Anda di halaman 1dari 7

Ade Septian Maulana 2043700153

Anggada Al Habsyi 2043700098


Aris Munandar 2043700168
Hilda Puspita Sari 2043100095

Tugas kedua
Farmakoterapi Terapan Program profesi Apoteker
Tn X adalah seorang akuntan berumur 60 tahun yang datang ke klinik untuk memeriksakan
tekanan darahnya. Saat dia pertama kali didiagnosa hipertensi, dokter memberikan Ramipril
2,5 mg / hari sampai memberikan respon yang moderate Dokter meningkatkan dosis
ramipril 5 mg/hari 4 minggu yang lalu. Tn. X juga mengidap Diabetes Melitus tipe 2,
hiperkolesterolemia dan overweight. Dia tidak merokok, tidak memiliki riwayat penyakit
jantung serta family history juga tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Pengobatannya
saat ini adalah Ramipril 5 mg/hari, Simvastatin 40 mg/hari, dan Metformin 1 g dua kali
sehari saat makan.
Hasil pemeriksaan terakhir adalah:

 Tinggi 180 cm
 Berat : 93 kg
 BMI 29 kg/m2
 Lingkar pinggang 110 cm
 Tekanan darah sebelum terapi dengan ramipril: 160/95 mmHg
 HDL-cholesterol: 1.4 mmol/L
 Ratio of total cholesterol: HDL-cholesterol: 4.4
 Total cholesterol: 6.1 mmol/L
 Tekanan darah saat ini 145/90 mmHg
 Urinary albumin creatinine ratio: normal
 Creatinine: 0.10 mmol/L (normal)
 HbA1c: 6.8%

Pertanyaan :
1. Berdasarkan kriteria overweight BMI , Tn X termasuk katagori yan mana??
2. Bagaimanakah kaitan antara obesitas dengan hipertensi?
3. Bagiamanakah hubungan antara kadar kolesterol dengan resistensi insulin (DM tipe
2) dan Aterosklerosis
4. Apabila tekanan darah Tn X adalah 160/95, apa yang akan terjadi dengan Tn X?
(resiko kardiovaskuler fatal atau nonfatal), evaluasi menggunakan clinical judgement
dan Risk Calculator

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FARMAKOTERAPI TERAPAN
Ade Septian Maulana 2043700153
Anggada Al Habsyi 2043700098
Aris Munandar 2043700168
Hilda Puspita Sari 2043100095

Jawaban :
1. Diketahui BMI Tn. X = 29 kg/m2
Klasifikasi BMI / IMT menurut WHO sebagai berikut :

Berat badan kurang (Underweight) < 18,5

Berat badan normal 18,5 - 22,9

Kelebihan berat badan (Overweight) dengan risiko 23 - 24,9

Obesitas 25 - 29,9

Obesitas II ≥ 30

Dari tabel tersebutb di atas maka Tn. X termasuk kategori Obesitas


2. Kaitan antara obesitas dengan hipetensi
Berdasarkan penelitian disebutkan adanya hubungan yang bermakna antara
obesitas dengan kejadian hipertensi derajat 1. Hubungan obesitas telah lama
diketahui dan telah banyak dilaporkan oleh banyak peneliti, namun mekanisme
terjadinya hipertensi akibat obesitas hingga saat ini belum jelas. Sebagian besar
peniliti menitikberatkan patofisiologis tersebut pada tiga hal utama yaitu gangguan
sistem autonom, resitensi insulin serta abnormalitas struktur dan fungsi pembuluh
darah. Ketiga hal tersebut dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Pada obesitas, tahanan perifer berkurang sedangkan saraf simpatis meninggi
dengan aktifitas renin plasma yang rendah. Makin besar massa tubuh, makin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh.
Kondisi obesitas berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah
jantung. Daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi lebih
tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal.
Penurunan berat badan merupakan unsur yang paling berperan dalam pencegahan
dan pengobatan hipertensi. Pasien hipertensi didorong untuk melakukan penurunan
berat badan bila mengalami obesitas dan hal ini akan berefek pada penurunan
tekanan darah
Sumber :
- Aifin, Aya Yuriesta, Fitrah Ernawati, Mutiara Prihatini. Hubungan Kadar Glukosa
Darah Terhadap Peningkatan Kadar Lemak Darah Pada Populasi Studi Kohor
Kecamatan Bogor Tengah 2018. 2018 : 90 – 91)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FARMAKOTERAPI TERAPAN
Ade Septian Maulana 2043700153
Anggada Al Habsyi 2043700098
Aris Munandar 2043700168
Hilda Puspita Sari 2043100095

3. Hubungan antara kadar kolesterol dengan resistensi insulin (DM tipe 2) dan
Aterosklerosis
Dislipidemia akan menimbulkan stres oksidatif, keadaan ini terjadi akibat
gangguan metabolisme lipoprotein yang sering disebut sebagai lipid triad meliputi
peningkatan konsentrasi very low-density lipoprotein (VLDL) atau trigliserida,
penurunan konsentrasi high-density lipoprotein (HDL), dan terbentuknya small-
dense low-density lipoprotein (LDL) yang lebih bersifat aterogenik.
Penyakit kardiovaskuler yang salah satunya disebabkan oleh kelainan
metabolisme lemak (dislipidemia) merupakan penyebab kematian utama baik di
negara maju maupun berkembang. Orang dewasa dengan usia lebih dari 40 tahun
merupakan kelompok usia yang paling berisiko mengalami dislipidemia. Pada usia
dewasa 20 sampai dengan 30 tahun, fatty streaks (bercak sel busa berisi lemak)
mulai terlihat. Seiring berjalannya waktu, streaks akan mengalami penebalan
mencapai 2-3% dalam satu tahun yang disebabkan karena adanya sel radang dan
jaringan ikat yang tertimbun pada streaks. Sehingga, pada usia 50-60 tahun, akan
terjadi plaque atherosclerosis yang menyebabkan peyumbatan pembuluh darah
hingga 30% dimana aterosklerosis tersebut merupakan penyebab utama terjadinya
penyakit jantung koroner (PJK). Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit kardiovaskuler, seperti penyakit jantung koroner (PJK) antara lain umur,
sosial ekonomi, hiperkolesterol, hipertensi, diabetes, obesitas, kurang aktifitas, diet,
merokok, stres, dan keturunan.
Parhofer (2015) menyebutkan, glukosa dan lipid merupakan kedua
komponen penting dari metabolisme energi. Oleh karena itu tidak mengherankan
bahwa metabolisme glukosa dan metabolisme lemak terkait erat satu sama lain,
sehingga memiliki implikasi klinis yang penting. Dengan demikian, pasien diabetes
dapat dicirikan berdasarkan dislipidemia khas yang erat hubungannya dengan
penyakit kardiovaskular. Namun, kadar trigliserida di atas batas normal dan kadar
HDL rendah juga dapat menyebabkan gangguan metabolisme glukosa sehingga
mengakibatkan kemungkinan terjadinya hiperglikemi (kadar glukosa darah di atas
batas normal).

Studi yang dilakukan oleh Singh et al (2015), pada pasien dengan sindroma
metabolik menyebutkan bahwa lipoprotein lipase merupakan enzim utama yang
bertanggung jawab terhadap pembersihan lipoprotein yang mengandung trigliserida
dari sirkulasi, dimana aktivitas lipoprotein lipase sangat dipengaruhi oleh resistensi
insulin. Lipase hati juga bertanggung jawab terhadap pembersihan partikel HDL dari
sirkulasi, akan menunjukkan peningkatan aktivitas ketika terjadi resistensi insulin dan
menyebabkan kadar HDL menurun. Karena itu, pasien dengan diabetes melitus
akibat resistensi insulin akan mengalami peningkatan kadar trigliserida dan
penurunan kadar HDL. Kadar HDL yang rendah adalah faktor risiko penting pada
kejadian penyakit kardiovaskular.

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FARMAKOTERAPI TERAPAN
Ade Septian Maulana 2043700153
Anggada Al Habsyi 2043700098
Aris Munandar 2043700168
Hilda Puspita Sari 2043100095

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar


glukosa darah dengan kadar lemak darah, yaitu kolesterol total, kolesterol HDL,
kolesterol LDL, dan trigliserida. Temuan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Daboul MW (2010) yang menyebutkan kenaikan kadar trigliserida dan kolestrol
berkaitan erat dengan peningkatan kadar glukosa darah. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dapat dilakukan
dengan mengontrol kenaikan kadar glukosa darah. Pencegahan satu parameter
faktor risiko seperti kadar glukosa darah dapat menekan kejadian dislipidemia.
Peningkatan kadar trigliserida menyebabkan peningkatan kadar asam lemak
bebas yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan disfungsi sel β-. Meskipun
mekanisme pastinya hanya dipahami sebagian, tampaknya peningkatan konsentrasi
asam lemak bebas mengganggu atau memodulasi kaskade yang menghubungkan
reseptor insulin dengan transporter glukosa dan mengganggu fungsi normal dari
asam lemak bebas sel β-. Selain itu, asam lemak bebas merupakan modulator
inflamasi yang penting. Oleh karena itu hipertrigliseride mungkin dapat
menyebabkan inflamasi subklinis yang kemudian menyebabkan resistensi insulin dan
disfungsi sel β-. Fakta bahwa hipertrigliseridemia dapat memperburuk metabolisme
glukosa secara klinis penting karena menjelaskan mengapa lebih sulit untuk
mengontrol hiperglikemia pada pasien dengan hipertrigliseridemia dibandingkan
dengan mereka yang memiliki nilai trigliserida normal. Ini juga menjelaskan mengapa
pasien biasanya memerlukan perawatan antidiabetik yang lebih sedikit setelah
hipertrigliseridemia teratasi.
Sumber :
- Parhofer, Klaus G. Interaction between Glucose and Lipid Metabolism: More than
Diabetic Dyslipidemia. Diabetes and Metabolism Journal. 2015 : 39;353-362)
- Singh O, Gupta M, Khajuria V. Lipid profile and its relationship with blood glucose
levels in metabolic syndrome. National Journal of Physiology, Pharmacy &
Pharmacology. 2015: 5(2): 134 – 137)
- Aifin, Aya Yuriesta, Fitrah Ernawati, Mutiara Prihatini. Hubungan Kadar Glukosa
Darah Terhadap Peningkatan Kadar Lemak Darah Pada Populasi Studi Kohor
Kecamatan Bogor Tengah 2018. 2018 : 90 – 91)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FARMAKOTERAPI TERAPAN
Ade Septian Maulana 2043700153
Anggada Al Habsyi 2043700098
Aris Munandar 2043700168
Hilda Puspita Sari 2043100095

