Anda di halaman 1dari 64

TELAAH KTSP DAN KURIKULUM 2013

Oleh Supriyadi dan Ika W. Utamining Tias

A. Pengertian KTSP dan Kurikulum 2013


KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh
setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ) dalam Abdima, (2018).
Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) (Dalam iwin indriani)
dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP
dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam Abdima,
(2018).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut:
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah,

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
adalah sebagai berikut : KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan,
potensi dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik
(Abdima, 2018).

Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan
kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan. Kurikulum tingkat
satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan
oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. KTSP
merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif,
produktif, dan berprestasi (Abdima, 2018).

KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan
pendidikan, dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di
sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam
megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas
kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat (Abdima, 2018).

Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta Komite Sekolah
dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat
daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat
pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan
tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan
ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu
menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program-program
kegiatan opersional untuk mencapai tujuan sekolah (Abdima, 2018).

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk memandirikan dan memberdayakan
satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan
kurikulum (Abdima, 2018).

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan
kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangankan kurikulum melalui
pengembalian keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan dicapai

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan


bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagaipedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkanpengertian tersebut, ada dua dimensi
kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan,isi, dan bahan
pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran
(Abdima, 2018).

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan, dan tematik-integratif,


menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu
lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi
pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga
nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di
zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik. Adapun orientasi pengembangan kurikulum
2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan
pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Perubahan
yang paling berdasar adalah nantinya pendidikan akan berbasis science dan tidak berbasis
hafalan lagi ( Astasoge, 2017)

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin
tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana dimana peserta didikmenerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat
dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam
berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan,
dan keterampilan;
5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar matapelajaran;
6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi
dasar, dimana semuakompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetensi yang dinyatakan dalamkompetensi inti;
7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal) (Abdima, 2018).

B. Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013

KATEGORI KTSP KURIKULUM 2013

Landasan a. Undang-Undang a. Permendikbud Nomor 54 tahun 2013


Republik Indonesia tentang Standar Kompetensi Lulusan,
Nomor 20 Tahun 2003 b. Permendikbud Nomor 65 tahun 2013
tentang Sistem tentang Standar Proses,
Pendidikan Nasional c. Permendikbud Nomor 66 tahun 2013
b. Peraturan Pemerintah tentang Standar Penilaian,
Republik Indonesia d. Permendikbud Nomor 67 tahun 2013
Nomor 19 Tahun 2005 tentang KD dan Struktur Kurikulum SD-MI
tentang Standar Nasional e. Permendikbud Nomor 68 tahun 2013
Pendidikan tentang KD dan Struktur Kurikulum SMP-
c. Permendiknas Nomor 22 MTs,
Tahun 2006 tentang f. Permendikbud Nomor 69 tahun 2013
Standar Isi tentang KD dan Struktur Kurikulum SMA-
d. Permendiknas Nomor 23 MA,
Tahun 2006 tentang g. Permendikbud Nomor 70 tentang Kerangka
Standar Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum SMK-MAK,
lulusan h. Permendikbud Nomor 71 tahun 2013
tentang Buku Teks Pelajaran
e. Permendiknas Nomor 24 i. Permendikbud Nomor 64 tahun 2013
Tahun 2006 tentang tentang Standar Isi
Pelaksanaan
Permendiknas no.22, dan
23. (Pusat Penataran
Guru Teknologi
Bandung, 2006: 1)
f. Permendiknas Nomor 6
Tahun 2007 tentang
Perubahan Permendiknas
RI nomor 24 tahun 2006
g. Permendiknas No.41
Tahun 2007 tentang
Standar Proses
h. Permendiknas No.20
Tahun 2007 tentang
Standar Penilaian
Pendidikan

Pengembangan a. KTSP disusun dan a. pengembangan Kurikulum 2013 mengacu


oleh/ dikembangkan pada RPJMN 2014 sektor pendidikan yang
mekanisme berdasarkan Undang- memuat tentang perubahan metodologi
penyusunan undang No. 20 Tahun pembelajaran dan penataan kurikulum.
2003. b. Undang-Undang Dasar Negara Republik
b. Dikembangkan oleh Indonesia Tahun 1945
BSNP. Penyusunan dan c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
pengembangan KTSP tentang Sistem Pendidikan Nasional.
merupakan bagian dari d. Pemerintah pusat dan daerah memiliki
kegiatan perencanaan kendali kualitas dalam pelaksanaan
sekolah/madrasah. kurikulum di tingkat satuan pendidikan
c. Kegiatan ini dapat e. Satuan pendidikan mampu menyusun
berbentuk rapat kerja kurikulum dengan mempertimbangkan
dan/atau lokakarya kondisi satuan pendidikan, kebutuhan
sekolah/madrasah peserta didik dan potensi daerah
dan/atau kelompok. f. Pemerintah menyiapakan semua komponen
d. sekolah/madrasah yang kurikulum sampai buku teks dan pedoman.
diselenggarakan dalam
jangka waktu sebelum
tahun pelajaran baru
(BSNP: 2006).
e. Satuan pendidikan
mempunyai kebebasan
dalam pengelolaan
kurikulum
f. Masih terdapat
kecenderungan satuan
pendidikan menyusun
kurikulum tanpa
memepertimbangkan
kondisi satuan
pendidikan,kebutuhan
peserta didik, dan potensi
daerah
g. Pemerintah hanya
menyiapkan sampai
standar isi mata pelajaran

Orientasi a. Berorientasi pada hasil Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya


belajar (learning peningkatan dan keseimbangan antara
outcomes) dan kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill)
keberagaman. dan pengetahuan (knowledge).
b. Lebih menekankan pada
ketercapaian kompetensi
siswa
Pendekatan a. Pembelajaran langsung Pendekatan pembelajaran saintifik
pembelajaran b. Pembelajaran
kontekstual
c. Pembelajaran berbasis
masalah
d. Pembelajaran kooperatif
Standar isi Standar isi KTSP Standar Isi pada kurikulum 2013 berdasarkan
berdasarkan permendikbud Permendikbud nomor 21 tahun 2006 terdiri dari
nomor 22 tahun 2006 Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti
mencakup lingkup materi sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan
minimal dan tingkat tertentu.
kompetensi minimal untuk
mencapai kompetensi
lulusan minimal pada
jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.

SKL/ hasil a. Standar Isi ditentukan a. SKL (Standar Kompetensi Lulusan)


pendidikan terlebih dahulu melaui ditentukan terlebih dahulu, melalui
Permendiknas No 22 Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah
Tahun 2006. Setelah itu itu baru ditentukan standar isi, yang
ditentukan SKL (Standar berbentuk Kerangka Dasar Kurikulum,
Kompetensi Lulusan) yang dituangkan dalam Permendikbud No
melalui Permendiknas 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013. Standar
No 23 Tahun 2006. Kompetensi Lulusan diturunkan dari
Standar Kompetensi kebutuhan masyarakat.
Lulusan diturunkan dari b. Pada Kurikulum 2013, penilaian dilakukan
Standar Isi, secara otentik dengan mengukur semua
b. Pada KTSP, proses kompetensi sikap, keterampilan, dan
penilaian lebih dominan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
pada aspek pengetahuan.
Perangkat Perangkat pembelajaran Perangkat pembelajaran pada k13 terdiri dari
pembelajaran KTSP terdiri dari
a. Silabus
a. SK dan KD b. Rincian Minggu Efektif
b. Pemetaan SK/KD c. Program semester
c. Silabus d. Program tahunan
d. RPP e. Pemetaan KI/KD
e. Program semester f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
f. Program tahunan g. Kalender Pendidikan
g. KKM h. Alat Evaluasi

Jenjang di jenjang SD Tematik Tematik integrative


pelaksanaan Terpadu belum integrative
tematik
terpadu

Pendekatan Penilaiannya lebih dominan penilaian autentik (mengukur semua kompetensi


penilaian pada aspek pengetahuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
(melalui tes) berdasarkan proses dan hasil)

Jumlah jam Jumlah jam pelajaran lebih Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak
dan mata sedikit dan jumlah mata dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit
pelajaran pelajaran lebih banyak dibanding KTSP
dibanding Kurikulum 2013

Penggunaan TIK sebagai mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)
TIK bukan sebagai mata pelajaran, melainkan
sebagai media pembelajaran
Peran pendidik Pembelajaran berpusat pada Pembelajaran lebih berpusat pada siswa.
dalam guru
pembelajaran

Sumber : Abdima, 2018

Urutan penyusunan KTSP dan Kurikulum 2013

KTSP Kurikulum 2013

Kompetensi lulusan

a. Belum sepenuhnya menekankan a. Berkarakter mulia


pendidikan karakter b. Keterampilan yang relevan
b. Belum menghasilkan Keterampilan c. Pengetahuan-pengetahuan terkait
sesuai kebutuhan
c. Pengetahuan-pengetahuan lepas

Materi pembelajaran

a. Belum relevan dengan kompetensi a. Relevan dengan kompetensi yang


yang dibutuhkan dibutuhkan
b. Beban belajar terlalu berat b. Materi esensial
c. Terlalu luas, kurang mendalam c. Sesuai dengan tingkat perkembangan
anak
Proses pembelajaran

a. Berpusat pada guru (teacher a. Berpusat pada peserta didik (student


centered learning) centered active learning)
b. Sifat pembelajaran yang b. Sifat pembelajaran yang kontekstual
berorientasi pada buku teks c. Buku teks memuat materi dan proses
c. Buku teks hanya memuat materi pembelajaran, sistem penilaian serta
bahasan kompetensi yang diharapkan
Penilaian

a. Menekankan aspek kognitif a. Tidak menekankan hanya pada aspek


b. Test menjadi cara penilaian yang kognitif tetapi juga afektif dan
dominan psikomotorik
b. Penilaian tidak hanya berupa test,
tetapi unku kerja, dan penilaian
keterampilan serta sikap

Pendidik dan tenaga kependidikan

a. Memenuhi kompetensi profesi saja a. Memenuhi kompetensi profesi,


b. Fokus pada ukuran kinerja PTK pedagogi, sosial, dan personal
b. Motivasi mengajar

Pengolahan kurikulum

a. Satuan pendidikan mempunyai a. Pemerintah pusat dan daerah memiliki


kebebasan dalam pengelolaan kendali kualitas dalam pelaksanaan
kurikulum kurikulum di tingkat satuan
b. Masih terdapat kecendrungan pendidikan
satuan pendidikan menyusun b. Satuan pendidikan mampu menyusun
kurikulum tanpa kurikulum dengan
memepertimbangkan kondisi mempertimbangkan kondisi satuan
satuan pendidikan,kebutuhan pendidikan, kebutuhan peserta didik
peserta didik, dan potensi daerah dan potensi daerah
c. Pemerintah hanya menyiapkan c. Pemerintah menyiapakan semua
sampai standar isi mata pelajaran komponen kurikulum sampai buku
teks dan pedoman.
C. Struktur dan Muatan Kurikulum
1. Mata Pelajaran

Struktur KTSP memuat: mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri,
pengaturan beban, kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan, pendidikan kecakapan hidup,
serta pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global Mulyasa (dalam Rahmadini, 2018)
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam
standar isi meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.

a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia


b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d) Kelompok mata pelajaran estetika
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang
pendidikan selama enam tahun, mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum
SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran
dengan ketentuan sebagai berikut.Rahmadini, 2018

a. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti
tertera pada Tabel 2.
b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS
Terpadu”.
c. Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan
pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
d. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam
struktur kurikulum.
e. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan.
f. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
g. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu
(Rahmadini, 2018)
Mata pelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP sejajar dengan mata pelajaran lain dan
diperlakukan sebagai pengetahuan. Sedangkan dalam Kurikulum 2013, Bahasa Indonesia
menjadi alat komunikasi dan pembawa pengetahuan (Nurfuadah, 2014).

2. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Materi
muatan lokal bukanlah bagian dari materi mata pelajaran lain. Substansi muatan lokal
ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan
lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakannya.
Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester.
Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata
pelajaran muatan lokal (Ristiawan, 2016).
Untuk struktur Kurikulum 2013 SD Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan
Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Sedangkan, untuk SMP Muatan
lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya (Ristiawan, 2016).

3. Kegiatan Pengembangan Diri


Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat
setiap siswa, sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau
dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui
kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial,
belajar, dan pengembangan karier siswa serta kegiatan kepramukaan, kepemimpinan, dan
kelompok ilmiah remaja (Ristiawan, 2016).
Khusus untuk sekolah menengah kejuruan, pengembangan diri terutama ditujukan untuk
pengembangan kreativitas dan bimbingan karier. Pengembangan diri untuk satuan pendidikan
khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan
kebutuhan khusus siswa. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian
kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata
pelajaran (Ristiawan, 2016).
Kurikulum 2013 menetapkan Pramuka sebagai ekstrakurikuler yang wajib sedangkan dalam
KTSP pramuka bukanlah ekstrakurikuler yang wajib. Kurikulum 2013 Mata pelajaran
Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran. Kegiatan pengembangan diri
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan
kondisi sekolah (Ristiawan, 2016).

4. Pengaturan Beban Belajar


Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program
pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau sistem kredit semester. Kedua sistem
tersebut dipilih berdasarkan jenjang dan kategori satuan pendidikan yang bersangkutan. Satuan
pendidikan SD/MI/SDLB melaksanakan program pendidikan dengan menggunakan sistem
paket. Satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB dan SMK/MAK kategori
standar menggunakan sistem paket atau dapat menggunakan sistem kredit semester. Satuan
pendidikan SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK kategori mandiri menggunakan sistem kredit
semester. Sistem paket adalah sistem penyeleng-garaan program pendidikan yang siswanya
diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan
untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada suatu satuan pendidikan.
Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem paket dinyatakan dalam satuan jam
pembelajaran (Ria, 2015).
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk
mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan dengan memperhatikan tingkat perkembangan siswa (Ria, 2015).
Kurikulum 2013 mengisyaratkan adanya penambahan beban belajar di semua jenjang
pendidikan. Kebijakan penambahan jam ini dimaksudkan agar guru memiliki waktu yang lebih
leluasa untuk mengelola dan mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi (berpusat)
pada siswa atau mengembangkan pembelajaran aktif, beserta proses penilaiannya. (Rifani,
2017).

Beban belajar di SD/MI


Kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V,
dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu, dengan lama belajar untuk
setiap jam belajarnya yaitu 35 menit.

Beban belajar di SMP/MTs


Dari semula 32 menjadi 38 jam untuk masing-masing kelas VII, VIII, dan
IX, dengan lama belajar untuk setiap jam belajarnya yaitu 40 menit.
Beban belajar di SMA/MA
Kelas X bertambah dari 38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI
dan XII bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar, dengan lama belajar
untuk setiap jam belajarnya yaitu 45 menit.
(Kemendikbud. 2013) (dalam Akhmad Sudrajat : 2013)

5. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar
antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan
pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata siswa serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara
terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal (Ria, 2015).
Permendikbud nomor 53 tahun 2015 memiliki cara baru penilaian untuk kurikulum 2013 atau
kurikulum nasional, dari jenjang SD,SMP, SMA dan SMK, Buku Panduan kami lampirkan pada
unduhan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang menekankan
pembelajaran berbasis aktivitas yang bertujuan memfasilitasi siswa memperoleh sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Hal ini berimplikasi pada penilaian yang harus meliputi sikap, pengetahuan,dan keterampilan
baik selama proses (formatif) maupun pada akhir periode pembeajaran (sumatif). Berikut adalah
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian:
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi
Inti (KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4). Rumpea, 2010
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu penilaian yang dilakukan
dengan membandingkan capaian siswa dengan kriteria kompetensi yang ditetapkan. Hasil
penilaian baik yang formatif maupun sumatif seorang siswa tidak dibandingkan dengan skor
siswa lainnya namun dibandingkan dengan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan.
Panduan Penilaian Kurikulum 2013 SMP Dan SMA Dasar Permendikbud 53 Tahun 2015
(Rumpea, 2010).
c. Penilaian dilakukan secara terencana dan berkelanjutan. Artinya semua indikator
diukur, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar (KD) yang
telah dikuasai dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan belajar siswa (Rumpea,
2010).
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, berupa program peningkatan
kualitas pembelajaran, program remedial bagi siswa yang pencapaian kompetensinya di
bawah KBM/KKM, dan program pengayaan bagi siswa yang telah
memenuhi KBM/KKM. Hasil penilaian juga digunakan sebagai umpan balik bagi orang
tua/wali siswa dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa (Rumpea, 2010).
Kriteria ketuntasan belajar minimal (KKM) Berdasarkan panduan materi Pelatihan
Pendampingan Kurikulum 2013 untuk KI-3 dan KI-4 adalah B- (2.66) dengan demikian
seorang peserta didik dinyatakan belum menguasai KD yang dipelajarinya apabila
menunjukkan indikator nilai < 2.66 dari hasil tes formatif (Rumpea, 2010).
Sedangkan untuk KI-1 dan KI-2 untuk seluruh mata pelajaran, yakni jika profil sikap peserta
didik secara umum berada pada kategori baik atau B (3.00) menurut standar yang ditetapkan
satuan pendidikan yang bersangkutan (Rumpea, 2010).

6. Kenaikan Kelas
Menurut Devi (2018), menyatakan kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran,
dengan kriteria yang diatur oleh masing-masing direktorat teknis. Sesuai dengan ketentuan PP
19/2005 Pasal 72 Ayat (1), siswa dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar
dan menengah setelah:
a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan;
c) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi; serta
d) Lulus ujian nasional.

Beberapa istilah dalam kurikulum 2013 (Suriyadi, 2017), meliputi:

a) Istilah “KKM” menjadi “KBM” (Ketuntasan Belajar Minimal)


b) Istilah “UH” menjadi “PH” (Penilaian Harian)
c) Istilah “UTS” menjadi “PTS” (Penilaian Tengah Semester)
d) Istilah “UAS” menjadi “PAS” (Penilaian Akhir Semester)
e) Istilah “UKK” menjadi “PAT” (Penilaian Akhir Tahun)

Penentuan kenaikan kelas pada Kurikulum 2013 (Suriyadi, 2017), meliputi:

a) Maksimal hanya 3 Mapel yang KBM-nya tidak TUNTAS.


b) Nilai Pengetahuan KI.3 harus Tuntas.
c) Nilai Keterampilan KI.4 harus Tuntas.
d) KI.1 dan KI.2 harus BAIK.

7. Penjurusan
Penjurusan KTSP dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA. Kriteria penjurusan diatur oleh
direktorat teknis terkait. Penjurusan pada SMK/MAK didasarkan pada spektrum pendidikan
kejuruan yang diatur oleh direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (Ristiawan, 2016).
Sistem peminatan Kurikulum 2013 telah menjadi pilihan untuk siswa pada jenjang Sekolah
Menengah Atas (SMA). Sistem peminatan yang mulai dilakukan pada kelas X ini tentu
membutuhkan peran dari guru Bimbingan Konseling (BK) untuk mengarahkan anak ke
minatnya (Sudrajat, 2013).

8. Pendidikan Kecakapan Hidup


Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB, SMK/MAK dapat
memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan
sosial, kecakapan akademik dan/atau kecakapan vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat
merupakan bagian integral dari pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul
yang direncanakan secara khusus. Pendidikan tersebut dapat diperoleh siswa dari satuan
pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal
(Devi, 2018).
Pendidikan kecakapan hidup sudah lebih operasional dalam Kurikulum 2013. Kurikulum 2013
bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia .
Untuk mencapai tujuan tersebut, dirumuskan empat kompetensi inti untuk seluruh mata
pelajaran yang terdiri dari: KI-1 untuk kompetensi inti sikap spiritual; KI-2 untuk kompetensi
inti sikap sosial; KI-3 untuk kompetensi inti pengetahuan; dan KI-4 untuk kompetensi inti
keterampilan (Devi, 2018).

9. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global


Menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 2016 Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing
global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan
lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi siswa. Kurikulum untuk
semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global.
Menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 2016 Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran
muatan lokal. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh siswa dari satuan
pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
Menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 2016 Pada kurikulum 2013 kemampuan yang harus
dimiliki adalah Kemampuan berkomunikasi, Kemampuan berpikir jernih dan kritis,
Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, Kemampuan menjadi warga
negara yang bertanggungjawab, Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap
pandangan yang berbeda, Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, Memiliki
minat luas dalam kehidupan Memiliki kesiapan untuk bekerja, Memiliki kecerdasan sesuai
dengan bakat/minatnya, Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan (dalam bahan uji
publik k13).

