Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :
Dicky Yoga Permana P17320319013
Dito Reza Suryana P17320319015
Elsa Tri Setiawatie P17320319017
Nadya Oktafia P17320319032
Nidayatul Awaliyah P17320319034
Putri Melisa P17320319036

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN PRODI KEPERAWATAN BOGOR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpah
rahmat, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta
petunjuknya, sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam
penyusunan makalah ini.

Makalah ini berjudul “Prosedur Pemasangan Infus” diajukan sebagai tugas


pembelajaran semester II tahun pelajaran 2019/2020 mata kuliah Keperawatan
Dasar. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan kami di masa yang akan datang. Kami harap semoga makalah ini
membawa manfaat bagi teman-teman. Akhir kata, saya sampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Bogor, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ......................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

2.1 Definisi Pemasangan Infus ............................................................................ 3

2.2 Hal Yang Harus Dijelaskan Pada Klien ................................................... 5

2.3 Hal Yang Harus Diperhatikan dari Respon Klien .................................... 5

2.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan dan Pelepasan Infus . 6

2.5 Pemisahan dan Penempatan Alat-Alat yang Steril dan Tidak Steril. ..... 10

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 14

3.2 Saran ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia
secara fisiologis kebutuhaan ini memiliki proporsi besar dalam tubuh
dengan hampir 90% dari total berat badan. Salah satu tindakan untuk
mengatasi masalah atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit adalah dengan pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
Infus cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam
tubuh melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik)
untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh
(Yuda, 2010). Pemberian cairan intravena (Infus) yaitu memasukkan cairan
atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu
tertentu dengan menggunakan infus set. (Potter, 2005)
Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk penggantian
caian tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan
fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori
yang cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada
pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obatan lain. (Lachman,
2008)
Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan
pelayanan yang aman dan akurat kepada klien. Salah satunya yaitu dengan
memberikan cairan infus kepada klien yang sedang mengalami kekurangan
cairan. Seorang perawat memiliki tanggung jawab penuh dalam
memperhatikan status kesehatan dan memantau respon klien dalam
memberikan asuhan khususnya pemberian cairan infus kepada klien. Maka
dari itu pada makalah ini akan dibahas mengenai standar operasional
prosedur dalam pemasangan infus.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja yang harus dijelaskan pada klien sebelum pemasangan infus?
2. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dari respon klien setelah
pemasangan infus?
3. Bagaimana SOP dalam pemasangan dan pelepasan infus?
4. Bagaimana pemisahan dan penempatan alat-alat yang steril dan tidak
steril?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja yang harus dijelaskan pada klien sebelum
pemasangan infus.
2. Untuk mengetahui apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dari respon
klien setelah pemasangan infus.
3. Untuk mengetahui SOP dalam pemasangan dan pelepasan infus.
4. Untuk mengetahui pemisahan dan penempatan alat-alat yang steril dan
tidak steril.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang pemasangan infus.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pemasangan Infus
Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari
pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien
(Darmawan, 2008).
Sementara itu menurut Lukman (2007), terapi intravena adalah
memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk
dilewati cairan infus / pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau
obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu.
2.1.1 Tujuan Pemasangan Infus
Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah
mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan
melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit,
memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah,
menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu
pemberian nutrisi parenteral.
2.1.2 Jenis Cairan Pemasangan Infus
Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter, (2005)
cairan intravena (infus) dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Cairan bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus
berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan
darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan
cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
2. Cairan bersifat hipotonis : osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan
serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum),
sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka

3
cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya
(prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi),
sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan
sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis)
dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah
tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan
adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl
45% dan Dekstrosa 2,5%.
3. Cairan bersifat hipertonis : osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan
serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke
dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).
Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya
Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate.
2.1.3 Alat dan Bahan Pemasangan Infus
Sebelum melaksanakan pemasangan infus, berikut adalah alat dan
bahan yang harus dipersiapkan ketika hendak melakukan tindakan
pemasangan infus. Pastikan bahwa ke 12 alat dan bahan ini sudah tersedia.
1. Standar infus
2. Cairan infus sesuai kebutuhan
3. IV Catheter / Wings Needle/ Abocath sesuai kebutuhan
4. Perlak
5. Tourniquet
6. Plester
7. Guntung
8. Bengkok
9. Sarung tangan bersih
10. Kassa steril
11. Kapal alkohol / Alkohol swab
12. Betadine

4
2.2 Hal Yang Harus Dijelaskan Pada Klien

Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan


tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko
terjadinya infeksi yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan
waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila
dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan,
sehingga kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan
infus dapat dikurangi, bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008).

Pada tahap orientasi diawali dengan memberi salam kepada pasien


sebagai pendekatan terapeutik. Perkenalkan nama kamu kemudian tanya
nama pasien, tempat dan tanggal lahir lalu alamat tinggal sekarang. Kalau
pasien nya sudah menyebutkannya dan sesuai dengan data yang ada pada
kita maka langkah selanjutnya kita harus menjelaskan prosedur yang akan
kita lakukan seperti, pengertian, tujuan dan alat-alat yang akan kita gunakan
beserta proses pemasangan (tidak perlu dijelaskan terlalu rinci, cukup
penjelesan kasarnya saja). setelah itu tanyakan kesiapan pasien untuk kita
lakukan tindakan.

2.3 Hal Yang Harus Diperhatikan dari Respon Klien

Evaluasi dimulai dengan pengkajian dasar dan dilanjutkan selama


setiap kontak perawat dengan pasien. Frekuensi evaluasi tergantung dari
frekuensi kontak yangditentukan oleh status klien atau kondisi yang
dievaluasi. Contohnya adalah pada saat pasien baru datang dari ruang
bedah maka perawat akan mengevaluasi setiap 15 menit.Hari berikutnya
mungkin evaluasi akan dilakukan setiap 4 jam dan seterusnya.

Setelah melakukan pemasangan infus, lakukanlah observasi respon


pasien dengan menanyakan keadaan pasien setelah dilakukannya
pemasangan infus, lalu lihat pula pada tempat yang diinfus apakah terdapat
masalah atau tidak, jika terdapat masalah seperti tangan menjadi bengkak.

5
Bengkak pada lokasi infus cukup sering terjadi, bisa karena pecahnya
pembuluh darah yang dimasuki IV catheter/jarum infus.

Pecahnya pembuluh darah ini bisa karena gerakan yang


menyebabkan alat bergeser, pembuluh darah yang kecil/rapuh, atau karena
banyaknya/kecepatan cairan infus tidak sesuai dengan kapasitas pembuluh
darah. Penusukan jarum yang kurang tepat jarang terjadi karena biasanya
sebelum infus diteteskan, sudah dites dulu apakah jarum benar-benar
masuk ke pembuluh darah dengan melihat darah yang mengalir pada
kateter intravena. Kejadian ini bisa terjadi pada siapa saja, dan bisa sembuh
dengan sendirinya sehingga Anda tidak perlu khawatir. Biasanya
pembengkakan akan mereda dalam beberapa hari hingga satu minggu.

Tetapi, unuk mengurangi rasa khwatir pada pasien, setelah


ditemukan adanya masalah pada area yang diinfus maka perawat dapat
membuka infusan tersebut dan mencari letak vena lain untuk pemasangan
infus.

2.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan dan Pelepasan


Infus

1. SOP Pemasangan Infus


A. Persiapan Pasien
1. Memperkenalkan diri.
2. Memberitahu klien tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
dari tindakan tersebut.
3. Meminta kesediaan pasien untuk di rawat. Atur posisi yang
nyaman bagi klien.
B. Persiapan Lingkungan
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman.
2. Menyiapkan alat dan membawa alat ke dekat pasien
3. Memasang sampiran.

6
C. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan dengan sabun dibawah air
mengalir,mengeringkan tangan dengan handuk bersih.
2. Memasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan
dipasang infus.
3. Memakai sarung tangan.
4. Menggantungkan plabot pada tiang infus.
5. Membuka kemasan infus set.
6. Mengatur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan
menutup klem yang ada pada saluran infus.
7. Menusukkan pipa saluran infus kedalam botol cairan dan
mengisi tabung tetesan dengan cara memencet tabung tetesan
infus hingga setengahnya.
8. Membuka klem dan mengalirkan cairan keluar sehingga tidak
ada udara pada selang infus lalu tutup kembali klem.
9. Memilih vena yang akan diinfus.
10. Meletakkan tourniquet 10-12 cm diatas tempat yang akan
ditusuk, menganjurkan pasien menggenggam tangannya.
11. Melakukan desinfeksi daerah penusukan dengan kapas alkohol
secara sirkular dengan diameter kurang lebih 5 cm.
12. Menusukkan jarum abbocath ke vena dengan lubang jarum
menghadap keatas dengan menggunakan tangan yang dominan.
13. Melihat apakah darah terlihat pada pipa abbocath.
14. Memasukkan abbocath secara pelan-pelan serta menarik secara
perlahan jarum yang ada pada abbocath, hingga plastik
abbocath masuk semua dalam vena dan jarum keluar semua.
15. Segera menyambungkan abbocath dengan selang infus.
16. Melepaskan tourniquet, menganjurkan pasien membuka
tangannya dan mellonggarkan klem untuk melihat kelancaran
tetesan darah.
17. Melekatkan pangkal jarum pada kulit dengan plester.
18. Mengatur tetesan sesuai kebutuhan.

7
19. Menutup tempat tusukan dengan kassa steril dan direkatkan
dengan plester.
20. Mengatur letak anggota badan yang dipasang infus supaya tidak
digerak-gerakkan agar jarum infus tidak bergeser dan bila perlu
memasang spalk.
21. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir.
22. Merapikan alat dan pasien.
23. Melepas sarung tangan.
24. Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan
mengeringkan dengan handuk bersih.
D. Evaluasi
1. Aliran dan tetesan infus lancar.
2. Tidak terjadi hematom.
3. Sterilitas terjaga.
4. Infus terpasang rapi.
5. Pasien nyaman.
6. Lingkungan bersih.
2. SOP Pelepasan Infus
A. Persiapan Alat

1. Alat Pelindung Diri (APD)


2. Kain kasa steril dalam tempatnya (jika diperlukan)
3. Kapas alkohol dalam tempatnya/alcohol swab
4. Plester
5. Gunting verband
6. Bengkok (neirbekken)
7. Perlak kecil dan alas
8. coverplast
9. Alat tulis (untuk dokumentasi)
(Asmadi, 2008)

B. Pelaksanaan
1. Lakukan identifikasi pasien
2. Jelaskan tentang tujuan dan prosedur tindakan

8
3. Cuci tangan sesuai SPO kebersihan tangan
4. Pakai APD sesuai kebutuhan
5. Hentikan tetesan infus
6. Buka plester/transparan dressing
7. Tarik IV canule secara perlahan
8. Tutup area penusukan dengan alkohol swab
9. Lakukan penekanan pada bekas area penusukkan dan pastikan
darah tidak keluar lagi
10. Ganti alkohol swab bila terdapat rembesan darah
11. Lakukan fiksasi
12. Rapikan pasien dan alat-alat yang sudah digunakan
13. Buang sampah benda tajam kedalam sampah benda
tajam/safety box.
14. Buang sampah plabot infus ketempat sampah medis padat
15. Buang sampah transparan dressing dan infus set ketempat
sampah medis benda non tajam
16. Lepaskan APD dan buang ketempat sampah medis
17. Cuci tangan sesuai SPO kebersihan tangan
18. Dokumentasikan dalam Simkep atau Rekam Medis

2.2.1 Gambar pemasangan infus

1. 9.

2. 10.

3. 11.

9
4. 12.

5. 14.

6. 15. .

7. 19.

8. 21.

2.5 Pemisahan dan Penempatan Alat-Alat yang Steril dan Tidak Steril.
Berbeda dengan di rumah, alat kesehatan di rumah sakit
memungkinkan banyaknya bakteri yang hinggap dalam peralatan yang
digunakan. Untuk itu, perawatan alat kesehatan rumah sakit haruslah
benar-benar bersih dan steril untuk menghindari kemungkinan
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Pihak-pihak yang bekerja
dalam rumah sakit, baik itu dokter, perawat, ahli medis lain hingga
petugas kebersihan harus dapat bekerja sama untuk menjaga alat rumah
sakit agar tetap steril. Sebelum menggunakan alat kesehatan rumah

10
sakit yang steril, dokter, perawat atau ahli medis lain harus memastikan
tangannya bersih untuk megindari adanya bakteri atau mikroorganisme
yang menempel pada tangan pindah pada tubuh pasien.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan №124/Menkes/SK/2004
mengenai kesehatan yang ada dalam lingkungan rumah sakit. Setiap
peralatan rumah sakit haruslah steril. Sterilisasi adalah upaya
menghilangkan semua mikroorganisme yang ada baik dalam peralatan
ataupun lingkungan rumah sakit baik dengan cara kimiawi maupun
fisik. Ketika melakukan sterilisasi, baik itu ruangan atau alat yang
digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut ini:

1. Desinfektan yang digunakan untuk sterilisasi haruslah merupakan


bahan yang ramah lingkungan.

2. Saat melakukan sterilisasi petugas harus menggunakan alat


pelindung dan menguasai cara sterilisasi yang aman.

3. Sterilisasi peralatan yang digunakan untuk perawatan fisik pasien


dipanaskan pada suhu 121 derajat Celsius selama 30 menit, atau
sesuai dengan petunjuk dalam sterilisasi alat yang digunakan.

4. Semua yang telah disterilkan harus aman dari mikroorganisme


yang masih hidup.

Jika sudah mengetahui syarat yang harus diperhatikan dalam


melakukan sterilisasi, hanya tinggal menjalankan dengan hati-hati. Tata
cara pelaksanaan sterilisasi alat kesehatan rumah sakit adalah sebagi
berikut:

1. Ruang operasi yang sudah selesai digunakan harus dilakukan


disinfeksi dan juga sterilisasi hingga aman jika digunakan pada
operasi berikutnya.

11
2. Bahan dan instrument medis yang akan disterilisasi harus
dipersiapkan dengan benar.
3. Indikasi yang kuat untuk tindakan sterilisasi adalah semua peralatan
medis atau peralatan perawatan dimana yang dimasukkan dalam
jaringan tubuh, sistem vaskuler, yang mennyentuh selaput lendir
harus selalu dalam keadaan steril sebelum digunakan. Selain itu
semua, peralatan operasi juga harus dalam keadaan steril sebelum
digunakan lagi. Ketika selesai digunakan Alat kesehatan yang
mengandung jaringan tubuh atau darah harus disterilkan.
4. Setiap alat kesehatan yang mengalami perubahan konsidisi fisik
ketika dibersihkan, didisinfeksi atau disterilkan tidak boleh
digunakan kembali. Sebaiknya hindari proses berulang yang bisa
menyebabkan toxin dan efektivitas.
5. Peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada ruang
khusus yang sebelumnya telah dikemas. Penempatan peralatan steril
sebaiknya pada suhu 18 derajat celcius hingga 22 derajat celcius
dengan kelembaban 35% hingga 75%.

Dalam melakukan sterilisasi alat kesehatan rumah sakit terdapat


beberapa metode yang bisa dilakukan, berikt ini metode tersebut:

a. Pemanasan Kering
Sterilisasi yang dilakukan dengan pemanasan secara kering.
Jika temperature yang digunakan kurang tinggi, cara ini cenderung
kurang efektif.
Sterilisasi dengan pemanasan kering ini akan efektif jika
temperature yang digunakan mencapai 160 derajat celcius sampai
dengan 180 derajat celcius. Sterilisasi menggunakan sistem
pemanasan kering tidak dianjurkan untuk peralatan seperti atau
gunting. Hal ini dikarenakan bisa mempengaruhi ketajaman dari alat
tersebut.
b. Radiasi

12
Sterilisasi dilakukan dengan memanfaatkan radiasi. Radiasi
yang biasa digunakan adalah ultraviolet atau sinar-x. Radiasi yang
dihasilkan baik itu oleh ultraviolet atau sinar-x akan membuat
mikroorganisme yang tumbuh akan mati.
c. Pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan
Suhu pada saat air mendidih adalah 100 derajat celcius,
dimana suhu tersebut dapat membunuh beberapa organisme berspora
dalam waktu 10 menit saja. Benda yang akan disterilkan dengan
metode ini ditaruh diatas air mendidih, namun tidak mengenai air
secara langsung.
d. Pemanasan secara terputus-putus
Metode sterilisasi ini dilakukan dengan terputus-putus,
dimana benda yang disterilkan tidak hanya dalam sekali proses
selesai.
e. Pembakaran langsung
Metode sterilisasi ini dilakukan dengan membakar benda
yang akan disterilkan secara langsung
 Contoh Alat Steril :
Abocath sesuai ukuran
Infuse set
Kapas alkohol 70%
Sarung tangan steril
Kassa steril
Betadine dalam tempatnya
 Contoh Alat Non Steril :
Torniquet
Tiang infus
Plester
Gunting plester
Cairan infus
Bengkok

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan
melalui intravena yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
Tujuannya adalah

1. Sebagai akses pemberian obat


2. Mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
3. Bagi pasien yang tidak dapat makan melalui mulut.

3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan lahan praktik.

14
DAFTAR PUSTAKA
Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik untuk Bidan. Jakarta: Salemba Medika.

C Long Barbara (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan IAPK.


Jan Tambayong (2000). Patofisiologi Untuk Perawat. Jakarta: EGC.

http://macrofag.blogspot.com/2017/12/standar-operasional-prosedur-spo_4.html

https://medium.com/@dennywildan16/begini-cara-cara-yang-dilakukan-untuk-
sterilisasi-alat-kesehatan-rumah-sakit-a9d6512e9998

15

Anda mungkin juga menyukai