Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

OPEN FRAKTUR METACARPAL IV DEXTRA

I.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. Aan Priyadi
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Umur : 21 tahun
Alamat : Ds. Gending Probolinggo
Pekerjaan : Mahasiswa
MRS : 2 Maret 2014
KRS : 4 Maret 2014

I.2 Anamnesis
KU : Nyeri pada tangan kiri post KLL tertimpa stang motor
RPS : Pasien datang ke UGD jam 14.30 WIB dengan keluhan post KLL sepeda
motor di serempet mobil. Pasien tidak pingsan, tidak muntah, ada luka terbuka
pada tangan kanan dan tampak tulang.

RPD :
 Pasien tidak punya Hipertensi , Diabetes Mellitus, Alergi
RPK :
 Keluarga tidak ada yang memiliki keluhan seperti ini
 Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit kronis Hipertensi, Diabetes
Mellitus, Alergi

I.3 Pemeriksaan Fisik


A. Primary Survey
 Airway : Bebas
 Breathing : Spontan, RR : 16 kali/menit
 Circulation : Tekanan Darah : 120/80 mmHg ,
Nadi : 80 kali/menit, regular, isi cukup.

1
CRT < 2”
 Disability : GCS 15 (E4V5M6)
B. Secondary Survey
 Kepala : Normocephal / DBN
 Mata : Konjungtiva pucat -/-, sclera ikterik -/-
 THT : Discharge (-)
 Leher : KGB dan tiroid tidak teraba pembesaran.
 Thorax : Simetris saat statis maupun dinamis
COR : BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Pulmo : Suara nafa vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
 Abdomen : Datar, bising usus (+) normal, supel, timpani pada
seluruh lapang abdomen
 Ekstremitas : akral kedua ekstremitas hangat, CRT , 2”.
C. Status Lokalis Manus Sinistra :
 Look : Edema (+), Hiperemis (-), deformitas (-), Perdarahan Aktif (-).
 Feel : Nyeri tekan (-), CRT < 2’’
 Move : ROM terbatas karena nyeri.

Gambar 1. Status Lokalis Manus dextra

I.4 Pemeriksaan Penunjang


A. Pemeriksaan Darah tanggal 2 maret 2014
 Hematokrit : 40%

2
 Hemoglobin : 14.5 g/dl
 Eritrosit : 5,10 juta/mm3
 Leukosit : 11.000 mg/dl
 Trombosit : 299000 mg/dl
 Natrium : 139 mcq
 Kalium : 100 mcq
 Ureum : 29
 Creatinin : 0,9
B. Foto Rontgen
Kesan : terdapat fraktur oblique pada metacarpal IV manus dextra

Gambar 2. Foto Rontgen Manus Dextra

I.5 Diagnosis
Open Fraktur Metakarpal IV Dextra

I.6 Penatalaksaan
 Pasang tensokret
 Rawat inap
 Pro ORIF elektif
 Ceftriaxone 2 x 1gr (iv)
 Ketorolac 3 x 30 mg (iv)
1.7 Prognosis

3
 dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi
Metakarpal merupakan tulang tubular panjang dengan kelengkungan intrinsik
longitudinal dan kelengkungan transversal kolektif. Tulang berbentuk konkaf pada
permukaan palmar dan bergabung secara proksimal dan distal oleh ligamen
penghubung. Metakarpal kedua dan ketiga secara kaku tertahan pada basisnya,
sedangkan sendi CMC keempat dan kelima mampu paling sedikit bergerak masing-
masing 15 dan 25 derajat. Sendi ibu jari CMC sangat mobile, dan pergerakan uniknya
serta pola cedera diterangkan pada bab lainnya.
Sendi CMC kedua dan ketiga metakarpal sangat stabil, dan secara relatif
memiliki pergerakan sangat kecil pada sendi ini. Artikular gigi gergaji disusun secara
kombinasi dan dorsal dan palmar ligamen CMC yang kuat serta ligamen metakarpal
terbentuk sangat kuat dan secara relatif menghambat pergerakan kapsul sendi.
Sendi-sendi ini distabilisasi lebih lanjut oleh longus radialis carpi ekstensor dan
insersi tendon brevis masing-masing pada dasar metakarpal kedua dan ketiga. Insersi
radialis carpi fleksor pada dasar metakarpal kedua juga turut berkontribusi. Artikulasi
dengan lengkungan dan basis metatarsal keempat dan kelima memungkinkan
pergerakan yang lebih bebas, namun ligamen CMC dan metakarpal masih sangat
kuat. Insersi ekstensor carpi ulnaris (ECU) pada aspek dorsal basis metakarpal ulnar
kelima sering menyediakan tenaga yang merusak pada fraktur metakarpal kelima.
Fraktur artikular basis metakarpal kelima sering terjadi antara insersi ligamen
metakarpal dan insersi ECU, menghasilkan perpindahan proksimal dan dorsal fraktur
metakarpal dikarenakan aksi tendon yang tidak terhambat (sering disebut fraktur
Bennett terbalik, karena kesamaannya dengan cedera pada ibu jari).
Sendi metakarpopalangeal (MCP) merupakan sendi kondiloid multiaksial
yang mampu untuk fleksi, ekstensi, dan beberapa pergerakan lateral. Bentuk seperti
roda sisir kepala metakarpal mengarah pada relaksasi ligamen kolateral pada saat
ekstrnsi, memungkinkan adduksi dan abduksi jari. Dengan sekitar 70 derajat fleksi
sendi MCP, ligamen kolateral menjadi tegang, menstabilkan jari untuk tenaga
menggenggam dan mencengkram. Peningkatan tegangan pada ligamen kolateral saat

4
MCP fleksi dapat menolong untuk menstabilkan kepala metakarpal ketika mereduksi
fraktur leher metakarpal. Sendi MCP secara rutin diimobilisasi paling sedikit fleksi 70
derajat untuk menjaga keregangan maksimum pada ligamen ini, sehingga mengurangi
kekakuan pasca imobilisasi.
Lempeng volar merupakan struktur kartilaginosa pada aspek palmar di tiap
sendi MCP, yang membatasi ekstensi sendi. Lempeng volar lebih tebal pada
insersinya pada falang proksimal dan lebih lemah pada asal metakarpal proksimal.
Lempeng volar terkoneksi melalui ligamen intermetakarpal transversal, yang
menyediakan stabilitas volar tambahan.

Gambar 3. Anatomi Metacarpal

5
Gambar 4. Perdarahan Metacarpal
II.2 Fraktur Metakarpal

II.2.1 Definisi

Trauma tangan merupakan hal yang umum, tidak jarang mengakibatkan


fraktur dan dislokasi metacarpal dan falang. Kebanyakan dari cedera ini dapat
ditangani secara non-operatif, menggunakan imobilisasi atau mobilisasi terkontrol.
Untuk fraktur tertentu seperti fraktur intra-artikular, fraktur geser dan angulasi, pola
fraktur tidak stabil, cedera kombinasi atau cedera terbuka, dan juga dislokasi yang
tidak dapat direduksi dan tidak stabil, intervensi pembedahan mungkin diperlukan
untuk mengembalikan fungsi dan penampilan.
Kebanyakan fraktur metacarpal terjadi pada populasi pekerja dan aktif,
terutama pada remaja dan dewasa tua. Di Amerika Serikat, cedera ekstremitas atas
berakibat pada absen lebih dari 16 juta hari kerja dan lebih dari 90 juta hari dengan
aktivitas yang terbatas. Kehilangan pendapatan dan biaya lebih dari 10 miliar
dolar.5,6,7

6
II.2.2 Epidemiologi
Fraktur metacarpal dan falang mencakup sekitar 10% dari seluruh fraktur.
Fraktur metacarpal sebanyak 30-40% dari seluruh fraktur tangan. Fraktur leher
metacarpal kelima sendiri berjumlah 10% dari seluruh fraktur tangan. Insidensi
seumur hidup fraktur metacarpal sekitar 2,5%.

II.2.3 Etiologi
Cedera metacarpal merupakan hasil dari trauma langsung maupun tidak
langsung. Asal dan arah dari gaya trauma menentukan secara pasti jenis fraktur
ataupun dislokasi.5,6 Pola cedera spesifik yang terjadi secara umum akibat trauma
adalah sebagai berikut:
a. Cedera carpometakarpal (CMC): fraktur basis metakarpal dan dislokasi sendi
CMC secara umum terjadi akibat beban aksial atau stres lainnya pada tangan
dengan posisi pergelangan tangan fleksi.
b. Cedera leher metacarpal: biasanya, fraktur leher metacarpal diakibatkan oleh
baik trauma langsung ataupun beban aksial. Gaya torsional pada jari juga
mengakibatkan cedera ini. Fraktur leher metacarpal, fraktur metacarpal paling
sering, biasanya merupakan akibat benda solid pada kepalan tangan.
c. Cedera kepala metacarpal: fraktur kepala metacarpal merupakan cedera intra-
artikular dan merupakan akibat pembebanan aksial atau trauma langsung.
Fraktur avulsi pada asal ligamen kolateral disebabkan oleh gaya deviasi dari
fleksi sendi metakarpopalangeal.
d. Dislokasi metacarpopalangeal (MCP): dislokasi MCP dorsal merupakan
dislokasi paling sering, akibat dari gaya hiperekstensi pada jari.

II.2.4 Patofisiologi

 Cedera basis metacarpal


Persendian carpometakarpal (CMC), terutama persendian sentral, cukup stabil.
Basis metacarpal ditahan pada posisinya oleh ligamen metacarpopalangeal dorsal dan
palmar, juga oleh ligamen interosseosa.5 Dislokasi CMC dapat terjadi dengan atau
tanpa fraktur. Fraktur avulsi basis metakarpal, atau fraktur yang meliputi karpus
dorsal, seringkali bersamaan dengan dislokasi CMC. Dislokasi CMC harus
menandakan kepada pemeriksa untuk mencari adanya fraktur atau dislokasi sendi
yang berdekatan. Disrupsi ligamen yang kuat yang menstabilkan bagian tengah sendi

7
CMC menandakan transmisi tenaga yang tinggi; pada kasus ini, pemeriksa harus
memastikan suatu tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi adanya cedera lain. Fraktur-
dislokasi dari basis metakarpal kelima merupakan suatu cedera intra-artikular yang
umum dan merupakan kebalikan dari fraktur Bennett. Suatu hantaman langsung pada
batas ulnar jari tangan seringkali mengakibatkan suatu fraktur basis metakarpal ekstra
artikular kelima. Beban aksial lebih sering mengakibatkan suatu intra artikular atau
fraktur Bennett. Secara umum, 1/3-1/4 radial volar basis artikular kelima mengalami
reduksi. Sisa metakarpal lainnya mengalami pergeseran pada arah dorsal dan ulnar.
Pergeseran ini disebabkan oleh gaya dinamis, serupa dengan yang tampak pada
fraktur Bennett di ibu jari. Metacarpal kelima merupakan sendi CMC ulnar keempat
yang paling bergerak; sehingga rentan mengalami arthrosis dari artikular yang tidak
wajar. 8

 Fraktur batang/leher metacarpal


Pembebanan aksial, hantaman langsung, atau pembebanan torsional dapat
menyebabkan fraktur batang metakarpal. Biasanya, fraktur diklasifikasikan secara
anatomis sebagai fraktur transversal, oblik, atau spiral. Pola fraktur seringkali
menggambarkan mekanisme cedera, dimana cedera langsung atau aksial mengarah
pada fraktur transversal atau oblik dan cedera torsional mengarah pada fraktur spiral.
Fraktur leher metakarpal kelima merupakan salah satu fraktur paling sering pada
tangan. Biasanya, fraktur ini disebabkan oleh hantaman benda padat dengan kepalan
tangan tertutup sehingga sering disebut fraktur petinju, walaupun cedera ini hampir
jarang terjadi selama bertinju. Biasanya, seorang petarung yang ahli mengalami
fraktur pada jari telunjuk metakarpal karena dibandingkan menggunakan pergerakan
“mengitari rumah”, hantaman datang secara langsung dari tubuh sepanjang garis
transmisi gaya paling besar.

 Cedera kepala metacarpal


Fraktur kepala metakarpal merupakan cedera yang jarang. Fraktur ini
merupakan fraktur intra-artikular dan periartikular. Jika mengalami pergeseran,
fraktur kepala metakarpal biasanya membutuhkan reduksi terbuka dan fiksasi internal
(ORIF). Trauma langsung pada sendi atau cedera avulsi pada ligamen kolateral
merupakan penyebab yang khas. Cedera yang disebabkan oleh trauma langsung
seringkali merupakan fraktur kominutif.

 Dislokasi metacarpopalangeal

8
Hampir seluruh dislokasi metakarpopalangeal (MCP) terjadi dengan falang
proksimal yang mengalami pergeseran secara dorsal pada kepala metakarpal, dimana
tidak terdapat tarikan dorsal yang spesifik pada sendi MCP lainnya dibandingkan
dengan kapsul sendi dan mekanisme ekstensor. Ligamen kolateral masih utuk, dan
bagian insersi proksimal yang lemah dari lempeng volar mengalami avulsi dari leher
metakarpal.

II.2.5 DIAGNOSISsis

Dari anamnesa, kebanyakan fraktur disebabkan oleh adanya trauma. Pasien


biasanya merupakan pasien yang baru saja mengalami kecelakaan dan mengeluhkan
nyeri yang hebat pada tangannya, kemudian terdapat pembengkakan pada jaringan
lunaknya (oedema) disekitar area fraktur. Mereka juga mengeluhkan adanya baal dan
menjadi dingin disekitar fraktur yang baisnaya akibat asupan darah yang tidak adekuat
(iskemik).

Pada fraktur yang displaced akan terlihat deformitas yang nyata pada saat
dilakukan pemeriksaan fisik. Terdapat bengkak dan nyeri tekan yang terlokalisir pada
daerah yang fraktur. Dapat juga terjadi penurunan kekuatan pada tangannya. Harus
dilakukan pemeriksaan neurovascular yang lengkap pada lengan, tangan dan jari-
jarinya..

Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakuakn adalah foto xray rutin dengan
posisi AP, lateral dan oblique untuk memastikan adanya angulasi dan gangguan pada
sendi. Namun dapat juga dilakukan CT-Scan untuk mengevaluasi sendi-sendi
metacarpal pada fraktur-fratur yang sulit.

II.2.6 PENATALAKSANAAN

A. Terapi Medis

9
Terapi fraktur dan dislokasi metakarpal secara umum adalah non-operatif.
Manajemen biasanya terdiri dari sedasi atau anestesia lokal, diikuti dengan reduksi
tertutup fraktur atau dislokasi. Bidai pada lengan bawah kemudian diterapkan dan
ditahan pada tempatnya dengan pembungkus kompresif longgar. Tujuan dari
manajemen non operatif adalah untuk mendapatkan kesejajaran dan stabilitas dan
untuk memulai pergerakan jari dan lengan secepat mungkin.
Secara umum reduksi yang dapat diterima dari fraktur metakarpal meliputi
kongruitas artikular kurang dari 2 mm dan angulasi serta rotasi yang tidak
mengganggu fungsi atau menyebabkan kerusakan kosmetika yang signifikan.
Kekhususan pada reduksi yang dapat diterima dan indikasi untuk penanganan
pembedahan didiskusikan di bagian terapi pembedahan.
Ketika kebanyakan fraktur dan dislokasi dapat ditangani secara non-operatif,
mungkin menguntungkan untuk melakukan reduksi tertutup dalam keadaan dimana
menyematkan secara perkutaneus dapat dilakukan jika reduksi tidak dapat
dipertahankan tanpa beberapa bentuk stabilisasi internal.10,11,12,13,14,15,16
Imobilisasi kebanyakan fraktur metakarpal mengikuti beberapa panduan sederhana,
meliputi beberapa hal berikut
a) Pembebatan fraktur harus berdasarkan lengan bawah dan harus
memungkinkan pergerakan sendi interfalangeal (IP).
b) Pembebatan harus diperluas meliputi aspek dorsal dan palmar dari seluruh
metakarpal juga mendapatkan terapi.
c) Secara umum, pergelangan tangan harus ditempatkan pada ekstensi 20-30
derajat; sendi MCP harus diimobilisasi dengan fleksi 70-90 derajat, dengan
aspek dorsal pembebatan melebihi sendi IP; dan aspek volar harus berakhir
pada lipatan palmar distal.
d) Pemberian perekat pada jari metakarpal yang terlibat dapat membantu
mempertahankan kontrol rotasional.
e) Setelah selang waktu imobilisasi, pasien dapat didorong untuk menggunakan
jari yang terpengaruh untuk mempertahankan pergerakan.

 Fraktur Basis Metakarpal

10
Fraktur basis metakarpal membutuhkan reduksi jika terdapat lebih dari 2 mm
pergeseran permukaan artikular atau jika terdapat kerusakan angular yang signifikan
atau dislokasi sendi carpometakarpal. Anestesia untuk reduksi biasanya didapatkan
dengan sedasi sadar atau blok regional, karena blok lokal hematoma biasanya tidak
adekuat. Reduksi didapatkan menggunakan kombinasi traksi dan tekanan digital
langsung, biasanya oleh ibu jari dokter. Pergelangan tangan harus dibebat pada
ekstensi 20-30 derajat setelah reduksi dengan tujuan untuk mengurangi tarikan yang
dapat merusak ekstensor pergelangan tangan, dan sendi MCP harus difleksikan.
Fraktur melalui basis metakarpal kelima membutuhkan pertimbangan khusus.
Fraktur ini seringkali merupakan fraktur intra artikular, dengan garis fraktur antara
insersi ligamen intermetakarpal yang kuat dan insersi tendon esktensor carpi ulnaris
(ECU). Tarikan dari ECU dapat menjadi tenaga yang merusak, menyebabkan
metakarpal yang fraktur mengalami pergeseran secara proksimal dan dorsal. Ini
serupa dengan fraktur Bennett dari ibu jari (fraktur Bennett terbalik). Manajemen
fraktur biasanya membutuhkan reduksi terbuka dan fiksasi internal atau reduksi
tertutup dan pemasangan alat perkutaneus. Fraktur minimal atau tidak bergeser harus
dibebat dengan cara yang sama seperti yang dijelaskan untuk cedera CMC lainnya.
Imobilisasi fraktur basis metakarpal yang tereduksi atau fraktur yang tidak
bergeser harus dilanjutkan minimal selama 3-4 minggu. Pergerakan aktif sendi jari IP
harus didorong melalui waktu imobilisasi.

 Fraktur Batang Metakarpal


Kebanyakan fraktur tertutup batang metakarpal paling baik ditangani secara
non-operatif. Karena intak metakarpal tambahan dan ligamen intermetakarpal yang
kuat, fraktur metakarpal 3 dan 4 yang diisolasi cukup stabil. Jumlah angulasi yang
dapat diterima bervariasi bergantung pada lokasi fraktur dan metakarpal spesifik yang
terlibat. Lebih sedikit angulasi yang dapat diterima pada fraktur yang lebih dekat
dengan sendi CMC, seperti halnya jumlah deformitas yang tampak ditonjolkan.
Deformitas angular yang lebih besar dapat diterima pada metakarpal keempat dan
kelima, karena mobilitas yang lebih besar dari sendi CMC dikompensasi untuk
deformitas ini. Panduan umum untuk angulasi yang dapat diterima adalah 10 derajat
untuk metakarpal kedua dan ketiga, 20 derajat untuk metakarpal keempat, dan 30
derajat untuk metakarpal kelima.

11
Reduksi dari fraktur batang metakarpal yang bergeser paling baik ditangani
dengan menggunakan teknik yang dikembangkan oleh Jhass.17 Fraktur dianestesi
dengan blok hematoma. Sendi MCP jari yang terpengaruh dan sendi proksimal
interfalangeal (PIP) difleksikan pada sudut 90 derajat, dan fraktur direduksi dengan
menerapkan tekanan kearah atas pada falang medial dan tekanan kearah bawah
melewati apeks dorsal dari fraktur. Fleksi dari sendi MCP memperkuat ligamen
kolateral dan menyediakan pengungkit yang kaku untuk reduks-m jari kemudian
dapat digunakan untuk mengontrol atau memperbaiki rotasi. Setelah reduksi, fraktur
ditahan dengan menggunakan pembebatan atau dapat disematkan untuk
mempertahankan reduksi. Jangan menggunakan teknik pembebatan Jahss (sebagai
contoh, jari dipertahankan dalam posisi fleksi dengan tenaga ke arah atas diterapkan
melintasi sendi PIP), karena resiko nekrosis kulit dan kontraktur fleksor merupakan
hal yang dilarang. Imobilisasi harus dibatasi kurang dari 4 minggu, karena kekakuan
dan adhesi tendon membatasi rentang pergerakan dan mengarah pada hasil yang
kurang diinginkan.

 Fraktur Leher Metakarpal


Angulasi fraktur atau pergeseran minimal dapat ditangani secara sederhana
dengan imobilisasi selama 3-4 minggu. Derajat angulasi yang dapat diterima masih
kontroversial. Kebanyakan ahli bedah setuju bahwa tidak lebih dari 10-15 derajat
angulasi pada metakarpal kedua dan ketiga yang dapat diterima tanpa reduksi. Jari
lateral lebih mobile pada sendi CMC dan berfungsi dengan baik dengan jumlah
angulasi yang lebih besar pada batang atau leher metakarpal. Melalui beberapa
penelitian telah menunjukkan sedikit disabilitas yang berhubungan dengan angulasi
fraktur leher metakarpal kelima sebesar 70 derajat, kebanyakan ahli bedah
menyarankan reduksi fraktur tersebut dengan angulasi lebih dari 45 derajat.
Seperti halnya pada fraktur di tangan, tidak ada deformitas rotasional yang
dapat diterima, sebagai hasil dari jari dengan posisi melampaui dimana genggaman
mengalami kelemahan dan disabilitas. Reduksi fraktur leher metakarpal ditangani
dengan metode yang sama dengan fraktur batang metakarpal. Reduksi tertutup dan
imobilisasi dengan pembebatan atau cetakan gips menunjukkan dapat menjaga sekitar
50% perbaikan inisial deformitas.

12
 Fraktur Kepala Metakarpal
Fraktur yang tidak mengalami pergeseran dapat ditangani dengan pembebatan
selama 3 minggu, diikuti dengan pergerakan yang lembut. Fraktur dimana permukaan
artikular bergeser lebih dari 1-2 mm harus ditangani secara operatif. Pembebatan
fraktur kepala metakarpal harus melibatkan sendi MCP. Hal ini bisa didapatkan
dengan pembebatan atap ulnaris fraktur metakarpal keempat dan kelima.

 Dislokasi Metakarpopalangeal
Dislokasi dorsal MCP diklasifikasikan sebagai sederhana atau kompleks.
Keduanya merupakan hasil dari cedera hiperekstensi dengan avulsi lempeng palmar.
Perbedaan antara kedua dislokasi adalah kesulitan dalam reduksi. Dislokasi sederhana
mudah untuk didiagnosis karena sendi MCP berada pada hiperekstensi 60-90 derajat.
Pada cedera ini, lempeng volar mengalami distraksi dan tidak dikemukakan diantara
ujung tulang. Reduksi dapat dilakukan dengan mudah dibawah anestesi lokal atau
regional di ruang gawat darurat. Pergelangan tangan dan sendi IP difleksikan-- dan
jari secara lembut didistraksi-- dan tenaga yang diarahkan secara volar dari dorsum
membawa sendi ke paling sedikit fleksi 50 derajat. Suatu yang harus dihindari yaitu
hiperekstensi (aksentuasi dari deformitas) selama reduksi sehingga tidak mengemuka
lempeng volar. Pergerakan segera kemudian dapat dimulai dengan pembebatan blok
dorsal sehingga memungkinkan ekstensi lebih dari 30 derajat.
Dislokasi MCP yang tidak dapat segera direduksi menandakan dislokasi
kompleks. Reduksi dihambat baik oleh jaringan lunak atau "lubang tombol" kepala
metakarpal. Pada presentasi, sendi MCP hanya sedikit hiperekstensi dengan sendi
distal secara ringan mengalami fleksi. Deviasi jari yang terlibat meliputi jari tengah
yang berdekatan. Penonjolan tampak pada telapak tangan dengan cekungan pada kulit
di area lipatan volar proksimal. Di bagian dorsal suatu depresi dapat dipalpasi
proksimal dari basis falang proksimal. Pasien tidak dapat secara aktif memfleksikan
jari. Dislokasi ini membutuhkan reduksi secara operatif.

B. Terapi Pembedahan
Walaupun penanganan tertutup dari cedera ini merupakan peraturan
dibandingkan suatu pengecualian, fraktur-fraktur tertentu dan dislokasi membutuhkan
intervensi operasi untuk memastikan perbaikan fungsi dan kosmetik yang
memuaskan.

13
 Cedera Carpometakarpal
Reduksi adekuat fraktur CMC dan dislokasi biasanya dapat didapatkan secara
tertutup: namun, reduksi mungkin menyulitkan karena tenaga yang merusak yang
didiskusikan sebelumnya. Fiksasi jepit merupakan cara yang efektif untuk stabilisasi.
Sebagai tambahan, reduksi fragmen-fragmen artikular sulit untuk dinilai pada sendi
dengan pandangan yang buruk seperti ini. Bergantung pada cedera spesifik dan cara
fiksasi, pasien diimobilisasi pasca operatif selama 3-6 minggu. Seringkali, pergerakan
dapat dimulai sebelum melepaskan jepitan.
Fraktur basis metakarpal kelima (fraktur Bennett terbalik) sering
membutuhkan intervensi operatif. Fraktur ini bergeser secara dorsal dan proksimal
dikarenakan tarikan yang merusak dari tendon ekstensor carpi ulnaris dan, pada
perluasan yang lebih kecil, dari fleksor carpi ulnaris melalui ligamen piso-metakarpal.
Fraktur dengan fragmen luas seringkali dengan mudah direduksi secara tertutup;
namun, reduksi akan sulit dipertahankan tanpa fiksasi jepit. Fraktur kominutif intra-
artikular mungkin membutuhkan reduksi terbuka untuk mendapatkan sendi yang
dapat diterima. Fiksasi stabil bisa didapatkan dengan fiksasi kawat Kirschner antara
metakarpal keempat dan kelima, yang dapat disuplementasi dengan kawat tambahan-
K yang melintasi sendi CMC kelima.
Dislokasi-fraktur dari metakarpal keempat dan kelima yang mobile
berhubungan dengan fraktur geser dari lengkungan dorsal membutuhkan ORIF.
Fiksasi bisa didapatkan dengan baik jepitan maupun sekrup fragmen-kecil.
Dislokasi CMC multipel merupakan cedera energi-tinggi dan sering
membutuhkan ORIF. Reduksi tertutup pertama kali dilakukan dengan menggunakan
traksi longitudinal dan tekanan langsung melalui basis metakarpal yang bergeser. Jika
reduksi yang memuaskan didapatkan, kawat Kirschner perkutaneus menyediakan
stabilisasi adekuat. Jika reduksi sulit dilakukan, secara hati-hati dievaluasi untuk
fragmen intra-artikular, yang seringkali sulit untuk dilihat dan mungkin menghalangi
reduksi. Jika sulit untuk mendapatkan reduksi tertutup yang adekuat, reduksi terbuka
harus didapatkan dan reduksi secara internal ditetapkan baik dengan jepitan maupun
dengan sekrup.
 Cedera Batang Metakarpal
Fraktur terbuka membutuhkan debridemen secara operatif dan irigasi, diikuti
dengan stabilisasi internal atau fiksasi eksternal. Fraktur leher metakarpal dengan

14
laserasi kecil melalui sendi MCP diasumsikan merupakan hasil dari gigitan manusia
(gigitan perkelahian) dan ditangani secara operatif dengan lavase sendi dan antibiotik
yang sesuai, biasanya penisilin atau oksasilin.
Terapi operatif fraktur batang metakarpal bervariasi berdasarkan jenis fraktur,
jumlah pergeseran, lokasi fraktur, dan derajat cedera jaringan lunak.

Gambar 5. Fraktur Transversal

Gambar 6. Fraktur oblik pendek

Gambar 7. Fraktur spiral (long oblique)

15
Gambar 8. Fraktur kominutif

Gambar 9. Skematik Jenis Fraktur

 Fraktur Leher Metakarpal


Terapi fraktur leher metakarpal sangat serupa dengan fraktur batang
metakarpal. Kebanyakan fraktur leher metakarpal dapat ditangani secara non operatif.
Kebutuhan untuk operasi fiksasi meliputi angulasi parah yang tidak dapat ditangani
dengan cara tertutup, deformitas rotasional yang tidak stabil, atau kominusi yang
signifikan, atau kehilangan tulang. Terapi operatif biasanya paling baik didapatkan
dengan reduksi tertutup dan jepitan perkutaneus. Teknik jepitan longitudinal atau
jepitan silang biasanya adekuat untuk mempertahankan reduksi. Untuk fraktur yang
sangat tidak stabil, fiksasi internal bisa didapatkan dengan kawat plester tegang di
bagian dorsal.

 Fraktur Kepala Metakarpal


Fraktur yang tidak bergeser dapat ditangani dengan pembebatan selama 3
minggu, yang diikuti dengan pergerakan lembut. Fraktur non-kominutif meliputi lebih
dari 10-15% permukaan artikular dan pergeseran artikular lebih dari 1-2 mm harus
direduksi dengan teknik terbuka menggunakan pendekatan dorsal, baik pembebatan
tendon ekstensor atau insisi bagian sagittal secara pandangan lateral dari sendi.

16
Perhatian perlu diambil untuk menghindari melepaskan jaringan lunak dari fragmen
fraktur, dengan tujuan untuk meminimalkan kemungkinan devaskularisasi. Fiksasi
fraktur kepala bisa didapatkan dengan kawat-K, aliran cerclage, atau sekrup
interfragmentasi. Secara ideal, fiksasi harus cukup stabil untuk memungkinkan
pergerakan awal.
Fraktur kepala metakarpal kominutif menghadirkan masalah besar. Teknik
kawat-K dan kawat cerclage seringkali gagal, fiksasi yang kaku walaupun jarang
namun memungkinkan, dan bagian terbesar dari lempeng kondilar merupakan
problematika tersendiri. Untuk fraktur-fraktur yang tidak dapat ditangani dengan
fiksasi internal, pertimbangkan fiksasi eksternal, traksi skeletal, atau imobilisasi
sederhana dari sendi MCP pada fleksi 70 derajat selama 2 minggu, diikuti dengan
terapi intensif.
Beberapa penulis menyarankan penggantian sendi dengan implan silikon
segera untuk cedera sendi MCP kominutif parah. Secara khusus, prosthesis ini lebih
dipilih untuk pasien yang lebih tua yang permintaannya lebih sedikit pada tangan dan
sendi mereka dibandingkan dengan sendi jari telunjuk MCP. Arthroplasty implan
sebaiknya tidak digunakan pada kasus dimana perlindungan jaringan lunak tidak
adekuat atau ketika terdapat kehilangan tulang yang eksesif. Akhirnya, arthroplasty
sendi MCP merupakan prosedur penyelamatan dan hal tersebut dapat digunakan
belakangan tanpa kerugian. Hanya pada situasi klinis yang sangat jarang dan unik
bentuk terapi seperti ini perlu dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama.

 Dislokasi MCP
Reduksi terbuka seringkali dibutuhkan untuk dislokasi dorsal yang kompleks.
Seperti halnya dislokasi sederhana, yang paling umum adalah pada jari telunjuk dan
jari kecil (batas jari). Pada presentasinya, sendi MCP hanya sedikit hiperesktesi
dengan sendi distal secara ringan mengalami fleksi. Jari yang terlibat mengalami
deviasi menuju jari tengah yang berdekatan. Keunggulan hadir di telapak tangan,
dengan cekungan pada kulit di area lipatan volar proksimal. Secara dorsal, depresi
dapat dipalpasi proksimal dari falang proksimal. Pasien tidak dapat secara aktif
memfleksikan jari.
Pada dislokasi kompleks, lempeng volar mengalami avulsi dari distal
metakarpal dan menjadi dikemukakan antara permukaan falang formal dan
permukaan dorsal kepala metakarpal. Pada jari telunjuk, kepala metakarpal mungkin

17
merupakan lubang tombol antara tendon fleksor ulnaris dan lumbrikal secara radialis.
Struktur ini diperkuat disekitar leher metakarpal ketika traksi diterapkan selama usaha
reduksi tertutup.
Pada jari yang kecil, struktur yang terjebak meliputi tendon fleksor dan
lumbrikal secara radial dan abduktor serta fleksor pendek ulnaris. Juga, pada kedua
jari, ligamen kolateral diperkuat disekitar leher metakarpal yang sempit dengan
distraksi, dan selanjutnya menghambat reduksi. Suatu upaya lembut harus dibuat pada
dasar falang proksimal. Pergelangan tangan pasien dan sendi IP difleksikan, dan
tenaga translasi dorsal ke volar diterapkan pada dasar falang proksimal. Distraksi
dihindari atau diminimalisasi. Jika upaya ini gagal, reduksi terbuka harus dilakukan
melalui pendekatan dorsal maupun volar. Walaupun pendekatan volar dapat
menyediakan visualisasi yang lebih langsung dari struktur dan mencegah reduksi,
perhatian harus dilakukan karena bundel neurovaskular biasanya berbentuk kemah
melalu kepala metakarpal. Setelah reduksi terbuka, internal fiksasi jarang dibutuhkan,
dan pergerakan awal dilakukan dengan menggunakan pembebatan blok tambahan
dorsal.
Dislokasi sendi MCP volar yang tidak dapat direduksi secara ekses jarang
terjadi. Dua struktur telah diketahui menghambat reduksi tertutup: kapsul dorsal yang
mengalami avulsi secara proksimal dan lempeng volar yang mengalami avulsi secara
distal. Cedera ini harus didekati secara dorsal untuk mereduksi dislokasi.

Rincian Preoperatif
Perencanaan pembedahan adekuat dibutuhkan untuk penilaian preoperatif
yang adekuat. Pemeriksaan neurovaskular menyeluruh harus dilakukan sebelum
intervensi apapun. Mendapatkan radiografi yang adekuat untuk melihat seluruh cedera
potensial sebelum pembedahan merupakan hal yang esensial untuk menghindari
kejutan yang tidak terduga.

Rincian Intraoperatif
Fluoroskopip intraoperatif atau radiografi harus digunakan untuk memastikan
reduksi yang adekuat sebelum meninggalkan ruang operasi. Sebagai tambahan,
pergerakan sendi harus dinilai setelah fiksasi dibawah anestesia sehingga ekspektasi
postoperatif dapat ditentukan.

18
Rincian Pasca Operatif
Kebanyakan pembedahan pada tangan dilakukan untuk meningkatkan fungsi.
Ketika memungkinkan, merupakan hal penting untuk melakukan pergerakan awal
untuk memastikan keluaran yang baik. Penundaan pergerakan melebihi 3-4 minggu
dapat mengarah pada arthrofibrosis dan keluaran fungsi yang buruk. Penatalaksanaan
pembedahan yang optimal harus memungkinkan untuk pergerakan postoperatif yang
cukup dekat, dan pasien harus didorong untuk menggerakkan jari tangan mereka
secara harian.

II.2.7 Komplikasi
Komplikasi dari terapi fraktur dan dislokasi sendi Metacarpalrpal (CMC)
meliputi dislokasi berulang dan artritis dari sendi yang terlibat. Artrosis tampaknya
lebih sering terlibat pada sendi keempat dan kelima yang Metacarp lebih mobile dan
paling baik dapat dihindari dengan mendapatkan reduksi anatomis yang stabil dan
menghindari imobilisasi yang berkepanjangan. Terapi terkini dari artritis sendi CMC
terdiri dari penyatuan sendi. Disabilitas minimal berhubungan dengan prosedur ini.
Komplikasi dari fraktur batang dan leher Metacarpal adalah jarang. Komplikasi paling
umum adalah malunion dengan angulasi persisten apeks dorsal atau deformitas
rotasional. Fungsi lebih terpengaruhi jika malunion terjadi di daerah proksimal,
meliputi baik 19etacarpal kedua atau ketiga, dan bersifat rotatori. Jika angulasi yang
cukup parah tidak diperbaiki, tangan akan tampak kehilangan kontur dorsal,
memperlihatkan kepala MC di telapak tangan, nyeri dengan genggaman, dan
kemungkinan seolah mencakar pada jari dengan ekstensi MCP. Malunion rotasional
menyebabkan digital mendahului pada fleksi jari. Jika deformitas ini tidak dikoreksi
secara cepat, 19etacarpa 19etacarpal mungkin diperlukan untuk mengembalikan
fungsi dan anatomis.
Kekakuan sendi MCP merupakan masalah yang umum yang mengikuti terapi
fraktur kepala 19etacarpal. Masalah ini diminimalisasi dengan mendapatkan reduksi
anatomis yang stabil yang memungkinkan pergerakan yang lebih awal. Komplikasi
lain berasal dari terapi operatif. Lempeng dan perangkat keras lainnya biasanya
mengakibatkan adhesi dan kekakuan tendon. Sebagai tambahan, besi dapat menjadi
kaku saat palpasi. Penanganan meliputi pelepasan perangkat keras dan tenolisis
tendon ekstensor.

19
II.2.8 Prognosis
Secara umum, hasil dari terapi fraktur batang dan leher metakarpal sangat
baik. Non-union (tidak menyambung) merupakan hal yang sangat jarang, namun
menyambung dengan tidak baik merupakan hal yang umum terjadi. 26 Resultan fungsi
walaupun mengalami malunion biasanya baik, tidak mengakibatkan deformitas
rotasional dan deformitas angular seperti yang disebutkan sebelumnya jarang terjadi.

20
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki 21 tahun datang ke IGD RSUD dr mohamad saleh post KLL
terserempet kendaraan lain dan tangan kanan tertimpa stang motor. Nyeri dirasakan
hilang timbul dan semakin lama semakin nyeri. Nyeri akan semakin terasa jika pasien
berusaha untuk menggerakan tangannya.
Pasien mengaku SMRS terserempet kendaraan yang hendak mendahului
pasien sehingga pasien kehilangan keseimbangan. Pasien mengaku jika tangan
kanannya terhimpit dengan stang motor kemudian pasien merasa tangan kanannya
nyeri dan ada luka terbuka pada tangannya itu. Pasien menggunakan helm pada saat
kejadian dan tidak pingsan, tidak muntah, tidak ada perdarahan dari telinga dan
hidung setelah kejadian.
Dari anamnesa, didapatkan pasien mengalami trauma pada tangan kanan
akibat trauma langsung. Dimana trauma tangan mengakibatkan fraktur dan dislokasi
metacarpal dan falang. Fraktur ataupun dislokasi metacarpal diakibatkan oleh baik
trauma langsung ataupun beban aksial. Gaya torsional pada jari juga mengakibatkan
cedera ini. Fraktur metacarpal paling sering, biasanya merupakan akibat benda solid
pada kepalan tangan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, sebagai berikut :
1. Primary Survey
 Airway : Bebas
 Breathing : Spontan, RR : 16 kali/menit
 Circulation : Tekanan Darah : 120/80 mmHg ,
Nadi : 80 kali/menit, regular, isi cukup.
CRT < 2”
 Disability : GCS 15 (E4V5M6)
2. Secondary Survey
 Kepala : Normocephal
 Mata : Konjungtiva pucat -/-, sclera ikterik -/-
 THT : Discharge (-)
 Leher : KGB dan tiroid tidak teraba pembesaran.
 Thorax : Simetris saat statis maupun dinamis

21
COR : BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Pulmo : Suara nafa vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
 Abdomen : Datar, bising usus (+) normal, supel, timpani pada
seluruh lapang abdomen
 Ekstremitas : akral hangat, CRT , 2”.
3. Status Lokalis Manus Sinistra :
 Look : Edema (+), Hiperemis (+), deformitas (-), Perdarahan Aktif (-)
 Feel : Nyeri tekan (+), CRT < 2’’
 Move : ROM terbatas karena nyeri.
Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien tidak mengalami trauma
capitis yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran. Pasien mengalami
trauma yang bersifat lokalis yaitu pada tangan kanan. Pasien mengalami bengkak,
nyeri dan keterbatasan pada gerakan tangan kanan, hal ini disebabkan akibat dari
fraktur metacarpal ataupun dislokasi dari sendi-sendi metacarpal.
Pemeriksaan Darah
 Hematokrit : 40%
 Hemoglobin : 14.5 g/dl
 Eritrosit : 5,10 juta/mm3
 Leukosit : 11.000 mg/dl
 Trombosit : 299000 mg/dl
 Natrium : 139 mcq
 Kalium : 100 mcq
 Ureum : 29
 Creatinin : 0,9
Pemeriksaan darah didapatkan dalam batas normal. Tidak terjadi perdarahan hebat
ataupun tnda-tanda infeksi.
Kesan pada foto rontgen terdapat fraktur pada metacarpal IV manus dextra, terdapat
fraktur metacarpal pada jari IV tangan kanan pasien.

Untuk penatalaksanaan dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan


simptomatik, imobilisasi hingga intervensi pembedahan mungkin diperlukan untuk
mengembalikan fungsi dan penampilan.
Penatalaksaan pada kasus ini antara lain :

22
1. Pasang foreslab, dilakukan untuk imobilisasi sementara bagian tangan yang
mengalami fraktur.
2. Rawat inap, dilakukan perencanaan lebih lanjut seperti pembedahan
3. Pro ORIF elektif, pembedahan elektif untuk fiksasi tulang yang mengalami
fraktur dan sendi yang mengalami dislokasi
4. Ceftriaxone 2 x 1gr (iv), pemberian antibiotik spectrum luas, untuk mencegah
infeksi sekunder.
5. ATS / TT, dilakukan untuk mencegah tetanus pada kasus kecelakaan lalu
lintas baik pada trauma terbuka ataupun trauma tertutup
6. Ketorolac 3 x 30 mg (iv), merupakan obat golongan NSAID, pemberian
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Ozer K, Gillani Williams A, Peterson SL, Morgan S. Comarison of


intramedullary nailing versus plate-screw fixation of extra-articular metacarpal
fractures. J Hand Surg Am. Dec 2008;33 (10): 1724-31
2. Harris AR, Beckenbaugh RD, Nettour JF, Rizzo M. Metacarpa neck fractures:
result of treatment with traction reduction and cast immobilization. Hand
(NY). Jun 2009;4(2):161-4
3. Liporace FA, Kinchelow T, Gupta S, Kubiak EN, McDonnell M.
Minifragment screw fixation of oblique metacarpal fractures: a biomechanical
analysis of screw types and techniques. Hand (N Y).Dec 2008;3(4):311-5
4. Souer JS, Mudgal CS.Plate fixation in closed ipsilateral multiple metacarpal
fractures. J Hand Surg Vol.Dec 2008;33(6):740-4
5. Ashkenaze DM, Ruby LK. Metacarpal fractures and dislocation. Orthop Clin
North Am. Jan 1992;23(1):19-33
6. Axelord TS. Metacarpal Fractures. Hand Surgery Update 2. 1999:11-17
7. De Jonge JJ, Kingma J, van der Lei B. Fractures of the metacarpals. A
retrospective analysis of incidence and etiology and a review of the English-
language literature. Injury. Aug 1994;25(6):365-9
8. Green DP, Butler TE. Fractures and dislocations in the hand. In: Rockwood
and Green’s Fractures in Adults. Vol 1.4th ed.1996;607-744.

24

Anda mungkin juga menyukai