D. Pengembangan Silabus
Silabus dalam KTSP adalah Rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/ tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar materi pokok/
pembelajaran dasar, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensiuntuk penilaian, penilaian,alokasi waktu, dan sumber belajar (BSNP,
2006: 14) (dalam Rini : 2015)
Sedangkan dalam kurikulum 2013 silabus adalah merupakan rencana pembelajaran pada suatu
mata pelajaran yang mencakup Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar,materi Kompetensi
Dasar,materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar. (Permen No 59 tahun 2014 ttg K13) (dalam Rini : 2015)
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok
dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.
1. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali
karakteristik peserta didik, kondisi sekolah / madrasah dan lingkungannya.
2. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan
silabus secara mandiri, maka pihak sekolah/madrasah dapat mengusahakan untuk
membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan
digunakan oleh sekolah/madrasah tersebut.
3. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara
bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama
oleh guru yang terkait.
4. Sekolah / Madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri,
sebaiknya bergabung dengan sekolah-sekolah / madrasah-madrasah lain melalui forum
MGMP / PKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh
sekolah-sekolah / madrasah-madrasah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
5. Dinas Pendidikan/Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama
setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang
terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing (Rini : 2015).
Prinsip pengembangan silabus
Dikutip dari (Mahmudin: 2012) Untuk memperoleh silabus yang baik, dalam penyusunan
silabus perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Di samping itu, strategi pembelajaran yang
dirancang dalam silabus perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran dan teori
belajar (Mahmudin, 2012)
b) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual
peserta didik. Prinsip ini mendasari pengembangan silabus, baik dalam pemilihan materi
pembelajaran, strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, penetapan waktu,
strategi penilaian maupun dalam mempertimbangkan kebutuhan media dan alat
pembelajaran (Mahmudin, 2012).
Kesesuaian antara isi dan pendekatan pembelajaran yang tercermin dalam materi
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran pada silabus dengan tingkat perkembangan
peserta didik akan mempengaruhi kebermaknaan pembelajaran (Mahmudin, 2012).
c) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai
kompetensi. SK dan KD merupakan acuan utama dalam pengembangan silabus. Dari kedua
komponen ini, ditentukan indikator pencapaian, dipilih materi pembelajaran yang
diperlukan, strategi pembelajaran yang sesuai, kebutuhan waktu dan media, serta teknik
dan instrumen penilaian yang tepat untuk mengetahui pencapaian kompetensi tersebut
(Mahmudin, 2012).
d) Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara KD, indikator, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, serta teknik dan instrumen
penilaian. Dengan prinsip konsistensi ini, pemilihan materi pembelajaran, penetapan
strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan sumber dan media
pembelajaran, serta penetapan teknik dan penyusunan instrumen penilaian semata-mata
diarahkan pada pencapaian KD dalam rangka pencapaian SK (Mahmudin, 2012).
e) Memadai
Cakupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian KD. Dengan prinsip ini, maka
tuntutan kompetensi harus dapat terpenuhi dengan pengembangan materi pembelajaran
dan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan. Sebagai contoh, jika SK dan KD menuntut
kemampuan menganalisis suatu obyek belajar, maka indikator pencapaian kompetensi,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan teknik serta instrumen penilaian harus
secara memadai mendukung kemampuan untuk menganalisis (Mahmudin, 2012)
f) Aktual dan kontekstual
Cakupan indikator, materi pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Banyak fenomena dalam kehidupan sehari-
hari yang berkaitan dengan materi dan dapat mendukung kemudahan dalam menguasai
kompetensi perlu dimanfaatkan dalam pengembangan pembelajaran. Di samping itu,
penggunaan media dan sumber belajar berbasis teknologi informasi, seperti komputer dan
internet perlu dioptimalkan, tidak hanya untuk pencapaian kompetensi, melainkan juga
untuk menanamkan kebiasaan mencari informasi yang lebih luas kepada peserta didik
(Mahmudin, 2012).
g) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik,
serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas
silabus ini memungkinkan pengembangan dan penyesuaian silabus dengan kondisi dan
kebutuhan masyarakat (Mahmudin, 2012).
h) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi, baik kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Prinsip ini hendaknya dipertimbangkan, baik dalam mengembangkan
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, maupun penilaiannya. Kegiatan
pembelajaran dalam silabus perlu dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik
memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kemampuannya, bukan hanya kemampuan
kognitif saja, melainkan juga dapat mempertajam kemampuan afektif dan psikomotoriknya
serta dapat secara optimal melatih kecakapan hidup (life skill) (Mahmudin, 2012).

Unit waktu silabus


1. Disusun berdasarkan alokasi waktu yg disediakan untuk mata pelajaran
2. Memperhatikan alokasi per semester, per tahun
3. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (KTSP) dan Kompetensi Inti Kompetensi
Dasar (k13).

Menurut Rifani, 2016 Langkah-langkah pengembangan silabus :


1. Mengkaji SK-KD
Standar kompetensi pada dasarnya merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang
menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester untuk mata pelajaran tertentu. Kompetensi
dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran
tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi. Kompetensi Dasar merupakan
pengembangan potensi-potensi perkembangan pada anak yang diwujudkan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan usianya; berupa pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan
indikator yang dapat diukur dan diamati. Hasil Belajar merupakan cerminan kemampuan
anak yang dicapai dari suatutahapan pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.
Indikator merupakan hasil belajar yang lebih spesifik dan terukur dalam satukompetensi
dasar. Apabila serangkaian indikator dalam satu kompetensi dasar sudahtercapai, berarti
target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi. Standar kompetensi dan kompetensi
dasar ini berlaku secara nasional, ditetapkan oleh BSNP. Para pengembang silabus perlu
mengkaji secara teliti standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak
harus selalu sesuai dengan urutan yang ada dalam standar isi;
b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.

2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran


Materi pokok/pembelajaran ini merupakan pokok-pokok materi pembelajaran yang harus
dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator. Jenis materi pokok bisa
berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, atau keterampilan. Materi pokok dalam silabus
biasanya dirumuskan dalam bentuk kata benda atau kata kerja yang dibendakan. Untuk
mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi
dasar dilakukan dengan mempertimbangkan:
a) Potensi peserta didik
b) Relevansi dengan karakteristik daerah
c) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik

3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk/pola umum kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini dapat berupa kegiatan
tatap muka maupun bukan tatap muka. Kegiatan tatap muka, berupa kegiatan pembelajaran
dalam bentuk interaksi langsung antara guru dengan siswa (ceramah, tanya jawab, diskusi,
kuis, tes). Kegiatan non tatap muka, berupa kegiatan pembelajaran yang bukan interaksi
langsung guru-siswa (mendemonstrasikan, mempraktikkan, mengukur, mensimulasikan,
mengadakan eksperimen, mengaplikasikan, menganalisis, menemukan, mengamati,
meneliti, menelaah), kegiatan pembelajaran kontekstual, dan kegiatan pembelajaran
kecakapan hidup.
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan
proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar
merupakan aktivitas belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik,
khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
b) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta
didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi
pembelajaran.
d) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur
penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan
siswa dan materi.

4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
penilaian dengan menggunakan kata kerja operasional. Kata kerja operasional pada KD
benar-benar terwakili dan teuji akurasinya pada deskripsi yang ada di kata kerja
operasional indikator (Rifani, 2016).

5. Penentuan Jenis Penilaian


Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek
dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang
proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan (Rifani, 2016).

6. Menentukan Alokasi Waktu


Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu
efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah
kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang
beragam (Rifani, 2016).
Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk
mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun,
dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok. Implementasi pembelajaran per
semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur
kurikulum. Khusus untuk SMK/MAK menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan
kompetensi (Rifani, 2016).

7. Menentukan Sumber Belajar


Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik,
alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi
dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah Silabus merupakan acuan penyusunan
kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit
memuat:

a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan


SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk
suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;
d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
e. Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);
f. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;
g. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan;
h. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
i. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk
satu semester atau satu tahun; dan
j. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau
sumber belajar lain yang relevan.

D. Mekanisme Penyusunan KTSP dan Kurikulum 2013


Dikutip dari Kahar Muzakkir (2017) mekanisme penyusunan KTSP disekolah Berdasarkan
buku panduan penyusunan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP dikatakan bahwa Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian
program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Mekanisme penyusunan
kurikulum sekolah secara garis besar terdiri dari 3 tahap yaitu pembentukan tim penyusun,
tahap kegiatan penyusunan dan tahap pemberlakuan.
Sedangkan menurut buku PANDUAN KERJA KEPALA SEKOLAH yang diterbitkan oleh
Ditjen GTK tahun 2017 (Dalam kahar : 2017), tahapan pengembangan KTSP terdiri dari tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pengawasan:
Tahap perencanaan :
Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah :
1. Membentuk Tim pengembang KTSP untuk setiap satuan pendidikan (TKLB, SDLB,
SMPLB, dan SMALB) sebelum tahun ajaran. SK Tim Pengembang KTSP yang
melibatkan unsur:
a. Kepala Sekolah,
b. Guru kelas
c. Guru mapel/mulok
d. Guru program khusus
e. Komite Sekolah
f. Dinas Pendidikan
g. DUDI (Dunia Usaha dan Industri)

Pada buku panduan Penyusunan KTSP dari BSNP disebutkan bahwa Tim penyusun KTSP
pada SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai
ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah,
dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait.

Menggunakan peraturan-peraturan sebagai acuan penyusunan dokumen kurikulum (SNP,


Peraturan Daerah, Program Kekhususan, pedoman penyusunan KTSP, dan KTSP tahun
lalu). KTSP yang disusun memuat peraturan-peraturan:

a. Peraturan tentang SI
b. Peraturan tentang SKL
c. Peraturan tentang Standar Proses Pendidikan Khusus
d. Peraturan tentang Standar Penilaian
e. Peraturan daerah tentang muatan lokal
f. Pedoman tentang Program Kekhususan
g. Pedoman penyusunan KTSP

Tahap pelaksanaan
1. Kepala sekolah melakukan pengembangan dokumen kurikulum oleh tim
pengembanKTSP. Dokumen yang dibutuhkan pada tahapan ini adalah
a. Undangan rapat pengembangan dokumen kurikulum
b. Notulensi rapat pengembangan kurikulum.
c. Daftar hadir rapat pengembangan kurikulum
d. Dokumentasi (foto kegiatan)
2. Kepala sekolah melakukan reviu kurikulum tahun lalu, SKL, SI, Standar Proses, Standar
Penilaian, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum masing-masing jenjang pendidikan
atau satuan pendidikan, dan pedoman implementasi kurikulum. Pada kegiatan ini
perangkat yang harus ada adalah :
a. Catatan hasil review kurikulum tahun lalu tentang Standar Isi , standar proses, SKL,
Standar Penilaian.
b. Catatan hasil review kurikulum tahun lalu tentang kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum.
c. Catatan hasil review kurikulum tahun lalu tentang implementasi kurikulum.
3. Kepala sekolah melakukan revisi dokumen kurikulum. sehingga dihasilkan Dokumen final
buku 1 (KTSP), buku 2 (silabus), dan buku 3 (RPP).
4. Persetujuan dan pengesahan dokumen kurikulum. Dokumen kurikulum yang telah
mendapatkan persetujuan dari komite sekolah dan pengawas serta pengesahan dari Dinas
Pendidikan Provinsi.
5. Melakukan sosialisasi dokumen kurikulum kepada warga sekolah. Dokumen yang harus
ada pada tahapan ini adalah
a. Undangan sosialisasi dokumen kurikulum kepada warga sekolah.
b. Notulen sosialisasi dokumen kurikulum kepada warga sekolah.
c. Daftar hadir sosialisasi dokumen kurikulum kepada warga sekolah.
d. Surat instruksi sosialisasi dokumen kurikulum kepada guru untuk peserta didik.
Tahap Pengawasan:
Agar pelaksanaan pemberlakuan kurikulum sekolah yang sudah disusun dapat berjalan
sesuai dengan harapan, maka perlu diawasi dan dimonitoring. Adapun kegiatan
pengawasan ini meliputi :
1. Mengawasi proses pelaksanaan kurikulum (Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan
komite sekolah). Kegiatan ini dibuktikan dengan adanya Jurnal harian KS. yang
menggambarkan pelaksanaan kegiatan kurikulum di sekolah dan Laporan hasil
pengawasan.
2. Melaporkan hasil pengembangan kurikulum (kurikulum fungsional) kepada dinas
pendidikan provinsi. Oleh karena itu harus ada dokumen :
a. Dokumen laporan hasil pengembangan kurikulum tahun berjalan.
b. Laporan hasil pengembangan kurikulum diketahui oleh Pengawas Sekolah dan
Komite Sekolah.

Tahap Pembiayaan :
Kegiatan pelaksanaan penyusunan kurikulum sekolah dapat dilaksanakan dengan
mengadakan kegiatan workshop atau lokakarya sehingga dapat dialokasikan dananya
melalui dana BOS. Item yang bisa dibiayai untuk kegiatan ini menurut Jukni BOS tahun
2017 meliputi fotokopi bahan/materi, pembelian alat dan/atau bahan habis pakai,
konsumsi, dan/atau transportasi dan jasa profesi bagi narasumber dari luar sekolah (jika
diperlukan) Kahar Muzakkir (2017).

E. Pelaksanaan Penyusunan KTSP dan K13


KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut. (Anwar, 2013)
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian
peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran
dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
2. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan.
Kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai generasi yang hidup di masa depan tidak
lagi menitikberatkan pada penguasaan materi dan berpikir rutin, karena kedua kemampuan
itu telah dilakukan oleh komputer.
Kemampuan-kemampuan yang perlu dikuasai generasi masa depan meliputi kemampuan
berkomunikasi, kreatif, berpikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan, menjadi warga negara yang bertanggungjawab, toleran, hidup dalam
masyarakat yang mengglobal, serta memiliki minat luas dalam kehidupan, kesiapan untuk
bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan rasa tanggungjawab terhadap
lingkungan. Kurikulum harus mampu menjawab tantangan ini (Anwar, 2013).
3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengantingkat perkembangan dan
kemampuan peserta didik. Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan
martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif,
psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan
memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional,
sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik (Anwar, 2013).
4. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan.
Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan
pengalaman hidup sehari-hari.Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman
tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan
daerah (Anwar, 2013).
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang otonom dan
demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong partisipasi masyarakat
dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus ditampung
secara berimbang dan saling mengisi (Anwar, 2013).
6. Tuntutan dunia kerja.
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik
yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum
perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal
ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (Anwar, 2013).
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis
pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan.
Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan
IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu,
kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan
perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.(Anwar, 2013)
8. Agama.
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan taqwa serta
akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh
karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan
iman, taqwa dan akhlak mulia (Anwar, 2013).
9. Dinamika perkembangan global.
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang
sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang
semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai
kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain (Anwar, 2013).
10. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik
yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa
dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya
wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan
bangsa dalam wilayah NKRI (Anwar, 2013).
11. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya
masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan
apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari
budaya dari daerah dan bangsa lain.(Anwar, 2013)
12. Kesetaraan Jender.
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan
memperhatikan kesetaraan jender.
13. Karakteristik satuan pendidikan.
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas
satuan pendidikan.

Dikutip dari Sudirman (2014) Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor berikut
ini:

1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dalam hubungannya
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada delapan Standar Nasional Pendidikan:
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga ke
pendidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya adalah perkembangan penduduk
Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait
dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan
industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.
Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan
imbas teknosains serta mutu, investasi dan transformasi bidang pendidikan.
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Menurut Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 (dalam Zainuddin, 2015), Kurikulum 2013
dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir berikut:
a. Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus
memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari dan gaya belajarnya (learning
style) untuk memiliki kompetensi yang sama;
b. Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-
lingkungan alam, sumber atau media lainnya);
c. Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari
siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
d. Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin
diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik);
e. Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim);
f. Penguatan pembelajaran berbasis multimedia;
g. Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap memperhatikan
pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
h. Penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines);
i. Penguatan pola pembelajaran kritis.

4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum


Penguatan Kurikulum 2013 dilakukan melalui tata kelola sebagai berikut:
a. Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif;
b. Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala
sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader);
c. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.
5. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi yang tidak relevan serta
pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

E. Prinsip Pengembangan KTSP dan Kurikulum 2013


Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006
Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan tentang
prinsip pengembangan kurikulum menjelaskan bahwa Kurikulum tingkat satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah
berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan
kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
berikut :
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama,
suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan
yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan
sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan
kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan
manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia

Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini.

1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata
pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan
pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan
pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang
menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta
didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum
berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan,
keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran.
4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan
dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis
kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi,
dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10. Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan
yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut
harus segera diikuti dengan proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar
yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.

F. Komponen KTSP dan Kurikulum 2013


Dikutip dari Budi (2013) komponen KTSP adalah sebagai berikut :
1. Visi dan Misi Satuan Pendidikan
Dalam mengembangkan visinya, kepala sekolah harus mampu mendayagunakan kekuatan-
kekuatan yang relevan bagi kegiatan internal sekolah. Kekuatan-kekuatan tersebut dapat
dibagi dalam dua kelompok. Pertama, kekuatan yang berhubungan dengan apa yang sedang
berlangsung di luar sekolah. Kedua, kekuatan yang berhubungan dengan klien pendidikan
yaitu latar belakang sosial, aspirasi keuangan, sumber-sumber masyarakat dan karakteristik
lingkungan. Kepala sekolah dalam mengembangkan visinya harus mampu menyeleksi
secara berkelanjutan atas kelompok-kelompok kekuatan tersebut Budi (2013).
2. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Dalam pengembangan KTSP, satuan pendidikan harap mampu menyusun program
peningkatan umum yang mencakup tujuan, sasaran dan target yang akan dicapai untuk
program jangka pendek maupun jangka panjang.Tujuan pendidikan dasar adalah
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia setiap keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.Budi (2013).
3. Menyusun Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu kegiatan pembelajaran peserta didik selama
satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajan efektif dan hari libur.Setiap permulaan tahun pelajaran,
setelah/madrasah menyusun kalender pendidikan untuk mengatur waktu kegiatan
pembelajaran selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu
efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Pengaturan waktu belajar di
sekolah/madrasah mengacu pada Standar Isi dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah,
karakteristik sekolah/madrasah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, serta ketentuan
dari pemerintah/pemerintah daerah Budi (2013).
4. Struktur Muatan KTSP
Struktur muatan KTSP mencakup mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan
diri, pengaturan beban belajar, kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan, pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
5. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelornpok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompeten. dasar, materi pokok/pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran stanaai kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran.
kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran
untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan
dalam silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri
atas 1 (satu) indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih Budi (2013).

Dikutip dari Afit (2013) Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang
implementasi Kurikulum 2013 SMK pada tahun pelajaran 2015/2016 adalah sebagaimana
tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang
Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013, kemudian ditindaklanjuti dengan
Peraturan Bersama Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktur Jenderal Pendidikan
Menengah Nomor 5496/C/KR/2014 dan Nomor 7915/D/KP/2014 tentang Petunjuk Teknis
Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 pada Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah. Dalam penyusunan kurikulum 2013 perlu diketahui beberapa
komponen diantaranya :
1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada pendidikan SMK adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang diharapkan dapat dicapai setelah peserta didik menyelesaikan masa belajar.SKL
merupakan acuan utama dalam pengembangan Kompetensi Inti (KI), selanjutnya
Kompetensi Inti dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD).
2. Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai SKL yang harus dimiliki
seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi dasar
pengembangan KD. KI mencakup: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan yang berfungsi sebagai pengintegrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran
atau program dalam mencapai SKL.
3. Kompetensi Dasar adalah kemampuan yang menjadi syarat untuk menguasai Kompetensi
Intiyang harus diperoleh peserta didik melalui proses pembelajaran. Kompetensi Dasar
merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan pembelajaran serta perkembangan
belajar yang mengacu pada Kompetensi Inti dan dikembangkan berdasarkan taksonomi
hasil belajar.
4. Taksonomi dimaknai sebagai seperangkat prinsip klasifikasi atau struktur dan kategori
ranah kemampuan tentang perilaku peserta didik yang terbagi ke dalam ranah sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Pembagian ranah perilaku belajar dilakukan untuk
mengukur perubahan perilaku seseorang selama proses pembelajaran sampai pada
pencapaian hasil belajar, dirumuskan dalam perilaku (behaviour) dan terdapat pada
indikator pencapaian kompetensi.
Dikutip dari anggraeni (2018) menjelaskan tentang komponen kurikulum 2013 :

a. Komponen tujuan

Domain Perbedaan dari ketiga tingkatan, yakni tingkat SD, SMP, dan
kognitif SMA/SMK, terletak pada perbedaan jenis pengetahuan dan ruang
lingkup objek pengetahuan. Untuk tingkat SD, jenis pengetahuan
yang dituntut untuk dimiliki adalah faktual dan konseptual, serta
ruang lingkup objek masih berada di lingkungan sekitar dan
berkaitan/terjadi kontak langsung. Untuk SMP, jenis pengetahuan
yang dituntut untuk dimiliki adalah faktual, konseptual, dan
prosedural, serta ruang lingkup objek masih berada di lingkungan
sekitar maupun di tempat yang berbeda dan masih terlihat. Sementara
untuk tingkat SMA, jenis pengetahuan yang dituntut untuk dimiliki
adalah prosedural dan metakognitif, serta ruang lingkup objek masih
berada di lingkungan sekitar dan dia dapat mengetahui sebab-sebab
dari fenomena yang terjadi.

