Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BIOKIMIA

DEXTRAN
Diajukan untum memenuhi tugas mata kuliah Biokimia

Disusun Oleh:

Dewi Laili Safithri 18030194074

PKA 2018

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

PRODI PENDIDIKAN KIMIA

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dextran adalah polisakarida yang disintesa dari sukrosa oleh
enzim dextran sukrase yang disekresi oleh microorganisme terutama
Leuconostoc mecenteroides. Polisakarida yang dihasilkan adalah
monopolimer dari glukosa dengan ikatan α(1→6) pada rantai utama
dengan ikatan α(1→3) sebagai rantai cabang dan kadang kadang α(1→2)
dan α(1→4) (Naessense et al., 2005). Sebagai polisakarida, dextran
mempunyai berat molekul yang sangat bervariasi dari 9000 kDa sampai
500000 kDa. Sebagai molekul yang sangat besar dan berada dalam matriks
dengan karbohidrat lainnya, maka analisa kandungan dextran menjadi
lebih kompleks (Saska et al., 2002; Singleton et al., 2002).
Dextran merupakan senyawa yang banyak dimanfaatkan dalam
bidang industri, salah satunya pada industri minyak. Berdasarkan
penelitian Aman et al. (2012), Leuconostoc mesenteroides AA1 adalah
calon potensial untuk produksi dextran di skala industri. Dextran yang
dihasilkan Leuconostoc mesenteroides AA1 memiliki bobot molekul
tinggi sehingga dapat digunakan dalam industri pengeboran minyak
sebagai kompleks dextran-aldehida. Selain itu, dextran dapat terkonjugasi
dengan besi dan bahan kimia lainnya untuk menghasilkan turunan berbeda
yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan farmasi. Dextran yang
dihasilkan oleh Leuconostoc mesenteroides CMG713 memiliki bobot
molekul yang sangat tinggi (Sarwat et al. 2008)
Berdasarkan uraian diatas, disusunlah makalah biokimia yang
diberi judul “DEXTRAN” dengan tujuan untuk menetahui pengertia dan
manfaat dextra bagi kehidupan manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari Dextran?
2. Bagaimana struktur dari Dextran?
3. Bagaimna sifat-sifat dari Dextran?
4. Bagaimana pembuatan dari Dextran?
5. Bagaimana mekanisme kerja Dextran?
6. Bagaimana metode analisis kandungan Dextran?
7. Bagaimnana pengaruh dexran pada produksi gula?
8. Bagaimana pengaruh Dextran pada penanganan penyakit ginjal?
9. Bagaimana penggunaan obat yang mengandung Dextran?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Dextran.
2. Untuk mengetahui struktur dari Dextran.
3. Untuk mengetahui sifat-sifat dari Dextran.
4. Untuk mengetahui pembuatan dari Dextran.
5. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari Dextran.
6. Untuk mengetahui metode analisis kandungan Dextran.
7. Untuk mengetahui pengaruh Dexran pada produksi gula.
8. Untuk mengetahui pengaruh dextran pada penanganan penyakit ginjal.
9. Untuk mengetahui penggunaan obat yang mengandung Dextran.
BAB 2

ISI

A. Pengertian Dextran
Dextran adalah glukan bercabang kompleks. Nama IUPAC dari
dextran adalah "Poli-α-d-glukosida bercabang yang berasal dari mikroba
yang memiliki ikatan glikosidik terutama C-1 → C-6". Rantai dextran
memiliki panjang yang bervariasi (dari 3 hingga 2000 kilodalton ).

Dextran adalah polisakarida yang disintesa dari sukrosa oleh


enzim dextransukrase yang disekresi oleh microorganisme terutama
Leuconostoc mecenteroides. Polisakarida yang dihasilkan adalah
monopolimer dari glukosa dengan ikatan α(1→6) pada rantai utama
dengan ikatan α(1→3) sebagai rantai cabang dan kadang kadang α(1→2)
dan α(1→4) (Naessense et al., 2005). Sebagai polisakarida, dextran
mempunyai berat molekul yang sangat bervariasi dari 9000 kDa sampai
500000 kDa (Belder, 2003). Sebagai molekul yang sangat besar dan
berada dalam matriks dengan karbohidrat lainnya, maka analisa
kandungan dextran menjadi lebih kompleks (Saska et al., 2002).

