Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EVIDANCE BASED PRACTICE


Model EBP

Untuk Memehuni Mata Ajar


Evidance Based Practice
Dosen Pengampuh : Murtianigsih, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat

Disusun Oleh :
Kelompok 5

Parti Utami ( 215120021 )


Roy Andry Yani ( )
Rosmitha Tanan ( 215120009 )
Milka Novia Landa ( 215120014 )
Salama Niapele ( )
Yulianus

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN ( S2 )


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI”
2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Evidance Based Practice (EBP) dengan makalah ini yang berjudul “Model
EBP“ ini dengan tepat waktu.
Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah Evidance Based Practice (EBP) di Magister Keperawatan STIKES
Jenderal Achmad Yani Cimahi. Kelompok menyadari bahwa dalam penulisan
tugas ini masih belum sempurna, hal ini dikarenakan keterbatas dan kemampuan
yang kami miliki, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna untuk kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata tugas mata kuliah Sains Keperawatan ini dapat bermanfaat
bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa membalas budi kebaikan dan menjadikan pahala bagi semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini hingga selesai.

Cimahi, September 2020

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………… i
Kata pengantar…………………………………………………………..... ii
Daftar isi………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 1
B. Tujuan……………………………………………………………... 2
C. Manfaat…………………………………………………………..... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Model EBP………………………………………………………... 3
1. Model Settler………………..………………………………… 3
2. Model IWOA …………………………………………………. 4
3. Model Konseptual Rosswurm & Larrabee …………………… 6
BAB III APLIKASI SPO
A. Tinjauan Kasus…………………………………………………….. 8
B. Pembahasan…………………………………………………………
9
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………... 11
B. Saran………………………………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evidence Based Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil
keputusan klinis berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid. Oleh
karena itu EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil penelitian
ke dalam praktek sehingga perawat dapat meningkatkan “quality of care”
terhadap pasien. Selain itu implementasi EBP juga akan menurunkan biaya
perawatan yang memberi dampak positif tidak hanya bagi pasien, perawat,
tapi juga bagi institusi pelayanan kesehatan. Sayangnya penggunaan bukti-
bukti riset sebagai dasar dalam pengambilan keputusan klinis seperti
seorang bayi yang masih berada dalam tahap pertumbuhan.
Evidence-Based Practice (EBP), merupakan pendekatan yang dapat
digunakan dalam praktik perawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence
atau fakta. Penggunaan evidence base dalam praktek akan menjadi dasar
scientific dalam pengambilan keputusan klinis sehingga intervensi yang
diberikan dapat dipertanggungjawabkan. Sayangnya pendekatan evidence
base di Indonesia belum berkembang termasuk penggunaan hasil riset ke
dalam praktek. Tidak dapat dipungkiri bahwa riset di Indonesia hanya
untuk kebutuhan penyelesaian studi sehingga hanya menjadi tumpukan
kertas semata.
Dalam memindahkan evidence kedalam praktek guna meningkatkan
kualitas kesehatan dan keselamatan (patient safety) dibutuhkan langkah-
langkah yang sistematis dan berbagai model EBP dapat membantu perawat
atau tenaga kesehatan lainnya dalam mengembangkan konsep. Beberapa
model yang sering digunakan dalam mengimplementasikan evidence based
practice adalah model Stetler (2001), model IOWA (2001), dan model
Rosswurm dan Larrabee’s.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menganalisis teori Model
evidence based practice (EBP)

2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami teori EBP model Stetler
b. Mampu memahami teori EBP Model IOWA
c. Mampu memahami teori EBP Model Rosswurm dan Larrabee’s.

C. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan tentang
analisis Teori Model Evidance Based Practice (EBP).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Teori


Dalam memindahkan evidence kedalam praktek guna meningkatkan
kualitas kesehatan dan keselamatan (patient safety) dibutuhkan langkah-
langkah yang sistematis dan berbagai model EBP dapat membantu perawat
atau tenaga kesehatan lainnya dalam mengembangkan konsep melalui
pendekatan yang sistematis dan jelas, alokasi waktu dan sumber yang jelas,
sumber daya yang terlibat, serta mencegah impelementasi yang tidak runut
dan lengkap dalam sebuah organisasi (Gawlinski & Rutledge, 2008). Namun
demikian, beberapa model memiliki keunggulannya masing-masing sehingga
setiap institusi dapat memilih model yang sesuai dengan kondisi organisasi.
Beberapa model yang sering digunakan dalam mengimplementasikan
evidence based practice adalah model Stetler (2001), model IOWA (2001),
dan model Rosswurm dan Larrabee’s

B. Model-model EBP
1. Model Settler
Model Stetler dikembangkan pertama kali tahun 1976 kemudian
diperbaiki tahun 1994 dan revisi terakhir 2001. Model ini terdiri dari 5
tahapan dalam menerapkan Evidence Base Practice Nursing.
a. Tahap persiapan.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah atau isu yang muncul,
kemudian menvalidasi masalah dengan bukti atau landasan alasan
yang kuat.
b. Tahap validasi.
Tahap ini dimulai dengan mengkritisi bukti atau jurnal yang ada (baik
bukti empiris, non empiris, sistematik review), kemudian
diidentifikasi level setiap bukti menggunakan table “level of
evidence”. Tahapan bisa berhenti di sini apabila tidak ada bukti atau
bukti yang ada tidak mendukung.

3
c. Tahap evaluasi perbandingan/ pengambilan keputusan.
Pada tahap ini dilakukan sintesis temuan yang ada dan pengambilan
bukti yang bisa dipakai. Pada tahap ini bisa muncul keputusan untuk
melakukan penelitian sendiri apabila bukti yang ada tidak bisa
dipakai.
d. Tahap translasi atau aplikasi.
Tahap ini memutuskan pada level apa kita akan melakukan penelitian
(individu, kelompok, organisasi). Membuat proposal untuk penelitian,
menentukan strategi untuk melakukan diseminasi formal dan memulai
melakukan pilot projek.
e. Tahap evaluasi.
Tahap evaluasi bisa dikerjakan secara formal maupun non formal,
terdiri atas evaluasi formatif dan sumatif, yang di dalamnya termasuk
evaluasi biaya.
2. Model IOWA
Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN,
FAAN, Model IOWA diawali dari pemicu/masalah. Pemicu/masalah ini
sebagai focus ataupun focus masalah. Jika masalah mengenai prioritas
dari suatu organisasi, tim segera dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders,
klinisian, staf perawat, dan tenaga kesehatan lain yang dirasakan penting
untuk dilibatkan dalam EBP. Langkah selanjutkan adalah mensistesis
EBP. Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdapat cukup bukti yang
mendukung untuk terjadinya perubahan. kemudian dilakukan evaluasi
dan diikuti dengan diseminasi (Bernadette Mazurek Melnyk, 2011).
IOWA model dalam EBP digunakan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, digunakan dalam berbagai akademik dan setting
klinis. Ciri khas dari model ini adalah adanya konsep “triggers” dalam
pelaksanaan EBP. Trigers adalah masalah klinis ataupun informasi yang
berasal dari luar organisasi. Ada 3 kunci dalam membuat keputusan yaitu
adanya penyebab mendasar timbulnya masalah atau pengetahuan terkait
dengan kebijakan institusi atau organisasi, penelitian yang cukup kuat,
dan pertimbangan mengenai kemungkinan diterapkannya perubahan

4
kedalam praktek sehingga dalam model tidak semua jenis masalah dapat
diangkat dan menjadi topik prioritas organisasi (Melnyk & Fineout,
2011)
Berikut ini adalah gambar bagan yang menggambarkan tahapan
EBP model IOWA :

5
3. Model konseptual Rosswurm & Larrabee
Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice
Change yang terdiri dari 6 langkah yaitu :
Tahap 1 : mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis
Tahap 2 : tentukkan evidence terbaik
Tahap 3 : kritikal analisis evidence
Tahap 4 : design perubahan dalam praktek
Tahap 5 : implementasi dan evaluasi perubahan
Tahap 6 : integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek
Model ini menjelaskan bahwa penerapan Evidence Based Nursing ke
lahan paktek harus memperhatikan latar belakang teori yang ada,
kevalitan dan dan kreabilitasan metode yang digunakan, serta
penggunaan nomenklatur yang standar.
Model ini adalah revisi dari model dari Rosswurm dan Laarabee
(1999) dengan merevisi langkah-langkahnya sehingga lebih sitematik.
Model ini dikembangkan oleh pengalaman dari Laarrabee dengan
mendidik dan membimbing terhadap perawat didalam mengaplikasikan
model ini di West Virginia University Hospital dan prioritas pengalaman
dengan mengajar dan membimbing perawat didalam perbaikan kualitas
(Bernadette Mazurek Melnyk, 2011).

6
7
BAB III
APLIKASI SOP
A. STUDI KASUS
Setiap pasien layak mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaik.
Perawat maupun tenaga kesehatan lainnya harus berusaha meningkatkan
kompetensinya agar dapat memberikan pelayanan dengan hasil yang terbaik.
Pelayanan keperawatan yang baik diberikan berdasarkan keputusan klinis yang
tepat. Sebagai seorang perawat professional, membuat sebuah keputusan klinis
yang tepat dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantara adalah pengalaman
klinik yang dimiliki, hasil-hasil riset yang terbaik dan pilihan pasien terhadap
tindakan klinis keperawatan dengan sumber daya yang tersedia. Perawat yang
melaksanakan praktiknya atas dasar ketiga hal di atas berarti ia telah
melaksanakan model Evidence-based Practice (EBP).
Titan Ligita (2012), mengidentifikasi sikap perawat akan penerapan
Evidence-based Practice dalam praktik sehari-hari. Pada kasus pertama
ditanyakan tindakan yang perawat lakukan apabila akan mencari solusi terbaik
agar pasien mendapatkan hasil yang optimal. Dari keempat pilihan jawaban,
rata-rata perawat memilih dengan proporsi yang hampir sama untuk ketiga
jawaban yaitu berdiskusi dengan perawat lain (30,3%; n=20), berdiskusi
dengan dokter (33,3%; n=22) dan mencari solusi melalui sumber ilmiah artikel
penelitian (33,3%; n=22). Dari kasus pertama, tampak bahwa pilihan jawaban
dengan mencari solusi melalui sumber ilmiah merupakan jawaban yang
mengarah pada sikap positif terhadap implementasi Evidencebased Practice.
Selanjutnya pada kasus kedua yang berisi mengenai tindakan yang perawat
akan lakukan apabila dia telah menemukan solusi terbaik melalui suatu
penelitian yang telah ia evaluasi. Dari ketiga jawaban yang diberikan,
mayoritas perawat mengatakan bahwa mereka akan terlebih dahulu
berkonsultasi dengan kepala ruang rawat (86,4%, n=57). Terkait kesiapan
perawatan, masing belum cukup dalam hal pengetahuan dimana hampir 50%
perawat menjawab ”tidak setuju” bahwa pengetahuan mereka memadai untuk
mengimplementasi Evidence-based Practice. Sebaliknya, keterampilan yang
mereka miliki dilaporkan cukup untuk melaksanakan Evidence-based Practice.

8
Lebih dari setengah jumlah total responden mengatakan bahwa mereka terbiasa
membaca hasil penelitian akan tetapi tak terbiasa melakukan penelitian.
Mayoritas responden pun mengatakan pegetahuan dan keterampilan manajer
serta koleganya memadai untuk implementasi Evidence-based Practice
sehingga membuat tindakan keperawatan di ruangan mudah disesuaikan
dengan hasil penelitian. Selain itu, keterbatasan fasilitas bukan penghalang
bagi perawat dalam mencari informasi terkait hasil penelitian.
Apabila dilihat dari beberapa aktivitas yang mengarah pada tindakan
Evidence-based Practice, mayoritas perawat jarang menggunakan hasil
penelitian dalam merawat pasiennya sehingga menurut setengah dari total
responden perawat ini pun jarang merasakan manfaat hasil riset dalam
perawatan pasien. Akan tetapi, lebih dari 70% responden perawat mengatakan
keputusan klinis yang mereka buat berdasarkan pengalaman praktik, hasil
penelitian dan pemilihan pasien. Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa masih terdapat banyak komponen dalam persiapan perawat dalam
mengimplementasikan konsep Evidence based Practice belum cukup
memadai.

B. Pembahasan
jurnal ini adalah dalam suatu lingkup rumah sakit, ingin melihat hambatan
penerapan Evidence-Base Practic pada rumah sakit umum di Pontianak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Titan Legita (2012), dalam
jurnalnya yang berjudul “Pengetahuan, Sikap dan Kesiapan Perawat Klinisi
Dalam Implementasi Evidence-Base Practice” Kelompok kami menyimpulkan
bahwa penerapan Evidence-based Practice dalam praktik sehari-hari yang
pertama nampak dalam pencarian solusi terhadap masalah yang ditemukan
yakni mencari solusi melalui sumber ilmiah artikel penelitian. Tindakan
selanjutnya yang perawat akan lakukan apabila dia telah menemukan solusi
terbaik melalui suatu penelitian yang telah ia evaluasi adalah mereka akan
terlebih dahulu berkonsultasi dengan kepala ruang rawat. Pengetahuan perawat
belum memadai dalam mengimplementasikan Evidence-based Practice namun
dari segi keterampilan yang mereka cukup mampu untuk melaksanakan

9
Evidence-based Practice. Kemudian, mereka terbiasa membaca hasil penelitian
akan tetapi tak terbiasa melakukan penelitian. Jadi secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa implementasi konsep Evidence based Practice di lapangan
belum cukup memadai.
Dari hasil studi kasus ini bila dihubungkan dengan Model EBP yakni model
Settler yaitu tahap persiapan, validasi, evaluasi,Tahap translasi atau aplikasi
dan evaluasi. Dapat disimpulkan bahwa perawat telah melakukan identifikasi
masalah dan dari hasil identifikasi masalah kemudian perawat mencari solusi
pemecahan masalah melalui sumber ilmiah artikel penelitian. Temuan
penelitian selanjutnya di evaluasi dengan berkosultasi dengan kepala ruangan
untuk mengambil keputusan untuk melakukan penelitian sendiri apabila bukti
yang ada tidak bisa dipakai. Sampai disni, EBP pada Model Settler berjalan
dengan baik. Namun kendala muncul pada tahap translasi atau aplikasi dan
juga evaluasi dimana perawat mengatakan bahwa mereka terbiasa membaca
hasil penelitian akan tetapi tak terbiasa melakukan penelitian, inilah yang
menjadi penghambat penerapan konsep Evidence based Practice khususnya
model Settler di lapangan.

10
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Model Implementasi Evidance Practice teridiri dari 3 model yakni:
Model Settler, Model IOWA dan Model Rosswurm & Larrabee. Ketiga
Model ini merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untuk
meningkatkan penerapan Evidence based. Lima langkah dalam model Settler
meliputi Persiapan, Validasi, Perbandingan evaluasi dan pengambilan
keputusan, Fase Translasi aplikasi, dan Evaluasi.
Model IOWA diawali dari pemicu/masalah. Pemicu/masalah ini sebagai
focus ataupun focus masalah. Jika masalah mengenai prioritas dari suatu
organisasi, tim segera dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders, klinisian, staf
perawat, dan tenaga kesehatan lain yang dirasakan penting untuk dilibatkan
dalam EBP. Langkah selanjutkan adalah mensistesis EBP. Perubahan terjadi
dan dilakukan jika terdapat cukup bukti yang mendukung untuk terjadinya
perubahan. kemudian dilakukan evaluasi dan diikuti dengan diseminasi
(Bernadette Mazurek Melnyk, 2011).
Model Rosswurm & Larrabee disebut juga dengan model Evidence
Based Practice Change yang terdiri dari 6 langkah yaitu : mengkaji
kebutuhan untuk perubahan praktis, tentukkan evidence terbaik, kritikal
analisis evidence, design perubahan dalam praktek, implementasi dan
evaluasi perubahan dan integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek.

B. SARAN
Dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan
yang baik, serta mengambil keputusan yang bersifat klinis hendaknya
mengacu pada SPO yang dibuat berdasarkan teori-teori dan penelitian
terkini. Evidence Based Practice dapat menjadi panduan dalam menentukan
atau membuat SPO yang memiliki landasan berdasarkan teori, penelitian,
serta pengalaman klinis baik oleh petugas kesehatan maupun pasien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. 2013.


Nursing Interventions Classification (NIC) (Sixth Edit.). St. Louis, Missouri:
Elsevier.

Forbes, A. 2009. Clinical intervention research in nursing. International journal


of nursing studies, 46(4), 557–68. doi:10.1016/j.ijnurstu.2008.08.012

Gawlinski, A., & Rutledge, D. (2008). Selecting a Model for Evidence‐Based


Practice Changes: A Practical Approach. AACN advanced critical care.

Legita Titan, (2012). Pengetahuan, Sikap dan Kesiapan Perawat Klinisi dalam
Implementasi Evidance Base Practice.
http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/view/95 diakses pada
tanggal 27 September 2020

Majid, S., Foo, S., Luyt, B., Zhang, X., Theng, Y.-L., Chang, Y.-K., & Mokhtar, I.
a. 2011. Adopting evidence-based practice in clinical decision making:
nurses’ perceptions, knowledge, and barriers. Journal of the Medical Library
Association : JMLA, 99(3), 229–36. doi:10.3163/1536-5050.99.3.010

Melnyk, B. M., & Fineout-Overholt, E. (2011). Evidence-based practice in


nursing & healthcare: a guide to best practice (2nd ed). Philadelphia:
Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.

13

Anda mungkin juga menyukai