Domain Perbedaan dari ketiga tingkatan, yakni tingkat SD, SMP, dan
afektif SMA/SMK, terletak pada penerapan sikap yang diharapkan. Untuk
tingkat SD, penerapan sikap masih dalam ruang lingkup lingkungan
sekitar,

sedangkan untuk tingkat SMP penerapan sikap dituntut untuk


diterapkan pada lingkungan pergaulannya dimanapun ia berada.
Sementara itu, untuk tingkat SMA/SMK, dituntut memiliki sikap
kepribadian yang mencerminkan kepribadian bangsa dalam pergaulan
dunia.

Domain Perbedaan dari ketiga tingkatan, yakni tingkat SD, SMP, dan
psikomotor SMA/SMK, hanya terletak pada kemandirian siswanya. Untuk tingkat
SD, tidak dituntut untuk kemandirian tinggi, namun dituntut untuk
menyelesaikan suatu tugas yang hanya ditugaskan kepadanya. Untuk
tingkat SMP, dituntut untuk dapat mempelajari sesuatu yang tidak
hanya berasal dari satu sumber saja, melainkan dari sumber lain juga
dituntut untuk dipelajari. Untuk tingkat SMA/SMK, kemampuan
keterampilan yang dituntut adalah keterampulan untuk dapat
mengembangkan atau mengaplikasikan teori yang dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Komponen isi
Pada kurikulum 2013 setiap jenjang atau tingkatan pendidikan dalam hal isi, yakni segala
sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka
mencapai tujuan. Dalam pembahasan ini, sesuatu yang diberikan kepada peserta didik adalah
mata pelajaran dan alokasi waktu yang diberikan untuk setiap mata pelajaran.
SD Untuk kurikulum SD, terdapat usulan pengelompokkan mata
pelajaran. Kelompok A meliputi mata pelajaran pendidikan agama,
PPKn, bahasa Indonesia, matematika, IPA, dan IPS. Sementara itu,
kelompok B terdiri dari seni budaya & prakarya, serta pendidikan
jasmani, olahraga & kesehatan.

Untuk muatan lokal dan pengembangan diri yang awalnya merupakan


pelajaran terpisah, diusulkan untuk digabungkan pada kelompok B,
yakni muatan lokal dan seni budaya & keterampilan digabungkan
menjadi mata pelajaran seni budaya & prakarya dan pendidikan
jasmani, olahraga & kesehatan, serta pengembangan diri
diintegrasikan pada semua mata pelajaran.

Usulan mengenai alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran setiap


tingkatan kelas diusulkan berbeda-beda, tergantung dari tujuan
kurikuler yang ingin dicapainya. Ada dua usulan yang berbeda,
khususnya mengenai pembelajaran mata pelajaran IPA dan IPS, yang
didasarkan pada tingkat kemampuan berpikir anak. Namun begitu,
untuk jumlah alokasi waktunya sama.

SMP Untuk kurikulum SMP, terdapat penambahan alokasi waktu


pembelajaran dari kurikulum SMP yang sebelumnya. Selain itu, ada
pula usulan untuk mengelompokkan mata pelajaran. Untuk mata
pelajaran pendidikan agama, PPKn, bahasa Indonesia, matematika,
IPA, IPS, dan bahasa Inggris, dimasukkan ke dalam kelompok A.
Sementara itu, kelompok B terdiri atas mata pelajaran seni budaya,
penjaskes, dan prakarya (termasuk muatan lokal). Namun, dalam
usulan kurikulum baru ini tidak terdapat mata pelajaran
keterampilan/TIK, melainkan TIK diintegrasikan dalam setiap mata
pelajaran. Hal tersebut memang terkesan sangat rancuh, mengingat
pada era ini proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari teknologi
yang semakin hari semakin berkembang.

SMA/SMK Untuk kurikulum SMA, tidak ada perubahan untuk mata pelajaran
kelompok A dan kelompok B. Namun, untuk mata pelajaran
kelompok C dibagi menjadi 3 jurusan,

yakni jurusan berdasarkan minat akademik di bidang matematika &


sains, bidang sosial, dan bidang bahasa, yang memiliki alokasi waktu
yang sama. Pada usulan kurikulum yang baru, terdapat pula mata
pelajaran pilihan yang terdiri dari mata pelajaran literasi media,
bahasa asing lain, teknologi terapan, dan pilihan pendalaman minat
atau lintas minat.Untuk kurikulum SMK,

Tidak ada perubahan untuk mata pelajaran kelompok A dan kelompok


B. Namun, untuk mata pelajaran kelompok C dibagi menjadi 5
jurusan, yakni jurusan berdasarkan minat akademik di bidang
matematika, fisika, kimia, bahasa inggris vokasi dan keterampilan
kejuruan, yang memiliki alokasi waktu yang berbeda dimana
keterampilan kejuruan memiliki alokasi waktu yang lebih banyak.

c. Komponen metode
Dalam Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, tidak disebutkan secara khusus metode
pengembangan dan/atau pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang pengajar di kelas.
Namun, harus dipahami bahwa seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi
pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa
untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan
efektivitas yang tinggi, serta harus sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang
ingin dicapai. Wahyono, 2013

d. Komponen evaluasi
Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembentuk kurikulum yang berperan sebagai
cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu tercapai atau tidak.
Adanya rancangan kurikulum 2013 ini merupakan bentuk pembaharuan kurikulum, dimana
telah dilaksanakannya evaluasi dari kurikulum-kurikulum sebelumnya.Wahyono, 2013
Tugas dari komponen evaluasi terhadap sebuah kurikulum, antara lain mempertahankan SK-
KD lama yang sesuai dengan SKL baru, merevisi SK-KD lama dan disesuaikan dengan SKL
baru, dan menyusun SK-KD baru.

G. Kelebihan dan Kelemahan KTSP

Kelebihan KTSP ( dikutip dari Ahmad, 2017) :