4. TD Tn. X = 160/95 mmHg. Apa yang akan terjadi dengan Tn X? (resiko kardiovaskuler
fatal atau nonfatal), evaluasi menggunakan clinical judgement dan Risk Calculator!

Dengan data hasil pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :


 HDL-cholesterol: 1.4 mmol/L
 Ratio of total cholesterol: HDL-cholesterol: 4.4
 Total cholesterol: 6.1 mmol/L
 Tekanan darah saat ini 145/90 mmHg
 Urinary albumin creatinine ratio: normal
 Creatinine: 0.10 mmol/L (normal) (0,6–1,2 mg/dL untuk pria)
 HbA1c: 6.8%

Konversi satuan (1 mmol/L = 38,6 mg/dL)


- HDL-Cholesterol 1.4 mmol/L = 54,04 mg/dL
- Total Kolesterol 6.1 mmol/L = 235,4 mg/dL
- Rasio Total Kolesterol 4,4
- HbA1C = 6,8% (nilai normal : 4% - 5,6% ; peningkatan resiko diabetes : 5,7% -
6,4% ; indikasi diabetes : ≥ 6,5%, menurut WHO)

Clinical Judgement :
- Berdasarkan data di atas, Tn. X (laki-laki) umur 60 tahun dan memiliki TD 160/95
mmHg
- Mengalami obesitas dan hasil pemeriksaan HbA1C menunjukkan nilai 6,8%
dimana nilai tersebut melebihi batas normal 4% - 5,6% dan diindikasikan
menderita diabetes.
- Penilaian resiko kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah) fatal atau
non fatal berdasarkan Carta Prediksi Resiko (WHO / International Society of
Hypertension)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FARMAKOTERAPI TERAPAN
Ade Septian Maulana 2043700153
Anggada Al Habsyi 2043700098
Aris Munandar 2043700168
Hilda Puspita Sari 2043100095

- Laki – laki
- Diabetes (HbA1C = 6,8%)
- Bukan Perokok
- Usia = 60 tahun
- Kolesterol Total = 6,1 mmol/L
- TD 160/90 mmHg
- Lingkar Perut = 110 cm (> 90 cm)

Dari data-data tersebut diatas ditarik


garis lurus maka didapatkan bahwa
Tn. X memiliki prediksi risiko pada
tahap 20% - 30%
Pasien harus konsultasi diet gizi
seimbang, indari alkohol.
Cek teratur TD setiap 3 bulan.
Pengobatan sebelumnya tetap
diberikan. Karena pasien menderita
(Sumber : Buku Manual Carta Prediksi Risiko Penyakit
DM(Buku
makaManual
pasien Carta
dianggap memiliki
Prediksi Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh
Jantung dan Pembuluh DarahDara
– Kemenkes RI. Dirjen P2P.
resiko > 30%
Dirjen P2PTM Tahun 2016)
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FARMAKOTERAPI TERAPAN
Ade Septian Maulana 2043700153
Anggada Al Habsyi 2043700098
Aris Munandar 2043700168
Hilda Puspita Sari 2043100095

Risk Calculator

Pada risk calculator ini menggunakan Heart Risk Calculator dari ACC/AHA
Hasil dari perhitungan dengan CV Risk Calculator
(http://www.cvriskcalculator.com/calculated?age=60&gender=1&race=0&total-
chol=235&hdl=54&sbp=160&dbp=90&treated=1&diabetes=1&smoker=0)

- Berdasarkan usia, risiko penyakit jantung atau stroke yang dihitung lebih dari
7,5%, dan diabetes, pedoman ACC / AHA menyarankan Anda harus
menggunakan statin dengan intensitas tinggi.
- Berdasarkan usia dan ras, tekanan darah tidak terkontrol dengan baik, dan harus
memulai intervensi gaya hidup dan mempertimbangkan untuk memulai diuretik
tiazid, ACEI / ARB, atau penghambat saluran kalsium (CCB).
- Berdasarkan usia dan risiko penyakit jantung atau stroke yang dihitung lebih dari
10%, pedoman USPSTF menyarankan untuk mendiskusikan penggunaan aspirin
dengan dokter Anda.

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FARMAKOTERAPI TERAPAN

Anda mungkin juga menyukai