Anda di halaman 1dari 31

KEBIJAKAN DAN TANTANGAN PENGAWASAN PANGAN

FORTIFIKASI PADA MASA PANDEMI COVID-19

Oleh:
Dra. Reri Indriani, Apt., M.Si

Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan


BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Disampaikan pada:

Bimbingan Teknis Nasional Pengawas Pangan Fortifikasi


Jakarta, 21 September 2020
OUTLINE
01 Pendahuluan
Kebijakan Pengawasan
02 Pangan Fortifikasi di Masa
Pandemi Covid-19
Tantangan Pengawasan
03 Pangan Fortifikasi di Masa
Pandemi Covid-19
04 Penutup
01
Pendahuluan
Program Nasional
Pengentasan Stunting
Arahan Presiden RI 2020 - 2024
Framework Intervensi Penurunan
Stunting Terintegrasi

Kontribusi BPOM dalam Pengawasan


Keamanan Pangan, bekerjasama
dengan K/L /D terkait
Dasar Hukum Fortifikasi Pangan
• Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan

• Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan

• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi

• Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan

• SNI Wajib (SNI 01-3556-2010) melalui Keputusan Menperindag No.29/M/SK/2/1995 tentang Penerapan Secara Wajib SNI
Garam Konsumsi Beryodium

• SNI Wajib (SNI 01.3751-2000) melalui Keputusan Menperindag No. 153/MPP/Kep/5/2001 tentang Penerapan Secara
Wajib SNI Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan, yang kemudian SNI nya direvisi menjadi SNI 3751:2009 tentang Tepung
Terigu sebagai Bahan Makanan

• SNI Wajib (SNI 7709:2019) melalui Peraturan Menteri Perindustrian No. 46 Tahun 2019 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia Minyak Goreng Sawit Secara Wajib.
Pasal 37
(1) Pemerintah mengupayakan terwujudnya perbaikan Status Gizi
masyarakat.
(2) Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui: Peraturan Pemerintah
a. pewujudan pola konsumsi Pangan perseorangan dan masyarakat
Republik Indonesia
yang beragam, bergizi seimbang, dan aman;
Nomor 17 Tahun 2015
b. penetapan persyaratan perbaikan atau pengayaan tentang Ketahanan
Gizi Pangan tertentu yang diedarkan dalam rangka Pangan dan Gizi
penanggulangan masalah Pangan dan Gizi; Your Text Here
You can simply impress your audience and add a
c. penetapan persyaratan khusus mengenai komposisi Pangan untuk
unique zing and appeal to your Presentations.
meningkatkan kandungan Gizi Pangan Olahan tertentu yang
diperdagangkan;
d. pemenuhan kebutuhan Gizi masyarakat, diutamakan bagi ibu
hamil, ibu menyusui, bayi, balita, dan kelompok rawan Gizi
lainnya; dan
e. peningkatan konsumsi Pangan hasil produk ternak, ikan, sayuran,
buah-buahan, dan umbi-umbian lokal.

Penjelasan Huruf b
Perbaikan atau pengayaan Gizi Pangan tertentu dapat pula diartikan
sebagai fortifikasi Pangan.
Belanja Online Menjadi Pilihan Selama Pandemi
Sebanyak 9 dari 10 responden Terdapat kecenderungan pada
melakukan aktivitas berbelanja responden perempuan yang lebih
online. Hasil survei menunjukkan banyak melakukan aktivitas belanja
31% responden mengalami online dibandingkan responden
peningkatan aktivitas belanja online laki-laki
selama Covid-19 sedangkan 28 %
responden mengalami penurunan
dan sisanya tetap.

Terjadi peningkatan sebesar 42%


dalam aktivitas belanja online pada Selama bulan April 2020, 46%
responden yang mengaku belanja online- responden yang belanja
nya meningkat selama Covid-19. online-nya meningkat
sebagian besar disebabkan
oleh peningkatan belanja
bahan makanan

Sebanyak 51% responden menjadikan bahan


makanan sebagai perubahan pengeluaran
Sebanyak 54 dari 100 responden generasi milenial yang yang paling dominan
berbelanja online adalah perempuan. Dari hasil survei, 45%
responden generasi milenial perempuan memilih tetap tinggal
di rumah dengan alasan menjaga kesehatan diri dan keluarga.
Efek Pandemi Covid-19: Konsumen Cenderung untuk
Memasak di Rumah

Pangan
Penjualan secara Daring Fortifikasi
meningkat Tanpa
online shopping Izin Edar

Potensi beredar
Kemas
ulang
tanpa
label
02
Kebijakan Pengawasan
Pangan Fortifikasi Masa
Pandemi Covid-19
Dasar Hukum :
Kewenangan Pengawasan Badan POM
UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Keamanan Pangan
“Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan
dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.”

Mutu Pangan dilaksanakan oleh


Lembaga Pemerintah yang
Gizi Pangan melaksanakan tugas
 Fortifikasi Pangan pemerintahan di bidang
Pengawasan Obat dan
Label dan Iklan Pangan
Makanan
Intensifikasi Pengawasan Pangan Fortifikasi
2019 2020

1) Bimtek Nasional Pengawasan Pangan 1) Focus Group Discussion Nasional Dalam Rangka
Fortifikasi Implementasi Fortifikasi Pangan
2) Monev Program Pengawasan 2) Advokasi Pemda Dalam Rangka Pengawasan Garam
Fortifikasi Pangan Konsumsi Sebagai Salah Satu Pangan Fortifikasi
3) Advokasi Terpadu ke Pemda Wilayah
3) Dukungan Kongkrit Fortifikan Di Masa Pandemi Untuk 100
Sentra Garam dan Pengawasan
UMK @2kg
Terpadu Pangan Fortifikasi di Tingkat
Produksi (Aceh, Klungkung– Bali, 4) Pengawasan Terpadu Fortifikasi Di Tingkat Produksi
Kupang – NTT, Lombok Timur – NTB, 5) Penyebaran Informasi Pangan Fortifikasi Kepada Publik
Surabaya– Jatim, Jeneponto - Sulsel) 6) Bimbingan Teknis Nasional Pengawas Pangan dan Pelaku
Usaha Pangan Fortifikasi
PENGAWASAN PANGAN FORTIFIKASI

Pre-Market Post-Market
Sektor Hulu Sektor Hulu & Hilir

Fokus Registrasi Produk: Fokus Pengawasan Produk di Peredaran:


• Hasil PSB: penerapan CPPOB • Mutu dan Keamanan produk
ketertelusuran • Kesesuaian fortifikan (jenis dan jumlah)
• Kesesuaian Fortifikan (jenis dan jumlah) • Legalitas produk
• Informasi pada label • Informasi pada label

Fokus Pemeriksaan Sarana Produksi:


Persamaan Persepsi Pengawas • Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(termasuk QC, konsistensi implementasi CPPOB,
ketertelusuran)
UMK perlu diberikan solusi yang • Kesesuaian Fortifikan (jenis dan jumlah)
mungkin untuk dilakukan, terlebih
di masa pandemi
TANTANGAN PENGAWASAN DI MASA PANDEMI COVID-19
Peningkatan kasus covid-19
mengakibatkan pemberlakuan PSBB
wilayah

Risiko pandemi berlangsung hingga akhir


tahun bahkan tahun depan

Dampak pada pencapaian dan penetapan


rencana kinerja pengawasan

Diperlukan strategi pengawasan pangan


olahan selama pandemi
PENGAWASAN SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI SELAMA
PANDEMI COVID-19

Sarana Produksi dan Distribusi


DESK AUDIT
i. Dokumen tersedia lengkap dan
tepat waktu
Produsen Importir Distributor Ritel ii. Rekaman kondisi sarana
Pangan Pangan Pangan produksi dan tahapan produksi

[+] Jika diperlukan

REMOTE ONLINE INSPECTION


INSPECTION i. Jaringan internet dan sarana
Pengawasan BPOM tetap yang memadai untuk virtual tour
berjalan NORMAL di sarana produksi
ii. Tersedia PIC yang mendampingi
selama inspeksi

MEKANISME Risk Based KEBIJAKAN BPOM


PENGAWASAN Decission i. BPOM melakukan screening
kesehatan petugas yang ditugaskan
melakukan inspeksi
ii. Tiap inspektur pangan selalu
ON SITE diperlengkapi dengan APD dan
INSPECTION wajib menerapkan protokol
kesehatan
RUANG LINGKUP KEGIATAN PEMERIKSAAN

1. Inspeksi rutin
2. Resertifikasi (Sertifikat CPPOB atau HS)
3. Audit surveilan CPPOB
4. Pemeriksaan dalam rangka registrasi (PSB)
5. Pemeriksaan dalam rangka ekspor
6. Pemeriksaan CAPA dalam rangka verifikasi PMR
KETENTUAN INSPEKSI

i. REMOTE INSPECTION
a. Dilakukan berdasarkan
pemberitahuan (announce
inspection)
b. Dilaksanakan setelah dokumen
inspeksi dan rekaman audiovisual
lengkap disampaikan
c. PIC yang kompeten dari sarana
wajib standby

ii. ON SITE INSPECTION


i. Akan dilakukan dengan
pemberitahuan
ii. Wajib didampingi oleh PIC yang
kompeten dari sarana

PERNYATAAN KEBIJAKAN BPOM


Badan POM melakukan pengendalian
kesehatan petugas pengawas melalui
kewajiban melaksanakan protokol
kesehatan dan pelaksanaan uji screening
BAGAIMANA PROTOKOL DI SARANA Covid 19
DALAM MENERIMA INSPEKSI PADA
MASA PANDEMI COVID19??
Pengendalian Pemeriksaan Lapang
(on-site inspection) Sarana
01 Screening Kesehatan
Petugas 02 Penggunaan Alat Pelindung Diri:
Masker dan Face Shield 03 Penerapan Protokol
Kesehatan Selama
Inspeksi di Sarana

Hasil rapid test atau swab petugas

2m
Persentase Pangan Fortifikasi Memenuhi Syarat
2016 - 2019
Berdasarkan parameter fortifikan :
84.0% 81.9% 81.5% - Garam Konsumsi Beryodium
82.0% 79.3% (KIO3)
80.0% 77.3% - Tepung Terigu (Fe, Zn, Vit B1,
78.0% Vit B2, Asam Folat)
76.0% - Minyak Goreng Sawit (Vit A)
74.0%
2016 2017 2018 2019
n = 2952 n = 2823 n = 2982 n = 3036 Target 2020
87% sampel pangan
fortifikasi MS (lokus 1
Tren Pangan Fortifikasi Memenuhi Syarat Per Komoditi Tahun 2016 – 2019 :
kab/kota di setiap provinsi)
100.00% 96.75% 92.31%
86.64% 90.08% 94.87%
85.28% 82.04% 83.12%
79.93% 81.26%
75.00%
75.13% 76.54%
Target 2021
88% sampel pangan
50.00% fortifikasi MS (lokus 1
kab/kota di setiap provinsi)

25.00% Indikator sampel pangan


fortifikasi MS akan menjadi
0.00% indikator balai
Garam Konsumsi Beryodium Tepung Terigu Minyak Goreng Sawit

2016 2017 2018 2019


Penerapan SNI baru MGS dan Permendag wajib kemas

Masa transisi pemberlakuan


Minyak Goreng dalam kemasan
Pemberlakuan
(SE Mendag Nomor 2 Tahun
minyak goreng
2019)
wajib kemasan

1 Januari 2020 31 Desember 2020

30 Juni 2020 1 Januari 2021 31 Desember 2021

Pemberlakuan Dispensasi produksi Batas dispensasi Implementasi penuh Batas dispensasi distribusi
SNI Wajib dan penggunakan Produk MGS tanpa tanda
berlakunya SPPT SNI 2019
Minyak Goreng kemasan MGS SNI yang diproduksi dan
Sawit SNI 2012 dikemas s.d 30 Juni 2020
tanpa tanda SNI
Kebijakan Sampling Produk Tepung Terigu dan
Minyak Goreng Sawit di Masa Pandemi
Pemberlakuan lockdown negara
supplier premiks zat fortifikan
Surat Edaran Menteri
Perindustrian Nomor 5 Tahun
dan bahan baku vitamin A/ Penyesuaian Target
Provitamin A Sampling
2020 tentang Pengecualian
Sementara Penambahan Zat Sulitnya pemenuhan premiks Tepung Terigu dan
Fortifikan pada Tepung Terigu zat fortifikan yang hanya Minyak Goreng Sawit
disuplai dari Malaysia dan India

Penambahan premiks (Fe, Zn,


vit B1, vit B2, Asam Folat)
pada tepung terigu Produk yang diproduksi
DIKECUALIKAN SEMENTARA sampai dengan
Surat Edaran Menteri
Perindustrian Nomor 6 Tahun Kandungan vitamin A/ akhir Maret 2020
2020 tentang Pengecualian Provitamin A pada Minyak
Goreng Sawit DIKECUALIKAN
Sementara Kandungan Sampling Minyak Goreng Sawit
SEMENTARA
Provitamin A/ Vitamin A pada sesuai SNI dilaksanakan di sarana
Minyak Goreng Sawit Berlaku sejak 7 April 2020 produksi, namun tetap akan
s.d 31 Desember 2020 dilaksanakan monitoring di
peredaran untuk kajian
03
Tantangan pengawasan
pangan fortifikasi di
masa pandemi covid-19
Tantangan Pengawasan Garam Konsumsi Beriodium

KEBIJAKAN KAPASITAS UMK VARIASI SKALA PELAKU KETERSEDIAAN DAN BAHAN BAKU YANG
MULTISEKTORAL: MENDAPATKAN SPPT USAHA PANGAN KONTINUITAS SESUAI SNI
- KEMENPERIN SNI: FORTIFIKASI  PASOKAN
- KKP  LS PRO TERBATAS PEMENUHAN HYGIENE FORTIFIKAN KKP membina
- BPOM  TIPE SERTIFIKASI SANITASI petambak garam
- PEMDA BELUM DITETAPKAN OLEH UMK GARAM untuk kualitas
garam yang
BPOM melakukan PT. Kimia Farma
Kemenperin telah dihasilkan dan
Kebijakan dari pendampingan dan komitmen menyediakan
berproses optimalisasi
hulu ke hilir perlu pembinaan sarana fortifikan :
simplifikasi form penggunaan GGN
integratif dan produksi, serta - kemasan kecil 2 kg
audit untuk SPPT untuk reduksi bocor
selaras simplifikasi form - Ketersediaan
SNI ke masyarakat
inspeksi sinkron diperluas
dengan menggunakan rantai
Kemenperind distribusi KF
PENGAWASAN PEREDARAN PRODUK GARAM HIMALAYA

i. Garam Himalaya dapat ditemukan beredar di


media online dan supermarket besar.
ii. Komunikasi dan koordinasi lintas sektor
memastikan bahwa produk dimaksud terindikasi
impor ilegal
iii. Peredaran produk garam Himalaya merupakan
pelanggaran terhadap peraturan perundangan
yang berlaku :
a. Merupakan produk ILEGAL, tanpa izin edar
BPOM RI MD/BPOM RI ML.
b. Tidak mengandung senyawa iodium dengan
syarat KIO3 minimal 30 mg/kg.
c. Mencantumkan berbagai klaim penyembuhan
penyakit  seolah seperti obat  dilarang
dicantumkan pada pangan.
BPOM berkoordinasi
dengan Pemda
menindaklanjuti temuan

PEMDA perlu melakukan


kaji ulang sertifikasi
produksi industri rumah
tangga/ No. PIRT yang
diterbitkan secara berkala
Garam Himalaya
Produk yang diduga bahan Mengatasi kendala
bakunya impor ilegal, namun keterbatasan
mencantumkan No. PIRT sumber daya
Pemda
BPOM Menginisiasi DAK Non
Fisik Pengawasan Obat dan
Makanan  disetujui
BAPPENAS dan Kemenkeu
Implementasi pertama TA 2020
UPAYA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN MELALUI
SINERGISME PENGAWASAN DI TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Butirtentang
Inpres 3 Tahun 2017 6, InpresPeningkatan
3/2017 (Pasal 292)
Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan Menteri Teknis/Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian
Badan POM mengoordinasikan pelaksanaan dapat mengusulkan Kegiatan Khusus kepada Bappenas dan
pengawasan OM dengan instansi terkait Kemenkeu yang didanai melalui Dana Alokasi Khusus bersumber
dari APBN untuk dialokasikan pada Daerah

Perpres 80 Tahun 2017 tentang BPOM (Pasal 3)


Langkah Konkrit
Kepala BPOM diinstruksikan untuk mengoordinasikan pelaksanaan
Pengawasan OM dengan Instansi Terkait termasuk Pemda
Koordinasi lintas sektor dan inisisasi upaya
penganggaran DAK (Dana Alokasi Khusus) Dukungan Instansi Vertikal
Non Fisik untuk pengawasan OM Peran aktif Unit Pelaksana Teknis BPOM di daerah
di Pemerintah Kab/Kota termasuk koordinasi lintas sektor di daerah

Permendagri Nomor 41 Tahun 2018


Peningkatan Koordinasi Pembinaan dan
Bantuan Operasional Kesehatan Pengawasan Obat dan Makanan di Daerah
Sub Bidang Pengawasan Obat dan PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN
Makanan OBAT DAN MAKANAN

Pengawasan di Tingkat Daerah dapat mendukung pengawasan pangan fortifikasi melalui pencabutan izin
edar PIRT untuk temuan garam dengan nomor PIRT, serta monitoring tindak lanjut pengawasan.
Menu Kegiatan DAK 2020
Pengawasan Makanan Minuman Industri
Rumah Tangga

Pre • Penyelenggaraan bimbingan teknis Pelatihan PKP


• Pengawasan dalam rangka penerbitan SPP-IRT
Market • Pengkajian ulang SPP-IRT

• Inventarisasi sarana IRTP


Post • Pengawasan sarana IRTP
• Sampling dan pengujian, serta pengawasan label PIRT
Market • Monitoring tindak lanjut hasil pengawasan sarana IRTP
• KIE keamanan pangan

27
Penugasan Khusus
Sebanyak 24 UPT yang terlibat dalam
penyerahan dukungan fortifikan kepada
UMK mempunyai tugas khusus :
1. Mengawal UMK yg mendapat
dukungan fortifikan melakukan
fortifikasi dalam produksinya
2. Melakukan verifikasi produk UMK
tersebut di peredaran melalui sampling
dan uji, baik di 2020 dan di 2021,
3. Meningkatkan koordinasi dengan lintas
sektor terkait untuk mengawal UMK
garam konsumsi tetap konsisten
memenuhi regulasi.
04
Penutup
Penutup
1. Kebijakan pelaksanaan pengawasan pangan fortifikasi selama masa pandemi
semakin diperlukan untuk melindungi masyarakat dan pengentasan stunting.
2. Tercipta persepsi yang sama antara pengawas pangan baik di pusat maupun di
daerah dalam pelaksanaan pengawasan, terutama untuk UMK.
3. Terdapat 2 (dua) penyesuaian pelaksanaan pengawasan di masa pandemi
Covid-19 yaitu:
a. Mekanisme pengawasan sarana produksi (on-desk atau on-site
inspection)
b. Mekanisme pengawasan produk (offline dan online)
4. Pangan fortifikasi merupakan kebijakan lintas sektor sehingga koordinasi linsek
yang erat di daerah sangat diperlukan agar pengawasan integratif dari hulu
sampai dengan hilir.

Anda mungkin juga menyukai