Anda di halaman 1dari 6

OPTIMUM PORTOFOLIO

Investasi dalam portofolio dari investasi pada lebih dari satu jenis surat berharga (efek).
Sebuah portofolio berisikan minimal dua jenis efek, misalnya investasi pada dua jenis saham
atau pada satu jenis saham dan satu jenis obligasi. Saham dan obligasi termasuk aset yang
beresiko (risky asset). Investasi pada dan deposito bank negara, obligasi negara atau sertifikat
Bank Indonesia disebut investasi bebas risiko (risk free assets). Investasi pada rizky asset dan
risk free asset disebut juga active investment. Investasi pada indeks pasar disebut passive
investment. Kombinasi dari active investment dan passive investment disebut complete
investment.

Di antara berbagai jenis saham pasti ada satu saham yang memiliki kinerja investasi tertinggi.
Akan tetapi tidak ada seorang investor pun yang ingin memiliki satu saham saja. Oleh karena itu,
tidak pernah ada portofolio yang menghasilkan kinerja maksimal. Karena portofolio saham
terdiri dari berbagai saham, maka nilai kinerja yang ada adalah kinerja yang optimal. Optimal di
sini berarti portofolio yang terdiri dari suatu kombinasi efek memberikan kinerja tertinggi dan
risiko terendah. Bila kombinasi itu dinaikkan atau diturunkan jumlah jenis efek atau bobot
investasinya maka kinerja portofolio tersebut akan berada di bawah optimal alias turun.

Optimum portofolio secara teori mudah tetapi dalam praktiknya sulit untuk dilaksanakan.
Artinya secara teoretis portofolio optimal mudah untuk dihitung, tetapi pelaksanaannya dalam
dunia nyata belum pasti menghasilkan kinerja optimal yang dimaksud. Kinerja di sini adalah
nilai perbandingan antara excess return portfolio dibagi resiko, sedangkan yang dimaksud
dengan risiko adalah variance portfolio atau deviasi standar portolfolio.

Secara umum terdapat empat metode dalam menghitung optimum portfolio yaitu (1) global
minimum variance; (2) Portfolio rizky assets; (3) Portfolio complete assets; dan (4) Single index
model.

Global Mininum Variance

Harry Markowitz (1952) menyajikan teori tentang manajemen portofolio modern. Oleh
karena itu dianggap sebagai bapak manajemen portofolio. Markowitz mengemukakan tentang
optimal efficient frontier dari suatu diversifikasi investasi. Sebagian dari jenis efek ada yang
tidak termasuk dalam optimal efficient frontier. Konsepnya adalah perbandingan antara excess
return dibandingkan dengan risiko. Excess return adalah return harapan (estimated return) yang
dihitung berdasarkan rata-rata return masa lalu, kemudian dikurangi dengan risk free rate.
Deviasi standar digunakan sebagai tolak ukur risiko. Hasil perbandingan itu disebut reward to
variability ratio. Dalam grafik rasio itu ditunjukkan sebagai slope (tangenz) yang tertinggi dan
nilainya harus positif.

Dalam menentukan nilai yang optimal, yang digunakan adalah kinerja tertinggi dan
tingkat risiko yang terendah dari berbagai kombinasi, sedangkan yang menjadi tolok ukur risiko
adalah variance portofolio atau deviasi standar portofolio.

Rumus yang di gunakan adalah:

Di mana:

P1 = portofolio, efek atau saham 1; P2 = portofolio, efek atau saham 2

W = weight = bobot investasi (proporsi)

σ 2P = variance portofolio

Cov(P1, P2) = covariance antara return P1 dan return P2

Untuk menghitung kinerja optimal dari portofolio, kita perlu melakukan langkah-langkah beikut:

1. Pertama-tama kita pelu mengolah data yang kita miliki untuk mendapatkan nilai σ 2P 1 , σ 2P 1
dan cov (P1,P2).
2. Kemudian dihitung bobot investasi, (W P 1) menggunakan rumus (17-2).
3. Jika nilai W P 1 sudah didapatkan maka dihitung W P 2.
4. Dilanjutkan menghitung variance portofolio, σ 2P menggunakan rumus (17-1).
5. Dan dari nilai σ 2P, dihitung deviasi standar portofolio—yaitu akar dari variance portofolio,
σP
6. Setelah semua nilai variabel yang dibutuhkan diketahui, dilanjutkan pehitungan expected
excess return portfolio, E(r P ), dengan rumus berikut:
E ( r P )=W P 1 × E ( r P 1 ) +W P 2 × E (r P 2) (17-3)
7. Setelah didapatkan nilai E(r P ), barulah dihitung kinerja optimal portfolio, dengan cara
membagi expected excess return portfolio dengan deviasi standar portfolio:
E( r P )/σ P (17-4)
Sebelum membahas perhitungan kinerja optimal dengan model global minimum variance ini,
ada baiknya mengetahui beerbagai istilah statistic yang banyak dijumpai dalam analisis ini guna
mendapatkan pemahaman. Beirkut ini adalah berbagai istilah beserta penjelasannya:
 Deviasi standar atas return saham individu, σ i . Misalkan deviasi standar atas return saham
A, (σ A ) adalah 5%. Hal ini berarti return saham berkisar antara plus/minus 5% terhadap
return rata-rata saham A. Jika rata-rata saham A adalah 20%, maka estimasi return saham
A bekisar antara 15% dan 35%.
 Deviasi standar atas return portofolio, σ P 1
 Deviasi standar residual saham individu, σ (e P )
2 2
 Variance return saham A, σ A . Misalkan variance return saham A, σ A adalah 25%. Nilai
ini adalah nilai kuadrat dari deviasi standar. Artinya jarak perbedaan antara return
terendah dan tertinggi sekitar 25%. Variance selalu positif.
2
 Variance return portfolio, σ P
2
 Market return portfolio, σ m
 Residual variance, σ ¿
 Alpha saham A, α A. Misalkan alpha A adalah 10%, artinya selisih antara average return
dan minimum return adalah 10%. Average return dianggap sebagai return harapan
(estimated return) yang akan terjadi.
 Alpha portfolio, α P
 Beta saham A, β A. Beta saham A sebesar 1,5 berarti risiko saham A sebesar 1,5 kali
risiko pasar. Risiko saham A menggambarkan gejolak harga saham A atau tercermin
pada return. Beta saham A didapatkan dengan membagi return saham A dengan return
pasar, atau r A /r m. Return saham A sendiri adalah peubahan harga saham yang dinyatakan
dalam persen, sedangkan return pasar adalah peubahan indeks pasar yang
diperdagangkan di bursa efek.

1. Metode Risky Asset


 Metode ini sedikit berbeda dengan global minimum variance yang terletak dalam
hitungan bobot W :
E ( r p 1 ) σ 2 p 2−E ( r p2 ) . cov ( p 1 , p 2)
 W P 1=
E ( r p 1 ) σ 2 p 1−[ E ( r p 1 ) + E ( r p 2 ) } . cov ( p 1, p 2)

 Hal ini :
 = excess return saham 1, yaitu average return saham 1 – risk free rate
 = excess return saham 2, yaitu average return saham 2 – risk free rate
 Dengan menggunakan data yang sama seperti pada perhitungan kinerja menggunakan
metode global minimum variance, maka perhitungannya adalah :

 W AALI =(0,764 x 0,3147−0,552 x 0,0192)/¿
 W SMDM =1−0,59=0,41
 σ 2p=0,59 x 0 , 3195+0,412 x 0,3147+2 x 0,59 x 0,41 x 0 m019816=0,1542
 σ p=0,3927

 E ( r p ) =0,59 x 0,764 +0,41 x 0,552=0,6765

Sama halnya seperti pada metode minimum global variance, kita juga dapat melakukan trial-
error untuk menguji kombinasi bobot ini. Tabel 17.5 menampilkan berbagai bobot untuk
portofolio kombinasi saham AALI dan SMDM beserta kinerjanya. Dari berbagai kombinasi
bobot yang ditampilkan dalam tabel ini, terlihat bahwa bobot yang kita hitung menggunakan
rumus 17.5 ( saham AALI 59% dan SMDM 41% ) memang memberikan kinerja yang tertinggi
diantara kombinasi bobot yang lainnya.

2. Metode Optimal Complete Asset

Metode Optimal Complete Asset digunakan untuk mengetahui kinerja optimal dari
portofolio investasi yang terdiri dari sejumlah saham, obligasi dan SBI. Rumus yang digunakan
dalam perhitungannya adalah :

• Dimana E (r p ) adalah excess return untuk kombinasi saham dan obligasi

• Dimana E (r E) adalah excess return saham (equity)

• Dimana E (r D) adalah excess return obligasi (debt)

3. Single Index Model

Jika portofolio terdiri dari banyak jenis saham untuk active investment disertai risk free
rate, maka proporsi untuk active investment digunakan rumus berikut :
Y = optimum portfolio

E (r p ) = expected excess return portfolio

A = risk aversion rate

σ ❑p ² = variance portfolio

Anda mungkin juga menyukai