Enzim dextransukrase adalah enzim yang dapat menghidrolisis


ikatan glikosida α-1,6 pada glukan, dan digunakan untuk mengatasi
permasalahan yang ditimbulkan oleh dextran selama proses produksi gula
tebu. Untuk memenuhi kebutuhan enzim yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi ini, telah dicoba memproduksi dextranase di dalam negeri dari
mikrob yang diisolasi dari tanah di perkebunan tebu Indonesia, yaitu
Arthrobacter sp. galur B7. Enzim ini dinamakan B7DEX, dan sudah diuji
coba aplikasinya sebagai bahan unggul penghidrolisis glukan dalam nira
tebu (dextran) di industri gula (Murdiyatmo 1996)

Dextran dapat dihasilkan oleh bakteri jika ditumbuhkan pada


sukrosa, sedangkan secara komersial dextran dihasilkan oleh Leucnostoc
mesenteroides dan L. Dextranicum. Dextran merupakan salah satu produk
hasil hidrolisis pati berwarna putih hingga kuning (SII, 1985), hidrolisis
pati dapat dilakukan oleh asam atau enzim. Pati akan mengalami proses
pemutusan rantai oleh enzim atau asam selama pemanasan menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil. Ada beberapa tingkatan dalam reaksi
hidrolisis tersebut, yaitu molekul pati mula-mula pecah menjadi unit rantai
glukosa yang lebih pendek (6-10 molekul) yang disebut dextran. Dextran
kemudian pecah menjadi maltosa yang selanjutnya dipecah lagi menjadi
unit terkecil glukosa (Somaatmadja, 1970).

Dextran merupakan hasil hidrolisis pati yang tidak sempurna.


Proses ini juga melibatkan alkali dan oksidator. Pengurangan panjang
rantai tersebut akan menyebabkan perubahan sifat dimana pati yang tidak
mudah larut dalam air diubah menjadi dextran yang mudah larut. Dextran
bersifat sangat larut dalam air panas atau dingin, dengan viskositas yang
relatif rendah. Sifat tersebut akan mempermudah penggunaan dextran bila
dipakai dalam konsentrasi yang cukup tinggi (Lineback dan Inlett, 1982).
Dextran putih dihasilkan dengan pemanasan suhu sedang (79-121oC),
mengguanakan katalis asam seperti HCl atau asam asetat dengan
karakteristik produk berwarna putih hingga krem. Dextran kuning
dihasilkan dengan pemanasan suhu tinggi (149-190o C) menggunakan
katalis asam dengan karakteristik produk berwarna krem hingga kuning
kecoklatan. Pemanasan kering (tanpa air) seperti penyangraian dan
pemanggangan akan menyebabkan dektrin terpolimerasi membentuk
senyawa coklat yang disebut pirodextran (Gaman dan Sherington, 1981).

Dextran dapat dimanfaatkan dalam banyak bidang, terutama


bidang analisis dan kesehatan. Contoh macam-macam dextran yang biasa
digunakan adalah:
1. Dextran besi
dextran besi merupakan jenis dextran yang digunakan
dalam kesehatan atau medis khususnya bagi penderita anemia
yang mengalami kekurangan kadar zat besi.

2. Dextran DEAE
dextran DEAE atau dextan dietilaminoetil adalah jenis
dextan yang banyak digunakan pada bidang medis untuk
menurunkan kadar serum kolestrol dan trigiliserida.

3. Sulfat dextan
Sulfat dextran merupkan jenis dextan yang digunakan
dalam bidang medis untuk mencegah terjadinya
penggumpalan darah. Kerja dari sulfat dextan adalah dapat
menggantikan heparin..

B. Strukur Dextran
Dextran merupakan senyawa polimer glukosa (Polisakarida) yang
dihasilkan dari monopolimer glukosa dengan ikatan α(1→6) pada rantai
utama dengan ikatan α(1→3) sebagai rantai cabang dan kadang kadang
α(1→2) dan α(1→4) (Naessense et al., 2005). Sebagai polisakarida,
dextran mempunyai berat molekul yang sangat bervariasi dari 9000 kDa
sampai 500000 kDa ,larut dalam air dan tidak larut dalam etanol 50% serta
menunjukan perputaran spesifik [α] diatas 1200 (Belder, 2003).