1. Mendorong terwujudnya otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah
adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di
lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. Dengan adanya
penyeragaman ini, sekolah di kota sama dengan sekolah di daerah pinggiran maupun di
daerah pedesaan.
2. Penyeragaman kurikulum ini juga berimplikasi pada beberapa kenyataan bahwa sekolah di
daerah pertanian sama dengan sekolah yang daerah pesisir pantai, sekolah di daerah
industri sama dengan di wilayah pariwisata. Oleh karenanya, kurikulum tersebut menjadi
kurang operasional, sehingga tidak memberikan kompetensi yang cukup bagi peserta didik
untuk mengembangkan diri dan keunggulan khas yang ada di daerahnya. Sebagai implikasi
dari penyeragaman ini akibatnya para lulusan tidak memiliki daya kompetitif di dunia kerja
dan berimplikasi pula terhadap meningkatnya angka pengangguran. Untuk itulah kehadiran
KTSP diharapkan dapat memberikan jawaban yang konkrit terhadap mutu dunia
pendidikan di Indonesia. Dengan semangat otonomi itu, sekolah bersama dengan komite
sekolah dapat secara bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan, situasi, dan kondisi lingkungan sekolah. Sebagai sesuatu yang baru, sekolah
mungkin mengalami kesulitan dalam penyusunan KTSP. Oleh karena itu, jika diperlukan,
sekolah dapat berkonsultasi baik secara vertikal maupun secara horizontal. Secara vertikal,
sekolah dapat berkonsultasi dengan Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten atau Kota,Dinas
Pendidikan Provinsi, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi, dan
Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan secara horizontal, sekolah dapat bermitra
dengan stakeholder pendidikan dalam merumuskan KTSP. Misalnya, dunia industri,
kerajinan, pariwisata, petani, nelayan, organisasi profesi, dan sebagainya agar kurikulum
yang dibuat oleh sekolah benar-benar mampu menjawab kebutuhan di daerah di mana
sekolah tersebut berada (Ahmad, 2017).
3. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
Dengan berpijak pada panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
yang dibuat oleh BNSP, sekolah diberi keleluasaan untuk merancang, mengembangkan,
dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi
keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah. Sekolah bisa mengembangkan
standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan.
Dengan demikian dapat terjadi persaingan yang cukup sehat diantara sekolah-sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Keberadaan suatu sekolah pun, pencitraan sekolah,
kualitas lulusan yang dihasilkan pada akhirnya menjadi tolak ukur masyarakat dalam
penilaian kinerja sekolah. Hal ini dapat menyebabkan seleksi alam, bahwa hanya sekolah
bermutulah yang akan bertahan dan diminati masyarakat, sedangkan sekolah dengan
kinerja yang kurang baik akan ter-eleminasi. Mau tak mau sekolah harus meningkatkan
kualitasnya untuk mempertahankan eksistensinya.(Ahmad, 2017)
4. Memberikan kesempatan bagi masyarakat dan orangtua untuk berpartisipasi dalam
menentukan arah kebijakan pendidikan di sekolah.
Berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP, KTSP sangat relevan dengan konsep
desentralisasi pendidikan sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan konsep
manajemen berbasis sekolah (MBS) yang mencakup otonomi sekolah di dalamnya.
Pemerintah daerah dapat lebih leluasa berimprovisasi dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Di samping itu, sekolah bersama komite sekolah diberi otonomi menyusun
kurikulum sendiri sesuai dengan kebutuhan di lapangan.(Ahmad, 2017)
5. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa. Sesuai
dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Peraturan
Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Peraturan Mendiknas No. 23
tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sekolah diwajibkan menyusun
kurikulumnya sendiri. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu memungkinkan
sekolah menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan
siswanya. Sebagai contoh misalnya, sekolah yang berada dalam kawasan pariwisata dapat
lebih memfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang
kepariwisataan lainnya. Sekolah-sekolah tersebut tidak hanya menjadikan materi bahasa
Inggris dan kepariwisataan sebagai mata pelajaran saja, tetapi lebih dari itu menjadikan
mata pelajaran tersebut sebagai sebuah keterampilan.
Sehingga kelak jika peserta didik di lingkungan ini telah menyelesaikan studinya bila
mereka tidak berkeinginan untuk melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi mereka
dapat langsung bekerja menerapkan ilmu dan ketrampilan yang telah diperoleh di bangku
sekolah. KTSP ini sesungguhnya lebih mudah, karena guru diberi kebebasan untuk
mengembangkan kompetensi siswanya sesuai dengan lingkungan dan kultur daerahnya.
KTSP juga tidak mengatur secara rinci kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas, tetapi
guru dan sekolah diberi keleluasaan untuk mengembangkannya sendiri sesuai dengan
kondisi murid dan daerahnya. Di samping itu yang harus digarisbawahi adalah bahwa yang
akan dikeluarkan oleh BNSP tersebut bukanlah kurikulum tetapi tepatnya Pedoman
Penyusunan Kurikulum 2006.(Ahmad, 2017)
6. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang
lebih 20%. KTSP dapat mengurangi beban belajar sebanyak 20% karena materi dalam
KTSP disusun lebih sederhana. Di samping jam pelajaran akan dikurangi antara 100-200
jam per tahun, bahan ajar yang dianggap memberatkan siswa pun akan dikurangi.
Meskipun terdapat pengurangan jam pelajaran dan bahan ajar, KTSP tetap memberikan
tekanan pada pengembangan kompetensi siswa. Pengurangan jam belajar siswa tersebut
merupakan rekomendasi dari BNSP. Rekomendasi ini dapat dikatakan cukup unik, karena
selama bertahun-tahun beban belajar siswa tidak mengalami perubahan, dan biasanya yang
berubah adalah metode pengajaran dan buku pelajaran semata. Jam pelajaran yang biasa
diterapkan kepada siswa sebelunya berkisar antara 1.000-1.200 jam pelajaran dalam
setahun. Jika biasanya satu jam pelajaran untuk siswa SD, SMP dan SMA adalah 45 menit,
maka rekomendasi BNSP ini mengusulkan pengurangan untuk SD menjadi 35 menit setiap
jam pelajaran, untuk SMP menjadi 40 menit, dan untuk SMA tidak berubah, yakni tetap 45
menit setiap jam pelajaran. Total 1.000 jam pelajaran dalam satu tahun ini dengan asumsi
setahun terdapat 36-40 minggu efektif kegiatan belajar mengajar.dan dalam seminggu
tersebut meliputi 36-38 jam pelajaran.(Ahmad, 2017)

Kelemahan KTSP , Menurut Ahmad, (2017) Setiap kurikulum yang diberlakukan di


Indonesia di samping memiliki kelebihan-kelebihan juga memiliki kelemahan-kelamahannya.
Sebagai konsekuansi logis dari penerapan KTSP ini setidak-tidaknya terdapat beberapa
kelemahan-kelamahan dalam KTSP maupun penerapannya, di antaranya adalah sebagai
berikut:

1. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada. Pola penerapan KTSP terbentur pada masih minimnya kualitas guru
dan sekolah. Sebagian besar guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran
dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu (KTSP), baik di atas kertas
maupun di depan kelas. Selain disebabkan oleh rendahnya kualifikasi, juga disebabkan
pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas guru.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas
pada tahun 2004, bahwa dari 2,7 juta guru menunjukkan bahwa ketidaksesuaian ijasah
yang mengajar di jenjang pendidikan dasar dan menengah menunjukkan kecenderungan
yang kurang mengembirakan, jika mengacu pada persyaratan yang ada. Guru SD tercatat
66,11% yang tidak memiliki ijasah sesuai ketentuan, guru SMP 39,99% , dan guru SMA
sebanyak 34,08%. Selain itu tercatat secara umum terdapat 15,21% guru pada berbagai
jenjang pendidikan dasar dan menengah yang mengajar tidak sesuai dengan
kompetensinya. Hasil survey Human Development Indeks (HDI) sebanyak 60% guru SD,
40% guru SMP, 43% guru SMA, dan 34% guru SMK belum memenuhi standarisasi mutu
pendidikan nasional. Lebih mengkhawatirkan lagi bila 17,2% guru di Indonesia mengajar
bukan pada bidang keahliannya (Toharudin, Oktober 2005 dalam Muhyi,Dindin MZ,
2007) (dalam jumal : 2017).
Dari data di atas, dapat diperoleh gambaran kondisi guru di lapangan, dengan keadaan yang
demikian, mampukah guru memaknai kurikulum dengan benar? Nampaknya hal ini sulit
untuk dilakukan meskipun tidak mustahil, mengingat untuk memahami kurikulum yang
begitu luas cakupannya, membutuhkan suatu keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh
seorang guru yang sesuai dengan jenjang dan bidang keahliannya.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP.
Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif merupakan salah satu
syarat yang paling urgen bagi pelaksanaan KTSP. Sementara kondisi di lapangan
menunjukkan masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta
fasilitas penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP. Banyaknya fasilitas
sekolah yang rusak sampai bangunan yang roboh, menambah panjang daftar kelemahan
implementasi KTSP di lapangan.
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya,
penyusunannya maupun prakteknya di lapangan. Masih rendahnya kuantitas guru yang
diharapkan mampu memahami dan menguasai KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan
sosialisasi masih belum terlaksana secara menyeluruh. Jika tahapan sosialisasi tidak dapat
tercapai secara menyeluruh, maka pemberlakuan KTSP secara nasional yang targetnya
hendak dicapai paling lambat tahun 2009 tidak memungkinkan untuk dapat dicapai.
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak
berkurang pendapatan para guru.
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) akan menambah persoalan di
dunia pendidikan. Selain menghadapi ketidaksiapan sekolah berganti kurikulum, KTSP
juga mengancam pendapatan para guru. Sebagaimana diketahui rekomendasi BSNP terkait
pemberlakuan KTSP tersebut berimplikasi pada pengurangan jumlah jam mengajar. Hal
ini berdampak pada berkurangnya jumlah jam mengajar para guru. Akibatnya, guru
terancam tidak memperoleh tunjangan profesi dan fungsional.
Untuk memperoleh tunjangan profesi dan fungsional semua guru harus mengajar 24 jam,
jika jamnya dikurangi maka tidak akan bisa memperoleh tunjangan. Sebagai contoh,
pelajaran Sosiologi untuk kelas 1 SMA atau kelas 10 mendapat dua jam pelajaran di KTSP
maupun kurikulum sebelumnya. Sedangkan di kelas 2 SMA atau kelas 11 IPS, Sosiologi
diajarkan selama lima jam pelajaran di kurikulum lama. Namun di KTSP Sosiologi hanya
mendapat jatah tiga jam pelajaran. Hal yang sama terjadi di kelas 3 IPS. Pada kurikulum
lama, pelajaran Sosiologi diajarkan untuk empat jam pelajaran tapi pada KTSP menjadi
tiga jam pelajaran. Sementara itu masih banyak guru yang belum mengetahui tentang
ketentuan baru kurikulum ini. Jika KTSP telah benar-benar diberlakukan, para guru sulit
memenuhi ketentuan 24 jam mengajar agar bisa memperoleh tunjangan.
5. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang kurang demokratis dan kurang profesional
berdampak pada kurangnya peran serta masyarakat yang diwakilkan oleh Dewan/Komite
sekolah dalam merumuskan KTSP. Masih rendahnya keikutsertaan masyarakat dalam hal
ini dewan/komite sekolah dalam penyusunan KTSP menyebabkan pengembangan
kurikulum di sekolah tidak sesuai dengan apa yang diharapkan hingga akhirnya sekolah
meng-copy paste saja dokumen KTSP yang sudah jadi. Al hasil, penerapan KTSP pun tidak
maksimal.
6. Kurangnya pembinaan dan sosialisasi KTSP di tingkat kecamatan
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa sosialisasi KTSP yang kurang serta
pembinaan yang kurang serius di tingkat cabang dinas pendidikan kecamatan,
menyebabkan terhambatnya pemahaman guru dalam implementasi KTSP di sekolah.
Bahkan masih banyak sekolah yang hingga hari ini dokumen KTSP-nya belum disahkan
oleh pejabat yang berwenang di dinas pendidikan kota.
7. Keterlambatan sosialisasi standar penilaian serta keterlambatan pencetakan buku rapor
siswa berdampak pada kesalahan dalam penulisan laporan pendidikan siswa (rapor).
Ketika pemerintah menurunkan kebijakan untuk melaksanakan KTSP, timbul keresahan di
sana-sini, khususnya para guru. Hal ini disebabkan karena pedoman penyususnan dan
pengembangan KTSP belum seluruhnya rampung disiapkan oleh pemerintah, salah
satunya adalah standar penilaian. Keterlambatan sosialisasi penilaian ini menyebabkan
beberapa sekolah salah menuliskan nilai pada buku rapor. Sebagian sekolah masih
menggunakan rentang nilai 1-10, padahal di dalam KTSP telah menggunakan rentang nilai
1-100. keterlambatan pencetakan rapor terutama di kota Bandung menyebabkan guru
terutama guru kelas 1 harus ekstra menulis ulang nilai rapor, rapor sementara dulu baru
rapor asli. Di suatu sekolah terjadi kasus, bahwa rapor asli baru diterima pihak sekolah
pada semester 2 dibarengi dengan pemberian foto copy buku pedoman penilaian. Dengan
demikian terjadi perubahan nilai rapor dari rentang 1-10 menjadi rentang nilai 1-100
dengan pembulatan yang berakibat pada kebingungan orangtua murid. Hal ini berdampak
pula pada kepercayaan orangtua murid terhadap sekolah yang pada akhirnya kinerja
sekolah dinilai kurang baik.

H. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013


Menurut beberapa ahli pendidikan, perubahan kurikulum dari masa ke masa, baik di Indonesia
maupun di negara lain, disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya selalu
berkembang dan tuntutan zaman yang selalu berubah tanpa bisa dicegah.(Ahmad, 2017)
Perkembangan kurikulum diharapkan dapat menjadi penentu masa depan anak bangsa, oleh
karena itu, kurikulum yang baik akan sangat diharapkan dapat dilaksanakan di Indonesia
sehingga akan menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah yang berimplikasi pada
kemajuan bangsa dan negara. (Ahmad, 2017)
Kurikulum yang terbaru yaitu kurikulum 2013 yang mulai dilaksanakan pada tahun ajaran
2013-2014 pada sekolah yang ditunjuk pemerintah maupun sekolah yang siap
melaksanakannya. Meskipun masih premature, namun ada beberapa hal yang dirasakan oleh
banyak kalangan terutama yang langsung berhadapan dengan kurikulum itu sendiri. Terdapat
beberapa hal penting dari perubahan atau penyempurnaan kurikulum tersebut yaitu keunggulan
dan kekurangan yang terdapat disana-sini. (Ahmad, 2017)

Keunggulan kurikulum 2013, Menurut (Ahmad, 2017) keunggulannya adalah:

1. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang
mereka hadapi di sekolah
2. Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari
nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.
3. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke
dalam semua program studi.
4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
5. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, ketrampilan,
dan pengetahuan.
6. Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti pendidikan karakter,
metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan.
7. Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap fenomena
dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal,
nasional, maupun global.
8. Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap,
ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.
9. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
10. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
11. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi,
sosial dan personal
12. Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (buku
induk)
13. Guru berperan sebagai fasilitator
14. Diharapkan kreatifitas guru akan semakin meningkat
15. Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana buku sudah
disiapkan dari pusat
16. Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh koordinasi dan
supervise dari daerah
17. Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode pembelajaran yang
lebih bervariasi
18. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi
19. Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam kedisiplinan,
kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.

Kelemahan kurikulum 2013, Menurut (Ahmad, 2017) kelemahannya adalah :

1. Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu
menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap
ada penjelasan dari guru.
2. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini, karena
kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit para guru
yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka
cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar
merubah paradigm guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi
siswa agar kreatif.
3. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific
4. Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP
5. Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik
6. Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya dikerjakan
oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam kasus ini.
7. Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013,
karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.
8. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013 karena UN masih menjadi factor penghambat
9. Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa
tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap
mata pelajaran yang dia ampu.
10. Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.
11. Timbulnya kecemasan khususnya guru mata pelajaran yang dihapus yaitu KPPI, IPA dan
Kewirausahaan dan terancam sertifikasiya dicabut.
12. Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional
13. Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.
14. Guru tidak tiap dengan perubahan
15. Kurangnya kekmampaun guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan dan pengetahuan
secara holistic.
16. Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang
17. Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang
18. Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum
19. Tingkat keaktifan siswa belum merata
20. KBM umumnya saat ini mash konvensional
21. Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan ketrampilan.
22. Menambah beban kerja guru.
23. Citra sekolah dan guru akan menurun jika tidak berhasil menjalankan kurikulum 2013
24. Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai Pramuka, sehingga ada unsur
keterpaksaan.

I. Struktur Kurikulum Mata Pelajaran IPA untuk SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar. (Dalam Devi : 2018)

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan
secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI
diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu
karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. (Dalam
Devi : 2018)

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran
IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. (Dalam Devi : 2018)
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar
minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan
pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan
pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. (Dalam Devi : 2018).

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut, Devi (2018):

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan


keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah
satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Menurut Devi (2018), ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut :
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat
sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas I, Semester 1 (dikutip dari Misrawati : 2012)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan a. Mengenal bagian-bagian tubuh
1. Mengenal anggota tubuh dan kegunaannya, dan kegunaannya serta cara
serta cara perawatannya. perawatannya.
b. Mengidentifikasi kebutuhan tubuh
agar tumbuh sehat dan kuat (
makanan, air, pakaian, udara,
lingkungan sehat)
c. Membiasakan hidup sehat
Mengenal cara memelihara lingkungan agar a. Mengenal cara menjaga lingkungan
tetap sehat. agar tetap sehat.
b. Membedakan lingkungan sehat
dengan lingkungan tidak sehat
c. Menceritakan perlunya merawat
tanaman, hewan peliharaan dan
lingkungan sekitar.
Benda dan Sifat a. Mengidentifikasi benda yang ada di
Mengenal berbagai sifat benda dan lingkungan sekitar berdasarkan
kegunaannya melalui pengamatan perubahan cirinya melalui pengamatan.
bentuk benda. b. Mengenal benda yang dapat diubah
bentuknya
c. Mengidentifikasi kegunaan benda di
lingkungan sekitar

Kelas I, Semester 2 (dikutip dari Misrawati : 2012)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


Energi dan Perubahannya a. Membedakan gerak benda yang
Mengenal berbagai bentuk energy dan mudah bergerak dengan yang sulit
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. bergerak melalui percobaan
b. Mengendentifikasi penyebab benda
bergerak ( batere, per/pegas,
dorongan tangan, dan magnet)
Mengenal berbagai benda langit dan a. Mengenal berbagai benda langit
peristiwa alam ( cuaca dan musim) serta melalui pengamatan
pengaruhnya terhadap kegiatan manusia. b. Mengenal keadaan cuaca di sekitar
kita.
c. Membedakan pengaruh musim
kemarau dengan musim hujan
terhadap kegiatan manusia.

Kelas II, Semester 1 (dikutip dari Misrawati : 2012)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


Makhluk Hidup dan Proses a. Mengenal bagian-bagian utama
Kehidupan hewan dan tumbuhan di sekitar
Mengenal bagian-bagian utama tubuh rumah dan sekolah melalui
hewan dan tumbuhan, pertumbuhan pengamatan.
hewan dan tumbuhan serta berbagai b. Mengidentifikasi perubahan yang
tempat hidup makhluk hidup terjadi pada pertumbuhan hewan
(dalam ukuran) dan tumbuhan
(dari biji menjadi tanaman).
c. Mengidentifikasi berbagai tempat
hidup makhluk hidup (air, tanah,
dan tempat lainnya)
d. Mengidentifikasi makhluk hidup
yang menguntungkan dan
membahayakan.
Benda dan Sifatnya a. Mengidentifikasi cirri-ciri benda
mengenal berbagai bentuk benda dan padat dan cair yang ada di
kegunaannya serta perubahan wujud lingkungan sekitar.
yang dapat dialaminya. b. menunjukkan perubahan bentuk
dan wujud benda ( plastisin / tanah
liat/adonan tepung) akibat dari
kondisi tertentu.
c. Mengidentifikasi benda-benda
yang dikenal dan kegunaanya
melalui pengamatan

Kelas II, Semester 2 (dikutip dari Misrawati : 2012)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


Energi dan Perubahannya a. Mengidentifikasi sumber-
Mengenal berbagai sumber energy yang sumber energy (panas,
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari listrik, cahaya, dan bunyi)
dan kegunaannya. yang ada di lingkungan
sekitar.
b. Mengidentifkasi jenis energi
yang paling sering
digunakan di lingkungan
sekitar dan cara
menghematnya.
Bumi dan Alam Semesta a. Mengidentifikasi
Memahami peristiwa alam dan pengaruh kenampakanmatahari pada
matahari dalam kehidupan sehari-hari. pagi, siang dan sore hari.
b. Medeskrpsikan kegunaan
pans dan cahaya matahari
dalam kehidupan sehari-hari
Kelas III, Semeter 1 (dikutip dari Misrawati : 2012)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan a. Mengidentifikasi ciri-cri dan
Memahami cirri-ciri dan kebutuhan makhluk kebutuhan makhluk hidup.
hidup serta hal-hal yang mempengaruhi b. Menggolongkan makhluk hidup secara
perubahan pada makhluk hidup. sederhana.
c. Mendeskripsikan perubahan yang
terjadi pada makhluk hidup,
dan hal-hal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan
(makanan, kesehatan, rekreasi,
istirahat dan olahraga.
Memahami kondisi lingkungan yang a. Membedakan cirri-ciri lingkungan
berpengaruh terhadap kesehatan, dan upaya sehat dan lingkungan tidak sehat
menjaga kesehatan lingkungan. berdasarkan pengamatan.
b. Mendeskripsikan kondisi lingkungan
yang berpengaruh terhadap kesehatan.
c. Menjelaskan cara menjaga kesehatan
lingkungan sekitar.

Kelas III, Semester 2 (dikutip dari Misrawati : 2012)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


Energi dan Perubahannya a. Menyimpulkan hasil pengamatan
Memahami berbagai cara gerak benda, bahwa gerak benda dipengaruhi oleh
hubungannya dengan energi dan sumber bentuk dan ukuran.
energi. b. Mendekskrpsikan hasil pengamatan
tentang pengaruh energi panas, gerak,
getaran dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengidentifikasikan sumber energi
dan kegunaanya.
Menerapkan konsep energi gerak. a. Membuat kincir angin unatuk
menunjukkan bentuk energi angin
dapat diubah menjadi energy gerak.
b. Menerapkan cara menghemat energi
dalam kehidupan sehari-hari.
Bumi dan Alam Semesta a. Mendeksripsikan kenampakan
Memahami kenampakan permukaan bumi, permukaan bumi di lingkungan
cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, serta sekitar.
hubungannya dengan cara manusia b. Menjelaskan hubungan antara keadaan
memelihara dan melestarikan alam. awan dan cuaca.
c. Mendeskripsikan pengaruh cuaca bagi
kegiatan manusia.
d. Mengidentifikasi cara manusia dalam
memelihara dan melestarikan alam di
lingkungan sekitar.

