)
0.000
24000 25000 26000 27000 28000 29000
Re
37
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
b. Pipa Abu-Abu
0.04
f bla vs Re
0.02
f dar vs Re
0.00
0 5000 10000 15000
Re
Grafik 1.4 f blasius dan f darcy weishbach vs Bilangan Reynolds (Pipa Abu-Abu)
38
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
100 Head
80 H hitung ns H ukur
60 Tanpa Head
40
y=x
20
0
0 50 100 150 200
H ukur
Tujuan grafik diatas adalah untuk melihat hubungan H secara hitungan dan
H yang diukur secara langsung dengan atau tanpa kehilangan tinggi tekan.
Berdasarkan data diatas, H yang diukur tidak sesuai dengan H secara
hitungan. Tetapi jika Hperhitungan tidak memakai head, maka nilainya
cenderung mendekati Hpengukuran.
150 Head
100 H hitung ns H ukur
Tanpa Head
50
y=x
0
0 50 100 150 200
H ukur
Tujuan grafik diatas adalah untuk melihat hubungan Hf secara hitungan dan
Hf yang diukur secara langsung dengan atau tanpa kehilangan tinggi tekan.
Berdasarkan data diatas, H secara hitungan dan H yang diukur secara
39
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
K vs R/D
45
40
35
30
25
20 Kb vs R/D
K
15
Kl vs R/D
10
5
0
-5 0 2 4 6 8
R/D
Tujuan dibuatnya grafik diatas adalah untuk melihat hubungan Kb dengan Kl.
Dapat dilihat bahwa Nilai KB dan KL sangat menyerupai. Hal ini disebabkan
oleh nilai R yang sangat kecil dan nilai D yang cukup besar, sehingga jika
dimasukkan ke rumus KL, hasilnya tidak jauh beda dengan Kb. Di dalam
grafik dapat terlihat nilai KL akan semakin besar seiring meningkatnya R/D
sehingga KL akan selalu lebih besar dari KB, kecuali saat R/D =0 , dimana
nilai KL dan KB sama. Grafik 1.8 menggambarkan hubungan KB dan KL
tersebut.
40
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
K vs R/D
40
39
38
37
K
Kb vs R/D
36
Kl vs R/D
35
34
1 2 3 4 5 6
R/D
1.8.2 Saran
41
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Dari percobaan Kehilangan Tinggi Tekan, ada beberapa saran yang perlu
diperhatikan:
1. Debit yang digunakan jangan terlalu kecil. Debit yang terlalu kecil akan
mempengaruhi bacaan pada piezometer.
2. Usahakan debit air lebih bervariasi agar data yang didapati bervariasi
pula.
1.9 Referensi
www.civil.uwaterloo.ca/enve214/files/expansions_pumps.pdf
Streeter, Victor L. Mekanika Fluida. 1986. Jakarta: Erlangga
42
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
BAB II
2.1 Pendahuluan
Setiap fluida yang dipancarkan pasti mempunyai gaya atau kerja mekanis
yang menyebabkan tumbukan. Gaya ini dapat bermanfaat untuk
menggerakkan benda atau peralatan lain yang membutuhkan gaya penggerak,
misalnya turbin.
Pancaran (jet) dari suatu fluida selalu mempunyai kecepatan, oleh karena itu
jet juga memiliki energi kinetik. Jika ada pengahalang yang berada pada lintas
gerak dari pancaran maka penghalang tersebut akan menerima gaya yang kita
kenal sebagai jet impact.
43
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
5. Termometer
𝑓 ∫ 𝑑𝑡 = 𝑚 ∫ 𝑑𝑣
F∆t = m∆v
= m (v0 – v)
= m (v0 – v0 cos β)
= m v0 (1- cos β)
m
F = ∆t v0 (1 - cos β)
F = W v0 (1 - cos β)
Maka :
Momentum sebelum menabrak piringan : WVo (kg m/s2) pada arah X
Momentum sebelum menabrak piringan : WV1 cos β (kg m/s2) pada arah
X
Gaya pada arah X pada jet sama dengan rata-rata perubahan momentum,
maka didapat :
44
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Gaya yang terjadi pada piringan adalah sama, tetapi berlawanan arah
sehingga didapat persamaan pada sumbu Y :
Jika perubahan tekanan piezometrik dan elevasi diabaikan, maka kita bisa
mengetahui kemungkinan gaya terbesar yang diterima piringan cekung
dengan menggunakan persamaan kontinuitas
𝑃0 𝑣0 𝑃1 𝑣1
+ 𝑧0 + = + 𝑧1 +
𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔
𝑃0 − 𝑃1 𝑣0 𝑣1
( ) + (𝑧0 − 𝑧1 ) + =
𝛾 2𝑔 2𝑔
0 + 0 + v0 / 2g = v1 / 2g
v0 = v1
Karena v1 = v0, maka bila kita masukkan nilai v1 ke pers 2.4, maka kita
dapatkan
45
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Aliran fluida diukur dengan satuan W (kg/s) yang mewakili satuan debit ⁄
103 (m3) dengan luas penampang nozzle (Ao) = 78,5 mm2, sehingga
kecepatan pancaran, V (m/s) saat meninggalkan nozzle diberikan oleh :
𝑄 𝑊 𝑊
v = 𝐴𝑡 = = = 12,75W (m/s) (2.6)
𝜌𝐴 1000 (78,5 𝑥 10−6 )
Vo2 = V2 – 2gs
∑𝑀 = 0 (2.8)
𝐹. 𝐿 = 𝑚. 𝑔. 𝑦
F x 152,5 mm = 0,61 kg x g x y
F = 4gy (N) (2.9)
Lalu, untuk menghitung efisiensi pada jet impact, kita bisa gunakan
persamaan :
𝐹
Efisiensi = 𝐹 𝑢𝑘𝑢𝑟 𝑥 100%
ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
46
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
4 𝑔 𝑌 / 1000
= 𝑥100 %
3 𝑊 𝑉/𝑇
4𝑔𝑌𝑇
= 30𝑊𝑉 %
47
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Mulai
Pasang piringan
(datar/cekung)
Geser beban ke titik nol dan atur memakai sekrup pegas agar
lengan neraca dalam keadaan mendatar
Tidak
Sudah dapat 8 macam posisi
pemberat?
Ya
Tidak
Sudah semua piringan dicoba?
Ya
Selesai
48
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Kita dapat mencari besar debit air (Q) yang kita gunakan dari persamaan :
3𝑚
𝑄= (2.10)
𝜌𝑇
Setelah itu, kita cari kecepatan air saat menumbuk piringan (Vo) dengan
menggunakan pers. 2.7 :
Vo2 = V2 – 0,726
Vo = (V2 – 0,726)1/2
Vo = (3,9632 – 0,726)1/2 = 3,870 m/s
49
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Lalu, kita gunakan pers. 2.3 untuk mencari gaya perhitungan pada piringan
datar :
Fdatar = WVo
Fdatar = 0,311 * 3,870
Fdatar = 1,203 N
Melalui proses perhitungan di atas, kita dapatkan nilai Fhitungnya, yaitu 1,203
N.
Gaya pengukuran
Dengan menggunakan pers. 2.9, kita cari nilai Fukur :
Fukur = 4gy
Fukur = 4 * 10 * 29
Fukur = 1,16 N
Setelah mendapatkan nilai Fukur dan Fhitung, kita bisa mencari efisiensi
piringan pada percobaan tersebut dengan menggunakan persamaan :
Efisiensi = (Fukur / Fhitung) * 100%
Efisiensi = 1,16 / 1,203 * 100%
Efisiensi = 96,431%
Maka, pada percobaan tersebut, kita dapatkan efisiensi dari piringan datar
yang kita gunakan, yaitu sebesar 96,431%.
Kita dapat mencari besar debit air (Q) yang kita gunakan dari persamaan :
3𝑚
𝑄= (2.10)
𝜌𝑇
50
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Setelah itu, kita cari kecepatan air saat menumbuk piringan (Vo) dengan
menggunakan pers. 2.7 :
Vo2 = V2 – 0,726
Vo = (V2 – 0,726)1/2
Vo = (4,1242 – 0,726)1/2 = 4,035 m/s
Lalu, kita gunakan pers. 2.3 untuk mencari gaya perhitungan pada piringan
datar :
Fdatar = WVo
Fdatar = 0,323 * 4,035
Fdatar = 2,610 N
Melalui proses perhitungan di atas, kita dapatkan nilai Fhitungnya, yaitu 2,610
N.
Gaya pengukuran
Dengan menggunakan pers. 2.9, kita cari nilai Fukur :
Fukur = 4gy
Fukur = 4 * 10 * 56
51
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Fukur = 2,24 N
Setelah mendapatkan nilai Fukur dan Fhitung, kita bisa mencari efisiensi
piringan pada percobaan tersebut dengan menggunakan persamaan :
Efisiensi = (Fukur / Fhitung) * 100%
Efisiensi = 2,24 / 2,610 * 100%
Efisiensi = 85,835%
Maka, pada percobaan tersebut, kita dapatkan efisiensi dari piringan datar
yang kita gunakan, yaitu sebesar 85,835%.
52
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
F ukur vs F hitung
6
5 y = 0.9724x
R² = 0.8083
4 F ukur vs F hitung
F ukur
3
y=x
2
1 Linear (F ukur vs F
hitung)
0
0.000 2.000 4.000 6.000
F hitung
F ukur vs F hitung
6
y = 0.951x
5 R² = 0.9853
4 F ukur vs F hitung
F ukur
3
y=x
2
1 Linear (F ukur vs F
hitung)
0
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000
F hitung
Kedua grafik ini menunjukkan hubungan antara Fukur dengan Fhitung pada
percobaan jet impact pada piringan cekung dan datar. Berdasarkan teori, Fukur
seharusnya memiliki nilai yang sama ataupun hampir sama dengan Fhitung.
Berdasarkan data Tabel 2.1 dan tabel 2.2, bisa dilihat nilai Fukur dan Fhitung
memiliki nilai yang hampir sama, kecuali di beberapa data yang selisih Fukur
dan Fhitungnya relatif besar bila dibandingkan dengan data lainnya.
53
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Nilai Fukur dan Fhitung yang hampir sama juga dibuktikan dengan rata-rata
efisiensi yang mendekati 100%. Sayangnya, terdapat beberapa data yang bila
dihitung, efisiensinya menjadi lebih dari 100%, yang sebenarnya tidak
mungkin terjadi. Tentu saja, bukan berarti mesin tersebut memiliki efisiensi di
atas 100% pada percobaan tertentu, tapi nilai tersebut menunjukkan bahwa
terjadinya beberapa kesalahan saat percobaan. Kami menduga bahwa
kesalahan terjadi saat pengambilan data, yaitu pada saat pengambilan data
waktu (t) pada penggunaan bangku hidraulik dan pengambilan data pergeseran
beban (Y) pada penggunaan jet impact. Berdasarkan percobaan kami, terutama
untuk data-data dengan nilai Y yang kecil, perubahan sedikit nilai Y akan
menyebabkan perubahan nilai efisiensi yang cukup besar.
y = 5.4874x
F ukur vs W R² = 0.7947
3.5
3
2.5
2
F ukur
F ukur vs F hitung
1.5
1 Linear (F ukur vs F
0.5 hitung)
0
0.000 0.200 0.400 0.600
W
54
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
F ukur vs W
6 y = 10.447x
R² = 0.8872
5
4
F ukur
3 F ukur vs F hitung
2
Linear (F ukur vs F
1 hitung)
0
0.000 0.200 0.400 0.600
W
55
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
2.9.2 Saran
Saran dari kami adalah, bila percobaan jet impact ini dilakukan lagi, kami
harap pengambilan data dapat dilakukan dengan seteliti mungkin sehingga
memperkecil kemungkinan munculnya kesalahan-kesalahan yang
mengakibatkan kesalahan pada hasil perhitungan, terutama pada nilai Fhitung
dan efisiensi.
56
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
BAB III
3.1 Pendahuluan
Debit dan kecepatan aliran penting untuk diketahui besarnya dalam
melakukan penelitian fluida. Untuk itu, digunakan alat untuk mengukur debit
cairan, salah satunya adalah menggunakan prinsip-prinsip Bernoulli dan
kontinuitas pada pipa tertutup yang diaplikasikan melalui alat bernama
venturimeter. Dengan demikian, venturimeter adalah alat untuk mengukur
debit cairan yang melalui pipa tertutup. Melalui pengamatan pada
venturimeter, dapat dibuktikan pula persamaan Bernoulli dan kontinuitas.
Konsep venturimeter sangat banyak sekali dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari dan juga bidang infrastruktur. Beberapa contoh aplikasi konsep
dari venturimeter yaitu: perusahaan air minum menggunakan venturimeter
untuk menghitung laju aliran air yang mengali dalam pipa, lalu perusahaan
minyak menggunakan venturimeter untuk menghitung laju aliran minyak yang
mengalir melalui pipa.
Alat venturimeter
Stopwatch
Bangku Hidraulik
Beban counterweight pada bangku hidraulik
Data alat:
Diameter pipa di manometer A DA = 26 mm
57
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
58
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Persamaan Bernoulli
𝑃1 𝑣1 2 𝑃2 𝑣2 2 𝑃𝑛 𝑣𝑛 2
𝑧1 + + = 𝑧2 + + = 𝑍𝑛 + +
𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔
a1.V1 = a2. V2
2𝑔(ℎ1 −ℎ2 )
𝑄 = 𝑐. 𝑎2 . √ 𝑎
1−( 1 )2
𝑎2
1. Energi tekan : yaitu sejumlah energi yang diperlukan oleh elemen fluida
untuk bergerak dengan jarak tempuh tertentu
Ep= p.A.d
Di mana :
p = tekanan dalam fluida
A = luas cross-section dalam pipa
d= jarak
𝑊
A.d = volume elemen = 𝛾
59
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
𝑝.𝑊
Sehingga : Ep = 𝛾
Dengan :
W = berat fluida
γ = berat volume fluida
Energi potensial : Energi yang bergantung dari elevasi elemen
fluida (z)
Ez = W.z
Energi kinetis : Energi yang bergantung dari kecepatan fluida (v)
𝑊
Ek = 1⁄2 𝑚. 𝑣 2 = . 𝑣2
2𝑔
Di mana :
m = massa fluida
g = percepatan gravitasi
Jadi, besar energi total yang dimiliki oleh fluida yang mengalir adalah :
𝑊 𝑊
E = p. 𝛾 + 𝑊. 𝑧 + 2.𝑔 . 𝑣 2
Tinggi energi adalah energi aliran yang dinyatakan dengan satuan tinggi
(m) yang didapat dari energi total dibagi berat W, yaitu:
𝐸 𝑝 𝑣2
= + 𝑧 + 2.𝑔
𝑊 𝛾
𝐸
Dengan 𝑊 = H = konstan
sehingga didapat :
𝑃1 𝑣1 2 𝑃 2 𝑣2 2
+ 𝑧1 + = 𝑧2 + +
𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔
Persamaan kontinuitas:
60
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Q = v.A
𝑠
Q= 𝑡𝐴
𝑉
Q= 𝑡
Di mana :
v = kecepatan (m/s)
A = luas (m2)
S = Jarak (m)
V = volume (m3)
Ʃ MA = 0
-Wair + (3 x Wbeban) = 0
massa jenis air (ρair) = 1000 kg/m3 dan V = W/ρ, maka kita dapat
menurunkan persamaan di atas sebagai debit air sebagai berikut:
𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑊𝑎𝑖𝑟
Qair = =
𝜌𝑥𝑡 1000𝑡
Jadi kita bisa mendapatkan rumus untuk nilai debit air dengan prinsip
bangku hidrolik adalah
𝑊
𝑎𝑖𝑟 3𝑥 𝑊𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
Qair = 1000𝑡 = 1000𝑡
Persamaan Bernoulli :
𝑃1 𝑣1 2 𝑃2 𝑣2 2 𝑃𝑛 𝑣𝑛 2
𝑧1 + + = 𝑧2 + + = 𝑍𝑛 + +
𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔
Persamaan kontinuitas :
Q = A1.V1 = A2.V2
61
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
𝑃1 𝐴2 2 𝑉2 2 𝑃2 𝑣2 2
𝑧1 + + 2 = 𝑧2 + +
𝜌𝑔 𝐴1 2𝑔 𝜌𝑔 2𝑔
𝑃1 𝑃2 𝑣2 2 𝐴2 2 𝑉2 2
− + 𝑧1 − 𝑧2 = − 2
𝜌𝑔 𝜌𝑔 2𝑔 𝐴1 2𝑔
𝑃1 − 𝑃2 𝑣1 2 𝐴1 2
+ 𝑧1 − 𝑧2 = [( 2 ) − 1]
𝜌𝑔 2𝑔 𝐴2
𝑃1 −𝑃2
2.𝑔[ 𝜌𝑔
+𝑧1 −𝑧2 ]
V2 = √ 𝐴2 2
1−( )
𝐴1 2
Q= A2.V2
𝑃1 −𝑃2
2.𝑔[ 𝜌𝑔
+𝑧1 −𝑧2 ]
Q= A2√ 𝐴2 2
1−( )
𝐴1 2
𝑃1 −𝑃2
2.𝑔[ 𝜌𝑔
+𝑧1 −𝑧2 ]
Qaktual = C.A2√ 𝐴2 2
1−( )
𝐴1 2
𝑃1 −𝑃2
Dimana h1-h2 (Δh) = dan ΔZ = 0
𝜌𝑔
𝑃1 −𝑃2
2.𝑔[ 𝜌𝑔
+𝑧1 −𝑧2 ]
Sehingga Qaktual = C.A2√ 𝐴2 2
1−( )
𝐴1 2
62
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
2.𝑔(h1−h2)
Q = C.A2√ 𝐴2 2
1−( )
𝐴1 2
𝑄
C=
2.𝑔(h1−h2)
A2
√ 1−(𝐴2 2 )
𝐴1 2
63
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Mulai
Kalibrasikan tinggi
piezometer sesuai skalanya
tidak ya
Sudah didapat 8
debit yang Selesai
berbeda?
3.2,5
Q = 1000.17,443 = 0,000429972
64
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
𝑄
𝑐=
2𝑔(ℎ1−ℎ2)
𝐴2√
𝐴2 2
1−( )
𝐴1
Δh = 0,236-0,036 = 0,2
Koefisien pengaliran pada percobaan no 8
0,000429972
𝑐= =0,843
−4
2.9,81(0,2)
2,0096.10
√ 2,0096.10−4 2
1−( −4 )
5,3066.10
No. h1
W(kg) Q (cm3/s)
Percobaan (cm) h1-h2 R1 R2
h2(cm) (cm) g(cm/s2) (cm) A1 (cm2) (cm) A2(cm2) c
1 2,500 159,350699 2,98 0,3 2,68 981 1,3 5,309292 0,8 2,010619 0,853
2 2,500 225,611407 23,90 17,1 6,80 981 1,3 5,309292 0,8 2,010619 0,758
3 2,500 131,020387 23,00 20,8 2,20 981 1,3 5,309292 0,8 2,010619 0,774
4 2,500 171,397230 11,70 8 3,70 981 1,3 5,309292 0,8 2,010619 0,781
5 2,500 333,022512 17,30 4,8 12,50 981 1,3 5,309292 0,8 2,010619 0,826
6 2,500 319,311989 20,60 9,6 11,00 981 1,3 5,309292 0,8 2,010619 0,844
7 2,500 210,591340 10,90 5,6 5,30 981 1,3 5,309292 0,8 2,010619 0,802
65
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
8 2,500 429,971909 23,60 3,6 20,00 981 1,3 5,309292 0,8 2,010619 0,843
250 Q1
Q2
200
H (mm)
Q3
150
Q4
100
Q5
50 Q6
0 Q7
0 2 4 6 8 10 12 Q8
Titik
Grafik ini menunjukkan ketinggian muka air pada tujuh selang dalam
venturimeter. Titik-titik pada grafik menunjukkan ketinggian permukaan air
pada suatu nilai debit yang sama. Debit yang besar akan menyebabkan selisih
ketinggian permukaan air yang besar antara h1 dengan h2. Dalam percobaan
selisih ketinggian permukaan yang besar diperoleh pada dari selisih tabung A
dengan tabung D. Pada grafik percobaan 3 dan percobaan 1 terlihat nilai h
yang tidak menggambarkan bentuk piezometer yang ideal, hal ini dapat
disebabkan oleh kondisi piezometer yang belum terkalibrasi secara baik dan
interval waktu yang terlalu pendek dalam menggunakan bangku hidrolik.
66
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Q vs c
0.0005
0.00045
0.0004
0.00035
0.0003
0.00025
Q
0.0002 Q vs c
0.00015
0.0001
0.00005
0
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
c
Grafik 3.2 Q vs C
3.8.2 Saran
67
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
3.9 Referensi
Streeter, Victor L. Mekanika Fluida. 1986. Jakarta: Erlangga
68
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
BAB IV
OSBORNE REYNOLDS
4.1 Pendahuluan
Percobaan Osborne Reynolds adalah percobaan untuk mengamati sifat aliran
air pada saluran tertutup, yaitu laminar, turbulen dan transisi, baik secara
visual maupun secara teoritis. Percobaan ini dilakukan dengan mengamati
gerak zat warna dalam aliran pipa lurus yang akan menunjukkan pola aliran
tersebut. Zat yang dipakai adalah tinta. Jika tinta tersebut bergerak secara
teratur dan mempunyai garis edar yang sejajar dan bergerak berlapis-lapis,
maka aliran tersebut adalah laminar. Jika tinta bergerak menyebar tidak
menentu maka aliran tersebut adalah turbulen. Keadaan dimana terjadi
peralihan antara aliran laminar dan aliran turbulen disebut sebagai aliran
transisi.
Data yang diperoleh dari percobaan ini digunakan untuk menghitung Bilangan
Reynolds. Berdasarkan Bilangan Reynolds dapat diklasifikasikan sifat-sifat
aliran tersebut secara teoritis, kemudian dibandingkan dengan hasil
pengamatan visual.
69
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
70
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Gambar alat Osborne Reynolds yang akan dipakai pada percobaan kali ini
adalah :
𝑄 (𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟⁄𝐷𝑒𝑡𝑖𝑘) = 𝑉⁄𝑡
(3.1)
dengan :
t = waktu yang dibutuhkan air untuk mengisi volume yang telah ditentukan
(sekon)
71
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
(𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 )
𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3𝑡
(3.2)
dengan :
𝑡 = waktu pengukuran
Q = A.V
Q(dm 3 / s)
V
A(m 2 )
Q( m 3 / s )
V
A.1000(m 2 )
Menurut Reynolds, tipe aliran dibagi menjadi 3 jenis yaitu aliran laminar,
transisi, dan turbulen. Definisi dari masing-masing aliran tersebut adalah :
Aliran laminar adalah aliran yang bergerak secara teratur dan lapisan-
lapisannya dalam aliran tersebut tidak bertabrakan satu sama lain (Bilangan
Reynolds < 2000).
Aliran transisi adalah aliran peralihan antara aliran laminar dan turbulen (
2000 < Bilangan Reynolds < 4000).
72
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
Aliran turbulen adalah aliran yang gerakannya tidak teratur dan lapisan-
lapisannya bertabrakan satu sama lain (Bilangan Reynolds > 4000).
Fi m.a
𝑢
𝐹𝑖 = ρ . 𝐿3 .
𝑡
𝐿
𝐹𝑖 = ρ . 𝐿3 . .𝑢
𝑡
𝐹𝑖 = ρ . 𝐿3 . 𝑢2 (3.3)
dengan :
𝑑𝑢
𝐹𝑓 = 𝜇 . .𝐴
𝑑𝑦
dengan :
dV
= gradien kecepatan (s-1)
dy
𝑑𝑢
Bila kecepatan sama, maka 𝑑𝑥 = 0 atau V konstan, sehingga :
𝑢
𝐹𝑓 = 𝜇 . . 𝐿2
𝑦
𝑢
𝐹𝑓 = 𝜇 . . 𝐿2
𝐿
𝐹𝑓 = 𝜇 . 𝑢. 𝐿 (3.4)
𝐹𝑖 𝜌 . 𝐿2 . 𝑢2
=
𝐹𝑓 𝜇 . 𝑢. 𝐿
𝐹𝑖 𝜌 . 𝐿. 𝑢
=
𝐹𝑓 𝜇
𝐹𝑖 𝑢. 𝐿
=
𝐹𝑓
𝑢. 𝐿
𝑅𝑒 =
dengan :
74
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
𝜌 .𝑢 .𝐷
𝑅𝑒 = 𝜇
Dimana :
𝑢 .𝐷
𝑅𝑒 = 𝑣
Dimana :
64
𝑓= 𝑅𝑒
75
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
Kelompk 14
0.316
𝑓= 𝑅𝑒 0.25
Dimana :
Re = bilangan Reynolds
76
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
1. Ukur suhu air yang digunakan dalam percobaan. Suhu air perlu diketahui
karena nilai viskositas bergantung dari suhunya dan nilai viskositas ini sangat
diperlukan untuk mencari nilai bilangan Reynolds.
2. Atur debit aliran dan amati aliran tinta pada pipa alat Osborne Reynolds.
Bila bentuk aliran yang keluar teratur maka aliran tersebut adalah aliran
laminar. Bila bentuk alirannya tidak teratur maka aliran tersebut
diklasifikasikan sebagai aliran turbulen. Bila bentuk alirannya ada di antara 2
kondisi tersebut, aliran terkadang bergerak lurus terkadang berbelok, maka
aliran tersebut digolongkan sebagai aliran transisi.
3. Catat volume air yang keluar ke gelas ukur dalam durasi waktu tertentu.
Hasil pembagian antara volume dengan durasinya adalah nilai debit (dalam
satuan m3/s), Untuk masing- masing jenis aliran, ubah volume air yang keluar
sebanyak 3 kali dan rata-ratakan nilai debit tersebut.
77
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Mulai
Tidak Bentuk
aliran yang
dicari
Ya
Tidak Sudah
didapat 3
debit air?
Ya
Selesai
78
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Dengan menggunakan tabel referensi dan teknik interpolasi linear, maka kita
bisa mencari nilai viskositas kinematik air pada saat temperatur 26 oC =
0,0000008758 m2 /s
(V1 + V2 + V3 )
Qrata−rata =
3t
(𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3 )
𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
𝑉1 100 𝑚𝐿
𝑄1 = = = 0.005199938 𝐿/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑡1 19.231𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉2 100 𝑚𝐿
𝑄2 = = = 0.004856491 𝐿/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑡2 20.591 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉3 100 𝑚𝐿
𝑄3 = = = 0.004557262 𝐿/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑡3 21.943 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄 0.00487123
𝑢= = = 0.036718276 𝑚/𝑠
𝐴 𝜋 . 0.25 . (0.013)2
79
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
𝑢 .𝐷 (0.036718276) . (0.013)
𝑅𝑒 = = = 545.0303601
𝑣 0.0000008758
64 64
𝑓= = = 0.117424651
𝑅𝑒 545.0303601
80
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
81
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
f vs Re
0.14 gabungan
82
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Log f vs Log Re
0
0 1 2 3 4 5
-0.2 gabungan
-0.4
transisi dan turbulen
-0.6
L
Linear (transisi)
o -0.8
g
-1 Linear (turbulen)
f
-1.2
y = -0.2525x - 0.4915 Linear (transisi dan
-1.4 R² = 0.9976 turbulen)
y = 2.1228x - 8.9063
-1.6 R² = 1
y = 0.0762x - 1.7695
R² = 0.0473
-1.8
Log Re
Tujuan pembuatan grafik nilai log f terhadap nilai log Re adalah visualisasi
hubungan data nilai log f terhadap nilai log Re. Visualisasi berupa grafik ini
mempermudah kita untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut, sekaligus
untuk melakukan regresi terhadap data-data yang ada sehingga dapat dicari
hubungan matematis dari kedua variabel tersebut.
Perbedaan antara grafik 4.2 dengan grafik 4.1 adalah pada grafik 4.1,
hubungan nilai f dan nilai Re adalah non-linear sehingga tidak dapat didekati
menggunakan regresi linear. Sedangkan pada grafik 4.2, hubungan nilai log f
dan nilai log Re adalah liear sehingga dapat didekati menggunakan regresi
linear.
Grafik nilai log f terhadap nilai log Re di atas menunjukkan hubungan linear.
Dengan pendekatan regresi, didapat hubungan matematis antara nilai f dan Re,
yaitu f = -0.4472 (Re) + 0.7854. Namun terdapat data yang anomali pada
daerah log Re antara 3 sampai dengan 4 (sekitar Re 1000 sampai 10000).
Anomali yang terjadi adalah kurva yang berbeda jauh dengan hasil regresi.
Penyebab dari anomali tersebut adalah aliran yang terjadi pada daerah tersebut
adalah aliran yang transisi, sehingga tidak dapat dibedakan secara jelas apakah
83
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
aliran yang terjadi termasuk aliran laminar atau aliran turbulen. Sedangkan
rumus Blassius yang digunakan untuk mencari nilai f hanya bisa digunakan
pada aliran laminar atau turbulen. Akibat dari keterbatasan rumus Blassius
adalah menimbulkan anomali yang terlihat pada grafik 4.2 di daerah Re antara
2000 sampai dengan 4000.
5.9.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah sebaiknya gunakan zat warna yang
lebih cair, agar tidak mempengaruhi hasil pengamatan sifat aliran. Karena
bila menggunakan zat warna yang lebih kental, maka bisa mempengaruhi
viskositas dari aliran yang diamati, walaupun tidak terlalu signifikan.
4.10 Referensi
84
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Streeter, Victor L., and Wylie, Benjamin E. 1975. Fluid Mechanics. Tokyo:
McGraw-Hill Kogakusha, Ltd.
85
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
HIDROLIKA
86
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
BAB V
5.1 Pendahuluan
Salah satu aplikasi Hidrolika yang akan berlaku pada bangunan air sipil adalah
ambang. Ambang biasanya berguna untuk menaikkan tinggi muka air dan
menentukan debit aliran air. Ambang memiliki dua jenis yaitu ambang lebar
dan ambang tajam. Karakteristik beserta sifat aliran yang melewati ambang
lebar maupun ambang tajam berbeda.
Ambang menyebabkan terjadinya pembendungan di sebelah hulu ambang.
Naiknya permukaan air ini merupakan sifat alami aliran yang cenderung
menuju keadaan aliran yang stabil, maka air akan mengalir dengan kondisi
aliran subkritis. Air yang melewati ambang cenderung berperilaku sebagai
aliran kritis dan aliran akan mencari posisi stabil. Pada kondisi tertentu
misalkan dengan adanya terjunan atau kemiringan saluran yang cukup besar,
setelah melewati ambang aliran dapat berperilaku sebagai aliran super kritis.
Aplikasi dari ambang biasanya dipakai pada bangunan air. Dalam
pembangunan bangunan air, memerlukan debit air yang melewati tempat
tersebut, oleh karena itu dengan konsep ambang dan rumusnya, debit air
tersebut dapat dicari. Selain itu, aplikasi percobaan ambang juga untuk melihat
gambaran fisik aliran ketika sedang loncat, peralihan maupun tenggelam.
Dari percobaan ini, kita bisa didapatkan gambaran mengenai sifat aliran
melalui analisis model fisik dari sifat aliran tersebut dan mengetahui
perbedaan dan persamaan antara ambang lebar maupun ambang tajam.
87
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
88
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Keadaan loncat terjadi ketika muka air di hulu saluran tidak dipengaruhi
oleh tinggi muka air di hilir saluran.
b. Keadaan peralihan
Keadaan loncat terjadi ketika muka air di hulu saluran mulai dipengaruhi
oleh tinggi muka air di hilir saluran.
c. Keadaan tenggelam
Keadaan loncat terjadi ketika muka air di hulu saluran dipengaruhi oleh
tinggi muka air di hilir saluran.
Gambar 5. 2 Venturimeter
1 𝑣1 2 1 𝑣2 2
𝑃1 + 𝛾𝑧1 + 𝛾 = 𝑃2 + 𝛾𝑧1 + 𝛾
2 𝑔 2 𝑔
89
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
𝑄 = 𝐴. 𝑣
𝑄 𝑄
𝑣1 = 𝐴1 dan 𝑣2 = 𝐴2
1 2
1 𝑄1 2 1 𝑄2 2
𝑃1 + 𝛾𝑧1 + 𝛾 ( ) = 𝑃2 + 𝛾𝑧1 + 𝛾( )
2𝑔 𝐴1 2𝑔 𝐴2
𝑃1 𝜌𝑎 𝑄 2 𝑃2 𝜌𝑎 𝑄 2
+ 𝜌𝑎. 𝑧1 + ( ) = + 𝜌𝑎. 𝑧2 + ( )
𝑔 2𝑔 𝐴1 𝑔 2𝑔 𝐴2
𝜌𝑎 𝑄 2 𝜌𝑎 𝑄 2 𝑃2 𝑃1
( ) − ( ) = + 𝜌𝑎. 𝑧2 − − 𝜌𝑎. 𝑧1
2𝑔 𝐴1 2𝑔 𝐴2 𝑔 𝑔
𝜌𝑎 𝑄 2 𝜌𝑎 𝑄 2 𝑃2 𝑃1
( ) − ( ) = −
2𝑔 𝐴1 2𝑔 𝐴2 𝑔 𝑔
90
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
2
1
(𝜌𝑟 − 𝜌𝑎). ( 𝜋. 𝐷1 2 ) . 2. 𝑔. ∆ℎ
𝑄= √ 4
𝐷 4
[(𝐷1 ) − 1] . 𝜌𝑎
2
Dengan :
Gambar 5. 3 Ketinggian Air pada Alat Percobaan Ambang Lebar dan Tajam
1⁄
𝑉 = (𝑔. 𝐻𝑒) 2
𝐻𝑒 = 𝑌 − 𝑡
91
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Dimana :
Karena debit aliran yang melampaui pelimpah tersebut relatif kecil, maka
perlu koefisien reduksi bagi debit (Q), maka :
𝑄 1
= (𝑔. 𝐻𝑒) ⁄2
𝐴
1⁄
𝑄 = 𝐴. (𝑔. 𝐻𝑒) 2
1⁄ 1
𝑄 = 𝐿. 𝐻𝑒. 𝑔 2 . 𝐻𝑒 ⁄2
1⁄ 3
𝑄=𝑔 2 . 𝐿. 𝐻𝑒 ⁄2
Debit diatas ambang memiliki besar yang lebih kecil jika terjadi
pengaliran biasa, maka diberikan
1⁄ 3
𝑄 = 𝑐. 𝑔 2 . 𝐿. 𝐻𝑒 ⁄2
1⁄
Koefisien pengaliran adalah 𝐶 = 𝑐. 𝑔 2, maka
3⁄
𝑄 = 𝐶 . 𝐿 . 𝐻𝑒 2
Bila debit yang mengalir telah diketahui nilainya, maka nilai koefisien
pengaliran (C) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
𝑄
𝐶= 3
(𝐿 .𝐻𝑒 ⁄2 )
Prosedur percobaan untuk modul praktikum ambang lebar dan tajam ini
adalah :
92
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
93
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
94
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Mulai A
Tidak
Sudah dilakukan 5 kali
pengambilan data?
Tidak
Sudah didapat 5 debit berbeda?
Catat 8 koordinat titik penting untuk menggambarkan profil
aliran
Ya
Tidak
Sudah dilakukan 5 kali
Atur debit sesuai dengan yang diinginkan
pengambilan data?
A Tidak
Sudah didapat 10 debit berbeda?
Ya
Tidak
Sudah semua ambang dicoba?
Ya
Selesai
95
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Perhitungan yang akan dilakukan adalah menghitung debit aliran (Q) yang
diamati dan menghitung koefisien pengaliran (C) yang diamati. Dengan
mengambil contoh data pertama pada tabel ambang lebar. Dari hasil
pengamatan, diketahui bahwa Δh = 2.9 cm = 2.9 x 10-2 m.
2
1
(𝜌𝑟 − 𝜌𝑎). ( 𝜋. 𝑑12 ) . 2. 𝑔. ∆ℎ
𝑄= √ 4
𝑑1 4
[( ) − 1] . 𝜌𝑎
𝑑2
2
1
(13600 − 1000). ( 𝜋. (3.15 × 10−2 )2 ) . 2. (9.81). (2.9 × 10−2 )
𝑄 =√ 4
3.15 4
[(2.00) − 1] . 1000
3
𝑄 = 919.1624 𝑐𝑚 ⁄𝑠
𝑄
𝐶= 3⁄
(𝐿 . 𝐻𝑒 2)
919.1624
𝐶= 3⁄
(8 . (7.4) 2)
0.5
𝐶 = 14.220 𝑐𝑚 ⁄𝑠
96
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
97
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Tabel 5. 2 Data He1 dan He2 pada Debit dan Jenis Aliran yang Berbeda
98
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Manometer He1
Debit
H1 H2 ∆h Q (cm3/s) Y1 (cm) (cm) C ((m^0.5)/s) He1/Hd C/Cd
ke
(cm) (cm) (cm) = y1-t
1 35.5 7.4 27.4 2825.33 18.4 6.9 1.9010 1.432 0.861
2 34 8.8 24.5 2671.63 18 6.5 1.9660 1.349 0.891
3 31.5 11.3 19.5 2383.47 17.6 6.1 1.9293 1.266 0.874
4 24.5 19.1 4.7 1170.15 15.1 3.6 2.0892 0.747 0.946
5 21.3 21.2 0.6 418.09 12.5 1 5.0986 0.207 2.310
6 34.5 8.2 25.6 2730.95 18.2 6.7 1.9204 1.390 0.870
7 32.5 10.3 21.5 2502.72 17.8 6.3 1.9301 1.307 0.874
8 28 14.7 12.6 1915.93 16.9 5.4 1.8620 1.120 0.843
9 23 19.6 2.7 886.90 14.7 3.2 1.8895 0.664 0.856
10 22 20.5 0.8 482.77 14 2.5 1.4894 0.519 0.675
Rata-Rata 4.82 2.2076
Loncat 1 (cm) Loncat 2 (cm) Peralihan (cm) Tenggelam 1 (cm) Tenggelam 2 (cm)
Titik
X Y X Y X Y X Y X Y
1 50 17,5 50 17,2 64,3 16,9 53 18,7 53 17,8
2 53 17,2 61 15,3 60 15,6 61,3 18 61,1 17,2
3 61 15,3 64,5 14,6 96 10,8 66 18,5 104,5 17,8
4 89,5 13,2 89,5 12,9 100,5 8,4 77 18,7 65,5 17,3
5 101 7,5 105 4,2 109 9,1 122 18,9 127 18,1
6 110 3,5 112,4 8 308 12 297,5 19,7 77 17,5
7 274 3,75 128 9,3 112 9,5 140 19,3 96 18
8 350 8,7 270,5 10 128 11,2 370,7 20 139 18,3
99
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Tabel 5. 5 Data He1 dan He2 pada Debit dan Jenis Aliran yang Berbeda
100
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Manometer He1
Debit ke H1 H2 ∆h Q (cm3/s) Y1 (cm) (cm) C ((m^0.5)/s) He1/Hd C/Cd
(cm) (cm) (cm) = y1-t
1 290 60 229,3 8173,259395 17,5 7,5 4,9741 1,323 0,901
2 275 75 199,3 7619,85846 17,3 7,3 4,8292 1,287 0,875
3 260 87 172,3 7084,935383 16,9 6,9 4,8862 1,217 0,885
4 200 145 54,3 3977,344138 14,3 4,3 5,5757 0,758 1,010
5 184 160 23,3 2605,380843 12,5 2,5 8,2389 0,441 1,493
6 281 65 215,3 7919,819248 17,5 7,5 4,8198 1,323 0,873
7 254 92 161,3 6855,04703 17 7 4,6267 1,235 0,838
8 235 100 134,3 6255,056852 16,4 6,4 4,8292 1,129 0,875
9 197 142 54,3 3977,344138 14 4 6,2146 0,705 1,126
10 187 156 30,3 2971,081528 13,3 3,3 6,1952 0,582 1,123
Rerata 5,67 5,5190
101
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Profil Aliran
20
18
16
14
Y Loncat 1
12
10 Loncat 2
8 Peralihan
6
4 Tenggelam 1
2 Tenggelam 2
0
200 300 400 500 600
X
102
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
He1 vs He2
10
8
Q1
6
He1
Q2
4
Q3
2
0 Q4
-15 -10 -5 0 5 10 Q5
He2
5.7.1.3 He1 vs Q
He1 vs Q
10 y = 0.0586x0.6475
R² = 0.9757
0.638
8 y = 0.0518x
R² = 0.9633
6 y = 0.0365x0.6637
He1
4 y =R²0.0391x
= 0.9848
0.6503
2 R² = 0.9925
0.578
0 y = 0.0654x
500.00R²700.00
= 0.9648900.00 1100.00 1300.00 1500.00 1700.00 1900.00 2100.00 2300.00 2500.00
He1(loncat1) vs Q He1(loncat 2) vs Q
He1(peralihan) vs Q He1(tenggelam1) vs Q
He1(tenggelam2) vs Q Power (He1(loncat1) vs Q)
Power (He1(loncat 2) vs Q) Power (He1(peralihan) vs Q)
Power (He1(tenggelam1) vs Q) Power (He1(tenggelam2) vs Q)
Grafik 5. 3 He1 vs Q
103
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
5.7.1.4 He1 vs C
He1 vs C
8
7
6
5
He1
4
3
2
1
0
0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000
C
He1 vs C
Grafik 5. 4 He1 vs C
5.7.1.5 Q vs C
104
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Q vs C
3000.00
2500.00
2000.00
Q vs C
1500.00
Q
1000.00
500.00
0.00
0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000
Grafik 5. 5 Q vs C
He1/Hd vs C/Cd
2.000
1.500
He1/Hd
1.000
0.500
0.000
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500
C/Cd
He1/Hd vs C/Cd
105
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Profil Aliran
25
20 Loncat 1
15
Y Loncat 2
10
5 Peralihan
0 Tenggelam 1
0 100 200 300 400
Tenggelam 2
X
Grafik diatas menggambarkan profil aliran air saat melewati ambang lebar.
Saat keadaan loncat pertama, air mengalami loncatan di 274 cm. Keadaan
loncatan kedua, air mengalami loncatan 105 cm. Loncatan terjadi ketika
ada pertemuan air dengan energi yang tinggi dan rendah dalam keadaan
pengudaraan dibawah air kurang.
Dalam keadaan peralihan, tidak terjadi loncatan air dan jarak air vertikal
pada penurunannya mulai naik. Keadaannya belum tenggelam, sehingga
tinggi di hulu masih belum naik.
Keadaan tenggelam pertama, jarak vertikal penurunan memiliki tinggi
18,7 cm pada jarak 53 cm. Pada keadaan ini, ketinggian pada hulu
meningkat dari 18,7 cm menjadi 20 cm.
Keadaan tenggelam kedua memiliki perbedaan tinggi di hulu dan hilir
cenderung lebih kecil dari keadaan sebelumnya. Tinggi air pada hulu 17,8
cm dan tinggi air pada hilir adalah 18,3 cm.
Letak ambang kira-kira berada pada jarak sekitar 90 sampai 100 cm.
106
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
He1 vs He2
10
8
H Q1
e 6
Q2
4
Q3
1 2
Q4
0
-15 -10 -5 0 5 10 Q5
He2
107
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
5.7.2.3 He1 vs Q
He1 vs Q
10
9 y = 396.13x-0.597
8 R² = 0.1856
7
6
H 5
e 4 He1 vs Q
1 3 Power (He1 vs Q)
2
1
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Q
Grafik 5. 9 He1 vs Q
108
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
5.7.2.4 He1 vs C
He1 vs C
8
7
6
5
He1
4
3 He1 vs C
2
1
0
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000
C
Grafik 5. 10 He1 vs C
5.7.2.5 Q vs C
Q vs C
9000
8000
7000
6000
5000
Q
4000
3000 Q vs C
2000
1000
0
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000
C
Grafik 5. 11 Q vs C
109
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
110
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
He1/Hd vs C/Cd
1.400
1.200
1.000
He1/Hd
0.800
0.600
0.400 He1/Hd vs C/Cd
0.200
0.000
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000
C/Cd
Tujuan pembuatan grafik ini adalah untuk melihat hubungan antara He1
dengan Hd dan C dengan Cd. Hd merupakan rata-rata dari data He1 yang
ada dan Cd adalah rata-rata dari data C yang ada. Dari grafik di atas, dapat
dilihat secara visual bahwa nilai He1/Hd vs C/Cd konvergen pada nilai
sekitar (0.9 ; 1.25). Artinya, perbandingan antara data-data He1 dengan
He1 rata-rata adalah sekitar 0.9, sehingga data He memiliki koefisien
variasi sekitar 0.1. Begitu juga dengan data C, dimana perbandingan antara
data-data C dengan C rata-rata adalah sekitar 1.25, sehingga data C
memilik koefisien variasi sekitar 0.25.
5.8.1 Kesimpulan
111
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
tinggi muka air di hulu mulai meningkat dan saat keadaan air adalah
tenggelam, tinggi muka air di hulu semakin meningkat.
3. Semakin besar debit, maka semakin besar pula tinggi muka airnya.
Hubungan antara tinggi muka air dan debit dapat terlihat pada
persamaan
4. Koefisien pengaliran memiliki nilai yang tetap, tidak peduli adanya
perbedaan dalam segi debit maupun tinggi muka air. Koefisien
pengaliran pada ambang lebar lebih besar dari koefisien pengaliran di
ambang tajam.
5.8.2 Saran
5.9 Referensi
112
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
BAB VI
6.1 Pendahuluan
Pintu sorong atau biasa kita sebut pintu air adalah suatu alat untuk mengontrol
aliran pada saluran terbuka. Sekat pintu sorong dapat diatur bukaannya. Pintu
menahan air di bagian hulu dan mengizinkan aliran ke arah hilir melalui
bawah pintu dengan kecepatan tinggi. Aliran di hulu pintu setelah pintu
sorong adalah aliran subkritis. Kemudian, aliran air mengalami percepatan
ketika melewati bagian bawah pintu/sekat. Akibat percepatan yang dialami,
aliran berubah secara tiba-tiba dari subkritis ke superkritis. Di lokasi yang
lebih hilir, aliran akan mengalami semacam perubahan mendadak yang
membuatnya kembali menjadi aliran subkritis. Pada lokasi terjadinya
perubahan aliran superkritis menjadi aliran subkritis secara tiba-tiba tersebut,
akan terjadi peristiwa yang biasa disebut dengan lompatan hidrolik (hydraulic
jump). Air loncat atau lompatan hidrolik biasanya sengaja dibuat untuk
meredam energi dan memperlambat aliran sehingga tidak menggerus dasar
saluran. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan untuk desain saluran pada
hilir saluran agar tahan terhadap gerusan air akibat adanya pintu sorong. Pada
bangunan air, aplikasi pintu sorong adalah pintu pembilas. Fungsinya yaitu
mencegah sedimen layang masuk ke dalam pintu pengambilan (intake) dan
membilas sedimen yang menghalangi aliran.
Secara fisik profil aliran pada pintu sorong dapat digambarkan sebagai
berikut:
113
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
114
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Pintu air gesek tegak tipe aliran bawah merupakan jenis pintu sorong yang
digunakan dalam percobaan. Debit dan distribusi tekanan pada pintu sorong
jenis ini saling berhubungan. Faktor penting yang perlu dipertimbangkan
dalam desain pintu air adalah gaya yang bekerja, alat pengangkat (mesin
atau manusia), sekat kedap air, dan bahan bangunan. Gaya yang
berpengaruh adalah gaya akibat tekanan air horizontal bekerja pada plat
pintu dan diteruskan ke sponning.
Aliran pada pintu sorong adalah aliran tak tunak yang berubah tiba-tiba
sehingga muncul perubahan tinggi muka air dari subkritis menjadi
superkritis. Aliran yang keluar dari pintu biasanya mempunyai semburan
kecepatan tinggi yang dapat mengikis dasar saluran ke arah hilir.
Keterangan:
D1 = 3,15 cm
D2 = 2,00 cm
g = 981 cm/detik2
ρair= 1,00 gr/cm3
115
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
𝑃1 𝑣1 2 𝑃2 𝑣2 2
+ + 𝑧1 = + + 𝑧2 dengan (𝑧1 = 𝑧2 )
𝛾𝑤 2𝑔 𝛾𝑤 2𝑔
𝑃1 𝑣1 2 𝑃2 𝑣2 2
+ = +
𝛾𝑤 2𝑔 𝛾𝑤 2𝑔
𝑃1 − 𝑃2 𝑣2 2 − 𝑣1 2
= … … … (6.1)
𝛾𝑤 2𝑔
diketahui:
𝛾𝐻𝑔 = 13,6 . 𝛾𝑤
𝑃1 − 𝑃2 = (𝛾𝐻𝑔 − 𝛾𝑤 )∆ℎ
𝑃1 − 𝑃2 = (13,6𝛾𝑤 − 𝛾𝑤 )∆ℎ
𝑃1 − 𝑃2 = 12,6𝛾𝑤 ∆ℎ … … … (6.2)
12,6𝛾𝑤 ∆ℎ 𝑣2 2 − 𝑣1 2
=
𝛾𝑤 2𝑔
𝑣2 2 − 𝑣1 2 = 12,6 . 2𝑔 . ∆ℎ … … … (6.3)
Persamaan Kontinuitas:
𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2
1 1
𝜋𝐷1 2 𝑣1 = 𝜋𝐷2 2 𝑣2
4 4
116
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
𝐷1 2
𝑣2 = ( ) 𝑣1 … … … (6.4)
𝐷2
𝐷1 4
12,6 . 2𝑔 . ∆ℎ = ( ) 𝑣1 2 − 𝑣1 2
𝐷2
𝐷1 4
12,6 . 2𝑔 . ∆ℎ = [( ) − 1] 𝑣1 2
𝐷2
12,6 . 2𝑔 . ∆ℎ
𝑣1 = … … … (6.5)
√ 𝐷 4
[(𝐷1 ) − 1]
2
diketahui:
𝑄 = 𝐴1 𝑣1
1 12,6 . 2𝑔 . ∆ℎ
𝑄 = 𝜋𝐷1 2
4 √ 𝐷1 4
[(𝐷 ) − 1]
2
𝑸 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟏𝟕𝟏𝟖𝟎𝟖𝟓𝝅∆𝒉𝟎,𝟓
117
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Keterangan :
𝑏𝑦1 √2𝑔𝑦0
𝑄𝑇 =
𝑦
√(𝑦1 + 1)
0
Penurunan rumus:
𝐸0 = 𝐸1
118
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
𝑣0 2 𝑣1 2 𝑣1 2 − 𝑣0 2
+ 𝑦0 = + 𝑦1 ↔ 𝑦0 − 𝑦1 =
2𝑔 2𝑔 2𝑔
𝑦1 𝑣1 2 − 𝑣0 2 𝑣1 2 − 𝑣0 2
𝑦0 (1 − )= ↔ 𝑦0 . 2𝑔 = 𝑦
𝑦0 2𝑔 (1 − 𝑦1 )
0
𝑦 2
Karena 𝑣0 2 = 𝑣1 2 (𝑦1 ) , maka
0
𝑦 2 𝑦 𝑦
𝑣1 [1 − (𝑦1 ) ] 𝑄 2 (1 − 𝑦1 ) (1 + 𝑦1 )
0 0 0
𝑦0. 2𝑔 = 𝑦 ↔ 𝑦0. 2𝑔 = 𝑦
(1 − 𝑦1 ) 𝑏 2 . 𝑦12 (1 − 𝑦1 )
0 0
𝑏 2 . 𝑦12 . 𝑦0 . 2𝑔
𝑄2 = 𝑦
(1 + 𝑦1 )
0
Maka
𝑦0 . 2𝑔
𝑄𝑇 = 𝑏. 𝑦1 √ 𝑦
(1 + 𝑦1 )
0
maka:
119
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
𝐶𝑣 . 𝐶𝑐 . 𝑏. 𝑦𝑔 √2𝑔𝑦0
𝑄𝑎 =
𝑦𝑔
√𝐶𝑐 𝑦 + 1
0
Gaya dorong yang terjadi pada pintu, secara teori dapat ditulis sebagai
berikut :
1 2
𝑦0 2 𝑄2 𝑦1
𝐹𝑔 = 𝛾𝑦1 [( ) − 1] − 𝜌 2 (1 − )
2 𝑦1 𝑏 𝑦1 𝑦0
Penurunan rumus:
𝑄
∑𝐹 = 𝜌 (𝑣 − 𝑣0 )
𝑏 1
𝑄
𝐹ℎ0 − 𝐹ℎ1 − 𝐹𝑔 = 𝜌 (𝑣 − 𝑣0 )
𝑏 1
𝑄
𝐹𝑔 = 𝐹ℎ0 − 𝐹ℎ1 − [𝜌 (𝑣 − 𝑣0 )]
𝑏 1
1 1 𝑄 𝑦1
𝐹𝑔 = ( 𝛾𝑦0 2 ) − ( 𝛾𝑦1 2 ) − [𝜌 𝑣1 (1 − )]
2 2 𝑏 𝑦0
1 2 2)
𝑄2 𝑦1
𝐹𝑔 = 𝛾(𝑦0 − 𝑦1 − [𝜌 2 (1 − )]
2 𝑏 . 𝑦1 𝑦0
120
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
1
𝐹ℎ = 𝜌𝑔ℎ2
2
1 2
𝐹ℎ = 𝜌𝑔(𝑦0 − 𝑦𝑔 )
2
Bilangan Froude
𝑣0
𝐹𝑟 =
√𝑔𝑦
𝐹𝑟 2 = 1
𝑣2
𝐹𝑟 2 =
𝑔𝐷
121
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
𝑣
𝐹𝑟 =
√𝑔𝐷
𝑣
𝐹𝑟𝑎 =
√𝑔𝑦𝑎
Yb 1
Ya 2
1 8 Fa 1
2
Penurunan rumus:
𝑄2 𝑄2
+ 𝑧1 𝐴1 = + 𝑧2 𝐴2
𝑔𝐴1 𝑔𝐴2
𝑣1 2 𝐴1 2 𝑦1 𝐴1 𝑣2 2 𝐴2 2 𝑦2 𝐴2
+ = +
𝑔𝐴1 2 𝑔𝐴2 2
2 2
𝑣1 2 . 𝑏 2 . 𝑦1 𝑦1 2 . 𝑏 𝑣2 2 . 𝑏 2 . 𝑦2 𝑦2 2 . 𝑏
+ = +
𝑔. 𝑏. 𝑦1 2 𝑔. 𝑏. 𝑦2 2
𝑏
dibagi 2,
𝑣1 2 2 𝑣1 2 𝑦1 3 2
[2 𝑦1 ] + 𝑦1 2 = [2 × 𝑦 ] + 𝑦2 2
𝑔. 𝑦1 𝑔. 𝑦1 𝑦2 3 2
𝑦1 3 2
[2𝐹1 2 + 1]𝑦1 2 = [2𝐹1 2 × 𝑦 ] + 𝑦2 2
𝑦2 3 2
2 𝑦1 3 2
[2𝐹1 × 3 𝑦2 ] + 𝑦2 2 − [2𝐹1 2 + 1]𝑦1 2 = 0
𝑦2
𝑦
dikali 𝑦 23
1
𝑦2 3 𝑦2 𝑦2
2𝐹1 2 + 3
− 2𝐹1 2 − = 0
𝑦1 𝑦1 𝑦1
122
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Y22 Y2 Y
2 2 F12 2 1 0
Y1 Y1 Y1
Y22 Y2
2 2 F12 0
Y1 Y1
Y2 1
Y1 2
1 8F12 1
Yb
Ya
teoritis
1
2
1 8F12 1
Q2
Yc 3
g *b 2
Penurunan rumus:
Q2
E y
2 gb 2 y 2
dE Q2
1 2 3
dy gb y
Aliran kritis : dE 0
dy
Q2
1 0
gb 2 y c3
Q2
1
gb 2 y c3
Q2
Yc 3
g *b 2
123
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
3
Emin imum Yc
2
Pembuktian Rumus:
Menurut Froude, pada aliran kritis Fr =1, dan pada penampang segiempat:
v
Fr
gYc
v2
E Yc
2g
v2
Pada saat kritis Fr = 1, sehingga Yc
g
maka:
1
E Yc Yc
2
3
E Yc
2
1. Pintu sorong dan flume dikalibrasikan dahulu pada titik nol terhadap dasar
saluran
2. Jika menggunakan alat pengukur kedalaman selain penggaris (mistar),
alat tersebut perlu dikalibrasikan terlebih dahulu. Jika menggunakan
penggaris, gunakan penggaris yang sama untuk setiap percobaan.
3. Periksa keadaan awal pipa manometer pada venturimeter. Jika terdapat
selisih ketinggian pada kedua pipa, catat selisihnya, dan gunakan sebagai
kalibrasi dalam perhitungan debit menggunakan venturimeter.
124
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
125
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Mulai
Ukur dan catat y0, yg, y1, y2, ya, yb, xa dan
xb
tidak ya
Sudah didapat 5 data Selesai
yang berbeda?
126
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
1. Tentukan dan catat kedudukan pintu sorong terhadap dasar saluran (Yg
tetap).
4. Setelah aliran stabil, ukur dan catat Yo, Yg, Y1 , Ya, Xa, Yb dan Xb
pada formulir pengamatan Percobaan B : Debit Berubah, Yg Tetap
127
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Mulai
tidak ya
Sudah didapat 5 Selesai
data yang berbeda?
128
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Cc = 3/4,5 = 0,666667
Untuk mencari Cv, kita harus mencari nilai QA dan QT terlebih dahulu
2𝑔𝑌0
Qr = bY1√ 𝑌1
(1+ )
𝑌0
2 . 981 . 12,9
𝑄𝑇 = 8 . 2,6 √
2,6
1 + 12,9
QT = 3018,81638 cm3/s
QT = 0,003018816 m3/s
129
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
1
(13,6 − 1) ( 𝜋 3,152 ) 2 . 981 . 14,5
QA = √ 4
3,15 4
[( 2 ) − 1] 1
QA = 2056,143 cm3/s
QA = 0,002056143 m3/s
Cv = 0,002056143 / 0,003018816
Cv = 0,681109
Dengan pers. 2.4 dan 2.5, kita bisa mencari nilai Fg dan Fh
Fh = 0,5 ρg(Yo – Yg)2
Fh = 0,5 . 1 . 9,81 (0,129 – 0,035)2
Fh = 3,4672464 N
0,002056143
𝑌2 𝜌𝑄 2 𝑌
Fg = [0,5ρgY12 (𝑌0 2 − 1)] + [ [(1- 𝑌1 ) ]
1 𝑏𝑌1 0
Fg = 4,6417691 N
130
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Setelah itu, kita bisa cari nilai bilangan Froude (Fr) dengan menggunakan
pers. 2.6. Tapi sebelum itu, kita harus mencari nilai v terlebih dahulu
V = Q / (b Y)
V = 0,002056143 / (0,08 . 3,9)
V = 0,65902 m/s
𝑣
Fr =
√𝑔𝑦
0,65902
Fr =
√9,81 0,039
Fr = 1,0654473
Sekarang, kita harus mencari rasio Yb/Ya pengukuran dan Yb/Ya teoritis.
Kita dapat menggunakan pers 2.7 untuk mencari rasio Yb/Ya teoritis
𝑌𝑏 1
= ⁄2 [√(1 + 8𝐹𝑟 2 ) − 1]
𝑌𝑎
𝑌𝑏 1
= √(1 + 8 . 1,06544732 ) − 1
𝑌𝑎 2
𝑌𝑏
= 1,087562884
𝑌𝑎
Yc = 0,44113412 m
131
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
3
Eminimum = 2yc
Selanjutnya, karena kita akan mencari grafik L/Yb vs Fr, maka kita harus
mencari nilai L/Yb
L/Yb = 0,21/ 0,07
L/Yb = 3
Tabel 6. 2 Hasil Pengolahan Data pada Percobaan A
Qt Qa
Cc Cv Yg/Yo Fh (N) Fg (N) Fg/Fh
(m^3/s) (m^3/s)
0.66666 0.71934 0.00322 0.38793 1.97808 3.26206 1.64910 0.00232
7 7 7 1 8 7 1 2
0.68571 0.70263 0.00330 0.20348 7.36495 8.96731 1.21756 0.00232
4 4 4 8 6 7 6 2
0.67034 0.00346 5.37156 1.29615 0.00232
0.72973 1 3 0.24026 4 6.96236 2 2
0.29629 1.35372 0.00232
0.65 0.74894 0.0031 6 3.54141 4.79409 3 2
0.69047 0.70258 0.00330 0.33070 4.20636 1.48367 0.00232
6 9 4 9 2.83509 2 8 2
132
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Yb/Ya
Yb/Ya Emin
Fr Pengukura L (m) Yc (m) E (m) L/Yb
Teoretis (m)
n
1.30182 0.04411 0.0661 0.06835
7 1.891892 1.40775 0.21 3 7 3 3
1.00386 0.04411 0.0661 0.06617 2.15789
9 1.295455 1.00516 0.123 3 7 1 5
1.15815 1.21249 0.04411 0.0661 0.06682 2.08474
3 1.475 5 0.123 3 7 6 6
1.11604 1.15562 0.04411 0.0661 0.06653 1.47457
1 1.439024 5 0.087 3 7 4 6
1.20298 1.27322 0.04411 0.0661
2 1.615385 6 0.126 3 7 0.06722 2
133
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Praktikum
No. Bacaan Pintu Sorong Praktikum Air Loncat
Manometer (cm) (cm)
H1 H2 dH
(cm) (cm) (cm) Y2 Y0 Y1 Xa Ya Xb Yb
1 22.5 17.7 3.3 4.1 8 1.6 64.5 2 77 4.6
2 23 17.4 4.1 4.5 9 1.6 100 2.5 113 5
3 23.5 16.8 5.2 4.5 11 1.2 150 2.4 165.5 4.8
4 24 16.3 6.2 4.7 12.4 1.7 191 3 196.5 5
5 24.5 15.9 7.1 4.8 13.2 1.6 224 2.8 237 5
Cc = 3/4,5 = 0,666667
Untuk mencari Cv, kita harus mencari nilai QA dan QT terlebih dahulu
2𝑔𝑌0
Qr = bY1√ 𝑌1
(1+ )
𝑌0
2 . 981 . 12,9
𝑄𝑇 = 8 . 2,6 √
2,6
1+
12,9
QT = 3018,81638 cm3/s
QT = 0,003018816 m3/s
134
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
1
(13,6 − 1) ( 𝜋 3,152 ) 2 . 981 . 14,5
QA = √ 4
3,15 4
[( 2 ) − 1] 1
QA = 2056,143 cm3/s
QA = 0,002056143 m3/s
𝑄
Cv = 𝑄𝐴
𝑇
Cv = 0,002056143 / 0,003018816
Cv = 0,681109
Yg/Yo = 0,27131783
Dengan persamaan 2.4 dan 2.5, kita bisa mencari nilai Fg dan Fh
Fh = 3,4672464 N
0,002056143
𝑌2 𝜌𝑄 2 𝑌
Fg = [0,5ρgY12 (𝑌0 2 − 1)] + [ [(1- 𝑌1 ) ]
1 𝑏𝑌1 0
135
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Fg = 4,6417691 N
Fg/Fh = 1,338747976
Setelah itu, kita bisa cari nilai bilangan Froude (Fr) dengan menggunakan
pers. 2.6. Tapi sebelum itu, kita harus mencari nilai v terlebih dahulu
V = Q / (b Y)
V = 0,65902 m/s
𝑣
Fr =
√𝑔𝑦
0,65902
Fr =
√9,81 0,039
Fr = 1,0654473
Sekarang, kita harus mencari rasio Yb/Ya pengukuran dan Yb/Ya teoritis.
Kita dapat menggunakan pers 2.7 untuk mencari rasio Yb/Ya teoritis
𝑌𝑏 1
= ⁄2 [√(1 + 8𝐹𝑟 2 ) − 1]
𝑌𝑎
𝑌𝑏 1
= √(1 + 8 . 1,06544732 ) − 1
𝑌𝑎 2
𝑌𝑏
= 1,087562884
𝑌𝑎
136
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Yb/Ya = 6 / 3,9
Yb/Ya = 1,538461538
𝑄
Yc = (2.𝑔.𝑏2)1/3
1
0,002321563 3
Yc = (2 . )
9,81 . 0,082
Yc = 0,44113412 m
3
Eminimum = 2yc
Eminimum = 0,066170118 J
𝑉2
E = y +2𝑔
E = 0,06835296 J
Selanjutnya, karena kita akan mencari grafik L/Yb vs Fr, maka kita harus
mencari nilai L/Yb
137
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
L/Yb = 3
Cv vs Yg/Yo
0.66
0.64
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
138
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Cv vs Yg/Yo
1.2
y = 81114x4 - 77073x3 + 27089x2 - 4173.5x +
1 238.66
R² = 1
0.8
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Pada grafik Cv vs Yg/Yo, kita dapat melihat nilai ekstrim dari koefisien
kecepatan (Cv). Nilai Cv yang ideal seharusnya adalah 1 dimana nilai
perbandingan QA dengan QT adalah 1. Tetapi pada kenyataannya, nilai QA
lebih kecil dibandingkan QT karena terjadinya ketidakidealan dan gesekan
sehingga menghasilkan nilai QA yang lebih kecil pula.
Grafik
Cc vs Yg/Yo
0.76
0.74
0.72
0.66 R² = 1
0.64
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
139
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Grafik
Cc vs Yg/Yo
0.5
y = -31932x4 + 30420x3 - 10718x2 + 1655x -
0.4 94.222
R² = 1
0.3
Debit Berubah
0.2 Poly. (Debit Berubah)
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Pada grafik Cc vs Yg/Yo ini, ita dapat melihat nilai ekstrim dari koefisien
konstraksi (Cc) pada setiap nilai Yg/Yo dari hasil percobaan. Nilai Cc selalu
lebih kecil dari 1 karena Cc didapat dari persamaan Cc = Y1/Yg dimana
nilai Y1<Yg.
Grafik
Fg/Fh vs Yg/Yo
2.5
y = 4.6846x + 0.5081
2 R² = 0.9877
1.5
Fg/Fh
1 Debit Tetap
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Yg/Yo
140
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Grafik
Fg/Fh vs Yg/Yo
1.6
1.4
1.2
1
0.8 Debit Berubah
0.6 Linear (Debit Berubah)
y = 4.5945x - 0.1746
0.4
R² = 0.4969
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Nilai Fg yang baik adalah lebih besar dari Fh supaya dapat menahan gaya
hidrostatis tersebut, maka dari itu data yang kita dapat dari hasil percobaan
sudah baik karena perbandingan Fg/Fh di setiap pengujiannya selalu lebih
dari 1. Dari grafik juga dapat dilihat bahwa nilai Yg selalu lebih kecil dari
Yo untuk memastikan air tidak mengalir begitu saja tanpa adanya gaya
hidrostatis.
Grafik
Yb/Ya Pengukuran vs Yb/Ya Teoritis
2.5
2 y = 1.4742x - 0.2417
R² = 0.9392 Debit Tetap
1.5
Grafik Ideal
1 Linear (Debit Tetap)
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
141
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Grafik
Yb/Ya Pengukuran vs Yb/Ya Teoritis
2.5
2
Debit Berubah
1.5
Grafik y=x
1 y = 0.9379x + 0.7421
Linear (Debit Berubah)
R² = 0.5905
0.5 Linear (Grafik y=x)
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
L/Yb vs Fr
3.5
y = -2471.8x3 + 3497.4x2 - 1626.2x +
3
250.78
2.5 R² = 0.9031
2
L/Yb
Debit Tetap
1.5
Poly. (Debit Tetap)
1
0.5
0
0 0.2 0.4 0.6
Fr
142
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Grafik
L/Yb vs Fra
3.5
3 y = -29.452x2 + 75.33x - 45.089
R² = 0.8368
2.5
2
Debit Berubah
1.5
Poly. (Debit Berubah)
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5
Grafik
Y vs E
0.25
Ya vs Ea
0.2 Yb vs Eb
0.15 Yo vs Eo
Y (m)
0.1 Y1 vs E1
Yg vs Eg
0.05
Yc vs Emin
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 Grafik y=x
E (J) Garis Yc Ec
143
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Grafik Y vs E
0.16
0.14
0.12
Q1
0.1
Q2
Y (m)
0.08
Q3
0.06
Q4
0.04
Q4
0.02
Garis y=x
0
0 0.05 0.1 0.15
E (J)
Pada kedua grafik, terlihat jelas bahwa kurva yang berada di atas nilai Yc
terlihat asimptot terhadap garis y=x. Ini sesuai dengan teori energi spesifik
dimana bila nilai Y > Yc, maka nilai Y yang lebih tinggi diikuti dengan
nilai E yang lebih tinggi dengan garis tersebut asimptot terhadap garis y=x.
6.8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan analisis yang telah kami lakukan, dapat
disimpulkan :
144
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
1. Nilai koefisien kontraksi dan koefisien kecepatan dapat dilihat pada Tabel
2 dan Tabel 5
2. Nilai gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong Fg dan Fh dapat dilihat
pada Tabel 2
dan Tabel 5
3. Besarnya debit aktual dan debit teoritis dapat dilihat pada Tabel 3 dan
Tabel 6
4. Data kedalaman kritis dan energi minimum dapat dilihat pada Tabel 3 dan
Tabel 6
6.8.2 Saran
6.9 Referensi
145
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
LAMPIRAN
146
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Praktikum Hidrolika
147
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Gambar 4 Manometer
148
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
Gambar 7 Sekat
149
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
150
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
151
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
152
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika
KELOMPOK 14
𝐴2 𝐷2 2
=
𝐴1 𝐷1 2
Dengan D1 dan D2 diameter selang pertama dan kedua
Hasilnya:
𝐴2 13,62
=
𝐴1 26,22
𝐴2
= 0,27
𝐴1
Jika memakai tabel Cc dengan perbandingan luas, dapat ditemukan nilai Cc.
A2/A1 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4
Cc 0,585 0,588 0,592 0,595 0,601 0,610 0,618 0,628 0,642
153
Laporan Mekanika Fluida dan Hidrolika