Dextran suatu kompleks polisakarida berviskositas tinggi dengan


panjang rantai yang bervariasi (dari 10 – 150 kilo daltons). Dextran
memiliki Berat Molekul 40.000 ( dextran 40 ) dan BM 70.000 ( dextran
70) dengan rumus molekul : H(C6H10O5)xOH.
Gambar struktur dextran:

Gambar1. Struktur Dextran


(Belder, 2003)

C. Sifat-sifat Dextran
Dextran merupakan rantai panjang polimer karbohidrat (ikatan α-
1,6- glukosidik) yang disintesis oleh enzim dextransukrase (Zohra et al.
2013). Dextran memiliki sfat – sifat sebagai berikut:

1. Sangat larut dalam air panas atau dingin namun tidak larut
dalam ethanol, dengan viskositas yang relatif rendah. Sifat
tersebut mempermudah penggunaan dextran apabila digunakan
dalam konsentrasi yang cukup tinggi (Lineback dan
Inlett,1982).
2. Dextran bekerja optimum pada pH 5,0 – 6,4 pada suhu 3,5˚C
3. Mengalami dispersi cepat
4. Memiliki sifat daya larut yang tinggi maupun membentuk film,
5. Membentuk sifat higroskopis yang rendah, mampu
membentuk body, sifat browning yang rendah
6. Mampu menghambat kristalisasi dan memiliki daya ikat kuat.
7. Dextran merupakan salah satu jenis bahan pengganti lemak
berbasis karbohidrat yang dapat diaplikasikan pada produk
frozen dessert seperti es krim, yang berfungsi membentuk
padatan, meningkatkan viskositas, tekstur, dan kekentalan
(Blancard, 1995).

D. Pembuatan Dextran
Tahap pembuatan dextran melalui reaksi biokimia ada 2, yakni:

1. Tahap Hidrolisis
Pada tahap pertama asam dan air ditambahkan dalam granula pati
kering yang akan memecah polimer pati dalam reaksi hidrolisis dan
molekul air ditambahkan ke dalam polimer pati. Sebagai hasil
hidrolisis maka viskositas pati akan berkurang. Derajat hidrolisis
tergantung pada jumlah asam yang ditambahkan dan lamanya waktu
pencampuran dengan pati.

2. Tahap Kondensasi
Dalam tahap kedua pati yang dihidrolisis dikeringkan dengan panas dan
vakum sampai kelembaban di bawah 3%. Pada saat pengeringan mencapai
level ini maka hidrolisis dihentikan dan air dibebaskan dari polimer pati.
Viskositas pati akan meningkat selama proses kondensasi ini. Kemuadian
terjadi transglukosidasi atau dextranisasi yang merupakan pembentukan
kembali glukosa dalam ikatan glukosa dengan dan antar polimer. Ikatan
alfa 1-4 dan alfa 1-6 dapat bertukar. Selama transglukosidasi viskositas
dextran secara substansi tidak berubah. Dextran kemudian didinginkan dan
pH dextran dapat dinetralkan dengan menambahkan amonia. Netralisasi
akan menjadikan dextran lebih stabil dalam penyimpanan. Dextran larut
dalam air dingin dalam berbagai derajat tergantung pada kekuatan
hidrolisisnya. Dextran ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Dextrain dapat dibuat dari berbagai sumber pati seperti tapioka dan
kentang ataupun jagung. Sifat viskositas yang rendah dari dextran
menjadikan dextran sering dipakai dalam pembuatan jelli sebagai sumber
padatan yang menstabilkan tekstur permen.

Selanjutnya dextran dapat dibuat denangan menggunakn beberapa


metode atau cara, yakni:

1. Secara Enzimatis
Mula-mula pati dengan konsentrasi 30% diatur pada pH 5,2
kemudian ditambahkan enzim alfa-amilase. Suspensi kemudian
diliquifikasi pada suhu 950C sambil diaduk terus selama 3 jam.
Proses inaktivasi enzim dilakukan dengan pendinginan pada suhu -
40 selama 1 jam. Dextran cair yang diperoleh dituang ke dalam
loyang yang sudah dilapisi plastik kemudian dikeringkan. Setelah
kering dextran tersebut dihaluskan dengan blender dan diayak.

2. Pembuatan Secara Asam


Suspensi pati 30% ditambah HCl 0,5%. Suspensi kemudian
diliquifikasi pada suhu 950C dan diaduk. Setelah proses liquifikasi
selesai lakukan penetralan. Dextran yang diperoleh dituang dalam
loyang dan dikeringkan, diblender dan diayak.

3. Pembuatan Secara Kering


Tepung tapioka disangrai selama 3 jam. Penyangraian pertama
pada suhu 800C kemudian disemprot dengan HCl 0,4 N dengan
tetap diaduk. Suhu dinaikkan sampai 1200C selama 2 jam. Dextran
kering diangin-anginkan kemudian dilakukan pengayakan dan
dikemas.
E. Mekanisme Kerja Dextran
Glikogen merupakan sumber polisakarida utama pada sel
hewan,seperti pati pada sel tumbuhan. Seperti amilopektin, glikogen
merupakan polisakarida bercabanag dari D-glukosa dalam ikatan α(1→4),
tetapi pada glikogen, lebih banyak terdapat percabangan dan strukturnya
lebih kompak pada ikatan percabangan α(1→6). Glikogen terutama
banyak terdapat dalam hati, dapat mencapai sampai 7% berat basah;
glikogen juga terdapat pada otot kerangka.

Glikogen dihidrolisa di dalam saluran pencernaan oleh amylase,


yangdisekresikan ke dalam saluran pencernaan. Cairan air liur dan
pancreas mengandung α-amilase, yang meghidrolisa ikatan α(1→4) pada
cabang sebelah luar glikogen dan amilopektin, menghasilkan D-glukosa,
sejumlahkecil maltose, dan suatu inti yang tahan hidrolisa disebut limit
dextran. Dextran membentuk dasar dari pasta perekat. Limit dextran tidak
dihidrolisa lebih jauh oleh α-amilase, yang tidak dapat memecahkan ikatan
α(1→6) pada titik -titik cabang. Untuk menguraikan ikatan ini, diperlukan
suatu enzim pemecah cabang α(1→6)-glukosidase.

Enzim ini dapatmenghidrolisa ikatan cabang jadi membuka


pengikat cabang berikatan α(1→4) lain terhadap aktivitas α -amilase.
Aktivitas gabungan α-amilasedan α(1→6)-glukosidase, dapat menguraikan
glikogen dan amilopektin secara sempurna menjadi glukosa dansejumlah
kecil maltose. Enzim β-amilase pada malt (tunas jelai) berbeda dari α -
amilase, karena β-amilasemenghidrolisa ikatan α(1→4) yang terletak pasa
setiap dua residu, sehingga menghasilkan terutama maltose dan sedikit
glukosa (Leighner,1982)

F. Metode Analisis Kandungan Dextran


Beberapa metode analisa kandungan dextran telah dihasilkan
meliputi:
1. pembentukan kabut dengan penambahan alkohol
2. penggunaan anti- bodi
3. pengukuran polarisasi sebelum dan sesudah perlakuan
detranase
4. hidrolisa asam dan pengukuran gugus reduksi dengan metode
fenol asam sulfat yang terakhir ini dikenal sebagai Metode
Robert (Saska, 2002).

Keempat metode ini telah digunakan dalam industri gula tebu dan gula bit.

Untuk menghindarkan interfensi molekul lainnya maka umumnya


metode analisa dextran diawali dengan mengisolasi dextran dari senyawa
lainnya. Proses isolasi membutuhkan waktu, bahan dan biaya bahkan
kehilangan sebagian dari dextran yang akan dianalisa. Oleh karena itu,
pemilihan metode analisa harus mempertimbangkan hal tersebut. Nira aren
telah diketahui tidak mengandung pati sehingga pada metode pengendapan
dengan etanol tidak akan menyebabkan interfensi. Namun demikian,
adanya protein dalam nira aren mungkin dapat memberikan pengaruh.
Metode kabut dapat digunakan untuk analisa dextran dalam gula aren
karena metodenya sederhana dan peralatan yang digunakan banyak
terdapat di berbagai Laboratorium (Pontoh, 2007).

G. Aplikasi Dextran
Dextran dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, diantaranya:

1. Makanan
Secara komersial dextran digunakan untuk berbagai produk
pangan, stabilisator, pengental, emulgator, pembentuk gel, bounding
agent, dan produk permen karet serta memiliki kemampuan mengikat
air yang baik sehingga dapat mempertahankan tekstur agar tetap
lembut selama penyimpanan. (Lawford et al. 1979),
2. Farmasi
Dextran bermanfaat sebagai salah satu matriks pada sistem
penghantaran obat baru berbentuk konjugat. Dextran juga memiliki
efek farmakologi sebagai anti platelet, antifibrin, dan plasma volume
expansion pada kondisi hipovolemia. Serta dextran dapat digunakan
pada transplantasi microvascular dan microsurgery sebagai pelindung
pembuluh darah dan meningkatkan sirkulasi mikro di dalam pembuluh
darah.

3. Industri
Dextran merupakan senyawa yang banyak dimanfaatkan dalam
bidang industri, salah satunya pada industri minyak. Berdasarkan
penelitian Aman et al. (2012), Leuconostoc mesenteroides AA1 adalah
calon potensial untuk produksi dextran di skala industri. Dextran yang
dihasilkan Leuconostoc mesenteroides AA1 memiliki bobot molekul
tinggi sehingga dapat digunakan dalam industri pengeboran minyak
sebagai kompleks dextran-aldehida. Selain itu, dextran dapat
terkonjugasi dengan besi dan bahan kimia lainnya untuk menghasilkan
turunan berbeda yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan
farmasi. Dextran yang dihasilkan oleh Leuconostoc mesenteroides
CMG713 memiliki bobot molekul yang sangat tinggi (Sarwat et al.
2008).

4. Analitik dan Kedokteran


dextran sangat diperlukan dalam berbagai bidang, terutama bidang
analitik dan kedokteran. preparasi medium kromatografi seperti
sephadex, industri farmasi, dan iron-dextran (Pennell & Barker 1992).
Menurut Yang et al. (2015) dextran yang dihasilkan oleh Leuconostoc
citreum NM105 adalah dextran dalam bentuk glukooligosakarida
(GOS) dengan cabang α-(1→2) sehingga dapat digunakan dalam
formulasi makanan dalam bentuk asli atau dalam bentuk GOS yang
diperoleh dengan hidrolisis asam parsial untuk meningkatkan
kesehatan manusia sebagai prebiotik. Selain itu, dextransukrase dari L.
citreum NM105 berpotensi untuk digunakan dalam produksi
oligosakarida prebiotik. dextran yang dihasilkan juga memiliki
kelarutan air dan retensi yang tinggi sehingga dimanfaatkan sebagai
agen pengikat air. Oleh karena itu, perlu dilakukan isolasi bakteri yang
memiliki enzim dextransukrase yang dapat mensintesis sukrosa
menjadi dextran dan karakterisasi isolat tersebut dalam menghasilkan
dextran.

H. Pengaruh Dextran pada Penanganan Penyakit Ginjal


Anemia sering terjadi pada pasienpasien dengan penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis (PGK-HD). Anemia pada PGK-HD
terutama disebabkan oleh berkurangnya produksi eritropoietin (EPO
karena penyakit ginjalnya dan faktor lain yang berkontribusi terhadap
anemia pada PGK termasuk defisiensi besi (Weiss, dkk., 2005). Terapi zat
besi adalah first-line terapi untuk anemia pada pasien Penyakit Ginjal
Kronik yang didiagnosa mengalami defisiensi besi, dan pada beberapa
pasien dengan kadar Hb normal tanpa terapi epoetin.

Kombinasi terapi besi dan epoetin dibutuhkan untuk menstimulasi


eritropoiesis dan mencegah anemia mikrositik, yang terjadi karena
defisiensi besi. Pemberian zat besi peroral sering menimbulkan keluhan
gastrointestinal berupa keluhan gastritis, kejang perut, obstipasi dan diare
yang sulit ditoleransi oleh penderita. Jika terapi oral gagal untuk
memperbaiki defisiensi besi, maka penggantian besi secara parenteral
harus dilakukan.

The National Kidney Foundation’s Kidney Dialysis Outcomes


Quality Initiative (NKF-K/DOQI) merekomendasikan pemberian preparat
besi secara intravean (IV) pada pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan
hemodialisis. Efektifitas terapi besi pada pasien PGK-HD adalah dapat
berupa perubahan kadar Hb dan status besinya meningkat.
Penggunaan iron dextran pada terapi ini memiliki risiko timbulnya
reaksi hipersensitifitas lebih tinggi dari pada penggunaan iron sucrose
(Bailie dkk., 2005). Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Nuryanti, 2016) menyatakan bahwa terapi iron dextran pada penelitian ini
adalah kombinasi ESA, asam folat, dan vitamin B12 terhadap pasien
dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis (PGK-HD)
menunjukkan hasil yang positif.

Hasil uji statistik menunjukkan adanya perubahan positif nilai SI,


TIBC, dan ST setelah terapi iron dextran dengan nilai rata-rata ΔSI sebesar
23 µg/dl. Hal ini berarti pemberian iron dextran dosis 100 mg dengan
frekuensi pemberian 2x/minggu selama 5 minggu dapat meningkatkan
nilai status besi secara bermakna pada pasien PGK HD. Selanjutnya Terapi
Iron Dextran terhadap Kadar Hb juga menunjukkan adanya perubahan
positif pada kadar Hb pasien setelah terapi iron dextran dengan nilai rata-
rata ΔHb sebesar 0,59. Hal ini berarti pemberian iron dextran dosis 100
mg dengan frekuensi pemberian 2x/minggu selama 5 minggu dapat
meningkatkan kadar Hb sebesar 0,59 g/dl dari kadar Hb awal 10,29 g/dl
sebelum terapi iron dextran menjadi 10,88 g/dl setelah terapi iron dextran
pada pasien PGK-HD. Namun penggunaan iron dextran pada terapi ini
biasanya menimbulkan beberapa efek samping. Efek samping yang
terpenting yang harus diwaspadai pada pemberian terapi iron dextran
secara intravena adalah reaksi hipersensitifitas. Efek samping yang sering
terjadi pada pasien yang mendapatterapi iron dextran antara lain nyeri
perut, diare, mual, muntah, arthralgia, arthritis, inflamasi, pruritis, ruam,
urtikaria. Dari penelitian yang telah dilakuakn didapatkankesimpulan
bahwa Terapi iron dextran dapat meningkatkan kadar status besi dan Hb
yaitu nilai SI dari 39 µg/dl menjadi 62 µg/dl, nilai TIBC dari 148 µg/dl
menjadi 170 µg/dl, nilai ST dari 26,70 % menjadi 38,64%, kadar Hb dari
10,13 g/dl menjadi 10,72 g/dl dan terapi iron dextran tidak selalu
menimbulkan ADE pada pasien penderita Penyakin Ginjal Kronik dengan
HD.

I. Penggunaan Obat yang mengandung Dextran


1. Cara penggunaan dextran sebagai obat-obatan
Dextran sebaiknya tidak digunakan secara mandiri, melainkan
diberikan oleh ahli kesehatan. Beberapa halyang harus diperhatikan
dalam penggunaan dextran sebagai obat adalah:
1) Dextan biasanya disuntikkan ke dalam otot pantat atau perlahan
ke dalam pembuluh darah, dimana suntikan berikutnya
diberikan di sisi berlawanan dari suntikan terakhir.
2) Penggunaan atau penyuntikkan IV (besi dektan) harus dilakukan
oleh pihak yang benar-benar memahami prosedur penyuntikan
obat serta limbahnya harus dibuang pada sampah khusus obat
setelah selesai digunakan.
3) Obat ini sebaiknya disuntikkan secara perlahan. Jika disuntikkan
dengan terburu-buru dapat menyebabkan efek samping yang
cukup serius.
4) Sebelum diberikan dosis penuh, dilakukan pengujian pada dosis
yang kecil, kemudian ditingkatkan perlahan untuk memeriksa
kemungkinan terjadinya reaksi alergi. Jika tidak ada reaksi
alergi yang muncul setelah satu jam, dosis penuh dapat
diberikan.
5) Jangan menggunakan wadah atau jarum suntik dextran untuk
penggunaan cairan obat lainnya dan jangan menggunakan obat
ini jika terjadi perubahan warna atau terdapat partikel kecil di
dalamnya.

2. Efek samping penggunaan dextran


Penggunaan dextran sebagai obat-obatan maupun sebagai senyawa
terapi medis pada beberapa penyakit seperti pada penderita Penyakit
Ginjal Kronis_ HD biasanya menimbulkan Reaksi hipersensitif atau
alergi, seperti kehilangan kesadaran, kesulitan bernapas, gatal-gatal,
bengkak, kejang. Dextran sebagai obat-obatan harus diberikan di
bawah pengawasan seorang ahli kesehatan dan dilarang digunakan
secara pribadi.

Beberapa orang mungkin tidak langsung merasakan efek samping


dari obat, tetapi gejala efek samping baru muncul setelah 1-2 hari
pengobatan. Efek samping yang telah disebutkan di atas mungkin akan
berkurang setelah 3-4 hari jika obat ini disuntikkan melalui pembuluh
darah, atau 3-7 hari jika obat ini disuntikkan ke otot. Selain itu, juga
terdapat beberapa efek samping yang tergolong serius yang ahrus
segera mendapatkan penanganan dari ahli kesehatan profesional. Efek
samping yang tergolong serius di antaranya adalah: Sesak dada atau
dada terasa sakit dan Terdapat darah pada urine

J. Pengaruh Dextran Produksi Gula


1. Pada produksi gula tebu
dextran biasanya banyak ditemukan pada tebu yang terlambat
giling atau penanganan pascapanen yang kurang baik. Kadar dextran
yang tinggi dalam nira tebu (cairan perasaan tebu) dapat mengganggu
pembuatan gula, terutama pada tahap kristalisasi dan pemisahan gula
(Baktir et al. 2005). Kondisi tebu di lapangan, transportasi, dan kondisi
pabrik dapat membuat tebu mudah terinfeksi mikrob.

dextran yang dihasilkan oleh galur yang berbeda memiliki


perbedaan dalam ikatan glikosidiknya, tingkat dan jenis percabangan,
serta semua karakter fisik dan kimiawinya (Zahnley & Smith 1995).
Menurut Lee dan Fox (1985), jus tebu yang diperoleh dari tebu dalam
kondisi panas lembap dan telah ditumbuhi spesies Leuconostoc
menimbulkan berbagai masalah serius, yaitu kehilangan jumlah
sukrosa, terjadinya peningkatan viskositas dalam proses pembuatan
sirup, dan penghambatan kristalisasi sukrosa (Khalikova et al. 2005).

2. Pada produksi gula aren


Gula aren merupakan produk tanaman aren melalui pengolahan
nira dengan cara pemasakan untuk menguapkan air sampai menjadi
cairan kental yang kemudian dijadikan sebagai gula cetak atau gula
semut. Gula aren mempunyai peranan yang sangat penting baik bagi
produsen maupun kon-sumennya. Sebelum Indonesia merdeka, hampir
seluruh kebutuhan gula oleh masyarakat dipenuhi dari gula aren. Oleh
karena kebijakan penjualan dalam negeri, yaitu gula putih dari tanaman
tebu pada era kemerdekaan, maka sejak saat itu peranan gula aren
semakin menurun. Faktor penyebab lain pada penurunan ini tidak
dikembangkan teknologi peng- olahan gula aren.

Salah satu aspek teknologi yang diabaikan adalah penanganan nira


segar yang telah meng- akibatkan kualitas gula aren yang dihasilkan
oleh masyarakat dalam skala industri rumah tangga sangat bervariasi.
Walaupun Dewan Standarisasi Nasional telah menetapkan Standard
Nasional Industri (SNI) Gula Palma, tetapi standard mutu tersebut
masih terbatas pada kandungan gula sukrosa dan gula pereduksi,
padahal ada komponen karbohidrat lainnya yang dalam jumlah
signifikan masih terdapat di dalam gula tersebut. Hasil penelitian
Pontoh (2007) menunjukkan bahwa gula aren mempunyai kan- dungan
polisakarida yang diduga dextran dalam jumlah yang signifikan, yaitu
sekitar 4,31%.

Seperti halnya kandungan gula reduksi, kan- dungan dextran dalam


nira mengindikasikan bahwa bahan baku pembuatan gula tersebut telah
meng- alami perubahan oleh enzim yang dikeluarkan oleh mikroba.
Keberadaan dextran dalam nira tidak dike- hendaki karena akan
menghambat proses kristalisasi gula (Soliman, 2007), makin tinggi
kandungan dextran makin besar kehilangan sukrosa dalam nira.
Berbeda dengan gula reduksi, dextran tetap tidak berubah lebih lanjut
oleh aktivitas mikroorganisme. Dextran bersifat terakumulasi selama
proses perom- bakan sukrosa. Hal ini berbeda dengan kandungan gula
reduksi yang terbentuk dari sukrosa oleh aktivitas ensim invertase yang
dikeluarkan oleh ragi akan dikonsumsi lebih lanjut oleh ragi dan
mikro- organisme lain menjadi alkohol atau asam organik. Dengan
demikian keberadaan dextran lebih baik digunakan untuk
mengevaluasi tingkat perubahan dalam nira.

Dextran adalah polisakarida yang disintesa dari sukrosa oleh


enzim dextran sukrase yang disekresi oleh microorganisme terutama
Leuconostoc mecenteroides. Polisakarida yang dihasilkan adalah
monopolimer dari glukosa dengan ikatan α(1-->6) pada rantai utama
dengan ikatan α(1-->3) sebagai rantai cabang dan kadang kadang α(1--
>2) dan α(1-->4). Sebagai polisakarida, dextran mempunyai berat
molekul yang sangat bervariasi dari 9000 kDa sampai 500000 kDa
(Belder, 2003). Sebagai molekul yang sangat besar dan berada dalam
matriks dengan karbohidrat lainnya, maka analisa kandungan dextran
menjadi lebih kompleks (Saska et al., 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh (Pontoh, 2010) menunjukkan


bahwa Kandungan dextran dalam berbagai contoh gula telah dianalisa
dengan metode kabut. Hasilnya dapat dilihat dalam Tabel 2. Dalam
Tabel ini terlihat bahwa kandungan dextran dalam gula aren berkisar
pada 0,19 sampai 1,68 persen. Selanjutnya Konsentrasi dextran dalam
nira aren disajikan dalam Tabel 3. Dari Tabel ini terlihat bahwa kon-
sentrasi dextran dalam nira aren bervariasi dari 0,66 sampai 0,91% dari
berat padatan atau 0,099 sampai 0,31% dari volume.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dextran adalah polisakarida yang disintesa dari sukrosa oleh
enzim dextransukrase yang disekresi oleh microorganisme terutama
Leuconostoc mecenteroides. Polisakarida yang dihasilkan adalah
monopolimer dari glukosa dengan ikatan α(1→6) pada rantai utama
dengan ikatan α(1→3) sebagai rantai cabang dan kadang kadang α(1→2)
dan α(1→4) (Naessense et al., 2005). Sebagai polisakarida, dextran
mempunyai berat molekul yang sangat bervariasi dari 9000 kDa sampai
500000 kDa.

Dextran dapat dimanfaatkan dalm banyak bidang terutama dalam


bidang analisis dan kesehatan. Selain itu dextan juga dimanfaatkan dalam
bidang makanan, farmasi dan industri.
DAFTAR PUSTAKA

Akram, Sitti Rahbiah., et al. 2019. Karakteristik Isolat Bakteri Penghasil dextran
dari Batang Tebu (Saccharum officinarum L.). Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia, 24 (2): 160-167

Belder AN. 2003. Dextran. Handbook from Amersham Biosciences. Sweden (SE):
Uppsala University

Leighner,Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia jilid 1. Erlangga: Jakarta

Nuryanti, Teti., et al. 2016. Efek Terapi Iron Dextran Pada Pasien Penyakit Ginjal
Kronik Hemodialisis Rutin Di Rumah Sakit. Jurnal Manajemen dan
Pelayanan Farmasi, 6(2) : 125-132.

Pontoh, Julius., et al. 2012. Metode Analisa Dextran dalam Nira dan Gula Aren.
B. Palma 13(2) :109-114

Sarwat F, Qader SA, Aman A, Ahmed N. 2008. Production & characterization of


a unique destran from an indigenous Leuconostoc mesenteroides
CMG713. International Journal of Biological Sciences. 4: 379-386.

Saska, M., M.A. Godshall dan D.F. Day. 2002. Dextan analysis with polametric,
immunological, roberts’ and haze methods. Proceedings of the
Conference of Sugar Processing Research. New Orleans, March 2002.

Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai