Laporan Pendahuluan Konsultan Perencana PDF
Laporan Pendahuluan Konsultan Perencana PDF
Laporan Pendahuluan ini merupakan bentuk laporan tahap pertama dari serangkaian proses
pekerjaan Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan di
Kabupaten Kutai Kartanegara. Secara garis besar materi yang terkandung dalam laporan
pendahuluan ini berisi uraian tentang pendahuluan, tinjauan teori, gambaran umum
Kabupaten Kutai Kartanegara, metodologi, rencana kerja serta perancangan SIG perencanaan
kontrol pembangunan.
Kami ucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara yang dalam hal
ini adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Kutai Kartanegara
atas kepercayaannya kepada kami untuk melaksanakan pekerjaan ini.
Semoga Laporan Pendahuluan ini bermanfaat bagi pembangunan di Kabupaten Kutai
Kartanegara, khususnya dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara.
LAPORAN PENDAHULUAN i
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN ii
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN iv
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
DAFTAR TABEL
LAPORAN PENDAHULUAN v
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
DAFTAR GAMBAR
LAPORAN PENDAHULUAN vi
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
BAB 1
PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN 1
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 1
PENDAHULUAN
dianalisis kembali dan dievaluasi sebagai alat ukur apakah perencanaan yang dibuat telah
sesuai dengan kenyataan atau belum. Ini menunjukkan betapa sistem informasi geografis
dapat digunakan sebagai mekanisme kontrol terhadap keberhasilan pembangunan.
Kabupaten Kutai Kartanegara menyadari betul pentingnya otonomi pembangunan, dalam arti,
perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan harus dilakukan secara mandiri dengan
memanfaatkan sistem informasi yang canggih, unggul, ter-update setiap saat: dan
berkesinambungan. Potensi kekayaan alam dan sumberdaya manusia yang cukup melimpah
dan tersebar di berbagai daerah, sebagai keunggulan komparatif di Kabupaten Kutai
Kartanegara harus dikembangkan secara optimal. Semua menyadari bahwa salah satu peluang
keberhasilan pembangunan daerah adalah adanya keserasian potensi daerah yang tersedia,
sumberdaya ekonomi, sumberdaya manusia serta pemanfaatan teknologi untuk kesejahteraan
penduduk.
Kemampuan dan kesiapan daerah dalam pelaksanaan otonomi pada tingkat Kabupaten/Kota
berhubungan dengan banyak faktor, dua diantaranya adalah adanya kehandalan perencanaan
dan pengendalian yang berkesinambungan. Keberhasilan perencanaan dan pengendalian
pembangunan tentu saja memerlukan model pembangunan yang secara operasional sebagai
dasar pijakan dalam melaksanakan pembangunan yang secara operasional sebagai dasar
pijakan dalam melaksanakan pembangunan. Dalam hal ini Kabupaten Kutai Kartanegara
menyelenggarakan derap langkah pembangunan dengan prinsip Gerbang Dayaku. Gerbang
Dayaku adalah paradigma baru dalam menjalankan pemerintahan di Kutai Kartanegara, sejak
diterapkan pada tahun 2001. Paradigma tersebut mengusung tiga pilar pembangunan yaitu: 1)
Pengembangan Wilayah Perdesaan; 2) Pengembangan wilayah perkotaan; dan 3)
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Implementasi Gerbang Dayaku tahap pertama (2001-
2005) telah berhasil membentuk landasan pembangunan yang kokoh bagi Kutai Kartanegara
dalam mengejar ketertinggalan terutama dalam bidang peningkatan sumber daya manusia,
pembangunan infrastruktur serta peningkatan ekonomi dan pendapatan masyarakat. Langkah
selanjutnya untuk menjamin peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Kutai
Kartanegara masa depan masih menghadapi tantangan yang cukup berat. Disadari, bahwa
pembangunan ekonomi secara makro di Kabupaten Kutai yang bersifat ekstraktif. Hal ini
tergambar dari peranan sektor pertambangan dan penggalian yang masih mendominasi
struktur ekonomi Kabupaten Kutai Kartanegara, yakni sebesar 76,25 persen sedangkan sektor
pertanian dan sektor lainnya menyumbang sebesar 10,45 persen dan 13.30 persen terhadap
total PDRB Kabupaten Kutai Kartanegara.
Berdasarkan RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara 2005-2014, periode 2005-2010 Pemerintah
Kabupaten Kutai Kartanegara kembali melanjutkan Grand Strategy pembangunan dengan
melakukan vitalisasi dan aktualisasi Gerbang Dayaku dengan tiga pilar pemberdayaan:
1. Pemberdayaan Pemerintahan Daerah (eksekutif dan legislatif) dan penegakan
supremasi hukum.
2. Pemberdayaan seluruh komponen ekonomi.
3. Pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian sosial dan kemandirian ekonomi.
Ketiga pilar pemberdayaan tersebut, menitikberatkan pada optimalisasi pemberdayaan semua
komponen; pemerintahan, masyarakat dan ekonomi yang bersinergi dalam membangun
daerah. Melalui pemberdayaan ketiga komponen tersebut diharapkan dapat mempercepat
pergerakan roda perekonomian sesuai dengan amanat rakyat. Untuk itu dalam kaitannya
dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat, pemerintah
juga memberdayakan seluruh komponen pelaku ekonomi, baik masyarakat, pengusaha
maupun para pemilik modal yang ingin menanamkan modalnya di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Agar di kabupaten ini dapat tercipta kegiatan pembangunan yang berkualitas maka diperlukan
adanya kegiatan awal berupa identifikasi untuk mengetahui penyebaran lokasi dan jenis
kegiatan pembangunan yang tersebar di daerah-daerah. Hal ini sebagai dasar untuk kegiatan
kontrol dan pengelolaan pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara sehingga diharapkan
akan diketahui jenis kegiatan, dana yang telah dihabiskan untuk melaksanakan sebuah
kegiatan dan penyebaran kegiatan pembangunan tersebut. Hal ini akan mempermudah
LAPORAN PENDAHULUAN 2
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 1
PENDAHULUAN
pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dalam mengontrol dan mengelola semua kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan maupun yang masih dalam tahap perencanaan.
Mengingat pentingnya ketersediaan data dan informasi yang akurat dan up to date khususnya
dalam rangka pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pembangunan, maka Bappeda
Kabupaten Kutai Kartanegara memandang perlu untuk membuat Sistem Informasi Geografis
Perencanaan dan Kontrol Pembangunan. Dengan adanya Sistem Informasi ini, diharapkan
dapat menata berbagai aspek data perencanaan pembangunan secara terintegrasi dan
komprehensif, baik dalam hal struktur, jenis maupun format data untuk perencanaan
pembangunan.
Tujuan yang akan dicapai adalah membuat sistem informasi geografis (SIG) perencanaan dan
kontrol pembangunan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
Sedangkan maksud dari kegiatan ini adalah untuk memudahkan pemantauan
kegiatan/pembangunan; memudahkan proses perencanaan pengelolaan kegiatan
pembangunan; memudahkan akses data yang akurat, cepat dan up to date yang berkaitan
dengan kegiatan pembangunan; serta membantu dalam membuat kebijakan untuk mengatur
dan mengelola kegiatan pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Melalui penyajian data dan informasi mengenai kegiatan pembangunan fisik sarana/prasarana
di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara tersebut, maka sasaran yang diharapkan adalah
sebagai berikut:
1. Tersedianya sebuah sistem informasi berbasis spasial yang mampu mengidentifikasi
kegiatan pembangunan fisik sarana/prasarana, yang telah berjalan ataupun sedang
berjalan di seluruh wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, serta tersedianya informasi
seperti :
a Informasi mengenai Anggaran kegiatan/pembangunan, yang mencakup aspek: Tahun
Anggaran, Penyerapan Anggaran dan Sumber Anggaran;
b Informasi mengenai tingkat kemajuan kegiatan/pembangunan;
c Informasi mengenai penyelenggara, pelaksana, penanggung jawab serta pengawas
kegiatan/pembangunan.
2. Terciptanya standar format pelaporan kegiatan pembangunan di wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara
3. Meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam mengoperasikan Sistem
Informasi Geografis Perencanaan dan Kontrol Pembangunan di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Ruang lingkup kegiatan Pembuatan Sistem Informasi Geografis Perencanaan dan Kontrol
Pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan persiapan:
a Penghimpunan masukan dari pengguna mengenai kebutuhan data dan informasi
kegiatan/pembangunan fisik di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
b Perumusan kebutuhan informasi yang terkait dengan kegiatan/pembangunan fisik
di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
LAPORAN PENDAHULUAN 3
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 1
PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN 4
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 1
PENDAHULUAN
Lingkup wilayah dari pekerjaan ini meliputi wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi
Kalimantan Timur yang terdiri dari 18 kecamatan, yaitu Tabang, Kembang Janggut, Kenohan,
Muara Muntai, Muara Wis, Kota Bangun, Muara Kaman, Sebulu, Tenggarong, Tenggarong
Seberang, Loa Kulu, Loa Janan, Anggana, Sanga-Sanga, Samboja, Muara Jawa, Marang Kayu,
dan Muara Badak.
Batasan kegiatan dari pekerjaan ini adalah pada identifikasi kegiatan fisik sarana/prasarana di
wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang memiliki informasi spasial, dengan kata lain
berupa kegiatan pembangunan infrastruktur. Kemudian input data sebagai tahun awal
kegiatan pembangunan dalam pekerjaan ini adalah kegiatan pembangunan tahun 2007,
sedangkan input data kegiatan pembangunan tahun 2008 akan disesuaikan mengingat
banyaknya laporan yang belum dapat di kompilasi secara menyeluruh.
Produk (output) yang dihasilkan dari Pembuatan Sistem Informasi Geografis Perencanaan dan
Kontrol Pembangunan adalah Software (Perangkat Lunak) berupa Program Aplikasi Sistem
Informasi Geografis Perencanaan dan Kontrol Pembangunan yang dapat menyajikan data
dan informasi berupa laporan pelaksanaan dari rencana pembangunan fisik di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
LAPORAN PENDAHULUAN 5
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 1
PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN 6
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
LAPORAN PENDAHULUAN 7
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
Menurut Feurstein (1990), fungsi kontrol dalam suatu organisasi pada umumnya terkait
dengan proses pemantauan (monitoring) dan evaluasi (evaluation). Pemantauan adalah
kegiatan kontrol yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan atau dikenal dengan istilah
evaluasi proses. Bila muncul bersamaan dengan pemantauan maka istilah evaluasi adalah
evaluasi hasil, yaitu kegiatan kontrol yang dilakukan setelah kegiatan itu selesai untuk
melihat apakah hasil pelaksanaan sesuai dengan rencana.
Menurut Dunn (1991), kegiatan pemantauan setidaknya mempunyai empat fungsi yaitu:
1) Kepatuhan (compliance), pemantauan bermanfaat untuk menentukan apakah
tindakan dari para administrator program, staf, dan pelaku lainnya sesuai dengan
standar dan prosedur yang dibuat;
2) Pemeriksaan (auditing), pemantauan membantu menentukan apakah sumber daya
dan pelayanan yang dimaksud untuk kelompok sasaran dan kelompok penerima telah
sampai pada yang bersangkutan;
3) Akuntansi, pemantauan menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk melakukan
pengukuran atas perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi setelah dilaksanakannya
sejumlah kebijakan publik dari waktu ke waktu;
4) Eksplanasi, pemantauan juga menghimpun informasi yang dapat menjelaskan
mengapa hasil-hasil perencanaan berbeda.
Sedangkan kegiatan evaluasi diperlukan guna mengungkapkan seberapa jauh target-target
perencanaan telah dicapai. Disamping itu, evaluasi memberikan sumbangan pada klarifikasi
dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan, penetapan kebijakan, proses
dan prosedur, praktek perencanaan dan target yang telah ditetapkan.
Kegiatan kontrol dilakukan untuk menjaga konsistensi antara pelaksanaan pembangunan
dengan rencana yang ada. Namun demikian, seringkali pelaksanaan pembangunan tidak
mengacu pada arahan yang telah ditetapkan dalam rencana karena adanya berbagai
hambatan. Friedman (1995) mengidentifikasi beberapa hambatan yang dihadapi dalam
kegiatan kontrol, antara lain keterbatasan staf, masih rendahnya peran serta masyarakat,
serta perangkat kontrol yang belum memadai.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa penilaian keberhasilan kontrol
mencakup kepatuhan aparat birokrasi terhadap peraturan; kepatuhan masyarakat sebagai
kelompok sasaran terhadap peraturan; dampak yang diperoleh dari kontrol baik dampak
sosial, ekonomi maupun lingkungan; dan keberlanjutan kegiatan kontrol dalam jangka
panjang. Sedangkan kegiatan kontrol dapat disimpulkan sebagai tindakan korektif yang
dilakukan dalam pelaksanaan maupun setelah selesainya pelaksanaan pembangunan. Tindakan
korektif tersebut dilakukan untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi baik pada tahap
pelaksanaan maupun setelah selesainya pelaksanaan pembangunan sehingga dapat dilakukan
perbaikan atau koreksi terhadap pelaksanaan program pembangunan agar tidak terjadi
penyimpangan pada pelaksanaan pembangunan selanjutnya.
Penilaian keberhasilan kegiatan kontrol, menurut Ripley (1984), didasarkan pada kepatuhan
(compliance) dan apa yang terjadi (what’s happening) setelah kegiatan kontrol dilaksanakan.
Kepatuhan berkaitan dengan perilaku aparat pelaksana maupun kelompok sasaran dalam
mentaati berbagai ketentuan yang ada di dalam isi kontrol. Sedangkan apa yang terjadi
setelah pengendalian berkaitan dengan dampak yang muncul, yang meliputi tiga aspek
pemahaman yaitu dampak ekonomi, dampak lingkungan, dan dampak sosial.
Kegiatan kontrol pelaksanaan rencana pembangunan merupakan bagian dari tahapan
perencanaan pembangunan itu sendiri. Hal ini dinyatakan dan diatur dalam Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam bagian
Penjelasan, dinyatakan bahwa “ Kontrol pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan
untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana
melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut.”
Kegiatan pemantauan yang merupakan bagian dari kegiatan kontrol dimaksudkan sebagai
kegiatan yang dilakukan untuk melihat kesesuaian pelaksanaan rencana dengan arah, tujuan,
dan ruang lingkup yang menjadi pedoman dalam rangka menyusun rencana berikutnya.
LAPORAN PENDAHULUAN 8
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
Sedang yang dimaksud dengan “evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan” adalah kegiatan
penilaian kinerja yang diukur dengan efisiensi, efektivitas, dan kemanfaatan program serta
keberlanjutan pembangunan. Evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan dilaksanakan
terhadap keluaran kegiatan yang dapat berupa barang dan jasa dan terhadap hasil (outcomes)
program pembangunan yang berupa dampak dan manfaat.
LAPORAN PENDAHULUAN 9
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
LAPORAN PENDAHULUAN 10
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
Dengan demikian, pendekatan ini dipilih bila tidak dapat dilakukan perbandingan kelompok
sasaran program dan kondisi sebelum dan sesudah pelaksanaan program. Pendekatan secara
deskriptif memungkinkan evaluator untuk menggambarkan kinerja dan lingkup program secara
lebih menyeluruh dengan berbagai informasi mengenai perkiraan dampak dari program yang
dievaluasi.
Menurut Dunn (1991), evaluasi dengan menggunakan pendekatan deskriptif terbagi menjadi 3
(tiga) jenis, yaitu:
1) Evaluasi semu (pseudo-evaluation), yaitu evaluasi yang menggunakan metoda
deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai
hasil kebijakan, tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari
hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara
keseluruhan.
2) Evaluasi formal (formal evaluation), yaitu evaluasi yang menggunakan metoda
deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil
kebijakan berdasarkan pada tujuan kebijakan/program yang telah diumumkan secara
formal oleh pembuat kebijakan.
3) Evaluasi keputusan teoritis (decision-theoretic-evaluation), yaitu evaluasi yang
menitikberatkan pada penilaian hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh
berbagai macam pelaku kebijakan.
Tabel 2-1
Pendekatan Evaluasi Kebijakan
Pendekatan
Tujuan Asumsi
Evaluasi
Evaluasi Semu Menggunakan metoda-metoda Ukuran manfaat atau nilai terbukti
(Pseudo Evaluation) deskriptif untuk menghasilkan dengan sendirinya atau tidak
informasi yang valid dan dapat kontroversial.
dipercaya mengenai hasil kebijakan.
Evaluasi Formal (Formal Menggunakan metoda deskriptif untuk Tujuan dan sasaran dari pengambil
Evaluation) menghasilkan informasi yang kebijakan dan administrator yang
terpercaya dan valid mengenai hasil secara resmi diumumkan
kebijakan berdasarkan pada tujuan merupakan ukuran yang tepat dari
kebijakan/ program yang telah manfaat atau nilai.
diumumkan secara formal oleh
pembuat keputusan
Evaluasi Keputusan Teoritis Menggunakan metoda deskriptif untuk Tujuan dan sasaran dari berbagai
(Decision Theoretic Evaluation) menghasilkan informasi yang pelaku yang diumumkan secara
terpercaya dan valid mengenai hasil formal ataupun informal merupakan
kebijakan yang secara eksplisit ukuran yang tepat dari manfaat
diinginkan oleh berbagai pelaku. atau nilai.
Sumber: William N. Dunn, Public Policy Analysis. 1991.
LAPORAN PENDAHULUAN 11
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
pembangunan dilakukan melalui proses partisipasi yang transparan dari berbagai para pihak,
sehingga diperoleh apa yang diharapkan oleh para pihak atas kinerja lembaga tersebut.
Penyusunan tersebut dapat dilakukan melalui kesepakatan bersama (consensus building) dari
para pihak (stakeholders) penataan ruang.
Pengukuran kinerja mencakup penetapan indikator kinerja, bobot masing-masing indikator
dan penetapan capaian indikator kinerja. Pengukuran kinerja setiap kegiatan dapat dilakukan
melalui pencapaian yang didasarkan kepada indikator-indikatornya. Penetapan indikator
kinerja merupakan proses identifikasi dan klasifikasi indikator kinerja melalui sistem
pengumpulan dan pengolahan data (informasi) untuk menentukan kinerja kegiatan, program
dan kebijakan.
Pada dasarnya, indikator adalah suatu alat ukur yang menunjukkan suatu issue atau kondisi.
Tujuannya adalah untuk menunjukkan seberapa jauh suatu sistem bekerja, baik sistem
kegiatan/program maupun suatu organisasi. Indikator ini membantu kita memahami dimana
posisi kita berada, ke arah mana kita berjalan, dan seberapa jauh kita berjalan ke arah yang
kita kehendaki (tujuan).
Indikator itu sendiri adalah data yang dikumpulkan dan diuji selama satu periode waktu
tertentu, dimana data tersebut dapat menjelaskan suatu kecenderungan (apakah menurun
atau meningkat); atau data tersebut menunjukkan suatu kondisi dalam hubungannya dengan
standar tertentu atau benchmark. Dengan demikian, indikator pada dasarnya adalah suatu
alat ukur yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan suatu sistem kegiatan atau
organisasi yang menunjukkan sejauh mana posisi sistem kegiatan atau organisasi tersebut
berada dalam mencapai tujuannya.
Indikator tidak dimaksudkan menjadi alat tunggal dalam evaluasi objektif atas suatu keadaan.
Yang berlaku umum adalah dilakukannya limitasi jumlah indikator untuk memperoleh
gambaran suatu keadaan yang ingin dinilai. Oleh karena itu, walaupun dinilai mengandung
banyak kelemahan, penggunaan indikator dalam jumlah terbatas lebih banyak diterima oleh
banyak pihak. Dengan jumlah indikator yang terbatas, maka perhatian lebih terarah pada
tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk “mengubah besaran angka atau nilai indikator”
yang berarti tindakan untuk melakukan koreksi atau pembenahan terhadap pelaksanaan
kegiatan agar sesuai dengan rencana.
Pengembangan dan pemilihan indikator dapat dilakukan secara sederhana karena semua
angka atau besaran yang dapat menggambarkan keadaan daerah dapat digunakan sebagai
indikator. Namun demikian, perlu disadari bahwa pemilihan indikator terkait erat dengan
persoalan yang terjadi di suatu daerah dan yang dinilai perlu dipecahkan oleh dan bagi
penduduk daerah itu. Pemilihan indikator kemudian menjadi penting bagi tindakan lebih
lanjut yang perlu diambil oleh pemerintah daerah tersebut agar di masa yang akan datang
terjadi peningkatan nilai bagi daerah tersebut.
Indikator sangat bervariasi, bergantung pada tipe sistem yang di-monitor. Namun demikian,
terdapat beberapa karakteristik yang sama terhadap indikator yang efektif, yaitu:
Specific (detail dan jelas). Indikator kinerja yang disusun harus jelas agar tidak ada
kemungkinan kesalahan interpretasi.
Measurable (dapat diukur secara objektif). Indikator kinerja yang disusun harus
menggambarkan sesuatu yang jelas ukurannya. Kejelasan ukuran tersebut akan
menunjukkan tempat dan cara untuk mendapatkan data pencapaian indikator
tersebut.
Attributable (bermakna). Indikator kinerja yang ditetapkan harus bermanfaat untuk
kepentingan pengambilan keputusan.
Relevant (sesuai). Indikator kinerja harus sesuai dengan ruang lingkup
program/kegiatan dan dapat menggambarkan hubungan sebab-akibat antar indikator.
Timely (tepat waktu). Indikator kinerja yang disusun harus didukung oleh
ketersediaan data yang dapat diperoleh pada waktu yang tepat dan akurat, sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan pada saat yang dibutuhkan.
LAPORAN PENDAHULUAN 12
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
Penetapan indikator kinerja merupakan proses identifikasi dan klasifikasi indikator kinerja
melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data untuk menentukan kinerja kegiatan,
program, dan kebijakan. Pada dasarnya penetapan indikator kinerja dapat dikelompokkan
berdasarkan:
Indikator masukan (input indicator)
Yaitu suatu alat ukur yang dapat memberikan indikasi mengenai kesesuaian dan
ketepatan atas penyediaan masukan (input) dalam suatu program atau kegiatan.
Termasuk di dalam indikator masukan adalah pelaku/institusi pelaksana, kebijakan
dan peraturan perundangan yang mengatur program dan/atau kegiatan, serta sarana
untuk mendukung pelaksanaan program dan/atau kegiatan.
Indikator proses (process indicator)
Yaitu suatu alat ukur yang dapat memberikan indikasi mengenai proses pelaksanaan
kegiatan. Kinerja proses menyangkut pengorganisasian pekerjaan; manajemen
pengelolaan dan pembagian wewenang; partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
program dan kegiatan; ketepatan pelaksanaan pekerjaan yang menyangkut sasaran,
waktu, dan hasil program atau kegiatan; dan sebagainya.
Indikator keluaran (output indicator)
Yaitu suatu alat ukur yang dapat memberikan indikasi mengenai kesesuaian dan
ketepatan atas keluaran dari suatu program atau kegiatan yang diharapkan.
Indikator hasil (outcome indicator)
Yaitu suatu alat ukur yang dapat memberikan indikasi mengenai ketepatan dan
kesesuaian hasil kegiatan dengan target program.
Indikator manfaat (benefit indicator)
Yaitu suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengindikasikan manfaat yang
diperoleh dengan terlaksananya program dan/atau kegiatan oleh masyarakat.
Indikator dampak (impact indicator)
Yaitu suatu ukuran yang dapat digunakan untuk mengindikasikan adanya dampak
positif maupun negatif atas pelaksanaan program dan/atau kegiatan.
Indikator masukan, proses, dan keluaran dinilai sebelum kegiatan selesai dilaksanakan;
sedang indikator hasil, manfaat, dampak dinilai setelah kegiatan dilaksanakan. Penetapan
indikator tidak selalu harus menggunakan seluruh komponen indikator di atas, melainkan
dapat menggunakan hanya satu atau beberapa komponen indikator saja. Penetapannya
ditentukan oleh kondisi dan tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran kinerja program
dan/atau kegiatan.
Banyak indikator berkaitan dengan output maupun dampak dari suatu
kegiatan/program/kebijakan, dan seringkali untuk menentukan indikator tersebut dibuat
asumsinya terlebih dahulu. Misal, tingkat partisipasi angkatan kerja wanita berumur 35 – 64
tahun dianggap sebagai indikator dari dampak kebijakan kesempatan kerja; sedang indikator
polusi udara padat dipakai untuk memantau program-program yang dilakukan oleh organisasi
lingkungan. Selanjutnya, dibuat coding untuk menentukan asumsi indikator tersebut terhadap
aspek-aspek kunci (input, proses, output, dan dampak), seperti contoh tabel di bawah ini.
LAPORAN PENDAHULUAN 13
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
Tabel 2-2
Skema Coding Kasus: Indikator dan Kategori yang Representatif
Jenis
Indikator Kode
Indikator
Input Kecukupan sumberdaya () sangat memadai
() memadai
() Tidak memadai
() tidak ada informasi
Proses Keterlibatan analisis kebijakan dalam menentukan () membuat keputusan
masalah () mempengaruhi keputusan
() tidak berpengaruh
() tidak ada info
Output Pemanfaatan hasil-hasil riset kebijakan () tinggi
() sedang
() rendah
() tidak pernah
() tak cukup informasi
Dampak Pemecahan-pemecahan yang dirasakan () lengkap
() sebagian
() tak ada yang dirasakan
() tak cukup informasi
Sumber : Dunn (1991)
Pada dasarnya, penetapan indikator secara ideal dilaksanakan pada saat penyusunan rencana
sehingga terdapat keterpaduan antara kegiatan perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan
kontrol rencana dalam bentuk pemantauan dan evaluasi. Dalam hal ini, penetapan indikator
dilaksanakan sebagai bagian dari proses penyusunan rencana evaluasi terhadap pelaksanaan
rencana.
Pemantauan dan evaluasi rencana hanya akan efektif apabila ditempatkan dalam keseluruhan
sistem perencanaan, penyusunan program, penganggaran, pelaksanaan, dan evaluasi. Apabila
ditempatkan secara terpisah, maka kegiatan pemantauan dan evaluasi sering menjadi bias,
dan menyebabkan beberapa permasalahan, sebagai berikut :
Vague planning:
Secara umum, seringkali terdapat ketidakjelasan gambaran terhadap apa yang ingin
dicapai oleh suatu program/kegiatan jika berhasil - misal: sasaran ganda dan tidak
berkaitan erat dengan aktivitas proyek.
Unclear management responsibilities:
Terdapat banyak sekali faktor penting yang diluar kontrol pengelola program/kegiatan
(external factors), yang menyulitkan pengelola program/kegiatan dalam mencapai hasil
yang diharapkan.
Evaluation as an adversary process:
Ketiadaan target program/kegiatan yang jelas mengakibatkan evaluator cenderung
menggunakan penilaian subyektif terhadap mana yang disebut ‘baik’ dan ‘buruk’.
Penetapan indikator kinerja sebagai bagian dari proses perencanaan memiliki beberapa
manfaat, antara lain :
Keefektifan dalam mengukur pencapaian kemajuan target dari waktu ke waktu,
sehingga dapat diambil langkah-langkah korektif yang diperlukan;
Dapat digunakan sebagai benchmarking untuk membandingkan kinerja antar unit
organisasi, antar daerah dan antar waktu.
Sedangkan kesalahan dalam penetapan indikator akan menyebabkan kerugian sebagai berikut
:
Menyulitkan dalam pengukuran pencapaian kinerja;
Jika terlalu banyak indikator tanpa didukung oleh data yang cukup, hasilnya akan
mengakibatkan sistem pemantauan dan penilaian menjadi mahal, tidak praktis, dan
mungkin tidak berguna.
LAPORAN PENDAHULUAN 14
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam penetapan indikator, termasuk untuk melihat
keterkaitan antara program dan kegiatan dengan kebijakan pembangunan yang ada di
atasnya, maka diperlukan satu kerangka alur yang logis bagi penyusunan dan penilaian
program. Kerangka alur logis ini disusun sejak tahap pengusulan program dan digunakan untuk
bahan evaluasi pelaksanaan program.
Gambar 2-1
Hubungan Dokumen Perencanaan Pembangunan Dan Penganggaran
LAPORAN PENDAHULUAN 15
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
LAPORAN PENDAHULUAN 16
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan atau terkait dengan
fungsi dan tanggung jawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek
pembangunan, baik Pusat maupun Daerah, mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan
evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai
untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
Melalui penetapan UU No. 25 Tahun 2005 telah terjadi perubahan yang substansial dalam pola
perencanaan pembangunan baik di tingkat pusat maupun di daerah. Pada tingkat pemerintah
pusat Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Repellita telah diganti dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Demikian juga
pada tingkat daerah telah dikenalkan model baru, yakni Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
Sementara itu beberapa ketentuan perencanaan pembangunan daerah menurut lingkup
waktunya sebagaimana diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Perencanaan pembangunan jangka panjang di daerah akan menghasilkan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dengan dimensi waktu perencanaan 20
(dua puluh) tahun. Sebagaimana diuraikan pada Pasal 5 Ayat 1 RPJPD memuat visi, misi,
dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional.
Secara garis besar, tahapan penyusunan dan penetapan rencana pembangunan jangka
panjang daerah berdasarkan UU No. 25 tahun 2004 adalah sebagai berikut:
a Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah sebagai bahan utama bagi
penyelenggaraan Musrenbang Jangka Panjang Daerah (Pasal 10 Ayat 2);
b Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah, dalam rangka
menyusun RPJP Daerah dan diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara negara dengan
mengikutsertakan masyarakat (Pasal 11 Ayat 1 dan 3);
c Musrenbang Jangka Panjang Daerah dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun
sebelum berakhirnya periode RPJP yang sedang berjalan (Pasal 11 Ayat 4);
d Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Panjang Daerah (Pasal 12 Ayat 2);
e RPJP Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Pasal 13 Ayat 2).
Sedangkan dalam Surat Edaran Mendagri Nomor 050/2020/SJ Tahun 2005 perihal Petunjuk
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah, penyusunan dan penetapan RPJP
Daerah meliputi serangkaian tahapan sebagai berikut:
a Penyiapan Rancangan RPJP Daerah
Penyiapan rancangan RPJP Daerah untuk mendapatkan gambaran awal dari visi, misi,
dan arah pembangunan daerah yang merupakan tanggung jawab Kepala Bappeda, dan
selanjutnya menjadi bahan bahasan dalam Musrenbang Jangka Panjang daerah.
Rancangan RPJP Daerah dimaksud dilampiri dengan hasil analisis yang
menggambarkan kondisi umum daerah dalam periode perencanaan 20 tahun ke
belakang, sebagai bahan masukan bagi para pemangku kepentingan (stakeholders)
pembangunan dalam merumuskan dan menyepakati visi, misi, dan arah pembangunan
daerah.
b Penyelenggaraan Musrenbang Jangka Panjang Daerah
Musrenbang Jangka Panjang Daerah merupakan forum konsultasi dengan para
pemangku-kepentingan pembangunan untuk membahas rancangan visi, misi dan arah
pembangunan yang telah disusun, dibawah koordinasi Kepala Bappeda; Mendapatkan
komitmen para pemangku-kepentingan pembangunan yang menjadi bahan masukan
dalam penyempurnaan rancangan RPJP Daerah.
c Penyusunan Rancangan Akhir RPJP Daerah
Penyusunan rancangan akhir RPJP Daerah merupakan tanggung jawab Kepala
Bappeda, dengan bahan masukan utama hasil kesepakatan Musrenbang Jangka
LAPORAN PENDAHULUAN 17
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
Panjang Daerah. Rancangan akhir ini disampaikan kepada Kepala Daerah, dan
selanjutnya diproses untuk ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
d Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah
Untuk memenuhi perundang-undangan yang berlaku, maka RPJP Daerah provinsi
ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambatnya 3 (tiga) bulan setelah penetapan
RPJP Nasional. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah kabupaten/kota
dilakukan, selambatnya 3 (tiga) bulan setelah penetapan RPJP Daerah provinsi.
Dengan demikian RPJP Daerah merupakan dokumen perencanaan jangka panjang
daerah yang menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah. Disamping itu
dijelaskan pula bahwa rancangan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah
Kabupaten/Kota dikonsultasikan kepada Gubernur cq. Bappeda Provinsi, sebelum
ditetapkan.
2. Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Dalam UU No. 25 Tahun 2004 dan UU No. 32 Tahun 2004, penyusunan rencana
pembangunan jangka menengah akan menghasilkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra-SKPD) dengan dimensi waktu perencanaan 5 (lima) tahun.
Dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah mengandung muatan (substansi)
sebagai berikut:
a RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional,
memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan
umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat
Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif (Pasal 5 Ayat 2).
b Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat
Daerah serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif (Pasal 7 Ayat 1).
Pengertian "bersifat indikatif” dalam penjelasan Pasal 5 Ayat 2 adalah bahwa informasi,
baik tentang sumberdaya yang diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum
di dalam dokumen rencana ini, hanya merupakan indikasi yang hendak dicapai dan tidak
kaku.
Secara garis besar, tahapan penyusunan dan penetapan rencana pembangunan jangka
menengah daerah berdasarkan UU No. 25 tahun 2004 adalah sebagai berikut:
a Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM Daerah sebagai penjabaran dari
visi, misi, dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah, dan arah kebijakan keuangan
daerah (Pasal 14 Ayat 2);
b Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan rancangan Renstra-SKPD sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM
Daerah (Pasal 15 Ayat 3);
c Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJM Daerah dengan menggunakan rancangan
Renstra-SKPD dan berpedoman pada RPJP Daerah sebagai bahan bagi penyelenggaraan
Musrenbang Jangka Menengah (Pasal 15 Ayat 4);
d Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Daerah dalam
rangka menyusun RPJM Daerah diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara negara dan
mengikutsertakan masyarakat (Pasal 16 Ayat 4);
e Musrenbang Jangka Menengah Daerah dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan
setelah Kepala Daerah dilantik (Pasal 17 Ayat 2);
f Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJM Daerah berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Menengah Daerah (Pasal 18 Ayat 2);
LAPORAN PENDAHULUAN 18
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
g RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah Kepala Daerah dilantik (Pasal 19 Ayat 3);
h Renstra-SKPD ditetapkan dengan peraturan pimpinan satuan kerja perangkat daerah
setelah disesuaikan dengan RPJM Daerah (Pasal 19 Ayat 4).
Sedangkan dalam Surat Edaran Mendagri Nomor 050/2020/SJ Tahun 2005 perihal Petunjuk
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah, penyusunan dan penetapan RPJM
Daerah meliputi serangkaian tahapan sebagai berikut:
a Penyiapan Rancangan Awal RPJM Daerah
Rancangan awal RPJM Daerah yang disiapkan oleh Kepala Bappeda untuk mendapat
gambaran awal visi, misi, dan program Kepala Daerah terpilih yang memuat strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah, dan arah
kebijakan keuangan daerah. Muatan rancangan awal RPJM Daerah menjadi pedoman
bagi Kepala SKPD dalam penyusunan rancangan Renstra-SKPD.
b Penyiapan Rancangan Renstra-SKPD
Penyiapan rancangan Renstra-SKPD merupakan tanggung jawab Kepala SKPD yang
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM
Daerah dan SPM. Program dalam rancangan Renstra-SKPD adalah bersifat indikatif,
tidak mengabaikan keberhasilan yang sudah dicapai selama ini, dan diselaraskan
dengan program prioritas Kepala Daerah terpilih.
c Penyusunan Rancangan RPJM Daerah
Rancangan RPJM Daerah merupakan integrasi rancangan awal RPJM Daerah dengan
rancangan Renstra-SKPD, yang penyusunannya merupakan tanggung jawab Kepala
Bapeda dan menjadi masukan utama dalam Musrenbang Jangka Menengah Daerah.
d Penyelenggaraan Musrenbang Jangka Menengah Daerah
Musrenbang Jangka Menengah Daerah merupakan forum konsultasi dengan para
pemangku kepentingan pembangunan untuk membahas rancangan RPJM Daerah
dibawah koordinasi Kepala Bappeda. Musrenbang Jangka Menengah Daerah
dilaksanakan untuk mendapatkan komitmen para pemangku kepentingan
pembangunan yang menjadi masukan dalam penyempurnaan rancangan RPJM Daerah,
yang dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah Kepala Daerah terpilih dilantik.
e Penyusunan Rancangan Akhir RPJM Daerah
Penyusunan rancangan akhir RPJM Daerah merupakan tanggung jawab Kepala
Bappeda dengan masukan utama hasil kesepakatan Musrenbang Jangka Menengah
Daerah untuk disampaikan kepada Kepala Daerah, dan selanjutnya diproses untuk
ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
f Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah
Agar RPJM Daerah menjadi dokumen perencanaan jangka menengah daerah, maka
perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah paling lambat 3
(tiga) bulan sejak Kepala Daerah dilantik. Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJM
Daerah Kabupaten/Kota dikonsultasikan kepada Gubernur cq. Bappeda Provinsi,
sebelum ditetapkan. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah menjadi pedoman bagi
Kepala SKPD untuk menyempurnakan rancangan Renstra-SKPD menjadi Renstra-SKPD,
yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala SKPD.
3. Perencanaan pembangunan tahunan daerah
Dalam UU No. 25 Tahun 2004, penyusunan rencana pembangunan tahunan daerah akan
menghasilkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan
Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) dengan dimensi waktu perencanaan 1 (satu)
tahun. Dokumen perencanaan pembangunan tahunan daerah mengandung muatan
(substansi) sebagai berikut:
a RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat
rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja,
LAPORAN PENDAHULUAN 19
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
b Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu kepada
RKP, memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat.
Secara garis besar, tahapan penyusunan rencana pembangunan tahunan daerah
berdasarkan UU No. 25 tahun 2004 adalah sebagai berikut:
a Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJM
Daerah (Pasal 20 Ayat 2);
b Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja-SKPD sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD dan berpedoman
pada Renstra-SKPD (Pasal 21 Ayat 3);
c Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan
menggunakan Renja-SKPD (Pasal 21 Ayat 3);
d Musrenbang dalam rangka penyusunan RKPD diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara
pemerintahan (Pasal 22 Ayat 2);
e Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKPD (Pasal 22 Ayat 4);
f Musrenbang penyusunan RKPD dilaksanakan paling lambat bulan Maret (Pasal 23 Ayat
2);
g Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil Musrenbang (Pasal
24 ayat 2);
h RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD (Pasal 25 Ayat 2);
i RKPD ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah (Pasal 26 Ayat 2).
Sementara itu, dalam dua tahun terakhir, diterbitkan Surat Edaran Bersama Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri
perihal Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang yang bersifat tahunan dan
sementara, sambil menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah yang mengatur tata-cara
penyusunan dokumen perencanaan dan penyelenggaraan Musrenbang. Dalam SEB Meneg
PPN/Kepala Bappenas dan Mendagri Nomor 1181/M.PPN/02/2006 dan 050/244/SJ Tahun
2006 perihal Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2006 terdapat
ketentuan mengenai jadwal penyelenggaraan musrenbang yang perlu diperhatikan yakni:
a Musrenbang Desa/Kelurahan dan Musrenbang Kecamatan dilaksanakan sebelum
Musrenbang Kabupaten dan Kota;
b Musrenbang Daerah Kabupaten/Kota dilaksanakan sepanjang bulan Maret 2006;
c Rapat Koordinasi Pusat (Rakorpus) RKP dilaksanakan pada akhir bulan Februari 2006;
d Musrenbang Provinsi dilaksanakan pada bulan April, setelah penyelenggaraan
Musrenbang Daerah Kabupaten/Kota dan penyelenggaraan Rakorpus RKP;
e Musrenbang Nasional (Musrenbangnas) dilaksanakan pada akhir bulan April 2006,
setelah penyelenggaraan Musrenbang Provinsi.
Sistem Informasi adalah proses sistem dan prosedur pengelolaan, pengorganisasian informasi
dan komunikasi untuk menyediakan, mengolah dan menghasilkan informasi secara detil, teliti
dan tepat pada berbagai tingkatan fungsional, organisasi dan manajemen. Secara umum
sistem informasi yang digunakan dapat bersifat stand alone atau terintegrasi dengan jaringan
dan sistem yang lain (multi-user). Penggunaan kedua model tersebut sangat tergantung pada
tujuan, fungsi, dan kebutuhan user (pengguna) dari sistem tersebut.
LAPORAN PENDAHULUAN 20
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
Definisi SIG selalu berkembang, bertambah, dan bervariasi. Selain itu, SIG juga merupakan
suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu, dan
berkembang dengan cepat. Berikut merupakan pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)
diantaranya :
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan (capturing),
menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan
menampilkan data – data yang berhubungan dengan posisi – posisi di permukaan bumi.
SIG adalah kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang
memungkinkan untuk mengelola (manage), menganalisa, memetakan informasi spasial
berikut data atributnya (data deskriptif) dengan akurasi kartografi. (GIS Basic
Principle, Viak IT and Norwegian Mapping Authority,92).
SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan
memanipulasi informasi – informasi geografis, SIG dirancang untuk mengumpulkan,
menyimpan, dan menganalisa objek –objek dan fenomena dimana lokasi geografi
merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian,
SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam
menangani data yang bereferensi geografi; (a) masukan/input, (b) manajemen data
(penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi data, (d) keluaran/
output. (Aronoff, Stanley. “Geographic Information System: A Management
Perspective”, WDL Publications, Ottawa, Canada.89).
SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat
lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh,
menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua
bentuk informasi yang bereferensi geografi. (“Understanding GIS : The Arc Info
Method” Redlands, A: Environmental System Research Institute,90).
Jika definisi–definisi di atas diperhatikan, maka SIG dapat diuraikan menjadi beberapa sub-
sistem berikut :
Data Input :
Sub-sistem ini bertugas mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari
berbagai sumber. Sub-sistem ini pula bertanggung jawab dalam meng konversi atau
mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format yang akan digunakan
oleh SIG.
Data Output:
Sub-sistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis
data, baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti : tabel, grafik,
peta dan lain – lain.
Data Management:
Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut kedalam sebuah basis
data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di–update, dan di–edit.
Data Manipulation & Analysis:
Sub-sistem ini menentukan informasi–yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, sub-
sistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi
yang diharapkan.
LAPORAN PENDAHULUAN 21
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
Gambar 2-2
Gambar Sub Sistem SIG
DATA MANAGEMENT
SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem–sistem
komputer yang lain di tingkat fungsional dan jaringan. Sistem SIG terdiri dari beberapa
komponen berikut :
Perangkat Keras
Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari PC
desktop, workstations, hingga multi-user host yang dapat digunakan oleh banyak orang
secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki
ruang penyimpanan yang besar (hard disk), dan mempunyai kapasitas memory (RAM)
yang besar. Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk membangun SIG
adalah computer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter, scanner.
Perangkat Lunak
Bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun
secara modular dimana basis data memegang peranan kunci. Setiap sub-sistem (telah
dibahas sebelumnya) diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang
terdiri dari beberapa modul, hingga tidak mengherankan jika ada perangkat SIG yang
terdiri dari ratusan modul program (*.exe) yang masing–masing dapat dieksekusi
sendiri.
Data & Informasi Geografi
Data terdiri dari :
o Data spasial berupa peta tematik, misalnya berupa :
- Peta Batas Administrasi (Propinsi, Kabupaten, Kecamatan)
- Peta Penggunaan Lahan
- Peta Hidrografi
- Peta Jenis Tanah
- Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), dll.
o Data atribut berupa tabel-tabel tekstual, misalnya berupa :
- Tabel data potensi tiap kecamatan
- Tabel kondisi kependudukan Kabupaten Kutai Kartanegara
- Tabel kondisi perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara
LAPORAN PENDAHULUAN 22
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
Berbagai fitur standar yang dimiliki oleh sebuah Sistem Informasi Geografis adalah sebagai
berikut:
Operasi Spasial
Untuk menjawab apa yang dimaksud dengan operasi spasial, dapat dilihat pada tabel
berikut :
Nama Kota Latitude Longitude Populasi
London 51N 0 80
Zurich 47N 8E 25
Utrecht 52N 5E 40
Santa Barbara 34N 119W 50
Orono 45N 69W 30
Sebuah pertanyaan non-spasial yang muncul akan berbunyi : ”Berapakah populasi di
setiap lokasi ?”
Tentu saja pertanyaan di atas akan sangat mudah di jawab hanya dengan
menggunakan tools seperti spreadsheet sekalipun.
Namun sebuah pertanyaan spasial akan berbunyi : ”Berapakah populasi antara
pertengahan kota London dengan pertengahan Santa Barbara?” atau ”Manakah rute
terdekat untuk mencapai kota London dari Zurich?”
Pertanyaan di atas tidak akan bisa di jawab dengan hanya mengandalkan spreadsheet
biasa. Namun, dengan operasi spasial yang dimiliki oleh sebuah Sistem Informasi
Geografis, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut akan di jawab dengan mudah.
Data Linkage
Sebuah Sistem Informasi Geografis memiliki kemampuan untuk menghubungkan data
yang berkaitan menjadi sebuah informasi agregat yang sangat padat dan berisi
berbagai informasi yang dibutuhkan.
Exact Matching
Operasi ini terjadi apabila terdapat beberapa informasi yang memiliki kesamaan
atribut untuk ditampilkan dalam satu tabel. Misalnya, informasi populasi kota dapat
ditampilkan bersama-sama dengan luas kota, karena sama-sama memiliki atribut nama
kota.
Hierarchical Matching
Operasi ini terjadi apabila terdapat informasi yang satu memiliki detil informasi yang
lebih dalam dibanding yang lain, namun memiliki atribut yang sama untuk ditampilkan
dalam satu tabel. Misalnya, informasi populasi kota dapat ditampilkan secara hirarki
dengan populasi kecamatan dalam suatu kota, karena sama-sama memiliki atribut
nama kota.
Fuzzy Matching
Operasi ini terjadi apabila terdapat informasi yang sama sekali berbeda namun
memiliki kesamaan pada suatu daerah tertentu. Biasanya berhubungan dengan data
lingkungan. Untuk menyatukannya dapat dilakukan overlay kedua informasi tersebut.
Operasi ini biasa dilakukan atas peta perbatasan dengan kriteria yang berbeda (daerah
yang lebih besar dengan daerah yang lebih detail).
Dengan berbagai fitur di atas, sebuah Sistem Informasi Geografis dapat menjawab berbagai
pertanyaan berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN 23
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
Gambar 2-3
Gambar Arsitektur Sistem Geografis
Pada gambar di atas, Sistem Informasi Geografis sebagai representasi kondisi nyata dari real
world memiliki komponen berupa software tools + database tools. Sistem ini menerima query
dari seorang pengguna dan mengembalikan input berupa hasil query (dapat berupa data
spasial maupun non-spasial/relational atau gabungan keduanya).
Dari berbagai kebutuhan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara Pekerjaan Penyusunan SIG
untuk Perencanaan dan Kontrol Pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara, maka
kebutuhan akan sistem basis data menjadi kebutuhan utama. Berikut ini akan diuraikan
pemahaman dari pihak konsultan mengenai sistem basis data, serta berbagai teknologi yang
berhubungan dengan sistem tersebut.
Secara umum sistem basis data adalah mekanisme pengelolaan data yang memiliki aturan
baku dalam penyimpanan maupun penyajian data. Dikenal kemudian istilah Data Base
Management System (DBMS) yang merujuk pada berbagai perangkat lunak yang
dikembangkan untuk menangani pengelolaan data dengan aturan baku tersebut. Aturan baku
ini kemudian dikenal dengan nama Standard Query Language (SQL). Selain itu dikenal pula
istilah Remote Data Base Management System (RDBMS) yang merujuk pada DBMS yang dapat
diakses dari tempat yang jauh dari lokasi DBMS tersebut diinstal. Dengan adanya RDBMS
dikenal kemudian arsitektur basis data yang mengacu pada bagaimana sebuah DBMS dirancang
sedemikian rupa untuk menangani pengelolaan data pada sistem tersebar (kumpulan berbagai
sistem dengan platform -sistem operasi- yang berbeda satu dengan yang lain).
Berbagai arsitektur basis data yang dikenal saat ini antara lain:
Basis data tunggal
Pada arsitektur ini, sebuah basis data tunggal diakses oleh berbagai klien sebagai
penggunanya. Gambaran dari arsitektur basis data ini adalah sebagai berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN 24
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
Gambar 2-4
Gambar Arsitektur Basis Data Tunggal
Gambar 2-5
Gambar Arsitektur Basis Data Tersebar Replikasi Data
2) Distribusi penyimpanan
Dalam hal ini arsitektur tersebar dilakukan dengan tujuan membagi ruang
penyimpanan, sehingga akses ke data tertentu dilakukan di lokasi tertentu.
Biasanya dilakukan di tingkat regional, sehingga data yang tersimpan pada lokasi
yang berbeda menggambarkan karakteristik regional masing-masing. Gambaran
arsitektur basis data ini adalah sebagai berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN 25
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
Gambar 2-6
Gambar Arsitektur Basis Data Tersebar-Distribusi Penyimpanan
3) Hirarki penyimpanan
Dalam hal ini arsitektur tersebar dilakukan dengan tujuan membentuk hirarki
penyimpanan, dimana kantor pusat menyimpan semua data kantor regional,
sedangkan kantor regional menyimpan data kantor cabang, dan seterusnya.
Gambaran arsitektur basis data ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2-7
Arsitektur Basis Data Tersebar-Hirarki Penyimpanan
Business Intelligent
Pada arsitektur ini, lokasi basis data dapat terfokus di suatu lokasi (tunggal) atau
tersebar, dengan kata lain, arsitektur ini tidak mengenal pembagian lokasi secara
konseptual. Arsitektur ini lebih terfokus pada mekanisme optimasi penyajian data
dengan alur pemrosesan sebagai berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN 26
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
a) Data dari luar organisasi masuk melalui level operasional. Data ini berisi berbagai
informasi mengenai kegiatan operasional organisasi sehari-hari, sehingga dapat
digunakan untuk mekanisme input data mentah (raw data).
b) Pada saat data tersebut akan memasuki areal Data Warehouse, data akan
‘dibersihkan’, di ekstraksi, serta ditransformasikan sesuai standar format data di
dalam Data Warehouse.
c) Data kemudian disimpan dalam suatu media penyimpanan data (repository),
dapat berupa basis data relational maupun basis data multidimensional.
d) Decision Support System merupakan tahap berikutnya dari loop, dimana bagian
ini menyajikan berbagai data dalam Data Warehouse kepada Decision
Maker(Business Strategist). Penyajian data bervariasi dengan berbagai bentuk
seperti Reports yang sederhana hingga penggunaan Data Mining maupun On Line
Analytical Processing (OLAP).
e) Kemudian Decision Maker dapat mengarahkan bagian operasional organisasi untuk
melaksanakan strategi tertentu yang dianggap paling tepat.
Gambar 2-8
Arsitektur Business Intelligent
Yang dimaksud dengan fungsional basis data adalah merujuk kepada konten basis data, yang
nantinya menentukan dukungan dari DBMS bagi pengelolaan konten tersebut. Dalam hal ini
LAPORAN PENDAHULUAN 27
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
konten adalah jenis data yang akan disimpan di dalam basis data, yang dapat dibedakan
sebagai berikut:
a Data Relational
Data relational adalah kumpulan informasi yang memiliki hubungan keterkaitan satu
sama lain. Contoh:
a) Terdapat relasi antara data Daerah Administrasi dan Sebaran Mangrove sebagai
berikut:
Gambar 2-9
Gambar Relasi Daerah Administrasi dan Sebaran Mangrove
Relasi di atas dinamakan relasi many to one, karena setiap Daerah Administrasi
dapat ‘memiliki’ banyak Sebaran Mangrove, namun hanya ada satu Daerah
Administrasi untuk suatu Sebaran Mangrove.
b) Terdapat relasi antara data Sebaran Mangrove dan Kondisi Sosial Ekonomi sebagai
berikut:
Gambar 2-10
Relasi Sebaran Mangrove dan Kondisi Sosial Ekonomi
Relasi di atas dinamakan relasi one to one, karena hanya ada satu Sebaran
Mangrove untuk suatu Kondisi Sosial Ekonomi dan sebaliknya hanya ada satu Kondisi
Sosial Ekonomi yang dimiliki oleh suatu Sebaran Mangrove.
Pada jenis data relational dikenal referential integrity, dimana sebuah data akan
menentukan ada tidaknya data lain, sebagai berikut:
Cascade delete, penghapusan data ini akan menentukan penghapusan data
lainnya.
Cascade update, update data ini akan menentukan update data lainnya.
Do nothing update maupun penghapusan data ini tidak berdampak apapun pada
data lainnya.
LAPORAN PENDAHULUAN 28
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 2
TINJAUAN TEORITIS
b Data Spasial
Data spasial adalah kumpulan informasi yang sangat erat berhubungan dengan kondisi
geografis suatu daerah, yakni dengan pemetaan dan informasi di dalamnya. Secara
umum, data spasial dibedakan dalam 2 (dua) macam format sebagai berikut:
Vector, yakni data spasial yang terdiri dari kumpulan titik koordinat.
Raster, yakni data spasial yang terdiri dari citra suatu wilayah geografis.
Saat ini, berbagai perangkat lunak DBMS yang ada di pasaran sudah mendukung fungsional
basis data untuk menangani data relational. Dengan demikian berbagai relasi seperti many to
many, one to many (dan sebaliknya), maupun one to one dapat diimplementasikan dengan
mudah.
LAPORAN PENDAHULUAN 29
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
BAB 3
GAMBARAN UMUM
WILAYAH KABUPATEN
KUTAI KARTANEGARA
Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan Daerah Tingkat II yang termasuk wilayah provinsi
Kalimantan Timur.
Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara terletak pada posisi antara 115° 26’28” BT - 117°
36’43” BT serta terletak pada garis lintang dari 1° 28’21” LU - 1° 08’06” LS.
Secara administratif Kabupaten Kutai Kartanegara berbatasan dengan:
Kabupaten Malinau di Sebelah Utara.
Kabupaten Kutai Timur dan Selat Makasar di Sebelah Timur.
Kabupaten Panajem Pasir Utara dan Kota Balikpapan di Sebelah Selatan.
Kabupaten Kutai Barat di Sebelah Barat.
Kabupaten Kutai Kartanegara terdiri dari 18 kecamatan, 225 desa/kelurahan dengan luas
wilayah kabupaten 27.263,10 Km² (12,89% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur), dan
luas lautan diperkirakan 4.097 Km² (± 15%). Hal ini menunjukkan adanya potensi sumber daya
alam baik di daratan maupun lautan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi
masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara. Secara administratif batas wilayah kabupaten Kutai
Kartanegara dapat dilihat pada Gambar 3-1.
Adapun luas masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dilihat
pada Tabel 3-1.
LAPORAN PENDAHULUAN 30
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Gambar 3-1
Peta Batas Administrasi di Kabupaten Kutai Kartanegara
LAPORAN PENDAHULUAN 31
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Tabel 3-1
Luas Wilayah di Kabupaten Kutai Kartanegara
Dirinci Per Kecamatan Tahun 2008
1. Anggana 1.798,8
2. Kembang Janggut 1.923,9
3. Kenohan 1.302,2
4. Kota Bangun 1.143,74
5. Loa Janan 644,2
6. Loa Kulu 1.405,7
7. Marang Kayu 1.165,71
8. Muara Badak 939,09
9. Muara Jawa 754,5
10. Muara Kaman 3.410,1
11. Muara Muntai 928,6
12. Muara Wis 1.108,16
13. Samboja 1.045,9
14. Sanga-sanga 233,4
15. Sebulu 859,5
16. Tabang 7.764,5
17. Tenggarong 398,1
18. Tenggarong Seberang 437
Kabupaten Kutai Kartanegara 27.263,10
Sumber : Kabupaten Kutai Kartanegara Dalam Angka 2007.
LAPORAN PENDAHULUAN 32
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Berdasarkan data kependudukan yang terdapat dalam Kabupaten Kutai Kartanegara Dalam
Angka 2007 diketahui bahwa pada tahun 2002 penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara
sebanyak 459.965 jiwa. Pada tahun-tahun berikutnya mengalami peningkatan, yaitu pada
tahun 2003 menjadi 487.297 jiwa, pada tahun 2004 menjadi 510.448 jiwa, pada tahun 2005
menjadi 527.196 jiwa, dan pada tahun 2006 menjadi 542.233 jiwa. Pada periode tahun 2005 –
2006, meskipun secara keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara
mengalami peningkatan, beberapa kecamatan mengalami penurunan jumlah penduduk. Hal
ini terjadi karena adanya migrasi penduduk ke tempat lain. Berdasarkan data jumlah
penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara antara tahun 2002 hingga tahun 2006 diketahui bahwa
pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Kutai Kartanegara adalah 4,34 % per tahun.
Sejalan dengan pertumbuhan wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang telah berkembang
memacu pula terhadap perkembangan penduduknya. Indikasi tersebut tercermin dari semakin
tingginya tingkat kepadatan penduduk pada sebagian wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara,
terutama wilayah tengah walaupun secara keseluruhan relatif mengalami peningkatan. Hingga
tahun 2006 Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki rata-rata kepadatan penduduk sebesar 30
jiwa/Km². Kecamatan Tenggarong dan Sanga-sanga merupakan wilayah yang memiliki
kepadatan penduduk tertinggi dengan jumlah kepadatan masing-masing adalah sebesar 62
jiwa/Km² dan 51 jiwa/Km². Sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan
Anggana sebesar 5 jiwa/Km² dan Kecamatan Tabang sebesar 6 jiwa/Km².
Ketidakmerataan penyebaran kepadatan penduduk tersebut jika dilihat secara geografis
menyebabkan terjadinya tingkat perbedaan kepadatan yang cukup besar. Hingga tahun 2006,
LAPORAN PENDAHULUAN 33
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Tabel 3-2
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara
Tabel 3-3
Kepadatan Penduduk Dirinci Per Kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara
Tahun 2002-2006
LAPORAN PENDAHULUAN 34
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
pengolahan; listrik, gas, dan air minum; konstruksi dan bangunan; perdagangan, hotel dan
restoran; angkutan, lembaga keuangan; serta jasa. Struktur penduduk Kabupaten Kutai
Kartanegara berdasarkan lapangan usaha tersebut pada tahun 2006 ditunjukkan pada tabel
berikut.
Tabel 3-4
Struktur Penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara
Berdasarkan Lapangan Usaha
Tabel 3-5
Struktur Penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Indikator tingkat kesejahteraan penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dilihat dari
angka kemiskinan dan indikator kesehatan
Kesehatan
Salah satu masalah kependudukan di Indonesia dewasa ini adalah bagaimana
menurunkan tingkat fertilitas ke tingkat yang lebih rendah. Hal tersebut diperlukan
karena kelahiran adalah salah satu komponen yang mempengaruhi laju pertumbuhan
penduduk. Dengan adanya penurunan pada gilirannya akan dapat meningkatkan
kesejahteraan penduduk secara keseluruhan. Program Pemerintah melalui Keluarga
Berencana tidak hanya bertujuan menurunkan tingkat fertilitas tetapi juga bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menanamkan norma tentang keluarga
kecil bahagia sejahtera. Upaya pemerintah tersebut di atas telah berhasil menurunkan
LAPORAN PENDAHULUAN 35
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
tingkat fertilitas di Indonesia secara umum. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai sumber
data dimana TFR (Total Fertility Rate) yang sering digunakan sebagai ukuran fertilitas.
Keadaan ini disertai dengan pembangunan sosial ekonomi dan budaya yang membaik
seperti salah satunya peningkatan ekonomi rumah tangga melalui peranan wanita
dalam angkatan kerja. Di Kabupaten Kutai Kartanegara, TFR 1990 adalah sebesar 3,51
per wanita (SP 90) dan turun menjadi 2,81 per wanita di tahun 2000 (SP 2000), pada
tahun 2004 mencapai 2,66 per wanita. Angka TFR terus turun hingga pada tahun 2005
menjadi 2,64 per wanita, pengertian adalah secara hipotesis setiap wanita akan
melahirkan anak sebanyak 2,64 orang hingga berakhirnya masa reproduksinya, atau
untuk setiap 100 wanita melahirkan sebanyak 264 anak hingga berakhir masa
reproduksinya.
Kemiskinan
Berdasarkan data yang diperoleh dari survey Komite Penanggulangan Kemiskinan
Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2005, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kutai
Kartanegara cenderung mengalami penurunan, dimana tahun 2001 masih sebesar
85.400 orang (19,75% dari jumlah penduduk) menurun menjadi 75.400 orang (16,39%
dari jumlah penduduk) pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2003 jumlah penduduk
miskin menurun lagi menjadi sebanyak 72.900 orang (14,96% dari jumlah penduduk).
Pada tahun 2004 jumlah penduduk meningkat menjadi 75.404 orang (13,94% dari
jumlah penduduk). Tahun 2005 jumlah penduduk miskin menurun menjadi 70.385
orang atau sebesar 12,84% dari jumlah penduduk.
3.4 PEREKONOMIAN
LAPORAN PENDAHULUAN 36
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Gambar 3-2
Grafik Pola Penggunaan Tanah di Kabupaten Kutai Kartanegara
Tahun 2006
2%
Permukiman
6%
6%
15%
Sawah
2%
1% 1%
Pertanian Kering / tegalan
Kebun campur
Perkebunan
Semak, alang-alang,
ladang berpindah, bekas
galian
Tabel 3-6
Perkembangan PDRB di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2000-2006
PDRB ADH Berlaku PDRB ADH Konstan Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi
Tahun (Juta Rupiah) 2000 (Juta Rupiah) PDRB ADH Konstan 2000
Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas
2000 20.226.447 4.780.556 20.226.447 4.790.556 - -
2001 22.898.663 6.031.011 20.963.768 5.031.653 3,65 5,25
2002 24.641.700 6.980.438 21.405.448 5.267.785 2,11 4,69
2003 27.677.115 7.908.047 21.882.095 5.626.664 2,23 6,81
2004 35.458.334 9.023.517 23.320.488 6.115.631 6,57 8,69
2005 59.181.768 11.610.105 28.008.486 6.650.958 20,1 8,75
2006*) 66.578.947 14.527.285 28.365.465 7.439.359 1,27 11,85
Sumber: Kabupaten Kutai Kartanegara dalam Angka 2004/2005
Secara agregat, pertumbuhan ekonomi tanpa sektor migas di Kabupaten Kutai Kartanegara
pada periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Pada tahun 2001, laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas mencapai 5,03% dan ber
tumbuh menjadi 11,85% pada tahun 2006. Sementara itu, laju pertumbuhan dengan sektor
migas cenderung fluktuatif mengikuti harga minyak di pasaran dunia.
Struktur ekonomi Kabupaten Kutai Kartanegara antara tahun 2000 - 2006 relatif tidak
mengalami perubahan yang mendasar. Sektor pertambangan merupakan sektor yang
memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan Kabupaten Kutai Kartanegara, diikuti oleh
sektor pertanian. Pada tahun 2006, kedua sektor tersebut membentuk 92,32 % dari total PDRB
Kabupaten Kutai Kartanegara dan khusus untuk sektor pertambangan memberikan sumbangan
yang selalu meningkat. Pada periode tahun 2000 hingga 2006, sektor pertambangan dan
penggalian dengan sub sektor migas merupakan sektor yang sangat dominan (rata-rata di atas
75% dari total PDRB) dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Kartanegara.
Sektor yang juga memegang peranan penting dalam perekonomian Kutai Kartanegara adalah
LAPORAN PENDAHULUAN 37
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
sektor pertanian dengan sub sektor kehutanan. Sektor ini memberikan kontribusi terhadap
total PDRB rata-rata di atas 10%.
Tabel 3-7
Distribusi Persentase PDRB dengan Migas Atas Dasar Harga Berlaku
di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2000-2006 (%)
Tabel 3-8
Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Kutai Kartanegara Tanpa Migas
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000-2006
Total dan nilai produksi sektor-sektor tersebut selalu mengalami peningkatan, disebabkan
keduanya merupakan program prioritas pengembangan ekonomi Pemerintah Kabupaten Kutai
Kartanegara. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian Kabupaten Kutai
Kartanegara sebagian besar berasal dari kegiatan yang berbasis ekstraksi sumberdaya alam
dan pertumbuhan ekonominya bergantung pada keberlanjutan kegiatan sektor-sektor
tersebut. Hal ini menunjukkan di masa depan perlu dikembangkan inovasi baru dalam
pengembangan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan tidak hanya bergantung pada
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Pendapatan regional per kapita (PDRB dibagi dengan jumlah penduduk) Kabupaten Kutai
Kartanegara cenderung mengalami peningkatan. Walaupun jumlah penduduk Kabupaten Kutai
Kartanegara pada periode tahun 2000 – 2006 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,2%
per tahun, pendapatan regional per kapita mengalami pertumbuhan rata-rata di atas 10% per
tahun. Hal ini memberikan gambaran bahwa perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara
relatif stabil dan menunjukkan trend positif dalam hal pertumbuhan ekonomi.
LAPORAN PENDAHULUAN 38
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Tabel 3-9
Pendapatan Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita
di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2000-2006
A Pertanian
Pembangunan pertanian dalam arti luas meliputi, bidang pertanian tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan. Kabupaten Kutai Kartanegara
mempunyai potensi lahan pertanian yang cukup signifikan untuk dikembangkan sebagai
daerah pertanian baru di luar Jawa dan Sumatera. Ketersediaan lahan pertanian
diperkirakan seluas 2.584.269 Ha. terdiri dari lahan sawah 79.702 Ha, lahan kering
2.322.090 Ha dan lahan lainnya 282.477 Ha. Dari potensi yang ada, lahan sawah baru
dimanfaatkan 35.976 Ha (45,146 %) sedangkan untuk lahan kering sekitar 1.705.249 Ha
(76,74 %) dan lahan lainnya 21.418 Ha (7,58 %).
Potensi yang lain adalah adanya Sungai Mahakam sebagai sumber pengairan,
tersedianya alat dan mesin pertanian serta tersedianya Rice Processing Unit (RPU)
dengan kapasitas 50 ton/jam menjadikan Kabupaten Kutai Kartanegara surplus padi
setiap tahun dengan produksi padi sawah pada 2004 sebesar 183.845,22 ton dan padi
lading 15.192,17 ton. Dengan beberapa keunggulan ini telah menjadikan Kabupaten
Kutai Kartanegara sebagai lumbung pangan untuk Provinsi Kalimantan Timur dengan
kontribusi beras ± 50-60% per tahun. Perkembangan luas areal tanaman perkebunan
mencapai pertumbuhan rata-rata 4,27%, peningkatan terbesar pada perkebunan rakyat
tumbuh sebesar 7,98% pertahun sedangkan perkebunan besar meningkat sebesar rata-
rata 3,7% per tahun sedang perkebunan negara justru terjadi penurunan.
Sesuai jenis komoditas yang diusahakan, luas areal tertinggi terdapat pada tanaman
kelapa sawit (20,707 Ha) dengan pertumbuhan rata-rata 8,34 % per tahun.
Penyerapan terhadap tenaga kerja (sebagai petani dan buruh pabrik) di Kabupaten
Kutai Kartanegara sebanyak ± 32.980 orang terdiri dari petani 29.215 orang dan tenaga
kerja pada perusahaan perkebunan (pada 4 PBS) sekitar 3.765 orang.
Alat menangkap ikan menurut jenisnya dibedakan atas jaring insang hanyut sebanyak
25.008, bubu sebanyak- 58.147, jaring insang tetap sebanyak 34.263, pancing sebanyak
14.400, anco sebanyak- 18.265 dan lainnya sebanyak 72.137. Dari banyaknya jenis alat
penangkapan ikan tersebut, maka berikut ini akan dirincikan luas areal budidaya ikan,
dimana sampai dengan tahun terakhir luas areal budidaya tambak seluas 24.379 Ha
dengan produksi 15,3 ton dan nilai Rp.153.000. Luas areal budidaya kolam seluas 89,90
Ha dengan produksi 8.6821,4 ton dan nilai Rp.377.537.200. Sedangkan untuk produksi
dan nilai ikan perairan umum mencapai produksi 6.817,10 Ha dengan nilai
Rp.156.905.650.
Sampai dengan tahun 2004 pencapaian populasi ternak dapat dibedakan atas populasi
Sapi sebanyak 9.195 ekor, Kerbau 4.494 ekor, Kambing sebanyak 21.734 ekor, Domba
sebanyak- 13 ekor, Babi sebanyak 7.972 ekor. Untuk pencapaian populasi unggas
dibedakan atas Ayam Buras sebanyak 800.870 ekor, Ayam Potong 362.170 ekor, Ayam
Petelur 86,750 ekor, Itik sebanyak 126.464 ekor.
LAPORAN PENDAHULUAN 39
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Kebutuhan akan asupan gizi dari protein hewani didapatkan dari daging ternak dan
unggas, dimana sampai dengan tahun 2004 produksi ternak Sapi mencapai 212.214,70
Kg, Kerbau sebesar 19,607 Kg, Kambing sebesar 39,065,49 kg dan daging Babi sebesar
302.420,79 Kg. Produksi daging unggas sampai dengan tahun 2004 untuk Ayam Buras
mencapai 73.381,85 Kg, Ayam Potong mencapai 33.691.618,39 Kg, Ayam Petelur
mencapai 370.035,00 Kg, Itik mencapai 7.451.875,32 Kg dan untuk produksi telur Ayam
Petelur mencapai 573.612 Kg, Ayam Buras 347.797 Kg, Itik 634.543 Kg.
Untuk mengetahui potensi lahan (Ha) pertanian dan perkebunan beserta produksinya
(ton) yang terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun terakhir ini, maka
berikut ini dapat ditampilkan tabel potensi luas lahan beserta produksinya.
Tabel 3-10
Jenis Komoditi Beserta Luas Lahan dan Jumlah Produksi
di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2006
No Jenis Komoditi Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)
1 Padi Sawah 35.775 1.738.369,2
2 Padi Ladang 6.861 19.348,25
3 Palawija 3.519 27.153,08
4 Sayuran 3.249 28.680
5 Buah - 200.960
6 Perkebunan Rakyat 45.983,80 20.667,67
7 Perkebunan Karet 9.181,25 3.789,50
8 Perkebunan Lada 10.408 7.249,50
9 Perkebunan Kopi 3.870,50 1.198,08
10 Perkebunan Cengkeh 124,50 9,60
11 Perkebunan Kelapa 13.326,50 5.940,60
12 Perkebunan Kakao 1.463.10 369,70
13 Perkebunan Kapuk 107,00 21,35
14 Perkebunan Kemiri 1.087,20 272,03
15 Perkebunan Aren 201,50 26,45
16 Jambu Mente 114,50 16,66
17 Jahe 22,16 30,50
18 Panili 16,50 0,50
19 Pala 3,00 -
20 Kayu Manis 16,00 0,15
21 Pinang 35,50 0,50
22 Kelapa Sawit 4.611,84 1.740,00
Sumber : Diolah dari Kutai Kartanegara dalam Angka 2007
Secara umum komoditas tanaman padi (sawah dan ladang) dan palawija memberikan
kontribusi cukup besar kepada produksi sektor pertanian untuk Kabupaten Kutai
Kartanegara. Padi sawah merupakan komoditas dengan nilai produksi tertinggi
dibandingkan komoditas lainnya.
Adapun komoditas ubi kayu memberikan kontribusi tertinggi untuk produksi tanaman
palawija di Kabupaten Kutai Kartanegara. Gambaran perkembangan produksi tanaman
padi dan palawija di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3-11
Produksi Tanaman Padi dan Palawija (Ton) di Kabupaten Kutai Kartanegara
Tahun 2000-2004
LAPORAN PENDAHULUAN 40
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Adapun Luas hutan menurut tata guna hutan. Kesepakatan tahun 2003- 2004 adalah:
1) Kawasan Budidaya Kehutanan (K-BK) seluas 1.647.797 Ha:
Hutan Lindung / Protection Are Forest seluas 239.816 Ha.
Hutan Suaka Alam dan Wisata / Park and Reserve Forest seluas 68.884 Ha.
Hutan Produksi Tetap/Definitive seluas 806.128 Ha.
Hutan Pendidikan dan Penelitian / Education and Research Forest seluas
14.099 Ha.
2) Kawasan Hutan Non Budidaya Kehutanan (KBNK) seluas 989.960 Ha.
B Pertambangan
Kegiatan pertambangan di Kabupaten Kutai Kartanegara mencakup pertambangan
migas dan non migas. Dari kegiatan tersebut, minyak bumi dan gas alam merupakan
hasil tambang yang sangat besar pengaruhnya dalam perekonomian Kabupaten Kutai
Kartanegara khususnya, dan Provinsi Kalimantan Timur pada umumnya, karena hingga
kini kedua hasil tambang tersebut merupakan komoditi ekspor utama. Perkembangan
produksi batu bara misalnya, pada tahun 2004 produksinya mencapai 11.751.667,49
metrik ton.
Tabel 3-12
Produksi Batu Bara Berdasarkan Perusahaan di Kabupaten Kutai Kartanegara
Tahun 2002 – 2004 (M. Ton)
Perusahaan Tahun
No
Coal Company 2002 2003 2004
1. PT. Multi Harapan Utama 861.929,00 1.574.456,00
2. PT. Tanito Harum 1.831.263,81 2.083.041,91
3. PT. Bukit Baiduri Enterprises 699.514,83 195.042,70
4. PT. Fajar Bumi Sakti 100.454,00 70.387,38
5. PT. Anugrah Bara Kaltim 1.579.703,00 2.478.749,00
6. PT. Kitadin 1.849.414,00 2.291.493,00
7. PT. Welarco Subur Jaya 330,772
8. PT. Kartika Selabumi Mining 253.342,90
9. KUD Tani Maju 68,18
10. Koperasi Tahta Pokmas IDT 33.045,18
Jumlah 6.922.278,63 8.979.957,02 15.902.235,65
Sumber : Diolah dari Kutai Kartanegara dalam Angka, 2004
LAPORAN PENDAHULUAN 41
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
sebanyak 10.465 orang. kemudian pada unit Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan
sebanyak 1.445 orang.
Nilai investasi yang dicapai pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 136.885.642.000,-
dengan nilai produksi keseluruhan mencapai Rp. 3.676.893.343.966, dimana investasi
terbesar berada pada kelompok industri kimia yakni sebesar Rp. 129.776.142.000,-
dengan nilai produksi sebesar Rp. 3.693.170.779.906 dan disusul oleh kelompok
industri logam dengan nilai investasi sebesar Rp. 7.109.500.000,- dengan nilai produksi
sebesar Rp. 37.722.564.060.
Pola penggunaan lahan pada hakekatnya merupakan gambaran pemanfaatan ruang dari hasil
jenis usaha dan tingkat teknologi di suatu wilayah dan sejauhmana aktivitas manusia dalam
memanfaatkan sumber daya tanah, baik oleh Pemerintah, Swasta maupun Masyarakat untuk
mencapai kesejahteraan hidupnya. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara
sesuai dengan pola penyebaran penduduk yang ada. Akumulasi penduduk sebagian besar
terdapat pada lokasi-lokasi yang dikembangkan oleh pemerintah, seperti: pusat perdagangan,
pusat industri, lokasi transmigrasi, dimana daerah-daerah tersebut sudah mempunyai sarana
dan prasarana yang memadai. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara, terdiri
atas:
A Permukiman
Wilayah permukiman ini meliputi : perumahan, emplacement, perkantoran, tempat
olah raga, taman, kuburan, baik yang di perkotaan maupun di pedesaan terutama
permukiman transmigrasi, dengan luas 16.039 Ha atau 0,61 % dari luas wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara.
B Sawah
Persawahan yang terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegara sangat terbatas luasnya,
hal ini disebabkan karena keadaan topografinya umumnya bergelombang. Penggunaan
sawah dengan sistem pengairan sederhana atau sawah tadah hujan dengan 1 (satu) kali
tanam setahun atau tidak jarang satu kali tanam dalam jangka waktu dua tahun. Luas
persawahan ini adalah 53.437 Ha atau 2,05 % dari luas wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara.
C Tegalan / Pertanian Lahan Kering
Tegalan adalah penggunaan lahan kering yang ditanami palawija dan tanaman
holtikultura. Luasnya mencapai 183.807 Ha atau 3,97 % dari luas wilayah Kabupaten
Kutai Kartanegara.
D Kebun Campuran dan Tegalan
Kebun campuran adalah penggunaan lahan kering yang sifatnya menetap atau
kombinasi tanaman semusim dan tanaman keras, tidak bisa ditentukan jenis mana yang
menonjol seperti kopi, lada, durian, nangka, rambutan dan lain-lain. Luas kebun
campuran adalah 41.489 Ha atau 1,59 % dari luas wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara.
E Perkebunan
Perkebunan yang dimaksudkan disini adalah jenis tanaman keras monokultur baik
Perkebunan Rakyat, Kebun Besar Swasta, maupun Kebun Negara. Terapan
pembinaannya menggunakan 4 (empat) pola, yaitu : pola Parsial atau Swadaya, pola
UPP, pola PIR/NES, dan pola Perkebunan Besar Negara/Swasta. Jenis budidaya utama
yang mendapat pembinaan secara khusus adalah karet, kelapa, kopi, lada, kakao,
kelapa sawit, dan cengkeh sedangkan budidaya lainnya bersifat introduksi dan
dikembangkan secara diversifikasi seperti pala, panili, aren, jambu mente dan aneka
tanaman lainnya. Luas perkebunan adalah 34.812 Ha atau 1,33 % dari luas wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara.
LAPORAN PENDAHULUAN 42
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
F Hutan
Hutan di Kabupaten Kutai Kartanegara terdiri dari hutan lebat, hutan belukar, dan
hutan rawa dan hutan sejenis. Hutan lebat umumnya terdapat pada ketinggian 500
meter di atas permukaan laut. Jauh di pedalaman hutan belukar terdapat di antara
perladangan dan hutan lebat, sedangkan hutan rawa terdapat pada daerah yang selalu
tergenang seperti di daerah pantai. Luas hutan adalah 21.858,237 Ha atau 71,15 % dari
luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
G Danau/Rawa
Danau adalah areal dengan penggenangan permanen yang dasarnya dalam, terjadi
secara alami. Danau yang ada seluas 58.441 Ha atau 2,24 % dari luas wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara. Rawa adalah areal dengan penggenangan permanen
yang dasarnya dangkal, tetapi belum cukup dangkal untuk dapat ditumbuhi tumbuh-
tumbuhan besar dari dasarnya, sehingga umumnya ditumbuhi rerumputan. Rawa yang
ada seluas 12.082 Ha atau 0,46 % dari luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
H Ladang, Semak dan Alang-alang
Ladang adalah penggunaan lahan kering yang sifatnya tidak menetap tetapi berpindah-
pindah. Lahan umumnya ditanami padi-padian, adakalanya diselingi tanaman semusim.
Ladang berpindah ini merupakan usaha tani secara tradisional yang diwariskan
masyarakat pedalaman. Bercocok tanam seperti ini dianggap cara yang paling murah
dan mudah dikerjakan. Para petani akan meninggalkan tanah garapannya bila
produksinya sudah mulai berkurang, kemudian mencari lokasi baru yang masih subur
sedangkan semak dan alang-alang merupakan bekas perladangan yang ditinggalkan
oleh penggarap. Luas ladang, semak, dan alang-alang adalah seluas 433.346 Ha atau
sekitar 16,59 % dari luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dari waktu ke waktu akan
mengalami perubahan, hal ini disebabkan karena adanya aktivitas manusia antara lain
kegiatan eksploitasi hutan oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH), kegiatan berpindah
oleh petani tradisional, pertumbuhan industri dan pertambangan serta pertumbuhan
penduduk yang sangat cepat sehingga dalam kurun waktu yang relatif singkat kegiatan-
kegiatan ini akan merubah penggunaan lahan dari tahun ke tahun, baik di perkotaan maupun
di pedesaan. Perubahan penggunaan yang cepat terjadi adalah perubahan hutan lebat
menjadi hutan belukar dan perubahan hutan lebat menjadi perladangan, alang-alang dan
semak belukar. Sedangkan pada daerah-daerah yang penduduknya sudah menetap seperti di
sekitar pusat kecamatan atau desa/kelurahan akan terjadi perubahan penggunaan lahan dari
perladangan dan hutan belukar menjadi pertanian menetap dan kebun campuran. Perubahan
lain adalah karena timbulnya perkebunan-perkebunan besar di Kabupaten Kutai Kartanegara
seperti PTPN XIII, PT. HASFARM, PT. REA KALTIMPLANTATIONS dan kelompok-kelompok tani
lainnya.
Tabel 3-13
Penggunaan Lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2005
LAPORAN PENDAHULUAN 43
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Penggunaan lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2006 didominasi oleh
penggunaan hutan, yang terdiri dari hutan belukar, hutan lebat, hutan rawa & hutan tanaman
industri dengan luas lahan untuk hutan mencapai 1.858.237 Ha atau 68,16 % dari total luas
wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Penggunaan lahan yang lainnya adalah permukiman
160.369 Ha atau 5,88 %; sawah dengan luas 53.437 Ha atau 1,96%; pertanian kering/tegalan
183.807 Ha atau 6,74%; kebun campur 41.489 Ha atau 1,52 %; perkebunan 34.812 % atau 1,28
%; danau, rawa, tambak dan sungai 70.523 Ha atau 2,59 %; serta semak, alang-alang, ladang
berpindah dan bekas galian 433.346 atau 15,89 %.
Tabel 3-14
Luas Penggunaan Tanah di Kabupaten Kutai Kartanegara
Tahun 2006
Luas Areal
No Penggunaan Lahan (%)
(Ha)
1 Permukiman 160.369 5,88
2 Sawah 53.437 1,96
3 Pertanian Kering / tegalan 183.807 6,74
4 Kebun campur 41.489 1,52
5 Perkebunan 34.812 1,28
6 Hutan (Hutan Belukar, hutan lebat, hutan rawa, hutan 1.858.237 68,16
tanaman industri
7 Danau, Rawa, Tambak, Sungai 70.523 2,59
8 Semak, alang-alang, ladang berpindah, bekas galian 433.346 15,89
Kabupaten Kutai Kartanegara 2.726.310,00 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara, 2007 – 2012
3.6 TRANSPORTASI
Sistem transportasi yang akan dibahas meliputi aksesibilitas, transportasi darat, transportasi
air/sungai, transportasi laut dan transportasi udara.
A. Jaringan Jalan
Pengembangan Jalan Kabupaten Kutai Kartanegara
diselaraskan dengan pembangunan jalan trans
Kalimantan ini dimulai dari Kelurahan Sungai
Merdeka Kecamatan Samboja, sampai Loa Janan,
selanjutnya dari batas Kota Samarinda sampai ke
Kota Bontang.
Pembangunan Jembatan Kutai Kartanegara telah
membuka jalur transportasi Tenggarong -
Tenggarong Seberang - Samarinda dengan jarak ±
25 Km. Jembatan Martadipura yang telah selesai
dibangun dengan panjang 395 Meter dan Lebar 6
Meter, terletak di Desa Liang Kota Bangun yang Jalan Trans Kalimantan yang menghubungkan
membuka isolasi daerah pedalaman di Kabupaten antara Kecamatan Tenggarong Seberang
dengan Kecamatan Tenggarong
Kutai Kartanegara dengan menghubungkan jalur
darat antara Kota bangun, Kembang Janggut,
Tabang, dan Kenohan.
Total panjang jaringan jalan yaitu 1.117,94 Km, dimana panjang jalan berdasarkan
Tipe Permukaan Jalan yaitu tipe permukaan jalan aspal 379,48 Km, batu 123,6 Km,
semen 47,56 Km, kerikil 192,95 Km, tanah 374,35 Km. Panjang Jalan berdasarkan
LAPORAN PENDAHULUAN 44
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Kondisi Jalan yaitu kategori baik sekitar 131,11 Km, kategori sedang 269,73 Km, rusak
474,81 Km, dan rusak berat 242,29 Km.
Dari 179 desa yang dapat dijangkau dengan jalan darat tahun 2005, terdapat 124
desa/kelurahan yang kualitas permukaan jalan daratnya berasal dari aspal atau jalan
diperkeras artinya masih ada 55 desa lagi atau 27,92 persen yang permukaan jalannya
masih berasal dari tanah atau lainnya. Menurut Studi Identifikasi Desa Gerbang Dayaku
tahun 2000 jenis permukaan jalan yang berasal dari tanah ketika itu terdapat di 114
desa (76%), dan sisanya (24%) jenis permukaan dari aspal atau jalan batu. Dengan
demikian dapat dipastikan pelaksanaan program Gerbang Dayaku di bidang
infrastruktur selama ini berdampak pada peningkatan kualitas jalan yang pada
akhirnya persoalan pendistribusian barang dan jasa dalam rangka kegiatan ekonomi
penduduk dapat berjalan dengan lancar.
Tabel 3-15
Jumlah Desa/ Kelurahan di Kabupaten Kutai Kartanegara Yang Dapat Dilalui
Dengan Jalan Darat Dirinci Berdasarkan Jenis Permukaan Jalan Yang Terluas
Tahun 2005
Sampai dengan tahun 2006 total panjang jaringan jalan di Kabupaten Kutai
Kartanegara yaitu sepanjang 1.573,30 Km. Ditinjau dari tipe permukaan jalan, hanya
370,76 km (23,57 % dari total panjang jalan Kabupaten Kutai Kartanegara) yang
memiliki tipe permukaan jalan aspal, selebihnya masih berupa kerikil atau tanah.
Berdasarkan kondisi jalan, jalan di Kabupaten Kutai Kartanegara yang termasuk
kedalam kategori baik hanya sepanjang 279,92 Km (18,67 % dari total panjang jalan
Kabupaten Kutai Kartanegara) serta kategori sedang sepanjang 490,01 Km (32,68 %
dari total panjang jalan Kabupaten Kutai Kartanegara) sedangkan sisanya termasuk
rusak dan rusak berat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prasarana jalan di
Kabupaten Kutai Kartanegara masih kurang memadai untuk menunjang sektor
pariwisata.
LAPORAN PENDAHULUAN 45
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Tabel 3-16
Panjang Jalan di Kabupaten Berdasarkan Jenis Permukaan Jalan (Km)
Tahun 2006
Tabel 3-17
Panjang Jalan Berdasarkan Kondisi Jalan di Kabupaten Kutai Kartanegara (Km)
Tahun 2006
Kondisi Jalan
Kecamatan Rusak Jumlah
Baik Sedang Rusak
Berat
Samboja 22,14 24,64 21,28 9,81 77,87
Muara Jawa 6,9 4,83 - - 11,73
Sanga-Sanga 3,27 16,06 15,99 - 35,32
Loa Janan 2,02 18,57 - - 20,59
Loa Kulu 11,66 46,21 42,55 3,75 104,17
Muara Muntai - 7,5 41,27 - 48,77
Muara Wis - 18,85 19,45 8,16 46,46
Kota Bangun - 20,49 50,69 2,88 74,06
Tenggarong 40,61 46,23 65,05 28,89 180,78
Sebulu 1,24 46,88 80,12 19,7 147,94
Tenggarong Seberang 20,38 33,16 58,96 9,32 121,82
Anggana 6,01 11,55 25,67 1,44 44,67
Muara Badak 29,63 42,01 8,71 0 80,35
Marang Kayu 15,48 46,5 68,44 0 130,42
Muara Kaman 10,34 43,55 62,16 11,86 127,91
Kenohan 37,55 9,1 7,02 19,43 73,1
Kembang Janggut 12,78 33,5 44,66 - 90,94
Tabang 59,91 20,38 2,28 82,57
Kabupaten Kutai Kartanegara 279,92 490,01 614,3 115,24 1.499,47
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Kartanegara
B. Terminal
Berdasarkan RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara, jaringan trayek angkutan umum di
Kabupaten Kutai Kartanegara ada 12 trayek angkudes dan angkot, dimana untuk
angkutan kota di Tenggarong belum terikat dalam rute angkutan yang tetap. Dari sisi
pandang jangkauan pelayanan, dengan jumlah 12 trayek tersebut masih ada beberapa
kawasan yang belum terlayani.
Untuk menunjang kemudahan transportasi darat, terminal penumpang kendaraan
bermotor roda 4 atau lebih dirasa penting keberadaannya. Di Kabupaten Kutai
LAPORAN PENDAHULUAN 46
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Tabel 3-19
Jumlah Desa/ Kelurahan di Kabupaten Kutai Kartanegara
Dirinci Menurut Keberadaan Terminal Penumpang Kendaraan Bermotor
Roda 4 Atau Lebih Tahun 2005
Keberadaan Terminal Penumpang Roda 4 atau Lebih
No. Kecamatan
Ada Tidak Jumlah
1 Anggana 0 8 8
2 Kembang Janggut 0 11 11
3 Kenohan 0 8 8
4 Kota Bangun 1 19 20
5 Loa Janan 1 7 8
6 Loa Kulu 0 9 9
7 Marang Kayu 1 10 11
8 Muara Badak 2 10 12
9 Muara Jawa 1 6 7
10 Muara Kaman 0 19 19
11 Muara Muntai 0 12 12
12 Muara Wis 0 7 7
13 Samboja 2 19 21
LAPORAN PENDAHULUAN 47
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
LAPORAN PENDAHULUAN 48
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
yang dapat dimanfaatkan untuk pergerakan orang dan barang dengan panjang 920 km
dengan panjang yang dapat di layari sepanjang 700 km.
Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki 31 sungai dan 16 danau, dimana
keberadaan danau dan sungai tersebut dimanfaatkan penduduk khususnya di daerah
pedalaman untuk transportasi air yang menghubungkan antar desa/kelurahan.
Tabel 3-20
Daftar Sungai Di Kabupaten Kutai Kartanegara
Tabel 3-21
Nama Danau di Kabupaten Kutai Kartanegara
LAPORAN PENDAHULUAN 49
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Tabel 3-22
Fasilitas Dermaga di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2006
Nama
Jumlah Panjang Luas
No Nama Dermaga Alur Lokasi
(Unit) (m) (m²)
Sungai
1 Sukma Wira Mahakam Tenggarong 1 12 48
2 Teplan Pandan Mahakam Tenggarong 1 12 48
3 Pediwa Mahakam Tenggarong 1 12 48
Seberang
4 Penyeberangan Mahakam Tenggarong 1 30 450
Pulau Kurnala
5 Muara Kaman Mahakam Ware 1 16,8 67
Kaman
6 Kota Bangun Mahakam Kota 1 12 96
Bangun
7 Muara Muntai Mahakam Muara 1 26 104
Muntai
8 Sungai Medam Mahakam Anggana 1 26 156
9 Hand 11 Mahakam Muara Jawa 1 20 160
Sumber :RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2006
3.7.1 Sarana
A Sarana Peribadatan
Kondisi eksisting jumlah sarana peribadatan pada tahun 2004 untuk setiap kecamatan
di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sebagai berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN 50
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Tabel 3-23
Jumlah Sarana Peribadatan di Kabupaten Kutai Kartanegara
Tahun 2006
Gereja Gereja
No Kecamatan Mesjid Langgar Musholla Jumlah
Katholik Protestan
1. Samboja 56 64 0 3 12 135
2. Muara Jawa 21 23 4 0 2 50
3. Sanga-Sanga 8 22 2 1 1 34
4. Loa Janan 34 32 2 2 4 74
5. Loa Kulu 38 51 1 0 5 95
6. Muara Muntai 13 20 2 2 2 39
7. Muara Wis 8 10 0 0 0 18
8. Kota Bangun 30 25 1 2 2 60
9. Tenggarong 30 69 25 21 9 154
10. Sebulu 25 29 8 3 1 66
11. Tenggarong Seberang 35 60 2 1 8 106
12. Anggana 24 14 7 1 2 48
13. Muara Badak 35 21 3 1 7 67
14. Marang Kayu 34 38 2 1 6 81
15. Muara Kaman 32 18 3 1 1 55
16. Kenohan 7 8 0 0 3 18
17. Kb Janggut 12 16 0 0 6 34
18. Tabang 4 4 0 7 15 30
Jumlah Tahun 2006 446 524 62 27 86 1145
Tahun 2005 443 524 62 27 86 1142
Sumber: Data Kabupaten Kutai Kartanegara dalam Angka, 2006
LAPORAN PENDAHULUAN 51
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
3.7.2 Prasarana
A Prasarana Telekomunikasi
Dengan semakin meningkatnya perkembangan suatu daerah, maka kebutuhan akan
prasarana telekomunikasi akan semakin meningkat pula. Kebutuhan telepon bagi
Kabupaten Kutai Kartanegara akan terus meningkat tahun demi tahun.
Prasarana telekomunikasi khususnya jaringan telepon di wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara baru menjangkau 7 (tujuh) kecamatan dari 18 (delapan belas) kecamatan
di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang jaringannya sudah menjangkau seluruh
wilayah kecamatan. Ketujuh kecamatan tersebut adalah Kecamatan Tenggarong,
Muara Badak, Loa Janan, Kota Bangun, Loa Kulu, Samboja dan Muara Jawa. Sedangkan
untuk kecamatan lainnya, baru menjangkau sebagian wilayah kecamatannya dengan
jumlah sambungan yang masih terbatas. Meskipun prasarana jaringan telepon di
wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara belum menjangkau seluruh wilayah kabupaten,
namun kebutuhan telekomunikasi penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara juga
dipenuhi oleh sistem telepon nirkabel.
Tabel 3-24
Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Kutai Kartanegara Dirinci Menurut Keberadaan
Telepon Umum Koin/Kartu yang Masih Aktif Tahun 2005
Tabel 3-25
Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Kutai Kartanegara Dirinci Menurut Keberadaan
Wartel/Kiospon/Warpostel/Warparpostel Tahun 2005
Keberadaan Wartel/Kiospon/Warpostel/Warparpostel
No Kecamatan
Ada Tidak Jumlah
1 Samboja 17 4 21
2 Muara Jawa 3 4 7
3 Sanga-Sanga 3 2 5
4 Loa Janan 6 2 8
5 Loa Kulu 6 3 9
6 Muara Muntai 0 12 12
7 Muara Wis 0 7 7
LAPORAN PENDAHULUAN 52
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Keberadaan Wartel/Kiospon/Warpostel/Warparpostel
No Kecamatan
Ada Tidak Jumlah
8 Kota Bangun 6 14 20
9 Tenggarong 12 1 13
10 Sebulu 9 4 13
11 Tenggarong Seberang 13 5 18
12 Anggana 7 1 8
13 Muara Badak 5 7 12
14 Marang Kayu 7 4 11
15 Muara Kaman 5 14 19
16 Kenohan 0 8 8
17 Kembang Janggut 5 6 11
18 Tabang 3 15 18
Kabupaten Kutai Kartanegara 107 113 220
Sumber :BPS, Podes SE 2006.
Sementara itu fasilitas komunikasi lain yang bersifat lebih konvensional yaitu pos,
keberadaannya relatif lebih merata di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Kutai
Kartanegara. Dari 18 (delapan belas) kecamatan hanya 2 (dua) yang tidak memiliki
kantor pos dan sejenisnya, yaitu kecamatan Marang Kayu dan Kenohan. Tabel berikut
menunjukkan keberadaan kantor pos dan sejenisnya di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Tabel 3-26
Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Kutai Kartanegara Dirinci Menurut Keberadaan Kantor
Pos/Pos Pembantu/Rumah Pos Tahun 2005
Keberadaan Kantor Pos/ Pos Pembantu/ Rumah Pos
No Kecamatan
Ada Tidak Jumlah
1 Samboja 2 19 21
2 Muara Jawa 1 6 7
3 Sanga-Sanga 1 4 5
4 Loa Janan 2 6 8
5 Loa Kulu 1 8 9
6 Muara Muntai 1 11 12
7 Muara Wis 1 6 7
8 Kota Bangun 2 18 20
9 Tenggarong 3 10 13
10 Sebulu 3 10 13
11 Tenggarong Seberang 3 15 18
12 Anggana 1 7 8
13 Muara Badak 1 11 12
14 Marang Kayu 0 11 11
15 Muara Kaman 1 18 19
16 Kenohan 0 8 8
17 Kembang Janggut 1 10 11
18 Tabang 1 17 18
Kabupaten Kutai Kartanegara 25 195 220
Sumber : BPS, Podes SE2006
LAPORAN PENDAHULUAN 53
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Tabel 3-27
Cakupan Pelayanan Air Bersih PDAM di Kabupaten Kutai Kartanegara
Sumber Air Baku Unit Transmisi dan Distribusi
Kapasitas Cakupan
No Kecamatan Jenis Jarak Ke Kapasitas Kondis Panjang
Minimum Jenis Pengolahan Kondisi Pelayanan (%)
Sumber Pelayanan (m) Terpasang (l/dt) i (m)
(l/dt)
1 Anggana Air Tak Terhingga 950 IPA 10 Baik 27,240 Baik 19
Permukaan
2 Kembang Air Tak Terhingga 750 IPA 5 Baik 7,605 Baik 81
Janggut Permukaan
3 Kenohan Air Tak Terhingga 650 IPA 5 Baik 7,605 Baik 58
Permukaan
4 Kota Bangun Air Tak Terhingga 900 IPA 32,5 Baik 5,065 Baik 58
Permukaan
5 Loa Janan Air Tak Terhingga 600 IPA 60 Baik 50,279 Baik 54
Permukaan
6 Loa Kulu Air Tak Terhingga 300 IPA 20 Baik 21,000 Baik 25
Permukaan
7 Marang Kayu Air Tak Terhingga 800 IPA 12,5 Baik 175,020 Baik 38
Permukaan
8 Muara Badak Air Tanah 10 400 IPA + AERASI 5 Baik 21,356 Baik 15
9 Muara Jawa Air Tanah 30 400 IPA + AERASI 22,5 Baik 40,500 Baik 52
10 Muara Kaman Air Tak Terhingga 950 IPA 5 Baik 5,872 Baik 42
Permukaan
11 Muara Muntai Air Tak Terhingga 700 IPA 12,5 Baik 20,080 Baik 87
Permukaan
12 Muara Wis Air Tak Terhingga 700 IPA 5 Baik 4,118 Baik 46
Permukaan
13 Samboja Air Tak Terhingga 1.000 IPA 30 Baik 29,875 Baik 31
Permukaan
+ Air Tanah
14 Sanga-sanga Air Tak Terhingga 2.000 IPA + 10 Baik 16,198 Baik 51
Permukaan AERASI
+ Air Tanah
15 Sebulu Air Tak Terhingga 800 IPA 20 Baik 34,519 Baik 60
Permukaan
16 Tabang Air Tak Terhingga 650 IPA 5 Baik
Permukaan
17 Tenggarong Air Tak Terhingga 700 IPA Lengkap 175 Baik 75
permukaan
18 Tenggarong Air Tak Terhingga 3.500 IPA 31,5 Baik 56,927 Baik 36
Seberang Permukaan
Sumber: PDAM Tirta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara, 2006
LAPORAN PENDAHULUAN 54
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Tabel 3-28
Kapasitas Produksi Air Minum oleh PDAM di Kabupaten Kutai Kartanegara per Bulan Tahun 2004 – 2006
Kapasitas 2004 (Ltr/Dtk) Produksi 2004 Kapasitas 2005 (Ltr/Dtk) Produksi 2005 Kapasitas 2006 (Ltr/Dtk) Produksi 2006
No. Bulan
Potensial Riil (M³) Potensial Riil (M³) Potensial Riil (M³)
1. Januari 418 319 842.268 457,5 414,58 963.461 511,5 420,2 963.906
2. Februari 418 385 833.873 457,5 424,3 961.842 511,5 437,8 997.425
3. Maret 418 392 802.989 457,5 418,01 897.430 511,5 455,01 959.288
4. April 423 395 820.113 457,5 437,51 964.254 526,5 427,6 979.981
5. Mei 428 406 833.614 505,5 456,5 972.960 526,5 457,8 1.031.826
6. Juni 433 415 835.360 505,5 447,37 958.331 526,5 436,97 1.032.551
7. Juli 433 422 865.433 510,5 470,82 963.214 526,5 459,4 1.042.561
8. Agustus 433 419 901.136 520,5 483,04 990.907 546,5 461,7 1.049.052
9. September 433 437 926.275 520,5 477,48 1.037.885 546,5 487,5 1.096.251
10. Oktober 433 427 914.241 520,5 487,75 1.060.031 546,5 484 1.087.950
11. November 433 430 942.103 520,5 483,37 1.034.973 566,5 509,6 1.111.879
12. Desember 433 441 929.990 525,5 487,69 1.033.261 566,5 506,1 1.118.388
Jumlah 10.447.395 11.807.549 12.471.058
Sumber : Kabupaten Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2004-2007
LAPORAN PENDAHULUAN 55
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Kapasitas produksi air bersih yang dihasilkan oleh PDAM Tirta Mahakam Kabupaten
Kutai Kartanegara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006,
produksi air bersih yang dihasilkan oleh PDAM Tirta Mahakam Kabupaten Kutai
Kartanegara mencapai 12.471.058 m3. Jumlah ini diperuntukkan bagi 31.996
sambungan rumah (SR) dengan jumlah penduduk yang dilayani sebanyak 161.241 jiwa.
Peningkatan produksi air bersih ini sejalan dengan peningkatan jumlah sambungan
rumah dan jumlah penduduk yang dilayani. Perkembangan jumlah sambungan rumah
dan jumlah penduduk yang dilayani oleh PDAM Tirta Mahakam Kabupaten Kutai
Kartanegara dari tahun 2004 hingga tahun 2006 ditunjukkan pada tabel di bawah ini
Tabel 3-29
Jumlah Sambungan Rumah dan Penduduk yang Dilayani PDAM Tirta Mahakam
di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2004 – 2006
Perkembangan konsumsi air bersih di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dilihat secara
lengkap pada tabel berikut.
Tabel 3-30
Perkembangan PDAM di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2001 – 2004
Tahun
No Uraian Keterangan
2001 2002 2003 2004
1 Pelanggan : Untuk tahun
- Sosial Umum & Khusus 447 475 515 508 2005
- Rumah Tangga 17.782 20.682 22.415 24.663 perkembangan
- Niaga 378 398 399 470 data s/d
- Industri 3 3 2 2 kwartal ke
- Pelabuhan 0 0 0 0 II atau s/d
Jumlah Pelanggan (SR) 18.610 21.558 23.331 25.643 bulan
2 Air yang Diproduksi (M3) 7.022.661 6.459.726 9.414..561 10.546.872 Agust-05
3 Air yang Di distribusi (M3) 6.515.114 7.973.307 8.949.759 9.980.429
Air yang
4 Air yang Dipakai Sendiri
dipakai
Jumlah (M3) 507.547 486.418 464.802 566.443
sendiri
Persentase (%) 7,23 5,75 4,94 5,37 dipergunakan
5 Air yang Terjual (M3) 4.849.345 5.954.226 6.643.425 7.358.785 untuk proses
6 Kebocoran/Kehilangan Air (M3) produksi
Jumlah (M3) 1.665.770 2.019.081 2.306.334 2.621.644
Persentase (%) 25,57 25,32 25,77 26,27
7 Kapasitas Terpasang (LT/DT) 343,5 374,5 377,5 430
8 Kapasitas Produksi (LT/DT) 328,34 361,95 386,04 459,97
Sumber : Data Diolah dari PDAM Kabupaten Kutai Kartanegara 2001-2004
LAPORAN PENDAHULUAN 56
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
C Prasarana Ketenagalistrikan
Untuk pelayanan kebutuhan listrik penduduk yang dilayani oleh Perusahaan Listrik
Negara (PLN), yang di distribusi ke 18 Wilayah Kecamatan. Pada umumnya pemakaian
listrik di daerah ini adalah untuk keperluan rumah tangga, usaha, industri serta umum.
Dari proporsinya yang dominan untuk rumah tangga sebesar 25.626.691 Watt dari
jumlah tenaga listrik sebesar 40.680.594 Watt
Berdasarkan data ketenagalistrikan yang didapatkan maka berikut ini dapat dirincikan
data ketenagalistrikan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 sebagai berikut:
Tabel 3-31
Data Ketenagalistrikan PT. PLN (Persero) Cabang Samarinda
Wilayah Kerja di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2001-2004
Tahun
No Uraian
2001 2002 2003 2004
1 Jumlah Pelanggan Listrik Tersambung 33.975 35.125 35.988 37.737
Jumlah Produksi (KWh) 47.148.137 67.014.296 73.384.046 91.518.912
2 Jumlah Terpasang (VA) 33.658.505 34.630.614 39.230.000 41.318.000
Dijual (KWh) 41.697.967 60.189.416 65.364.004 82.717.759
Dipakai Sendiri (Kwh)
Susut/Kehilangan% 11,6 10,2 10,9 9,6
3 Banyaknya Jenis Pelanggan dan Ranting
- Rumah Tangga 33.193 34.767
- Usaha Industri 15 12
- Umum 35.988 37.637
4 Banyaknya Tenaga Listrik yang terjual 65.364.004 82.717.759
Sumber : Data Diolah Dari PT PLN Cabang Samarinda Wilayah Kerja Kab. Kutai Kartanegara, 2001-2004
LAPORAN PENDAHULUAN 57
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
F Prasarana Persampahan
Sesuai dengan kondisi fisik lingkungan dan kepadatan bangunan maka masalah sampah
belum menimbulkan persoalan serius hingga saat ini. Namun demikian perlu dilakukan
peningkatan kualitas pengelolaan. Pada wilayah daratan dapat ditingkatkan
pemusnahan dengan cara pembakaran, penimbunan dan pengurugan pada lahan
terbuka dengan tetap menjaga aspek sanitasi dan estetika. Pada wilayah pulau-pulau
pengelolaan sampah ditingkatkan melalui pembakaran. Pembuangan ke perairan
dihindari karena akan mengganggu aliran air, menimbulkan permasalahan estetika dan
sanitasi.
Tabel 3-32
Jumlah Timbunan Sampah Berdasarkan Jumlah Penduduk Per Kecamatan
di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2006
Tabel 3-33
Kebutuhan Prasarana dan Sarana Persampahan
di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2006
Jenis Sarana
No. Kecamatan
TPS Gerobak
1 Samboja 13 66
2 Muara Jawa 7 37
3 Sanga-Sanga 4 22
4 Loa Janan 15 77
5 Loa Kulu 12 58
6 Muara Muntai 5 27
7 Muara Wis 3 13
8 Kota Bangun 8 42
9 Tenggarong 21 107
10 Sebulu 10 51
11 Tenggarong Seberang 15 74
12 Anggana 8 41
LAPORAN PENDAHULUAN 58
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Jenis Sarana
No. Kecamatan
TPS Gerobak
13 Muara Badak 11 54
14 Marang Kayu 7 33
15 Muara Kaman 10 48
16 Kenohan 4 18
17 Kembang Janggut 6 31
18 Tabang 3 15
Kabupaten Kutai Kartanegara 163 813
Sumber : Hasil olahan, Tahun 2006
LAPORAN PENDAHULUAN 59
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
BAB 4
METODOLOGI
4.1 PENDEKATAN
Pengembangan sebuah sistem dapat dimulai dari identifikasi kebutuhan pengguna. Dalam
uraian latar belakang pembuatan SIG ini disebutkan bahwa pemerintah Kabupaten Kutai
Kartanegara memerlukan sebuah sistem informasi yang mampu memberikan keakuratan data
mengenai jenis kegiatan, dana yang telah dihabiskan untuk melaksanakan sebuah kegiatan
dan penyebaran kegiatan pembangunan yang tersebar di daerah-daerah.
Pembuatan Sistem Informasi Geografis Perencanaan dan Kontrol Pembangunan di Kabupaten
Kutai Kartanegara dilakukan melalui pendekatan konsepsional, di mana alur
pengembangannya mengacu pada teori dan undang-undang mengenai sistem perencanaan
pembangunan yang ada.
Mekanisme kontrol (pengendalian) pembangunan adalah suatu proses pemantauan dan
penilaian rencana (evaluasi) atas pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya
tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan
koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD). Selanjutnya Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan
pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan Satuan Kerja Perangkat
Daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya, sedangkan pemantauan pelaksanaan
kegiatan dilaksanakan oleh masing-masing Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) pada
SKPD bersangkutan.
Dari uraian di atas, kerangka metodologi yang digunakan dalam pekerjaan ini dapat dilihat
pada Gambar 4-1.
Penyusunan metodologi pembuatan Sistem Informasi Geografis Perencanaan dan Kontrol
Pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara pada dasarnya mengacu pada KAK terutama
berdasarkan tujuan, sasaran, lingkup pekerjaan, tenaga ahli yang dipersyaratkan serta waktu
yang tersedia. Secara umum metodologi yang akan dikembangkan diuraikan menjadi:
1. Metoda Pelaksanaan Pekerjaan
2. Metoda Pembangunan Aplikasi
LAPORAN PENDAHULUAN 60
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 4
METODOLOGI
Gambar 4-1
Kerangka Metodologi Pembuatan SIG Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
PROGRAM
PEMBANGUNAN KRITERIA
REALISASI Analisis
PELAKSANAAN Penentuan Informasi
KEGIATAN FISIK bagi Aplikasi SIG INDIKATOR
RENCANA
PEMBANGUNAN Evaluasi Penilaian Kinerja
TAHUNAN
PPTK
REALISASI
ANGGARAN Survey &
Pemetaan
SKPD
LAPORAN PENDAHULUAN 61
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 4
METODOLOGI
Pada dasarnya sebuah sistem, apakah itu terkomputerisasi atau tidak, yang dirancang dengan
tujuan untuk memproses informasi, bisa dianggap sebagai sistem informasi. Khususnya,
sebuah sistem yang memasukkan sekelompok input data, kemudian diproses (disusun, di
organisasi, atau distrukturkan) dengan bermacam cara/metoda guna memperoleh informasi
sebagai outputnya.
Kegiatan utama dari sistem ini pada umumnya adalah mengumpulkan data,
mengorganisasikannya, menyimpan, kemudian diproses, lalu ditampilkan sebagai informasi
dalam segala bentuk (raw data, inpretasi data, dsb) dan dalam format yang beragam (teks,
video, suara, dsb) yang digunakan untuk tujuan tertentu.
Karakteristik dari sistem informasi adalah sebagai berikut :
Harus ada input data;
Ada pemrosesan data dengan beragam cara;
Menghasilkan informasi sebagai output.
Gambar 4-2
Konsep Dasar Sistem Informasi
Sistem
Data Informasi Informasi
(Input) (Proses) (Output)
Ciri utama sistem informasi adalah distribusi dan interaksi basis data. Sistem informasi
merupakan kesatuan elemen yang tersebar dan saling berinteraksi yang menciptakan aliran
informasi. Proses interaksi tersebut berupa proses data dengan cara pemasukan, pengolahan,
integrasi, pengolahan, komputasi atau perhitungan, penyimpanan, serta distribusi data atau
informasi.
Perlu dibedakan antara data dan informasi. Data merupakan fakta yang ada dan melekat pada
suatu obyek seperti nilai, ukuran, berat, luas, dan sebagainya. Sedangkan informasi
merupakan pengetahuan tambahan yang diperoleh setelah dilakukan pemrosesan dari data
tersebut. Nilai suatu informasi amat bergantung dari pengetahuan yang dimiliki oleh
pengguna. Dengan kata lain informasi merupakan sekumpulan data yang relevan dan
berkaitan (sesuai dengan tingkatan validitas dan reliabilitas nya), yang diolah dan diproses
menjadi bentuk yang mudah dipahami, disukai, dan mudah diakses. Pengguna bebas
memanfaatkan informasi sebagai pengetahuan, dasar perencanaan, landasan pengambilan
keputusan, sampai kepada hal yang sederhana seperti hiburan.
Pembuatan Sistem Informasi Geografis Perencanaan dan Kontrol Pembangunan di Kabupaten
Kutai Kartanegara dilaksanakan dalam beberapa tahapan pekerjaan yaitu:
1. Persiapan
2. Survey dan Inventarisasi Data
3. Kompilasi dan Pengolahan Data
4. Perancangan dan Pembangunan Aplikasi SIG
5. Pengujian dan Pemasangan Sistem
6. Pelatihan
Secara lebih rinci, masing-masing tahapan pekerjaan diuraikan sebagai berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN 62
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 4
METODOLOGI
4.2.1 Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan persiapan pekerjaan, baik yang menyangkut persiapan
administratif maupun persiapan teknis. Persiapan teknis meliputi kegiatan mobilisasi personil
dan koordinasi tim kerja yang akan dilibatkan dalam keseluruhan pekerjaan, penajaman
metoda dan rencana kerja, penyiapan perangkat survei, serta pengumpulan data awal. Secara
rinci, pokok pekerjaan dan hasil kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Persiapan Administrasi
Meliputi pengurusan surat-menyurat dan dokumen sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan. Jenis surat yang diperlukan pada tahap ini berupa surat tugas konsultan
dan surat pengantar dari pihak Direksi maupun Konsultan, yang ditujukan untuk
instansi terkait dan berwenang di wilayah studi. Pelaksanaan pengurusan administrasi
dimaksudkan untuk memudahkan kelancaran pekerjaan, terutama berkaitan dengan
pengumpulan data dan pekerjaan di lapangan.
2) Mobilisasi Personil, Peralatan, dan Koordinasi Tim Kerja
Meliputi kegiatan penyiapan peralatan, tenaga ahli dan kegiatan koordinasi/diskusi
antara tenaga ahli yang terlibat dalam tim kerja konsultan. Penyiapan peralatan
kantor yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan berupa komputer, printer,
ATK dan sebagainya. Tenaga ahli yang akan dilibatkan harus memenuhi kriteria yang
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pekerjaan (bidang keahlian, kualifikasi personil,
dan pengalaman kerja). Penentuan personil yang akan dilibatkan dilakukan dengan
mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektivitas kerja yang dapat diberikan,
sehingga proses pelaksanaan pekerjaan dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Pada tahap awal, kegiatan koordinasi tim kerja konsultan bertujuan untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara
matang dan rinci, berkaitan dengan proses pekerjaan yang akan dilakukan. Kegiatan ini
meliputi penyusunan organisasi kerja, penyusunan rencana kerja, pembagian kerja,
serta kebutuhan fasilitas pendukung yang diperlukan bagi kelancaran pelaksanaan
pekerjaan. Pada tahap selanjutnya kegiatan koordinasi dan diskusi tim kerja akan
dilakukan secara berkelanjutan (selama proses pelaksanaan pekerjaan berlangsung),
untuk memperoleh kesepakatan-kesepakatan yang diperlukan.
3) Penajaman metoda dan rencana kerja
Kegiatan ini bertujuan untuk menajamkan rencana/metodologi pelaksanaan pekerjaan,
sebagai suatu pegangan yang harus ditaati oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses
pelaksanaan pekerjaan ini. Rumusan rencana kerja ini secara garis besar meliputi
detail kegiatan dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, pelibatan dan jadwal penugasan
tenaga ahli, serta keluaran pekerjaan yang harus dihasilkan.
4) Penyiapan perangkat survei
Sebagai langkah awal pelaksanaan survei lapangan yang akan dilakukan pada tahap
berikutnya, terlebih dahulu dilakukan beberapa persiapan yang diperlukan agar
pelaksanaan survei dapat berjalan dengan lancar. Persiapan yang dilakukan antara lain
meliputi perumusan desain survei, daftar kebutuhan data dan instansi sumber
data/informasi, penyiapan personil (surveyor) dan peralatan survei yang akan
digunakan dalam kegiatan lapangan.
5) Pengumpulan data awal
Kegiatan pengumpulan data sekunder awal akan dilakukan dengan mengumpulkan
laporan perencanaan, hasil studi, kebijakan, yang terkait dengan lokasi pekerjaan baik
langsung maupun tidak langsung serta peta dasar yang tersedia dari instansi pemetaan
yang berwenang, yaitu Bakosurtanal.
6) Studi Pustaka
Studi Pustaka, berupa studi kepustakaan terhadap bahan-bahan awal yang telah
diperoleh dari pengumpulan data awal yang berkaitan dengan substansi pekerjaan.
Studi pustaka/literatur meliputi kajian terhadap literatur umum maupun kebijakan dan
peraturan perundangan yang berlaku. Maksudnya adalah untuk meningkatkan
LAPORAN PENDAHULUAN 63
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 4
METODOLOGI
pemahaman konsultan mengenai substansi pekerjaan yang akan berguna bagi Sistem
Informasi Geografis Perencanaan dan Kontrol Pembangunan di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Bagian pokok yang merupakan inti dari database adalah tersedianya data yang cukup lengkap
dan bisa dipercaya. Sebagai bahan informasi untuk melengkapi atau memperoleh data-data
tentang kondisi fisik dan sosial ekonomi di lokasi studi yang diperlukan dalam penyusunan
maka perlu dilakukan survey sebagai berikut :
1) Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengunjungi instansi terkait sebagai
sumber data seperti Bappeda, Dinas PU, BPS, kantor/instansi lainnya yang
diidentifikasi sebagai sumber penyedia data sekunder. Disamping itu pengumpulan
data sekunder juga dapat dilakukan dengan mengunjungi web site lembaga/instansi
sumber data dan informasi.
Bentuk data sekunder dapat berupa lembaran surat peraturan, dokumen perencanaan,
peta-peta tematik, dan data statistik baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy.
Hal penting yang perlu diperhatikan dari data sekunder ini adalah akurasi dan validitas
nya. Diupayakan untuk mendapatkan data dengan akurasi dan validitas tinggi.
Pengumpulan data sekunder, baik data spasial (peta) yang ada maupun atribut data
yang akan dimasukkan dalam SIG. Data peta diperoleh dari instansi penyedia peta yang
berwenang, seperti Bakosurtanal, baik dalam format digital maupun dalam format
hardcopy. Sedangkan data atribut disesuaikan dengan kebutuhan identifikasi
kegiatan/pembangunan, yaitu dengan menggunakan data hasil validasi dari laporan
pelaksanaan kegiatan maupun dari dokumen lain yang terkait.
2) Survei Lapangan dan Pemetaan
Survei lapangan dilakukan untuk melakukan ground check terhadap pelaksanaan
kegiatan/pembangunan untuk melakukan verifikasi data.
Survei lapangan dimaksudkan untuk merekam kondisi yang ada di lokasi. Rekaman yang
dilakukan oleh surveyor antara lain meliputi kesesuaian rencana kegiatan dengan
pelaksanaannya, perkembangan terkini dari kegiatan tersebut serta mencatat
permasalahan yang mungkin ada (wawancara).
Untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat dari pengamatan langsung di
lapangan, kunci utama berada pada kemampuan dan kepekaaan surveyor merekam
hal-hal penting yang diperlukan sebagai data dan informasi. Disamping itu surveyor
juga harus didukung dengan perangkat merekam yang baik seperti kamera, recording,
GPS dan perangkat lainnya.
Jenis data yang dibutuhkan untuk menyusun Basis data dan Sistem Informasi Geografis
(SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan dirinci sebagai berikut:
Data rencana, program, anggaran dan pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik di
Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2007 dan 2008.
Data tersebut antara lain adalah :
1. Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Kutai
Kartanegara Tahun 2005-2014;
2. Dokumen Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD)
Kabupaten Kutai Kartanegara;
3. Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kutai
Kartanegara Tahun 2007 dan 2008;
4. Dokumen Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD)
Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2007 dan 2008;
LAPORAN PENDAHULUAN 64
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 4
METODOLOGI
Kompilasi data dilakukan atas jenis data grafis, non grafis serta kualifikasi dan validasi nya
serta kelengkapannya. Berdasarkan kompilasi atas data ini, maka dapat ditentukan data yang
masih memerlukan updating/recheck, sehingga apabila ditemui data sekunder yang dianggap
kurang lengkap/valid dapat ditinjau langsung di lapangan. Hasil dari kompilasi dan evaluasi
data antara lain adalah :
1. Penyusunan Peta Dasar: Peta dasar akan dibuat berdasarkan peta Bakosurtanal
berskala 1 : 50.000 dan selanjutnya pada peta tersebut akan diplotkan batas-batas
administrasi dan batas-batas lainnya sesuai dengan kebutuhan.
2. Kompilasi Data Tabular: data dari laporan pelaksanaan kegiatan maupun dari
dokumen lain yang terkait, serta dari hasil survey, dikelompokkan sesuai dengan
kebutuhan kelompok informasi yang akan ditampilkan.
Database yang berdaya guna adalah bilamana data yang terkandung di dalamnya mempunyai
akurasi dan ketelitian yang tinggi. Tingkat akurasi tergantung dari sumber datanya. Suatu
database yang canggih tidak akan menghasilkan data analisa yang baik bilamana data yang
terkandung di dalamnya mempunyai kualitas yang diragukan.
Kualitas data juga tergantung dari sistem screening dan validasi yang ditetapkan dalam tahap
ini. Klarifikasi data perlu dilakukan pada data mentah yang masuk sebelum dimasukkan ke
dalam sistem database. Pemahaman akan kualitas data mentah sangat diperlukan disini
khususnya bagi personil yang berkepentingan dengan data tersebut.
Ada 3 (tiga) komponen dasar yang harus diperhatikan dalam sebuah pengembangan aplikasi
SIG, yaitu :
1. Memahami kebutuhan pengguna
2. Mengidentifikasi aplikasi SIG
3. Mengidentifikasi sumber daya
LAPORAN PENDAHULUAN 65
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 4
METODOLOGI
Dalam bentuk diagram alir, proses pembangunan sistem informasi geografi dapat dijelaskan
dalam diagram alir seperti pada Gambar 4-3.
Untuk lebih jelasnya proses tahapan pembangunan sistem informasi geografi dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A Pembuatan/Digitasi Peta Dasar
Pada bagian ini akan dilakukan digitasi peta analog menjadi peta dengan format digital
jika data yang tersedia adalah peta analog (contoh: peta kertas). Digitasi peta ini
dilakukan untuk menyiapkan peta dasar yang akan dijadikan basis bagi pembuatan Sistem
Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan. Peta dasar dibuat
dengan ketelitian peta 1:25.000 sampai 1:50.000.
Data/informasi minimal yang akan tercantum dalam peta dasar adalah feature geografi
utama, seperti batas administrasi, jalan, sungai, guna lahan utama, dan lain sebagainya.
B Editing dan Edge-Matching
Proses editing adalah proses perbaikan data peta hasil digitasi, misalnya terdapat satu
obyek yang terdigitasi dua kali. Sedangkan edgematching adalah proses penyatuan lembar
peta yang bersebelahan, obyek yang ada di peta harus kontinyu dengan peta yang di
sebelahnya.
C Transformasi, topologi, dan geo-code
Transformasi yaitu proses pemindahan koordinat dari satu sistem proyeksi ke sistem
proyeksi yang lain. Topologi merupakan proses penyusunan struktur data spasial dengan
data atribut. Sedangkan geocoding adalah proses pengidentifikasian data spasial agar
terhubungkan dengan data spasial nya.
D Pengolahan data sistem informasi geografis
Data Sistem Informasi Geografis terdiri atas data spasial dan data atribut. Data spasial
(yang berupa peta) dan data atribut yaitu data yang menerangkan kondisi dari suatu
daerah (misalnya jumlah penduduk, nama sungai, jenis tanaman dan lain-lain). Data
atribut ini dapat dihubungkan dengan data spasial nya dengan ID penghubung tertentu.
Ada dua format data spasial yaitu data vector dan data raster yang ciri-cirinya adalah
sebagai berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN 66
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 4
METODOLOGI
Gambar 4-3
Diagram Alir Proses Pembangunan SIG
Pengumpulan Data,
Atribut dan Data Spasial
Penyusunan
Digitasi Peta
Data Atribut
Ya
Salah
Tidak
Transformasi Koordinat,
Pembangunan Topologi,
dan Geo-coding
a) Data Vektor
Data vector adalah jenis data spasial yang penyimpanan nya bukan titik per titik,
melainkan berdasarkan objek (feature). Objek (feature) dalam data vector
adalah:
1. Region (polygon) untuk menggambarkan data berbentuk luasan seperti
misalnya wilayah pemerintahan.
2. Garis (polyline) untuk menggambarkan data yang representatif garis seperti
misalnya garis pantai, jalan dan sebagainya.
LAPORAN PENDAHULUAN 67
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 4
METODOLOGI
Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis ini ada dua bagian, yaitu survey
sistem dan analisis terstruktur yang secara garis besar untuk memperoleh pengertian dari
permasalahan-permasalahan, efisiensi dan pertimbangan-pertimbangan yang mengarah ke
pengembangan sistem.
Memperkirakan kendala-kendala yang akan dihadapi dalam pengembangan sistem tersebut
dan menentukan solusi-solusi alternatif pendahuluan.
• Survei Sistem
Kegiatan pada tahap survei pengumpulan data ini adalah mengumpulkan informasi dan
data selengkap-lengkapnya mengenai:
a. Sistem dan Prosedur: Tim Survei akan menjaring konsep kerja/sistem dan
prosedur pengelolaan data dari sistem yang berjalan sekarang ini.
b. Data dan Informasi: Pengumpulan informasi mengenai proses pengolahan data
hasil kegiatan, serta mengklasifikasikan seluruh jenis data dan menyampaikan
konsep mekanisme flow of data.
c. Permasalahan: Mengumpulkan informasi mengenai kendala-kendala yang
berhubungan dengan rencana pengembangan sistem.
d. Sarana: Mengumpulkan data mengenai sarana utama maupun penunjang yang telah
tersedia guna mendukung sistem yang terintegrasi.
Selain melaksanakan survei untuk pengumpulan data dan informasi, juga akan
dilaksanakan studi-studi literatur dan peraturan-peraturan yang terkait. Setelah hasil
pengumpulan data ini diperoleh kemudian akan didiskusikan dengan pihak konsumen
LAPORAN PENDAHULUAN 68
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 4
METODOLOGI
• Analisis terstruktur
Pada tahap ini tim studi akan menganalisis bahan masukan yang telah diperoleh dari hasil
survei. Analisis terhadap hasil survei tersebut terbagi dalam beberapa jenis analisis,
yaitu
a. Analisis sistem dan prosedur: Analisis pada tahap ini bertujuan untuk
mempelajari hasil studi dan bersama tim ahli menyusun suatu sistem dan prosedur
tentang pengumpulan dan pengelolaan data.
b. Analisis sistem informasi: Tujuan analisis sistem informasi ini adalah mempelajari
dan menyusun konsep sistem pengelolaan data dengan menggunakan peralatan dan
perlengkapan yang sesuai dan mudah dioperasikan serta menjamin terhadap
kualitas dan kuantitas serta keamanan terhadap informasi yang dihasilkan.
Pada tahap analisis ini yang paling penting dilakukan adalah menentukan dan
merumuskan informasi apa saja yang akan disajikan – terutama terkait dengan informasi
mengenai kegiatan/pembangunan fisik – di dalam sistem.
Pengujian sistem dilakukan untuk memperoleh persetujuan dari user dikonfirmasikan dan
dibuktikan semua fungsi-fungsi sistem, apakah bekerja sesuai dengan yang telah dirancang
atau tidak, dengan mengacu pada dokumen definisi kebutuhan serta rancangan dasar.
Tahap pemasangan (instalasi) sistem terdiri dari empat bagian, yaitu :
1. Tahap Instalasi sistem adalah meletakkan perangkat keras, memasang kabel jaringan
jika menggunakan local area network, uji coba transfer data. Meng-install perangkat
lunak dan aplikasi-aplikasi.
2. Presentasi Akhir dan Laporan Akhir: Presentasi yang dilakukan pada tahap ini adalah
laporan dan penjelasan dari seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan dalam
melakukan studi dan penelitian sampai dengan implementasi, yang isinya antara lain
menjelaskan hasil-hasil yang telah dicapai sejak dimulainya survei, hasil analisis
permasalahan dan kebutuhan, perbaikan-perbaikan yang terjadi (berdasarkan
konsultasi dengan pihak konsumen) serta laporan hasil perancangan sistem prosedur
dan konsep sistem secara global. Penyerahan aplikasi-aplikasi sistem dan sub sistem
beserta laporan akhir akan diserahkan.
3. Pemeliharaan Sistem: Setelah tahap di atas dilaksanakan bukan berarti pekerjaan
selesai begitu saja, akan tetapi tetap akan diadakan evaluasi yang berkelanjutan
terhadap error atau masalah pada saat sistem digunakan. Adapun evaluasi dan
pemeliharaan sistem ini frekuensi nya dapat ditentukan kemudian.
LAPORAN PENDAHULUAN 69
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 4
METODOLOGI
4.2.7 Pelatihan
Setelah instalasi aplikasi SIG selesai dilaksanakan dengan baik dan siap digunakan, maka hal
terpenting yang harus disiapkan adalah sumberdaya manusia untuk menggunakan dan
mengoperasikan SIG yang sudah terbangun tersebut. Untuk itu, diperlukan penyiapan
sumberdaya manusia agar mampu mengoperasikan SIG tersebut, melalui pelatihan. Pelatihan
dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai kebutuhan dari peserta yang akan mengikuti
pelatihan. Untuk tingkatan operator, pelatihan dapat dilakukan secara khusus maupun on-the
job training. Sedang untuk level user, pelatihan dilakukan dalam bentuk seminar.
Untuk keperluan pelatihan tersebut, akan disiapkan modul-modul pelatihan. Modul-modul
pelatihan yang disiapkan disesuaikan dengan keperluan operator dengan tetap menggunakan
standard kualitas.
Metodologi Analisa dan Desain yang digunakan di dalam pengerjaan sistem ini adalah
metodologi analisa dan desain object-oriented dengan menggunakan UML (Unified Modeling
Language). UML adalah bahasa pemodelan/diagram yang secara standar digunakan untuk
mengekspresikan hasil analisa dan desain. UML disepakati sebagai standar industri di bawah
pengawasan OMG (Object Management Group). UML berisi spesifikasi beberapa jenis dokumen
atau diagram, seperti misalnya diagram use case untuk menjelaskan requirement atau
diagram class untuk menjelaskan class-class yang diperlukan dalam pemrograman nanti.
Selain diagram/dokumen UML untuk melengkapi desain diperlukan pula dokumen tambahan,
seperti misalnya desain sketsa user interface dan ERD (Entity Relationship Diagram) untuk
menjelaskan struktur database yang akan digunakan.
Gambar 4-4
Dokumen-dokumen yang Dibuat Menggunakan Metoda UML
LAPORAN PENDAHULUAN 70
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 4
METODOLOGI
LAPORAN PENDAHULUAN 71
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
BAB 5
RENCANA KERJA
LAPORAN PENDAHULUAN 72
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 5
RENCANA KERJA
Tabel 5-1
Jadual Pelaksanaan Pekerjaan
Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan Keluaran Agustus September Oktober Nopember Desember
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Tahapan Persiapan
a Administratif
b Manajemen
c Teknis
d Perangkat Keras Dan Lunak
e Penyusunan Laporan Pendahuluan
f Penyerahan Laporan Pendahuluan
g Pembahasan Laporan Pendahuluan Laporan
h Perbaikan Dan Penyerahan Laporan Pendahuluan Pendahuluan
II Tahapan Survey
a Persiapan Survey Lapangan
b Kondisi Lapangan
c Detail Identifikasi Kebutuhan Data
d Inventarisasi Data
III Kompilasi dan Pengolahan Data
a Penyusunan Peta dasar
b Kompilasi Data Tabular
c Pengolahan Basis Data SIG
V Perancangan dan Pembangunan Aplikasi GIS
a Desain Konfigurasi Sistem
b Desain Modul Aplikasi GIS
c Desain Basis Data
d Desain Aplikasi GIS
e Desain User Interface
f Penyusunan Laporan Kemajuan
g Penyerahan Laporan Kemajuan
h Pembahasan Laporan Kemajuan Laporan
i Perbaikan Dan Penyerahan Laporan Kemajuan Kemajuan
VI Tahap Finalisasi
a Tahapan Pengembangan Perangkat Lunak
b Penggabungan Data Spasial Dengan Data Tabular
c Tahapan Implementasi Dan Integrasi
d Tahapan Pengujian Sistem
e Tahapan Dokumentasi Sistem
f Pembuatan Buku Manual
g Tahap Pelatihan Dan Pendampingan
j Penyusunan Laporan Akhir
k Penyerahan Laporan Akhir Laporan Akhir
l Pembahasan Laporan Akhir (Final Report)
LAPORAN PENDAHULUAN 73
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 5
RENCANA KERJA
LAPORAN PENDAHULUAN 74
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 5
RENCANA KERJA
g Ahli Ekonomi
Tugas dan tanggung jawab Ahli Ekonomi dalam pekerjaan Penyusunan Sistem Informasi
Geografi Untuk Perencanaan dan Kontrol Pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara
ini adalah:
Melakukan kajian kemampuan ekonomi dan keuangan daerah
Menyusun database kondisi dan potensi sosial ekonomi
Bertanggung jawab dalam menyusun dan mempresentasikan hasil pekerjaan
Bertanggung jawab langsung kepada team leader..
h Ahli Programmer
Tugas dan tanggung jawab Ahli Programmer dalam pekerjaan Penyusunan Sistem
Informasi Geografi Untuk Perencanaan dan Kontrol Pembangunan di Kabupaten Kutai
Kartanegara ini adalah:
Mengembangkan desain GIS sesuai dengan kebutuhan aplikasi system
Mengimplementasikan hasil desain ke komputer software
Mengawasi jalannya pengembangan komputer software
Bertanggung jawab langsung kepada team leader.
i Ahli Dokumen Specialist
Tugas dan tanggung jawab Ahli Dokumen Specialist dalam pekerjaan Penyusunan Sistem
Informasi Geografi Untuk Perencanaan dan Kontrol Pembangunan di Kabupaten Kutai
Kartanegara ini adalah:
Pembuatan manual sistem dan user guide aplikasi
Membuat dokumentasi source program
Menyusun seluruh report pelaksanaan pekerjaan
Membuat evaluasi bulanan dan melaporkannya kepada team leader.
Membuat dokumentasi program aplikasi SIG
Membantu dalam perancangan, pengembangan desain GIS
Bertanggung jawab langsung kepada team leader.
j Tenaga Pendukung
Dalam penyelesaian pekerjaannya tenaga-tenaga ahli tersebut di atas dapat dibantu oleh
beberapa tenaga teknisi pembantu dan tenaga staf penunjang yaitu Chief Surveyor (5
orang), Data Entry/Operator (25 orang), dan beberapa tenaga staf penunjang lainnya.
Mengenai Jadual Penugasan Tenaga Ahli untuk Pekerjaan Penyusunan SIG untuk Perencanaan
dan Kontrol Pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Selengkapnya Jadual Penugasan
Tenaga Ahli untuk Pekerjaan ini dapat dilihat pada Tabel 5-2.
Adapun mengenai Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan SIG Perencanaan dan Kontrol
Pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dilihat pada Gambar 5-1.
5.3 PELAPORAN
Dokumen laporan Pekerjaan Pembuatan Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan
Kontrol Pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara meliputi:
1. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Laporan pendahuluan memuat tinjauan terhadap kerangka acuan kerja, rencana kerja
pelaksanaan kegiatan termasuk jadwal waktu pelaksanaan di kaitan dengan waktu dan
personil yang diperlukan, metodologi dikaitkan dengan waktu dan personil yang
diperlukan, metodologi pelaksanaan kegiatan, instrument riset lapangan. Laporan
pendahuluan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. Laporan pendahuluan diserahkan pada
akhir minggu kedua sejak adanya SPK (Surat Perintah Kerja).
LAPORAN PENDAHULUAN 75
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 5
RENCANA KERJA
Tabel 5-2
Jadual Penugasan Tenaga Ahli Penyusunan Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan Dan Kontrol Pembangunan Di Kabupaten Kutai Kartanegara
LAPORAN PENDAHULUAN 76
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 5
RENCANA KERJA
Gambar 5-1
Organisasi Pelaksanaan Penyusunan Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan Dan Kontrol Pembangunan Di Kabupaten Kutai Kartanegara
Pemerintah
Kabupaten Kutai Kartanegara
Team Leader
Ahli GIS Specialist Ahli DBMS Analyst Ahli Ekonomi Ahli Dokumen Specialist
Ahli Sistem Analyst Ahli Bangunan Ahli Perencanaan
5 Chief Surveyor 25 Operator (data entry) 5 Chief Drafter Teknisi Sekretaris Office Boy
50 Surveyor 15 Drafter
Tenaga Pendukung
LAPORAN PENDAHULUAN 77
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 5
RENCANA KERJA
2. Laporan Kemajuan,
Laporan Kemajuan memuat: tinjauan literature dan hasil tahap pengumpulan data awal.
Selanjutnya disampaikan juga pembahasan hasil pengolahan dan analisis data, terutama
setelah tahap observasi lapangan. Laporan kemajuan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar,
dapat pula disebut sebagai laporan pertengahan dari total waktu kegiatan penelitian.
Laporan kemajuan diserahkan pada akhir bulan ketiga sejak adanya SPK (Surat Perintah
Kerja).
3. Laporan Akhir (Final Report)
Laporan akhir merupakan hasil penyempurnaan dari laporan kemajuan setelah
memperoleh masukan dan saran dari tim asistensi (pemberi tugas) dan hasil presentasi
publik yang melibatkan para ahli dan stakeholder terkait. Laporan akhir ini sebanyak 20
(dua puluh) eksemplar. Laporan akhir diserahkan pada akhir bulan keenam sejak adanya
SPK (Surat Perintah Kerja) atau akhir penugasan.
4. Keping CD (Compact Disc)
Berisi file seluruh hasil pekerjaan sebanyak 10 buah, diserahkan pada akhir kontrak.
Keping CD diserahkan bersamaan dengan penyerahan laporan akhir.
LAPORAN PENDAHULUAN 78
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
BAB 6
PERANCANGAN SIG
PERENCANAAN DAN
KONTROL
PEMBANGUNAN
Sesuai dengan KAK Pembuatan Sistem Informasi Geografis Perencanaan dan Kontrol
Pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara, maka aplikasi program yang akan dirancang
merupakan aplikasi yang dibangun dari Visual Basic untuk interface, MS Access untuk entry
database, dan ArcGIS untuk GIS software. Skema dasar perancangannya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 6-1
Skema Dasar Perancangan Sistem
LAPORAN PENDAHULUAN 79
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
Desain awal software aplikasi Sistem Informasi Geografis Perencanaan dan Kontrol
Pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sebagai berikut:
Gambar 6-2
Contoh Primary Windows
Menu Tematik Data Skala Peta & Koordinat kursor Layer dan Legenda
1. Menu Tematik Data, pemilihan data tematik (data atribut maupun data spasial saling
berhubungan) sesuai dengan yang diinginkan dimana tampilan utama pada layar peta
adalah tematik dasar berupa administrasi. Terdapat berbagai pilihan data tematik dari
data dasar, intermediate maupun indikator. Terdapat pula fasilitas Query Data yang
mampu menampilkan jenis data yang akan ditampilkan, jenis tabel, jenis field dan range
data yang diinginkan.
2. Skala dan koordinat, menampilkan perbesaran peta dengan skala yang bisa ditentukan
dimana unit referensi peta dapat dirubah baik itu dalam derajat maupun dalam meter,
sedangkan koordinat memperlihatkan posisi kursor terhadap peta.
LAPORAN PENDAHULUAN 80
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
3. Tools Utama
icon Nama Tombol Fungsi
back untuk mengembalikan data spasial pada kondisi sebelum dirubah
measure untuk mengukur jarak dari data spasial satu dengan lainnya di atas peta
dengan unit pengukuran yang dapat ditentukan (meter, kilometer, dll)
zoom in untuk memperbesar tampilan data spasial, dimana otomatis skala dan indeks
peta berubah
zoom out untuk memperkecil tampilan data spasial, dimana otomatis skala dan indeks
peta berubah
pan untuk menggeser tampilan data spasial sesuai dengan lokasi yang diinginkan
identify untuk melihat identitas atau atribut data dari data spasial
select untuk melihat identitas atau atribut data dari data spasial lebih dari satu data
spasial yang diinginkan
refresh untuk mengembalikan kondisi data spasial ke kondisi awal setelah dilakukan
query data
4. Map tips adalah untuk mempermudah identifikasi objek dalam peta. Fungsi ini adalah
penyederhanaan dari fungsi identify (identifikasi)
5. Layer dan Legenda, kumpulan data spasial yang membentuk suatu data tematik atau
setiap data tematik terdiri dari berbagai leyer/data spasial baik itu berupa polygon, line,
dan titik. Legenda merupakan simbol baik itu warna ataupun simbol lainnya yang
menandakan data tersebut pada data spasial. Data layer dapat otomatis ditampilkan atau
dimatikan dengan menandai layer tersebut dan dilakukan proses update.
6. Indeks atau referensi lokasi, fasilitas untuk menentukan posisi data spasial yang telah
dipilih, dan berubah secara otomatis sesuai dengan pilihan lokasi data spasial.
LAPORAN PENDAHULUAN 81
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
TOOLS NAVIGASI
Ada 4 fungsi navigasi standar yang ada dalam software, yaitu:
a Zoom Extent
Zoom Extent berfungsi untuk mengembalikan tampilan ke ukuran semula (ketika awal
memulai program).
Cara penggunaannya adalah dengan klik mouse pada button zoom extent 1 x
b Zoom In
Zoom In berfungsi untuk memperbesar tampilan peta atau memperbesar skala.
Cara penggunaannya adalah:
1) klik icon zoom In
2) tekan dan tarik mouse (drag) sehingga membentuk persegi panjang sesuai dengan
yang anda inginkan
3) zoom in akan memperbesar tampilan peta sesuai dengan ukuran persegi panjang
c Zoom Out
Zoom Out berfungsi untuk memperkecil tampilan peta atau memperkecil skala.
Cara penggunaannya adalah:
1) Klik icon zoom out
2) Klik 1 x untuk memperkecil peta 1 level
3) Level terkecil yang dapat anda lihat adalah sama seperti saat awal memulai software
ini.
d Pan (Geser)
Tool ini dapat anda gunakan untuk mempermudah dalam mencari suatu lokasi. fungsinya
adalah untuk menggeser tampilan peta di layar menuju arah yang anda inginkan. Selama
anda menggeser level zoom tidak akan berubah.
Cara untuk menggunakannya ialah:
1) Klik icon Pan
2) Tekan mouse di dalam peta
3) Geser mouse ke arah yang anda inginkan
TOOLS TAMBAHAN
a Locator/Indeks
locator
Fungsi Indeks adalah sebagai inset peta dari SIG aplikasi yang akan dibuat. Indeks dibuat
untuk mempermudah orientasi daerah yang bersangkutan. Kita dapat melakukan fungsi
Pan (Geser) di dalam locator.
LAPORAN PENDAHULUAN 82
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
b Maptips
Fungsi Maptips adalah untuk mempermudah identifikasi objek dalam peta. Fungsi ini
adalah penyederhanaan dari fungsi identify (identifikasi) .
Cara penggunaannya adalah:
1) Aktifkan Maptips dengan memberi tanda checklist
2) pada kotak kedua pilih layer yang sesuai
3) pilih unsur yang akan dijadikan label
4) geser mouse ke salah satu objek, dan label informasi akan muncul
c Skala dan Koordinat
d Pencarian Objek
Untuk mencari objek dalam SIG Perencanaan dan Kontrol Pembangunan yang dibuat,
dapat menggunakan tool Cari (Find)
Untuk Menggunakannya:
1) Klik Icon Cari (Find)
2) Akan muncul kotak dialog seperti berikut:
3) Masukan kata kunci pencarian
4) Pilih layer yang sesuai
5) Lihat hasil pencarian
6) Pada Bagian kanan dapat dilihat detail dari hasil pencarian yang dipilih
LAPORAN PENDAHULUAN 83
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
e Identifikasi
Cara untuk menggunakan tool ini adalah:
1) Klik Icon Identifikasi (Identify)
2) Akan muncul kursor dengan icon identify
3) Klik di objek yang ingin diidentifikasi
4) Kemudian muncul window identify yang berisi informasi tentang objek yang dipilih
LAPORAN PENDAHULUAN 84
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
Dalam pembuatan Sistem Informasi Geografis ini, salah satu proses pekerjaan yang terpenting
adalah pembuatan database. Proses ini sangat penting karena menjadi dasar dari SIG
Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
Database Management System (DBMS) merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk
membantu pemeliharaan dan utilitas kumpulan data. DBMS dapat menjadi alternatif
penggunaan secara khusus dalam sistem aplikasi. seperti pada
Penggunaan DBMS untuk suatu sistem aplikasi tergantung pada kemampuan dan dukungan
DBMS yang beroperasi secara efisien. Sehingga agar bisa menggunakan DBMS dengan baik,
perlu diketahui cara kerja dari DBMS tersebut. Pendekatan yang dilakukan untuk
menggunakan DBMS secara baik, meliputi implementasi DBMS dan arsitektur secara mendetail
untuk dapat memahami rancangan dari suatu basis data.
LAPORAN PENDAHULUAN 85
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
Gambar 6-3
Contoh database menggunakan Microsoft Access
LAPORAN PENDAHULUAN 86
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
6.3.1 Login
Keamanan sistem dari sisi modul dilakukan dengan mengidentifikasi kumpulan pengguna
(user) yang berbeda.
Dari sisi database, pengamanan dilakukan dengan proteksi password, sementara dari sisi
aplikasi dilakukan dengan akses user, yang saat ini didefinisikan dengan hak akses yang
seragam untuk semua user.
LAPORAN PENDAHULUAN 87
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
Hps Filter Melakukan penghapusan proses penyaringan data agar tampilan daftar kembali
seperti semula.
Hapus Melakukan proses penghapusan terhadap data yang dipilih
Modul pengisian database ini merupakan data-data informasi yang akan ditampilkan dalam
aplikasi SIG Perencanaan dan Kontrol Pembangunan.
Pengelola Pengguna
Modul ini merupakan menu untuk melakukan perubahan pada para pengguna yang
telah terdaftar dalam sistem ini. Contoh tampilan halaman pengelola pengguna dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 6-4
Contoh Menu Pengelola Pengguna
LAPORAN PENDAHULUAN 88
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
Gambar 6-5
Contoh Menu Pengelola Layer
LAPORAN PENDAHULUAN 89
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
Gambar 6-6
Contoh Menu Pengelola Tematik
Entry Data
Modul ini digunakan untuk pengelolaan dan pemutakhiran data Perencanaan dan
Kontrol Pembangunan yang secara garis besar terdiri atas :
1. Modul Input Program Kerja Tahunan
Gambar 6-7
Contoh Entry Data Program Kerja Tahunan
LAPORAN PENDAHULUAN 90
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
terdiri dari isian mengenai no. Input, Satuan Kerja, Urusan, Fungsi, Program,
Kegiatan, Sub Kegiatan.
c) Data Program Baru, digunakan untuk menampilkan form isian Data Program Baru
yang ingin ditambahkan. Dalam Data Program Baru tersebut terdiri dari isian
mengenai no. Input, Satuan Kerja, Urusan, Fungsi, Program, Kegiatan, Sub
Kegiatan.
d) Simpan Data Program, digunakan untuk menyimpan Data Program yang telah
ditambahkan.
2. Modul Input Realisasi Triwulan
Input yang digunakan dalam modul ini terdiri atas :
a) Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) tahun berjalan;
b) DPA/DIPA kegiatan bersangkutan sesuai dengan sumber pendanaan yang dapat
berasal dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, PHLN, dan lain-lain;
c) Laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun sebelumnya (apabila
kegiatan yang sedang dilaksanakan merupakan kegiatan lanjutan), untuk
mendapatkan informasi realisasi kinerja indikator kegiatan pada tahun
sebelumnya;
Gambar 6-8
Contoh Entry Data Realisasi Anggaran
LAPORAN PENDAHULUAN 91
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
bersangkutan. Pada dasarnya, indikator kinerja kegiatan dapat memiliki satu atau
lebih tolok ukur dan target kinerja. Oleh karena itu, realisasi indikator kinerja
kegiatan (masukan/proses/keluaran) pada triwulan bersangkutan adalah rata-rata
realisasi target tolok ukur kinerjanya pada triwulan yang sama.
Realisasi Target Tolok Ukur Kinerja pada indikator kinerja kegiatan pada triwulan
tertentu dapat dihitung melalui rumus sebagai berikut:
RUMUS A.1.1
keterangan:
Tw.X = triwulan ke-X
T.X = tahun berjalan
Sementara itu, rumusan volume target kinerja pada suatu tolok ukur kinerja
terkadang dinyatakan dalam bentuk ‘paket’, dimana hal ini mencerminkan bahwa
tolok ukur kinerja memiliki lebih dari satu sub tolok ukur kinerja dan/atau
merupakan kumpulan dari beberapa sub tolok ukur kinerja yang memiliki
jenis/satuan volume yang berbeda. Untuk mengetahui realisasi volume target
kinerja pada suatu tolok ukur kinerja yang dinyatakan dalam bentuk paket,
maka dapat dihitung melalui rumus sebagai berikut:
RUMUS A.1.2.
keterangan:
Tw.X = realisasi volume tolok ukur kinerja pada triwulan ke-X
N-Tw.X = realisasi volume sub tolok ukur kinerja ke-N pada triwulan ke-X
N-T.X = target volume sub tolok ukur kinerja ke-N pada tahun berjalan
N = jumlah sub tolok ukur kinerja pada tolok ukur kinerja
Dengan diketahuinya realisasi volume target kinerja pada suatu tolok ukur kinerja
yang dinyatakan dalam bentuk paket, maka selanjutnya realisasi (%) tolok ukur
kinerja-nya dihitung dengan menggunakan Rumus A.1.1.
Setelah diketahuinya masing-masing realisasi tolok ukur kinerja pada suatu
indikator kinerja kegiatan (masukan/keluaran/hasil) pada triwulan tertentu,
maka Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN 92
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
RUMUS A.1.3.
% REALISASI
% REALISASI
% REALISASI TARGET
TARGET
TARGET TOLOK TOLOK UKUR
REALISASI + + ..... + TOLOK UKUR
UKUR KINERJA KINERJA
INDIKATOR KINERJA
KEGIATAN 1-Tw.X KEGIATAN 2-
KINERJA = KEGIATAN N-Tw.X
Tw.X
KEGIATAN Tw.X
(%)
N
keterangan:
realisasi indikator kinerja kegiatan (masukan/keluaran/hasil) pada
Tw.X =
triwulan ke-X
N-Tw.X = % realisasi target tolok ukur kinerja ke-N pada triwulan ke-X
N = jumlah tolok ukur kinerja pada indikator kinerja
LAPORAN PENDAHULUAN 93
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
Tanggal :
Tahun :
Triwulan :
SKPD :
Program :
Kegiatan :
Lokasi : Koordinat :
PROSES waktu
KELUARAN pencapaian
LAPORAN PENDAHULUAN 94
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
Petunjuk Pengisian :
LAPORAN PENDAHULUAN 95
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
LAPORAN PENDAHULUAN 96
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
LAPORAN PENDAHULUAN 97
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
No :
Tahun :
SKPD :
Program :
Kegiatan :
Anggaran :
Sumber Anggaran :
Lokasi : Koordinat :
Indikator Masukan (Kesesuaian Penyerapan Dana) Indikator Proses (Ketepatan Penyelesaian Kegiatan) Indikator Keluaran (Kesesuaian Keluaran Kegiatan)
KETERANGAN :
1.
2.
LAPORAN PENDAHULUAN 98
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
Petunjuk Pengisian :
Tulis nama program yang menjadi naungan kegiatan sesuai dengan Renja-SKPD dan/atau
Program :
DPA/DIPA.
Tulis nama kegiatan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum dalam Renja-
Kegiatan :
SKPD dan/atau DPA/DIPA.
Tulis besarnya anggaran secara keseluruhan yang dialokasikan pada kegiatan sesuai dengan
Anggaran :
yang tercantum dalam Renja-SKPD dan/atau DPA/DIPA.
Tulis nama lokasi tempat pelaksanaan kegiatan, dapat berupa: kota, kawasan, kecamatan,
Lokasi :
kelurahan atau lokasi-lokasi yang lebih terinci.
Kolom 02 : Isilah kolom 02 dengan rencana penyerapan dana bagi kegiatan berdasarkan waktu triwulan.
Kolom 03 : Isilah kolom 03 dengan realisasi penyerapan dana bagi kegiatan berdasarkan waktu triwulan.
Kolom 05 : Isilah kolom 05 dengan rencana waktu penyelesaian setiap tahapan pekerjaan pada kolom 04
Kolom 07 : Isilah kolom 07 dengan target keluaran (output) setiap tahapan pekerjaan pada kolom 04
Isilah kolom 08 dengan ukuran untuk menilai pencapaian target keluaran yang dimaksud
Kolom 08 :
pada kolom 07
Isilah kolom 09 dengan realisasi keluaran yang dihasilkan setiap tahapan pekerjaan pada
Kolom 09 :
kolom 04 dengan menggunakan ukuran capaian keluaran pada kolom 08
Tulis berbagai informasi yang perlu disampaikan atas realisasi pelaksanaan kegiatan yang
Keterangan :
bersangkutan.
LAPORAN PENDAHULUAN 99
Sistem Informasi Geografis (SIG) Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara
Bab 6
PERANCANGAN SIG PERENCANAAN DAN KONTROL PEMBANGUNAN
No : 0001
Tahun : 2008
SKPD : DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Program : Program Pendidikan Menengah
Kegiatan : Pembangunan Gedung Sekolah
Anggaran : Rp. 3.540.600.000
Sumber Anggaran : APBD Kabupaten Kutai Kartanegara
Lokasi : Kecamatan Z, Kelurahan M Koordinat : 10 LU 80 LS
Indikator Masukan (Kesesuaian Penyerapan Dana) Indikator Proses (Ketepatan Penyelesaian Kegiatan) Indikator Keluaran (Kesesuaian Keluaran Kegiatan)
Rencana Penyerapan Realisasi Penyerapan Realisasi
Tahapan Kegiatan Rencana Penyelesaian
Triwulan Dana Menurut Dana Menurut
menurut Rencana Kegiatan (hh/bb/tt)
Penyelesaian Target Keluaran Ukuran Keluaran Pencapaian Keluaran
Triwulan (Rp) Triwulan (Rp) Kegiatan (hh/bb/tt)
01 02 03 04 05 06 07 08 09
I 708120000 637.308.000 Tahap 1 15/07/08 14/07/08 10 % 10
II 2832480000 2.735.113.500 Tahap 2 5/10/08 1/10/08 90 % 90
III - - - - - - - -
IV - - - - - - - -
KETERANGAN :
1.
2.
3.
No :
Tahun :
SKPD :
Program :
Kegiatan :
Anggaran :
Sumber Anggaran :
Lokasi : Koordinat :
Petunjuk Penilaian :
No : 0001
Tahun : 2008
SKPD : DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Program : Program Pendidikan Menengah
Kegiatan : Pembangunan Gedung Sekolah
Anggaran : Rp. 3.540.600.000
Sumber Anggaran : APBD Kabupaten Kutai Kartanegara
Lokasi : Kecamatan Z, Kelurahan M Koordinat : 10 LU 80 LS
4. Modul Pelaporan
Gambar 6-9
Contoh Format Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan
Diagram ER
SIG Perencanaan dan Kontrol Pembangunan
Di Kabupaten Kutai Kartanegara
Administrasi
Periode
Lokasi
M
M
1
Kegiatan Realisasi
M
M
Memiliki
PPTK
1
M
Program
Memiliki
M
1 1
Memiliki SKPD
Skema Relasi :
1. Administrasi (#Kode_adm, nama_kel, nama_kec, nama_kab, nama_prop)
2. Lokasi (#ID_lok, nama_lok, #kode_adm, Koordinat_lok)
3. Kegiatan (#Kode_keg, nama_keg, anggaran)
4. Program (#Kode_Prog, nama_prog, anggaran)
5. Periode (#ID_periode, nama_periode)
6. Realisasi (#Tanggal, #ID_periode, #kode_keg, No. Kontrak, #ID_PPTK, pelaksana, nilai,
persentase, photo)
7. PPTK (#ID_PPTK, nama_PPTK, no_tlp, no_fax)
8. SKPD (#Kode_SKPD, nama_SKPD, no_tlp, no_fax)
Perancangan Kode :
1. Kode_adm : kkffnn
Bilangan 4 digit.
Dua digit pertama merupakan kode kabupaten
Dua digit berikutnya menunjukkan nomor kecamatan
Dua digit berikutnya menunjukkan nomor kelurahan
Contoh :
01018 : Kutai Kartanegara (01) kecamatan Samboja (01) kelurahan X (18)
010210 : Kutai Kartanegara (01) Muara Jawa (02) kelurahan Y
2. ID_lok : sspp00kk00nn
Bilangan 12 digit :
8 digit pertama merupakan kode kegiatan.
2 digit berikutnya bernilai 00 sebagai digit cadangan
n kode lokasi bernilai dari 00 sampai 99
contoh :
011600220012 : Pengadaan sarana mobilitas sekolah di desa Sasak
Dinas PDK(01) program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun (16) nomor
kegiatan (22) desa Sasak (12)
3. Kode_keg : sspp00kk
Bilangan 8 digit :
s kode SKPD bernilai dari 00 sampai 99
p kode program bernilai dari 00 sampai 99
2 digit berikutnya bernilai 00 sebagai digit cadangan
k kode kegiatan bernilai dari 00 sampai 99
contoh :
01160022 : Pengadaan sarana mobilitas sekolah
Dinas PDK(01) program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun (16) nomor
kegiatan 22.
4. Kode_prog : ss00nn
Bilangan 6 digit.
2 digit pertama mengambil dari kode_SKPD
2 digit berikutnya bernilai 00 sebagai digit cadangan
2 digit terakhir menunjukkan nomor program
Contoh :
010015 : Program pendidikan anak usia dini
010016 : Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun
020017 : Program penanggulangan wabah demam berdarah
5. ID_PPTK : ssnn
Bilangan 4 digit
2 digit pertama menunjukkan kode SKPD
2 digit terakhir menunjukkan nomor PPTK
Contoh :
0101 : PPTK yang menangani kegiatan pembangunan kegiatan sekolah yang berada pada
SKPD PDK
6. Kode_SKPD : nn
Bilangan 2 digit menunjukkan nomor SKPD
Contoh :
01 : Dinas PDK
02 : Dinas kesehatan
7. ID_periode : n
Bilangan 1 digit menunjukkan periode
1 untuk triwulan 1
2 untuk triwulan 2
3 untuk triwulan 3
4 untuk triwulan 4
8. Tanggal : ddmmyyyy
Bilangan 8 digit, tanggal pengisian laporan
d tanggal
m bulan
y tahun
Nama Surveyor :
Koordinat GPS :
Hari/Tanggal :
Nama Kegiatan :
Lokasi :
Program :
Sumber Anggaran :
Tahun Anggaran :
SKPD :
Pimpro/Pinlak/PPTK :
Pelaksana :
Pengawas Lapangan :
Catatan lapangan:
No Uraian
Tanggal :
Tahun :
Triwulan :
SKPD :
Fungsi :
Sub Fungsi :
Urusan :
Program :
Kegiatan :
Lokasi : Koordinat :
PROSES waktu
KELUARAN pencapaian
Petunjuk Pengisian :
No :
Tahun :
SKPD :
Fungsi :
Sub Fungsi :
Urusan :
Program :
Kegiatan :
Anggaran :
Sumber Anggaran :
Lokasi : Koordinat :
Indikator Masukan (Kesesuaian Penyerapan Dana) Indikator Proses (Ketepatan Penyelesaian Kegiatan) Indikator Keluaran (Kesesuaian Keluaran Kegiatan)
Rencana Realisasi Tahapan Rencana Realisasi
Penyerapan Dana Penyerapan Kegiatan Penyelesaian Penyelesaian Pencapaian
Triwulan Target Keluaran Ukuran Keluaran
Menurut Dana Menurut menurut Kegiatan Kegiatan Keluaran
Triwulan (Rp) Triwulan (Rp) Rencana (hh/bb/tt) (hh/bb/tt)
01 02 03 04 05 06 07 08 09
I
II
III
IV
KETERANGAN :
1.
2.
Petunjuk Pengisian :
No :
Tahun :
SKPD :
Fungsi :
Sub Fungsi :
Urusan :
Program :
Kegiatan :
Anggaran :
Sumber Anggaran :
Lokasi : Koordinat :
Petunjuk Penilaian :
No : Tulis no urut pengisian
Tahun : Tulis tahun pelaksanaan kegiatan.
SKPD : Tulis nama SKPD bersangkutan.
Fungsi : Tulis nama fungsi yang menjadi naungan program.
Sub Fungsi : Tulis nama sub fungsi sesuai dengan fungsi.
Urusan : Tulis nama urusan pemerintahan daerah yang menjadi naungan program.
Program : Tulis nama program yang menjadi naungan kegiatan sesuai dengan Renja-SKPD dan/atau
DPA/DIPA.
Kegiatan : Tulis nama kegiatan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum dalam Renja-
SKPD dan/atau DPA/DIPA.
Anggaran : Tulis besarnya anggaran secara keseluruhan yang dialokasikan pada kegiatan sesuai dengan
yang tercantum dalam Renja-SKPD dan/atau DPA/DIPA.
Sumber Anggaran : Tulis sumber anggaran berasal.
Lokasi : Tulis nama lokasi tempat pelaksanaan kegiatan, dapat berupa: kota, kawasan, kecamatan,
kelurahan atau lokasi-lokasi yang lebih terinci.
Koordinat : Tulis koordinat lokasi tempat pelaksanaan kegiatan.
Kolom 01 : merupakan tahapan waktu perencanaan berdasarkan triwulan
Kolom 02 : Isilah kolom 02 dengan tahapan rencana pencairan dana bagi kegiatan
Kolom 03 : Isilah kolom 03 dengan rencana penyerapan dana bagi kegiatan berdasarkan waktu
triwulan.
Kolom 04 : Isilah kolom 04 dengan realisasi penyerapan dana bagi kegiatan berdasarkan waktu
triwulan.
Kolom (1) : Hitung dan tulis realisasi (%) dengan membagi realisasi penyerapan dana sesuai tahapan
dengan rencana penyerapan dana sesuai tahapan { (1) = ( 04 / 03 ) X 100% }, sesuai Rumus
A.1.1..
Kolom 05 : Isilah kolom 05 dengan urutan tahapan penyelesaian kegiatan.
Kolom 06 : Isilah kolom 06 dengan rencana waktu penyelesaian setiap tahapan pekerjaan menurut
waktu berdasarkan tahapan pekerjaan pada kolom 05
Kolom 07 : Isilah kolom 07 dengan realisasi penyelesaian pekerjaan menurut waktu berdasarkan
tahapan pekerjaan pada kolom 05
Kolom (2) : Beri nilai 1 pada kolom (2) apabila realisasi waktu penyelesaian pekerjaan (kolom 07)
sesuai dengan waktu penyelesaian menurut rencana (kolom 06).
Beri nilai 0 pada kolom (2) apabila realisasi waktu penyelesaian pekerjaan (kolom 07)
tidak sesuai dengan waktu penyelesaian pekerjaan menurut rencana (kolom 06).
Kolom 08 : Isilah kolom 08 dengan target keluaran (output) setiap tahapan pekerjaan berdasarkan
tahapan pekerjaan pada kolom 05
Kolom 09 : Isilah kolom 09 dengan ukuran untuk menilai pencapaian target keluaran yang dimaksud
pada kolom 08
Kolom 10 : Isilah kolom 10 dengan realisasi keluaran yang dihasilkan setiap tahapan pekerjaan pada
kolom 05 dengan menggunakan ukuran capaian keluaran pada kolom 09
Kolom (3) : Beri nilai 1 pada kolom (3) apabila realisasi waktu penyelesaian pekerjaan (kolom 10)
sesuai dengan waktu penyelesaian menurut rencana (kolom 08).
Beri nilai 0 pada kolom (3) apabila realisasi waktu penyelesaian pekerjaan (kolom 10)
tidak sesuai dengan waktu penyelesaian pekerjaan menurut rencana (kolom 08).
Kolom (4) : Hitung dan tulis realisasi nilai total dengan membagi penjumlahan dari nilai rata-rata 1B,
2B, dan 3B dengan jumlah indikator kinerja sesuai Rumus A.1.3.
Dasar Penilaian : Penilaian evaluasi prinsip hirarki proses perencanaan dilakukan dengan berdasarkan tingkat
kesesuaian dan ketepatan masukan (input), proses, maupun keluaran (output) yang
dilaksanakan atau dihasilkan dengan rencana.
Tolok Ukur KATEGORI PEROLEHAN NILAI KETERANGAN
Baik 71-100 Kegiatan yang dievaluasi memiliki kesesuaian
indikator masukan, proses, dan keluaran yang baik
Sedang 41-70 Kegiatan yang dievaluasi memiliki kesesuaian
indikator masukan, proses, dan keluaran yang cukup
Buruk 0-40 Kegiatan yang dievaluasi memiliki kesesuaian
indikator masukan, proses, dan keluaran yang buruk