Kelas IV, Semester 1 (dikutip dari Misrawati : 2012)


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Makhluk hidup dan Proses Kehidupan a. Mendeskripsikan hubungan antara
Memahami hubungan antar struktur organ struktur kerangka tubuh manusia
tubuh manusia dengan fungsinya, serta dengan fungsinya.
pemeliharaannya. b. Menerapkan cara memelihara
kesehatan kerangka tubuh.
c. Mendeskripsikan hubngan antara
strktur panca indera dengan fungsinya.
d. Menerapkan cara memelihara
kesehatan panca indera.
Memahami hubungan antara strktur bagian a. Menjelaskan hubungan antara
tumbuhan dengan fungsinya. struktur akar tumbuhan dengan
fungsinya.
b. Menjelaskan hbungan antara struktur
batang tumuhan dengan fungsinya.
c. Menjelaskan hubungan antara daun
tumbuhan dengan fungsinya.
d. Menjelaskan hubungan antara bunga
dengan fungsinya.
Menggolongkan hewan berdasarkan jenis a. Mengidentifikasi jenis makanan
makanannya hewan
b. Menggolongkan hewan berdasarkan
jenis makanannya.
Memahami daur hidup beragam jenis a Mendeskripsikan daur hidup beberapa
makhluk hidup hewan di lingkungan sekitar, misalnya
kecoa, nyamuk, kupu-kupu, kucing
Memahami hubungan sesame makhluk hidup a. Mengidentifikasi beberapa jenis
dan antara makhluk hidup dengan hubungan khas (simbiosis) dan
linkungannya hubungan ”makan dan dimakan” antar
makhluk hidup (rantai makanan)
Benda dan sifatnya a. Mengidentifikasi wujud benda padat,
Memahami beragam sifat dan perubahan cair, dan gas memiliki sifat tertentu
wujud benda serta berbagai cara penggunaan b. Mendeskripsikan terjadinya
benda berdasarkan sifatnya perubahan wujud cair
c. Menjelaskan hubungan antara sifat
bahan dengan kegunaanya.
Kelas IV, Semester 2 (dikutip dari Misrawati : 2012)
Standar Komptensi Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya a. Menyimpulkan hasil percobaan
Memahami gaya dapat mengubah gerak bahwa gaya (dorongan dan tarikan)
dan/atau bentuk suatu benda dapat mengubah gerak suatu benda
b. Menyimpulkan hasil percobaan
bahwa gaya (dorongan dan tarikan)
dapat mengubah bentuk suatu benda
Memahami berbagai bentuk energi dan cara a. Mendeskripsikan energi panas dan
penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari bunyi yang terdapat di lingkungan
sekitar serta sifat-sifatnya
b. Menjelaskan berbagai energy
alternative dan cara penggunaanya
c. Membuat suatu karya/model untuk
menunjukkan perubahan energy
gerak akibat pengaruh udara,
misalnya roket dari kertas/baling-
baling/pesawat/kertas/perasut
d. Menjelaskan perubahan energy
bunyi melalui penggunaan alat
music
Bumi dan Alam Semesta a. Mendeskripsikan perubahan
Memahami perubahan kenampakan kenampakan bumi
permukaan bumi dan benda langit b. Mendeskripsikan posisi bulan dan
kenampakan bumi dari hari ke hari
Memahami perubahan linkungan fisik dan a. Mendeskripsikan berbagai penyebab
pengaruhnya terhadap daratan perubahan lingkungan fisik ( angin,
hujan, cahaya matahari, dan
gelombang air laut)
b. Menjelaskan pengaruh perubahan
linkungan fisik terhadap daratan
(erosi, abrasi, banjir, dan longsor)
Memahami hubungan antara sumber daya a. Menjelaskan hubungan antara sumber
alam dengan lingkungan, teknologi, dan daya alam dengan lingkungan
masyarakat b. Menjelaskan hubungan antara sumber
daya alam dengan teknologi yang
digunakan
c. Menjelaskan dampak pengamblan
bahan alam terhadap pelestarian
lingkungan

Kelas V, Semester 1 (dikutip dari Misrawati : 2012)


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan a. Mengidentifikasi fungsi organ
Mengidentifikasikan fungsi organ tubuh pernapasan manusia
manusia dan hewan b. Mengidentifikasi fungsi organ
pernapasan hewan, misalnya ikan dan
cacing tanah
c. Mengidentifikasi fungsi organ
pencernaan manusia dan hubungan
dengan makanan dan kesehatan
d. Mengidentifikasi organ peredaran
darah manusia
e. Mengidentikasi gangguan pada organ
peredaran darah manusia
Memahami cara tumbuhan hijau membuat a Mengidentikasi cara tumbuhan hijau
makanan membuat makanan
b Mendeskripsikan ketergantungan
manusia dan hewan pada tumbuhan
hijau sebagai sumber makanan
Mengidentifikasi cara makhluk hidup a Mengidentifikasi penyesuaian diri
menyesuaikan diri dengan lingkungan hewan dengan lingkungan tertentu
untuk mempertahankan hidup
b Mengidentifikasi penyesuaian diri
tumbuhan dengan lingkungan tertentu
untuk mempertahankan hidup
Benda dan Sifatnya a Mendeskripsikan hubungan antara
Memahami hubungan antara sifat bahan sifat bahan dengan bahan
dengan penyusunanya dan perubahan sifat penyusunnya, misalnya benang, kain,
benda sebagai hasil suatu proses dan kertas
b Menyimpulkan hasil penyelidikan
tentang perubahan sifat benda, baik
sementara maupun tetap

Kelas V, Semester 2 (dikutip dari Misrawati : 2012)


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya a Mendekripsikan hubungan antara
Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan gaya, gerak dan energy melalui
energy, serta fungsinya percobaan (gaya gravitasi, gaya
gesek, gaya magnet)
b Menjelaskan pesawat sederhana yang
dapat membuat pekerjaan lebih mudah
dan lebih cepat
Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui a Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
kegiatan membuat suatu karya/model b Membuat suatu karya/model,
misalnya periskop atau lensa dari
bahan sederhana dengan menerapkan
sifat-sifat cahaya
Bumi dan Alam Semesta a Mendeskripsikan proses pembentukan
Memahami perubahan yang terjadi di alam tanah karena pelapukan
dan hubungannya dengan penggunaan b Mengidentifikasikan jenis-jenis tanah
sumber daya alam c Mendeskripsikan struktur bumi
d Mendeskripsikan proses daur air dan
kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya
e Mendeskripsikan perlunya
penghematan air
f Mengidentifikasikan peistiwa alam
yang terjadi di Indonesia dan
dampaknya bagi makhluk hidup dan
lingkungannya
g Mengidentifikasikan beberapa
kegiatan manusia yang dapat
mengubah permukaan bumi
(pertanian, perkotaan, dsb)

Kelas VI, Semester 1 ( Devi : 2018)


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Makhluk Hidup dan


Proses Kehidupan
Memahami hubungan a Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang
antara ciri-ciri makhluk dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan lingkungan
hidup dengan lingkungan hidupnya
tempat hidupnya b Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang
dimiliki tumbuhan (kaktus, tumbuhan pemakan
serangga) dengan lingkungan hidupnya
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Memahami cara a Mendeskripsikan perkembangan dan pertumbuhan


perkembangbiakan manusia dari bayi sampai lanjut usia
makhluk hidup b Mendeskripsikan ciri-ciri perkembangan fisik anak laki-
laki dan perempuan
c Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan
hewan
d Mengidentifikasi cara perkembangbiakan manusia
Memahami pengaruh a Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat
kegiatan manusia terhadap mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem)
keseimbangan lingkungan b Mengidentifikasi bagian tumbuhan yang sering
dimanfaatkan manusia yang mengarah pada
ketidakseimbangan lingkungan
c Mengidentifikasi bagian tubuh hewan yang sering
dimanfaatkan manusia yang mengarah pada
ketidakseimbangan lingkungan
Memahami a Mengidentifikasi jenis hewan dan tumbuhan yang
pentingnyapelestarianjenis mendekati kepunahan
makhluk hidup untuk b Mendeskripsikan pentingnya pelestarian jenis
mencegah kepunahan makhluk hidup untuk perkembangan Ilmu Pengetahuan
Alam dan kehidupan masyarakat

Benda dan Sifatnya a Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas


Memahami saling dari berbagai benda
hubungan antara suhu, b Menjelaskan alasan pemilihan benda dalam kehidupan
sifat hantaran sehari-hari berdasarkan kemampuan menghantarkan
dan kegunaan benda panas
Memahami faktor a Menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan benda
penyebab perubahan (pelapukan, perkaratan, pembusukan) melalui
benda pengamatan
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

b Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan


pemilihan benda/bahan untuk tujuan tertentu (karet,
logam, kayu, plastik) dalam kehidupan sehari-hari

Kelas VI, Semester 2 ( Devi : 2018)


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya
Mempraktikkan pola a Melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan
penggunaan dan
antara gaya dan gerak (model jungkat jungkit,
perpindahan energi
katapel/model traktor sederhana energi pegas)
b Menyajikan informasi tentang perpindahan dan
perubahan energi listrik
Memahami pentingnya a Mengidentifikasi kegunaan energi listrik dan
penghematan energi
berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan
sehari-hari
b Membuat suatu karya/model yang menggunakan energi
listrik (bel listrik/alarm/model lampu lalu lintas/ kapal
terbang/mobil-mobilan/model penerangan rumah)

Bumi dan Alam Semesta

Memahami matahari a Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun


sebagai pusat tata surya dan tata surya
interaksi bumi dalam tata b Mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi
surya dan revolusi bulan
c Menjelaskan terjadinya gerhana bulan dan gerhana
matahari
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
d Menjelaskan perhitungan kalender Masehi dan
kalender Hijriah

Arah Pengembangan
Dikutip dari Devi (2018) Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan
untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu
memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

Simpulan
Jika dianalisa dari berbagai aspek tentu sudah sewajarnya terdapat pro dan kontra dari
setiap perubahan kurikulum juga terdapat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing. Namun
sebagus apapun kurikulum jika tidak didukung oleh semua sarana pendukung tentu tidak akan
tercapai sebagaimana yang di harapkan. Untuk itu pemerintah tidak hanya mengubah kurikulum
KTSP ke K13 dan menerapkannya saja, tetapi pemerintah juga harus menyiapkan sarana dan
prasarana agar proses kegiatan belajar mengajar semakin lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai