Axiologi Islam Terhadap Kebudayaan PDF
Axiologi Islam Terhadap Kebudayaan PDF
Editor :
Sita Ratnaningsih
Diterbitkan oleh:
FITK PRESS
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan
Telepon/Faks. (021) 7443328
www.fitk.uinjkt.ac.id
ii
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
DAFTAR ISI
Sabun Transparan Lidah Buaya (Aloe Vera Linn) Peranan dan Manfaatnya
Bagi Kesehatan Tubuh ____________________________________________49
Siti Suryaningsih
iii
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
iv
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Indonesia sejak tahun 2005 sedang menuju masyarakat maju, mandiri, adil
dan sejahtera di tahun 2025, berkeyakinan, bahwa kemajuan tersebut akan
ditopang oleh kekuatan sumber daya manusia, sambil terus meminimalisasi
kontribusi kekuatan sumberdaya alam. Sampai kini, ekonomi Indonesia
masih sangat mengandalkan pada eksport hasil kekayaan alam.
Berdasarkan hasil sensus ekonomi, periode 2007-2012, eksport tertinggi
masih mengandalkan kelapa sawit, baru kemudian pada tekstil dan produk
tekstil, kemudian karet, elektronik dan nomor lima adalah tembaga dan
timah. Semua produk unggulan Indonesia untuk dieksport ke luar negeri
dan akan menambah devisa, berasal dari alam. Produk kreatif hanyalah
pada tekstil dan produk tekstil, fakta ini menunjukkan bahwa
ketergantungan bangsa Indonesia pada alam ini masih sangat kuat dan
sangat besar, padahal blueprint pengembangan Indonesia ke depan adalah
dengan penguatan pada sumber daya manusia (SDM), dengan paradigma
knowledge based economy.
1
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Al Qur’an kitab suci umat Islam adalah sebuah kitab suci yang
menyampaikan ajaran secara komprehensif, tidak hanya dalam aspek-aspek
ubudiyah ritual, sosial dan profesional, tapi juga menyampaikan ilustrasi
komprehensif tentang ilmu pengetahuan. Akan tetapi, al-Qur’an tetap
merupakan kitab petunjuk bagi semua umat manusia untuk menjadi orang
taqwa. Kendati mengilustrasikan sains, al-Qur’an bukan buku sains, karena
tidak ada data, metode, proses analis data, baik pengukuran, pemaknaan,
maupun analisis laboratorium, dan juga tidak bisa dikritik. Demikian pula
al-Qur’an bukan buku sejarah, karena tidak jelas tuang dan waktu kejadian
ketika mengkisahkan sebuah tokoh. Al-Qur’an adalah sebuah ajaran hukum,
dan moral keagamaan, serta menginspirasi pengembangan sains dan
teknologi bagi umat manusia, agar implementasi sains dan teknologi
tersebut tetap bersama Tuhan, dan tidak semakin menjauhi Tuhan. Itulah
inti integrasi sains dan agama, bagaimana aksiologi sebuah teknologi itu
dilaksanakan dalam frame pelaksanaan perintah agama, sehingga semakin
mendekatkan setiap orang pada Tuhan.
2
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Model integrasi yang ditawarkan dalam buku ini adalah model sisipan, yakni
menginsersi pokok-pokok bahasan keagamaan pada beberapa mata kuliah,
yang secara epistimologis masih bisa ditelusuri dalam kitab suci al-Qur’an,
sehingga para mahasiswa akan memperoleh pesan moral dari pesan-pesan
suci yang disampaikan Allah untuk aksiologi keilmuannya. Dan ini
biasanya pada mata kuliah yang masih membahas aspek-aspek philosophies
dari konten bahan-bahan ajar pada sebuah subject tertentu. teks suci pasti
akan membawa pesan moral, sehingga aksiologi keilmuannya akan
terbimbing oleh Tuhan lewat wahyu-wahyuNya. Kemudian untuk
memberikan jaminan kualitas pembahasan pesan-pesan ilahi pada sebuah
subject matter, pelaksanaan pembelajaran baiknya dirancang dengan
team teaching, yakni untuk pokok bahasan keilmuan diampu oleh dosen
yang berlatar belakang linier mata kuliah, sementara untuk kajian
keagamaan, baiknya diampu oleh dosen yang berlatar belakang pendidikan
studi Islam, dan didampingi oleh dosen pengampu utama, sehingga bisa
memberi penjelasan relevansi ajaran moral yang dikaji bersama dosen
studi Islam.
3
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Saat ini yang sedang dijalankan di UIN Jakarta adalah semua mahasiswa
memperoleh mata kuliah Islam dalam Disiplin ilmu (IDI), sebagai pintu
masuk sains pada agama dan moralitas. Tanpa bermaksud apa-apa, model
ini dipilih tim penyiapan kurikulum dan juga senat akademik, dengan
argumentasi bahwa mata kuliah itu adalah ilmu, dan literatur untuk kajian
IDI sudah sangat mudah untuk diakses, dan setidaknya akan mampu
menghantarkan para mahasiswa dari program studi ilmu-ilmu sekuler,
untuk bisa masuk pada kajian keagamaan, dengan penyadaran, bahwa Ilmu
yang mereka pelajari, sebenarnya berasal dari Allah, dan sebaiknya
didedikasikan untuk memperoleh ridha Allah.
Kemudian, kreatifitas dan inovasi tidak ada mata kuliahnya, karena bukan
ilmu dan juga bukan sebuah subject matter, hanya akan ada sebagai pokok
bahasan atau sub pokok bahasan dalam mata kuliah psikologi, atau
manajemen. Sebagian besar mahasiswa tidak akan pernah memperoleh
perkuliahan tentang kreatifitas dan juga inovasi. Oleh sebab itu, pembinaan
dan pengembangan budaya kreatif dan inovatif ini diinsersikan pada proses
perkuliahan melalui active learnihg, collaborative learning, dan juga
research based learning, dan bahkan pada program studi tertentu bisa
dikembangkan, Problem Based Learning, pembelajaran berbasis masalah,
yang menuntut aktifitas para mahasiswa dalam memperoleh data, mengkaji
teori, membahas dan memberikan kesimpulan. Dengan tradisi belajar
tersebut, mereka akan terbina untuk menjadi orang kreatif memperoleh
data, menganalisis data dan merumuskan kesimpulan, dan bahkan dengan
teknik seperti ini, mereka akan terlatih dengan baik komunikasi untuk bisa
meyakinkan orang lain.
4
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Pengantar
Tatkala masyarakat risau dengan berbagai masalah yang terjadi di
tanah air, seperti maraknya korupsi, ganasnya serbuan untuk melumpuhkan
generasi muda melalui penyalahgunaan narkoba, ancaman desintegrasi
bangsa karena konflik social oleh berbagai sebab, ternyata bangsa ini sudah
harus berada dalam era dimana tuntutan hidup dengan criteria Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA), dan tugas mondial Sustainable Development Goals
(SDG)-nya Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menyelesaikan tugas ganda (multi
tasking) menghendaki fokus agar tidak terjebak dengan kondisi psikis yang
melumpuhkan.
Berikut catatan-catatan yang disusun sesuai T.O.R. yang disampaikan
panitia kepada pembahas :
1. Islam dan Sains – Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di
Indonesia.
Islam yang sering dikonotasikan dengan Arab meski kita semua tahu
tidak semua orang Arab beragama Islam. Islam yang disikapi sebagai
Rahmat bagi alam semesta tidak secara otomatis terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Konflik di Jazirah Arab dan di benua lain yang
bangsanya berbahasa Arab-pun sampai sekarang belum terselesaikan.
Kutipan-kutipan yang disajikan dalam buku menunjukan betapa Al
Qur’an mewajibkan umat manusia berfikir, meneliti, memaksimalkan
penggunaan akal. Dengan kata lain Islam dengan Al Qur’an mewajibkan
manusia menjadi pebelajarseumur hidup. Menyebutkan sejumlah
ilmuwan Islam dari bebagai disiplin ilmu sebagai contoh masa lalu yang
gemilang dalam semangat membangun Islam bagi kehidupan.
Prof. Dede mengusulkan pengintegrasian Islam dan Imu Pengetahuan di
Indonesia karena ketika menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam
kehidupan nyata diperlukan kerja saintifik dan konteks keIndonesiaan
yang secara kultural berbeda dengan kultur tempat Islam bermula.
Beliau mempersoalkan “Dimana wilayah Islam dalam struktur keilmuan,
karena masih ada diskusi tentang apakah Islam itu hanya pada wilayah
aksiologi atau pada wilayah ontologi:
Pembandingan sains dengan Islam secara s dan epistimologis
menunjukan bahwa titik berangkat Agama adalah keimanan, keyakinan.
5
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
6
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
7
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
8
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
9
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
10
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Abuddin Nata, dkk, menulis buku Integrasi Ilmu yang memuat kajian
teoritik tentang rumpun ilmu-ilmu agama, tinjauan normatif teoologis
tentang integrasi ilmu agama dan umum, tinjauan historis tentang integrasi
ilmu agama dan umum, tinjauan filosofis tentang integrasi ilmu agama
Islam dan ilmu umum, reintegrasi ilmu agama Islam dan Ilmu-ilmu Umum,
serta metodologi reintegrasi ilmu agama dan ilmu umum. (Abuddin, dkk,
2003). Namun karya inipun belum membantu secara teknis untuk
mengintegrasikan ilmu.
Selanjutnya di UIN Sunan Kalijaga, M. Amin Abdullah menawarkan
strategi integrasi ilmu melalui konsep inter-koneksitas fungsional atau
jaring laba-laba. Melalui teori tersebut, M.Amin Abdullah menunjukkan
dengan jelas hubungan antara sumber ilmu yang berbasis pada al-Qur’an
dan Hadis (klaster ilmu-ilmu agama), alam jagat raya (klaster ilmu-ilmu alam
(sains); phenomena sosial (klaster ilmu-ilmu sosial), alam metafisis (klaster
ilmu matematika, filsafat dan humaniora), alam ruhani (klaster ilmu
tasawuf), yang kesemuanya saling berhubungan, dan semuanya merupakan
ayat Allah. Sementara itu, melalui konsepnya tentang Pohon Ilmu, Imam
Suprayogo, Imam Suprayogo membangun konsep kesatuan ilmu
sebagaimana halnya pohon. Bagian akar pohon terdiri dari bahasa,
metodologi dan bassic science); bagian batang pohon: al-Qur’an dan Hadis;
bagian batang:alam jagat raya, phenomena sosial, akal pikiran dan hati
nurani; bagian ranting:cabang dari setiap ilmu-ilmu alam, ilmu sosial, filsafat
dan humaniora; sedangkan buahnya adalah ketika ilmu tersebut diterapkan
dan menghasilkan kebudayaan dan peradaban yang membawa rahmat bagi
seluruh alam; sedangkan pupuknya adalah atmosfir akademik yang
dilandasi iman, akhlak mulia dan amal salih. (Marwan Saridjo,
2009:155-170). Namun demikian upaya integrasi ini baru sampai pada
tahap wacana atau konsep yang belum dijabarkan pada dataran kurikulum,
silabus, bahan ajar dan pendekatan dalam pembelajaran. Itulah sebabnya,
ketika pada tahun 2014, implementasi konsep Amin Abdullah dan Imam
Suprayogo tersebut akan diteliti implementasinya, Prof. Dr. Atho Mudzhar
selalu Tim Reviewer proposal penelitian, mengatakan, bahwa implementasi
konsep jaring laba-laba dari Amin Abdullah dan pohon ilmu dari Imam
Suprayogo itu belum diimplementasikan, sehingga tidak ada yang perlu
diteliti.
Belakang ini, upaya mengintegrasikan Islam dan ilmu Pengetahuan
dilakukan oleh para pakar di berbagai perguruan tinggi di dunia. Prof,Dr.
Dede Rosyada, menjelaskan adanya upaya integrasi ilmu yang dilakukan di
International Islamic University of Malaysia (IIUM), di California Center for
College and Career yang dipimpin Gary Hoachlander dan Integrated
Curriculum Unit (2010). Model integrasi pada lembaga yang disebut terakhir
ini dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan standar kompetensi yang
11
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
12
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
13
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
14
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
15
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Daftar Pustaka
Hajiy, Ja’far Abbas, Nadzariyat al-Ma’rifah fi al-Islam, (Kuwait: Maktabah
al-Fain, 1407 H./1986 M.), cet. I.
Husaini, Adian (ed.), Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam,
(Jakarta:Gema Insani, 2013), cet. I.
Jabali, Fuad dan Jamhari, IAIN & Modernisasi Islam di Indonesia,
(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003), cet. I.
Kartanegara, Mulyadhi, Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi Holistik,
(Bandung:Arasy Mizan dan UIN jakarta Press, 2005),
Al-Kurdiy, Rajih Abd al-Hamid, Nadzariyat al-Ma’rifah bain al-Qur;an wa
al-Falsafah, 1412 H./1992 M.), cet. I.
Mahzar, Armahedi, Integralisme sebuah Rekonstruksi Filsafat Islam,
(Bandung:Pustaka, 1403 H./1983 M), cet. I.
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia
Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), cet. I.
Muthahhari. Ayatullah Murthadha, Pengantar Epistimologi Islam,
(Jakarta:Shadra Press, 2010), cet. I.
Nasution, Harun, Akal dan Wahyu dalam Islam, (Jakarta:UI Press, 1919).
Nata, Abuddin, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2003), cet. I.
----------, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta:Prenada Media Group, 2011),
cet. I.
El-Naggar, Zaghloul, Selekta dari Tafsir Ayat-ayat Kosmos dalam al-Qur’an,
(Jakarta: Shorouk International Bookshop, 2010), cet. I.
16
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
17
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
18
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
1
Sorogan dan bandongan merupakan dua metode klasik yang ada di pesantren.
Sistem sorogan adal sistem membaca kitab secara individul, atau seorang muridnyorog
(menghadap guru sendiri-sendiri) untuk dibacakan (diajarkan) oleh gurunya beberapa
bagian dari kitab yang dipelajarinya, kemudian sang murid menirukannya berulang kali.
Sistem bandungan adalah sistem transfer keilmuan atau proses belajar mengajar yang
ada di pesantren salaf di mana kyai atau ustadz membacakan kitab, menerjemah dan
menerangkan. Sedangkan santri atau murid mendengarkan, menyimak dan mencatat apa
yang disampaikan oleh kyai.
19
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
sebuah disiplin yang mempunyai tujuan, premis dasar, dan objek serta
metode penelitian tertentu. (Osman Bakar: 1998, h. 104)
Dalam kesempatan yang lain, perkembangan teknologi informasi, IAIN
(sebagai produk perubahan) dinilai lamban, konservatif, statis, cakupan
keilmuan yang sempit dan masih belum mampu menyiapkan generasi yang
handal dan juga belum siap menghadapi tuntutan zaman. Paradigma dan
tujuan IAIN sebagaimana dijelaskan di atas, dewasa ini dianggap kurang
relevan lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan
pembangunan nasional, karena bersifat sangat sektoral, hanya memenuhi
kebutuhan akan sarjana-sarjana yang mendapatkan pengetahuan tinggi
mengenai agama Islam. (Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan
Islam di Indonesia, (Yogyakarta: 2003), h. 252)
Sementara di era IPTEK yang sarat dengan percepatan informasi,
teknlogi menuntut keberadaan perguruan tinggi dapat melahirkan
manusia-manusia yang bukan hanya mengusai ilmu pengetahuan secara
utuh, kecerdasan, dengan skill professional tetapi bagaiman nilai-nilai
positif yang terkandung dalam agama (Islam) tertanam kuat dalam setiap
langkah gerak kehidupan.
Seiring dengan perubahan tersebut, UIN (Jakarta) sendiri mencoba
merumuskan kembali visi kelembagaannya, yaitu “menjadikan kampus
berskala Nasional dan Internasional yang mengintegrasikan ke-Islaman,
ke-Ilmuan, ke-Indonesiaan, dan kemanusiaan”. Empat nilai tersebut
diharapkan bisa menjadi distingsi dan perbedaan dengan beberapa kampus
Islam yang lain. Keislaman seharusnya menjadi brand utama yang
ditunjukkan UIN, baik secara kultur, tradisi, perilaku civitas akademika,
kurikulum, maupun dalam kegiatan pembelajaran. UIN berusaha menjadi
kampus yang berusaha mengajarkan kepada masyarakat tentang nilai-nilai
keislaman moderat, modern, agama yang memberikan rahmat bagi seluruh
alam (rahmatan lil alamin). Oleh karenanya, model Islam demikian, bukan
hanya “ajaran” yang diberikan secara tekstual (ayatisasi dalam perkuliahan),
tetapi lebih dari itu Islam yang menjadi “nilai” atau perilaku yang tertanam
kuat dalam kehidupan. Keilmuan menunjukan bahwa UIN tidak lagi
terkungkung oleh dominasi ilmu tertentu dengan target idealis menyiapkan
ahli-ahli syurga, tetapi harus lebih terbuka terhadap ilmu pengetahuan
sebagai penentu keberhasilan seseorang dalam mengarungi kehidupan di
masa mendatang. Dengan konteks keindonesiaan keberadaan UIN
diharapkan dapat menjadi corong utama dalam mempertahankan
nasionalisme, nilai-nilai Pancasila, kebhinekaan, serta kekhasan budaya
Indonesia dengan tetap berusaha mengakomodasi nilai-nilai kemoderanan
positif yang berkembang di dunia.
Perspektif integrasi melalui empat nilai tersebut harus dipahami secara
utuh dan tidak parsial, implementasinya dilaksanakan secara simultan oleh
20
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
2
Menurut al-Ghazali, dilihat dari klasifikasinya ilmu dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu ilmu agama (ilmu syar’i) dan ilmu intelektual. Ilmu Agama terdiri dari (1) ilmu
prinsip-prinsip dasar (al-Ushul) yang bersifat fardhu ain, a) ilmu keesaan ilahi (al-tauhid), b)
ilmu kenabian, c) ilmu akhirat dan eskatologi, d) ilmu sumber pengetahuan religiuos
(al-Quran fan as-Sunah); (2) ilmu cabang-cabang (furu’) antara lain: ilmu kewajiban manusia
kepada Tuhan dan ilmu kewajiban manusia kepada masyarakat. Sementara ilmu
pengetahuan (intelektual) terdiri dari Matematika, aritmatika, geometri, astronomi dan
astrologi, musik, logika, fisika atau ilmu alam, kedokteran, meteorologi, minerologi, kimia.
(Osman Bakar: h. 235-236)
21
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
lapangan dan tingkat yang sama yaitu tingkat epistemologi dan sedikit
menyentuh aspek metafisika.
Istilah integrasi Islam dan Sains dipahami sebagai upaya
mempertemukan, memadukan atau menjalin kemitraan antara ilmu dan
agama dalam upaya mensejajarkan ilmu dan agama. Konsep tersebut
mencoba memberikan porsi yang sama antara sains atau ilmu dengan
agama Islam dengan berlandaskan nilai-nilai universalitas Islam, yaitu
bersumber pada ayat qauliyah (baca: al-Qur’an dan hadis) serta ayat
kauniyah (fenomena alam). Perpaduan antara urusan duniawi dan ukhrowi,
jasmani dan rohani, material dan spiritual menjadi satu kesatuan yang
sama-sama bersumber dari Tuhan.
Tujuan utama universitas Islam seharusnya membangun suatu landasan
yang komprehensif bagi rekonstruksi peradaban Muslim. Sebagai institusi
yang menyediakan landasan pengetahuan bagi peradaban Muslim,
universitas Islam harus tanggap mencermati setiap kebutuhan masyarakat
Muslim yang berubah dari masa ke masa. Sebuah universitas Islam haruslah
mampu menawarkan dan mengembangkan program studi keilmuan secara
luas yang mencakup ilmu-ilmu keislaman, baik yang berkaitan langsung
dengan penerapan aktivitas keagamaan, maupun ilmu-ilmu pendukung
aktivitas pendukung keagamaan itu. Kedua ranah keilmuan ini kini harus
dipandang secara integral, holistik dan komplementer berlandaskan
worldview Islam tentang tauhid.
Munculnya fenomena integrasi dengan berbagai konsep yang
ditawarkan dimulai sejak abad kemunduran Islam (abad ke-12 M), para
penguasa muslim kurang memberikan penghargaan terhadap ilmu
pengetahuan hingga akhir abad ke-16 di mana mulai terputus hubungan
antara dunia Islam dengan aliran utama dalam sains dan teknologi. Pada
saat itu, umat Islam sangat tertinggal jauh dibanding masyarakat Barat
dalam ilmu pengetahuan. Di sisi lain, para ulama, sebagaimana dikatakan
Aziz (1993: 3) juga sangat inward looking dalam memahami ilmu-ilmu
agama. Ketertinggalan dalam memahami wahyu ini sampai mencapai
tingkat kebenaran yang tidak memadai, diasumsikan karena tertinggal
dalam penguasaannya terhadap ilmu-ilmu pengetahuan umum (Mudjia
Rahardjo, 2002: 241).
Selain masalah ketertinggalan dalam penguasaan ilmu pengetahuan, hal
terbesar yang dihadapi umat Islam dewasa ini adalah berkaitan paradigma
berpikir. Umat Islam masih berpikir secara tradisional, masih ada sebagian
umat Islam yang memandang ayat/surat dalam Al-Qur’an hanya dari sisi
mistik, bukan justru memahami, mengembangkan wacana-wacana
keimananan, kemanusiaan dan pengetahuan yang terkandung di dalamnya.
Ini jelas menunjukkan sebuah pola berpikir partikularistik dan ritualistik
yang tidak sejalan dengan ruh Islam itu sendiri. Memang tidak salah cara
22
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
berpikir demikian Namun bila hal itu terlalu dikedepankan, maka Al-Qur’an
sebagaimana diyakini Fazlurrahman sebagai sumber ilmu pengetahuan,
hanya akan menjadi saksi sejarah kemunduran Islam. Padahal, Al-Qur’an
sarat dengan nilai-nilai keimanan, kemanusiaan, peradaban dan ilmu
pengetahuan.
Dari definisi islamisasi pengetahuan di atas, ada beberapa model
islamisasi pengetahuan yang bisa dikembangkan dalam menatap era
globalisasi, antara lain: model purifikasi, model modernisasi Islam, dan
model neo-modernisme. Dengan melihat berbagai pendekatan yang dipakai
Al-Faruqi dan Al-Attas dalam gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan, seperti:
1) Penguasaan khazanah ilmu pengetahuan muslim; 2) Penguasaan
khazanah ilmu pengetahuan masa kini; 3) identifikasi
kekurangan-kekurangan ilmu pengetahuan itu dalam hubungannya dengan
ideal Islam; dan 4) Rekonstruksi ilmu-ilmu itu sehingga menjadi paduan
yang selaras dengan warisan dan idelitas Islam, maka gagasan Islamisasi
keduanya dapat dikategorikan ke dalam model purifikasi ini (Muhaimin,
2002: 234). Sedangkan model neo-modernisme berusaha memahami
ajaran-ajaran dan nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam Al-Qur’an
dan sunnah dengan mempertimbangkan khazanah intelektual muslim klasik
serta mencermati kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahan yang
ditawarkan oleh dunia IPTEK.
Dalam kontek pendidikan, demi pemenuhan hajat integrasi mutlak
diperlukan sistem integrasi kurikulum (integrated curriculum), satu konsep
perpaduan beragam macam keilmuan tanpa melihat batas perbedaan,
meniadakan batas antara mata kuliah dan menyajikan bahan ajar dalam
bentuk keseluruhan antara ilmu duniawi dan ilmu ukhrowi. Dengan
meniadakan batas tersebut diharapkan dapat menjadikan para mahasiswa
menjadi pribadi yang integrated, utuh antara penguasaan keilmuan sebagai
tuntutan zaman dengan kemampuan aplikatif beragama yang sangat baik.
Integrated curriculum berusaha memadukan mata kuliah umum dan
keislaman menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga
dalam pelaksanaannya dosen mata kuliah umum harus mengetahui ilmu
agama, nilai-nilai dan perilaku kegamaan yang dapat diintegrasikan dalam
proses pembelajaran (Turmudzi: 2006, h. 35). Sementara pengampu mata
kuliah agama juga berusaha mengaitkan materi yang disampaikan dengan
tidak melupakan sama sekali perkembangan IPTEK. Integrasi Islam dalam
mata kuliah umum dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu (1) secara
konvensional dapat dilakukan dengan mencarikan argumentasi doktrinal
(ayatisasi) berupa ayat-ayat al-Quran yang relevan. Hanya saja dalam
implementasinya menjadi persoalan tersendiri jika semua sajian ilmu harus
dicarikan ayat yang terkait, tidak semua ilmu pengetahuan terbahas dalam
al-Quran. Sebagai sebuah pedoman, al-Quran berisi sebuah ajaran, aturan,
23
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
petunjuk tentang berbagai hal (termasuk fenomena alam), akan tetapi tidak
membehas secara teknis operasional seperti layaknya buku ilmu
pengetahuan; (2) implementasi integrasi juga dapat dilakukan dengan
melakukan pembaiasaan tadarrus al-Quran di setiap awal atau akhir
perkuliahan. Cara ini dilakukan untuk mendekatkan para mahasiswa kepada
al-Quran, dan mengingatkan mereka betapa tidak memiliki nilai
kemanfaatan yang besar manakala jauh dari nilai-nilai ilahiyah; (3) integrasi
dapat dilakukan melalui penerapan nilai-nilai, perilaku, akhlak yang
diajarkan Islam, seperti kedesiplinan, tanggung jawab, jujur, dan tanggung
jawab. Keempat nilai tersebut yang disinyalir sebagai orang sebagai akibat
dari kemunduran Islam saat ini. Oleh karenanya, melalui penerapan
nilai-nilai keislaman dalam perkuliahan menjadi alternatif solusi efektifitas
penerapan integrasi illmu pengetahuan dengan Islam.
24
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
25
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
26
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Penutup
Integrasi Islam dan sains bukanlah sebuah konsep semata, tetapi
cita-cita luhur bersama seluruh civitas akademika yang harus dilaksanakan
dalam action nyata. Implementasi integrasi Islam dan sains hanya dapat
dilakukan melalui perpaduan kurikulum yang dilakukan secara integrated
oleh seluruh tenaga pendidik dengan sejumlah kemampuan keilmuan yang
tidak lagi parsial. Tuntutan dosen umum mengerti ilmu agama, sebaliknya
dosen agama harus memahami konteks perkembangan IPTEK juga menjadi
persyaratan mutlak sebuah integrasi dapat diwujudkan di perguruan tinggi.
Hal lain yang memiliki andil besar dalam konteks implementasi integrasi
Islam dan sain juga harus didukung oleh keberadaan sebuah asrama sebagai
lingkungan yang secara efektif akan membentuk warna karakter dari
seluruh mahasiswa yang ada. Semoga saja integrasi Islam dan sains tidak
hanya berhenti pada tataran konsep, tetapi dapat dilaksanakan kehidupan
yang lebih riil. Wallahu ‘alam
Daftar Pustaka:
Abuddin Nata, dkk. Integrasi Keilmuan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2003).
Azyumardi Azra, Membangun Integrasi Ilmu, Iman, Amal, dan Akhlak,
dalam Proses Perubahan IAIN menjadi UIN, Rekaman Media Massa,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002),
Abdul Rahman Saleh, Konsepsi dan Pengantar Dasar Pembaharuan
Pendidikan Islam, (Jakarta: DPP GUPPI, 1993)
Gae Eaton, Islam dan Taqdir Manusia, Jakarta: Suluh press: 2006
Kusmana (ed.), Intergarsi Keilmuan: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
(Jakarta: PIC UIN Jakarta Press, 2007)
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia,
(Yogyakarta: 2003)
Mulyadi Kartanegara, Intergarsi Ilmu sebuah Rekonstruksi Holistik,
(Bandung: Mizan, 2005)
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI, Panduan Kurikulum
Pendidikan Tinggi: 2014
Quraish Shihab, Wasawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994)
Osman Bakar, Hierarki Ilmu: Membangun Rangka Pikir Islamisasi Ilmu,
Bandung: Mizan: 1998
Umar A Jenie, Arah Prospek Pengembangan Universitas Islam Negeri di
Indonesia, Makalah disampaikan pada acara Dies Natalis ke 45 dan
Lustrum IX IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 08 Juni 2002
Turmudzi, Islam, Sains dan Teknologi, UIN Malang Press, 2006
Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007)
27
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
3
Dosen Prodi Pendidikan Matematika, Makalah disajikan pada Seminar dan Beda Buku
“Islam dan Ilmu Pengetahuan”: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di
Indonesia, Ciputat, 2 Mei 2016.
28
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
A. PENDAHULUAN
Salah satu karakteristik yang membedakan manusia dari mahluk
lainnya adalah karena manusia memiliki potensi pikir yang dapat
berkembang secara dinamis. Optimalisasi dari potensi berpikir dapat
memberikan ruang bagi manusia tidak hanya meningkatkan derajatnya
tetapi juga meningkatkan kompetensinya sehingga dapat menjalankan
fungsi dan tugasnya, yaitu sebagai ”khalifah”dan ”abdillah” di muka bumi.
Sebagai khalifah, manusia menjalankan fungsi sebagai wakil Allah di muka
bumi, yaituuntuk memakmurkan bumi ini.
Fungsi memakmurkam mengandung makna yang luas antara lain
mensejahtrakan, mencerdaskan kehidupan, membangun peradaban,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, menghormati nilai-nilai
kemanusiaan serta melindungi umat manusia dari segala ancaman.
Sedangkan manusia sebagai abdillah, berarti manusia mempunyai tugas
untuk mengabdi dan beribadat kepada Allah SWT. Tugas pengabdian dan
peribadatan, tidak hanya dalam arti spesifik seperti ibadah sholah, zakat,
dan puasa tetapi lebih luas lagi mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia, meliputi sumbu-sumbu koordinat kehidupan, baik sumbu
vertikal,yaitu ibadah yang terkait langsung dengan Allah SWT maupun
sumbu horisontal, menyangkut hubungan dan konstelasi dengan sesama
umat manusia, alam, dan lingkungan sekitar. Keseimbangan antara fungsi
manusia sebagai khalifah dan tugas manusia sebagai abdillah akan
melahirkan manusia yang memiliki pola pikir ilmiah serta nilai-nilai karakter
yang religius-humanis.
Pola pikir dan nilai-nilai karakter yang religius-humanis yang
bersumber dari Al-Quran menjadi landasan pengembangan kemampuan
berpikir matematis. Pengembangan kemampuan berpikir dalam
pembelajaran matematika dapat tercapai dengan menggunakan prinsip
kerja ulul albab. Aktualisasi potensi dzikir mengembangkan sikap dan fikir
yang diwujudkan dalam bentuk amal sholeh. Sesuai sifat matematika yang
abstrak,untuk mengembangkan kemampuan matematis tidak hanya
dibutuhkan kemampuan berpikir saja tetapi juga kemampuan berimajinasi
dan ber-instuisi. Dalam konteks ini, paradigma ulul albab menggunakan dua
pendekatan yaitu bayani-burhani yang bersifat rasionalis, empiris, dan logis,
dan pendekatan irfani yang bersifat intuitif, imajinatif, dan metafisis.
Dengan paradigma ini, Islam sebagai agama-llmu telah menghasilkan
perintis bidang matematika yang telah menyumbangkan hasil pemikiran
dan perenungannya seperti Ibnu Musa, Al Khawarizmi dari Bagdad, Abu Al
Rahyan Muhammad Ibnu Ahmad Al Biruni dan Omar Khayyam dari Persia,
telah meletakkan an dasar-dasar matematika.(Kadir, 2013).
29
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.” (Q.S. Ali Imran [3]: 190-191).
30
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
31
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
32
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
33
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
otak yang tidak dapat diamati prosesnya, namun dapat dianalisis hasil
kegiatannya. Dua istilah terakhir menggambarkan proses kegiatan
matematik.
Secara umum berpikir matematik diartikan sebagai melaksanakan
kegiatan atau proses matematika (doing math) atau tugas matematik
(mathematical task). Ditinjau dari kedalaman atau kekompleksan kegiatan
matematika yang terlibat, berpikir matematik dapat digolongkan dalam dua
jenis yaitu yang tingkat rendah dan yang tingkat tinggi.
Berdasarkan jenisnya, berpikir matematik diklasifikasikan dalam
kompetensi utama dengan indikator sebagai berikut:
a. Pemahaman matematik. Indikator pemahaman matematika meliputi;
mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan
idea matematika.
b. Pemecahan masalah matematik.Pemecahan masalah matematik
mempunyai dua makna yaitu (a). Sebagai suatu pendekatan
pembelajaran yang digunakan untuk menemukan kembali dan
memahami materi/konsep/prinsip matematika, (b) sebagai kegiatan
belajar meliputi; mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan
masalah, membuat model, memilih dan menerapkan strategi,
menginterpretasi hasil, dan memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.
c. Koneksi matematik. Koneksi matematik diantaranya adalah mencari dan
memahami hubungan berbagai representasi konsep, topik dan prosedur
matematika, menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam
kehidupan sehari-hari, dan memahami representasi ekuivalen suatu
konsep.
d. Komunikasi matematik.Komunikasi matematik diantaranya adalah
menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam
bahasa, simbol, idea, atau model matematik, menjelaskan idea, situasi
dan relasi matematik secara lisan atau tulisan, mendengarkan
berdiskusi, dan menulis tentang matematika, membaca dengan
pemahaman suatu representasi matematika, menyusun argumen,
merumuskan definisi, dan generalisasi, serta mengungkapkan kembali
suatu uraian matematik dalam bahasa sendiri.
Disposisi Matematik
Dalam standard matematika 10, mengemukakan bahwa disposisi
matematika merujuk kepada: rasa percaya diri, ekspektasi dan metakognisi,
gairah dan perhatian serius dalam belajar matematika, kegigihan dalam
menyelesaikan masalah, rasa ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan
berbagi pendapat dengan orang lain (NTCM, 2000). Salah satu bentuk
disposisi matematika adalah metakognisi terhadap tugas matematika.
Kemampuan metakognisi dapat digolongkan sebagai intektual skill atau
34
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
35
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
5. Model Bucaillisme
Model ini menggunakan nama salah seorang ahli medis Perancis,
Maurice Bucaille. Model ini bertujuan mencari kesesuaian penemuan
ilmiahdengan ayat Alquran. Model ini mendapat kritik tajam karena, apabila
Ayat Alquran dinyatakan sebagai bukti kebenaran suatu teori dan teori
tersebut mengalami perubahan, maka kewibawaan Alquran akan rusak
karena membuktikan teori yang salah mengikuti paradigma baru .
36
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
secara alamiah akan mengislamkan ilmu-ilmu fardu kifayah yang terdiri dari
ilmu-ilmu rasional, intelektual, dan filosofis.
37
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain guru dapat
berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.
c. Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan bagaimana
guru memperlakukan siswa dan bagaimana pula guru merespon
terhadap apa yang dilakukan siswanya. Pada suatu model tertentu,
guru dapat memberi ganjaran atas suatu yang sudah dilakukan siswa
dengan baik, namun pada model yang lain guru bersikap tidak
memberikan penilaian terhadap siswanya, terutama untuk hal-hal
berkait dengan kreativitas.
d. Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan semua
sarana, bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung
model tersebut.
38
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
b. Aplikasi
David A. Sousa (2012: 117) mengemukakan bahwa applying
(aplikasi) adalah suatu proses belajar untuk menempatkan konsep-konsep
untuk digunakan. Selanjutnya Crawford (2001: 8), aplikasi atau
mengaplikasikan adalah suatu strategi belajar yang menempatkan
konsep-konsep untuk digunakan. Sedangkan Ridwan Abdullah Sani (2013)
menjelaskan bahwa belajar menerapkan merupakan aktivitas peserta didik
yang dilakukan saat menggunakan konsep untuk melakukan kegiatan
pemecahan masalah dan proyek.
c. Diskursus
Menurut Utari (2014: 216), diskursus dalam pembelajaran
merupakan wacana tempat berlangsungnya diskusi dan pembahasan,
penemuan dan tukar menukar idea siswa serta pengembangan berpikir
siswa. Diskursus menggambarkan situasi bagaimana cara guru dan siswa
merepresentasikan, memikirkan, berbicara, menyetujui atau menolak
sesuatu. Situasi tersebut berkaitan dengan beberapa pertanyaan: Siapa
yang berbicara? Apa yang dibacarakan? Bagaimana cara membahasnya?
Apa yang ditulis guru dan siswa, dan apa mereka catat dan mengapa
dicatat? Pertanyaan penting apa yang muncul? Bagaimana ide berubah?
Idea dan cara berpikir siapa yang bernilai? Siapa yang menetapkan bahwa
diskusi selesai atau perlu dilanjutkan.
d. Improvisasi
Improvisasi adalah tahap mengembangkan kualitas kemampuan ke
arah yang lebih baik dan inovatif. Kemampuan improvisasi dalam mengajar
dan mendidik itu merupakan salah satu kemampuan yang diperoleh
berdasarkan pengalaman belajar diperoleh pada tahapan diskursus.
Kemampuan improvisasi berkaitan dengan kemampuan membuat
antisipasi. Kegiatan antisipasi dilakukan seorang guru dalam memberi
respon terhadap pertanyaan siswa yang muncul tiba-tiba dalam interaksi
edukatif guru-siswa di kelas. Guru harus mempunyai
kemampuanmengambil tindakan yang tepat dalam waktu yang singkat di
kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
e. Refleksi
Tahap refleksi adalah tahap memberi kesempatan peserta didik
untuk mengungkapkan apa yang telah peserta didik pelajari. Kegiatan pada
tahap ini dapat melibatkan diskusi kelompok, melakukan presentasi,
menulis sebuah ringkasan dan mengerjakankuis. Pada tahap ini juga siswa
menyimak pemaparan ide dari temannya, kemudian mendalami
39
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
40
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Bayani- Rasional,
TUJUAN N Burhani Empiris,
Logis
I
L
Intuitif,
MATERI U Mmajinatif,
B ‘irfani metafisis
SINTAKS
1. Koneksi P Koneksi dan
2. Aplikasi Komunikasi
MODEL I
3. Diskursus
KADIR 4. Improvisasi
D
Berpikir
5. Refleksi I Kritis-Kreatif
S
P Math Berpikir
SUMBER/ Thinking Reflektif
O
MEDIA
M
Self Confide
A Metacognisi
Adversity
T
EVALUASI Disposisi Curiosity
Math Attitude
F. KESIMPULAN
Integrasi Islam dan Matematika dilakukan dengan menggunakan
paradigma ulul-albab, melalui pendekatan gabungan bayani- burhani dan
‘irfani. Pendekatan bayani- burhani atau pendekatan rasional, empiris, dan
logis yang diperoleh melalui kegiatan berpikir dan pendekatan ‘irfaniatau
pendekatan intuitif, imajinatif, dan metafisis yang dicapai melalui adalah
proses atau kegiatan dzikir. Kemampuan berpikir matematis dan disposisi
matematis dapat dikembangkan melalui proses imajinasi atau intuisi yang
kemudian dibuktikan secara logis atau deduktif. Proses pembelajaran untuk
mencapai kemampuan tersebut dilakukan dengan menggunakan Model
Pembelajaran Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi, dan Refleksi
(KADIR). Model ini menekankan pada kemampuan siswa untuk
menghubungkan, nilai-nilai ulul- albab, berpikir dan disposisi matematik
41
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
REFERENSI
42
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Fahriany
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
FITK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Email : fahriany@uinjkt.ac.id
Introduction
Languages play an important role in various aspects of our daily lives.
Their role is not only limited to communication, rather it extends into the
vast branches of knowledge and human sciences. Languages are capable of
developing human knowledge and extending it for the benefit of human
kind. The general importance of languages justify the need for a scientific
and objective study of the relationship between languages and education.
This research aims to identify a scientific methodology in the field of
linguistics (living languages) which will assist researchers in determining the
most expressive language in delivering knowledge and scientific facts - a
language that is powerful, expressive, and influential. The contributions of
sociolinguistics in the field of education can be seen at least, in two ways.
Educators may get some insight into the sociological nature of education
and its problems and theories concerning situated language use, language
being the medium of instruction and one of the subjects at school. Schools
may reflect the society in which they are built and which they are designed
to serve. In so far as they do, we can see one of their purposes being to
maintain social order, (Stern, 2003 : 424), The students at a school
43
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
represent the society as a whole. An ideal situation is the one in which each
member of the society has an equal access to education.
44
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
45
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
46
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Conclusion
A study of this kind shows how people, nations, and civilizations are
concerned with education and role of language of it. In addition, it
demonstrates how wide and complicated this issue is. It reveals the
challenges and responsibilities lying on the shoulder of scholars, thinkers,
and researchers to change and correct education courses which have an
impact on the life of people and their day-to-day events. However, serious
attention must be taking into consideration pertain languages and its
features, and to which extent it can help to enhance education in our
country particularly and worldwide in general.
References
47
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
48
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Siti Suryaningsih
(Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)
e-mail : siti.suryaningsih@uinjkt.ac.id)
Abstract: Aloe vera Linn contains some nutrients such as minerals, amino
acids, carbohydrate, fibers, enzimes, vitamins, lignin, saponin, plant
hormones (auxin and gibberelline) and other bioactive compounds includes
aloin (an antibiotic) and phenols (an antioxidant). Transparent soap which
made by combining Virgin Coconut Oils (VCO) and 30% of Aloevera Linn
extract meets the SNI 05-3532-1994 criterion as an antiseptic. It showed by its
inhibition alibity of Staphilococcus aureus that reach 23.4 mm. In addition
this composition of soapahas effective ability of 90.25% and safe to apply to
human’s body
Keywords : Aloevera Linn. Tranparent soap, bioactivity, purposes.
49
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
PENDAHULUAN
Lidah buaya (Aloe vera) adalah salah satu tanaman obat tradisional
yang termasuk ke dalam Family Liliaceae, mudah tumbuh di pekarangan
rumah, tahan musim kering, cepat tumbuh, tahan hama dan penyakit serta
kaya kandungan nutrisinya. Dari sekitar 200 jenis tanaman lidah buaya, yang
baik digunakan untuk pengobatan adalah jenis Aloe vera barbadensis Miller
karena mengandung komponen nutrisi yang dibutuhkan tubuh, di antaranya
mineral, asam amino, serat, enzim-enzim, vitamin, hormon, serta berbagai
zat bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan.
Lidah buaya (Aloe vera) dikenal sebagai tanaman obat yang
bermanfaat bagi kesehatan telah digunakan secara tradisional sebagai anti
peradangan dan penuaan (Esteban, dkk., 2000). Komponen antrakuinon
yang terdapat dalam ekstrak Aloe vera telah diteliti kemampuannya
sebagai antioksidan (Yen,.dkk.2000). Komponen fenol dari tanaman
merupakan salah satu konstituen yang berperan aktif sebagai antioksidan
yang mampu menghentikan rantai reaksi oksidasi (Sahidi, 1997). Ekstrak
segar Aloe vera berkemampuan melindungi kerusakan terhadap degenerasi
kulit (Esteban, dkk. 2000).
Lidah buaya (Aloe vera) merupakan salah satu dari 10 jenis tanaman
terlaris di dunia yang telah dikembangkan oleh negara-negara maju seperti
Amerika, Australia dan negara di benua Eropa sebagai bahan baku aneka
produk dari industri pangan, farmasi, dan kosmetik. Begitu pentingnya
lidah buaya sebagai bahan baku industri pada saat ini dan masa mendatang
adalah didasarkan pada manfaat yang besar bagi kehidupan manusia.
Lidah buaya (Aloe vera Linn) dapat dijadikan sebagai bahan tambahan
pembuatan sabun transparan antiseptik dengan memanfaatkan kandungan
saponinnya. Sabun transparan ini dapat dibuat sendiri karena menggunakan
alat bahan yang mudah ditemukan. Proses pembuatan sabun transparan dari
lidah buaya(Aloe vera Linn)sebagai antiseptik ini erat kaitannya dengan
ilmu kimia, karena ilmu kimia merupakan suatu cabang ilmu yang
didalamnya mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan
yang dialami materi ini dalam proses-proses alamiah maupun dalam
eksperimen yang direncanakan (Keenan, 1984:2). Berdasarkan hal tersebut
diatas, tujuan pemaparan karya tulis ini adalah untuk memberikan
pemaparan kandungan nutrisi sabun transparan lidah buaya, peranan dan
manfaatnya terhadap kesehatan tubuh manusia.
50
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
spesies dan tidak sedikit yang merupakan hasil persilangan. Ada tiga jenis
lidah buaya yang dibudidayakan secara komersial yaitu Aloe vera atau Aloe
barbadensis Miller, Cape aloe atau Aloe ferox Miller dan Socotrine aloe atau
Aloe perry Baker. Pada umumnya lidah buaya yang banyak ditanam di
Indonesia adalah jenis barbadansis yang memiliki sinonim Aloe vera linn
(Suryowidodo, 1988). Spesies Aloe barbadensis Miller mempunyai banyak
keunggulan dibandingkan jenis yang lainnya, seperti tahan terhadap hama,
ukurannya dapat mencapai 121 cm, berat per batangnya bisa mencapai 4 kg,
mengandung 72 nutrisi serta aman dikonsumsi (McVicar, 1994). Pada Tabel 1
disajikan karakteristik tiga jenis tanaman lidah buaya.
Lidah buaya adalah tanaman yang semua bagian tumbuhannya
bermanfaat, mempunyai struktur akar, batang, daun, dan bunga. Tanaman
ini tergolong tanaman sukulen yaitu tanaman yang berdaun dan bergetah
(McVicar, 1994 ; Evans,1993).
51
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
daun yang berisi getah yang pekat dan bening. Bagian luar daunnya berupa
kulit tebal yang mengandung klorofil. Kandungan unsur utama dalam lidah
buaya adalah aloin, emodin, resin, gum, dan minyak asiri. Kandungan aloin
pada gel lidah buaya jenis Aloe vera adalah 18-25%. Aloin mempunyai rasa getir,
bersifat sebagai antibiotik dan antiseptik.
(2) Eksudat, adalah getah yang keluar dari dalam saat dilakukan
pemotongan, eksudat ini berbentuk kental berwarna kuning, dan rasanya
pahit. Zat-zat yang terkandung di dalam eksudat adalah
8-dihidroxianthraquinone (Aloe emoedin) dan glikosida (Aloins) biasa
digunakan untuk pencahar.
(3) Gel, adalah bagian yang berlendir yang diperoleh dengan cara menyayat
bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan. Didalam gel Aloe vera
mengandung berbagai zat aktif dan enzim yang sangat berguna untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Karena kandungan zat aktif dan enzim
inilah maka sifat gel ini sangat sensitif terhadap suhu, udara dan cahaya,
serta sangat mudah teroksidasi sehingga gel akan mudah berubah warna
menjadi kuning hingga coklat.
Seperti dapat dilihat pada Tabel 2, lidah buaya (Aloe vera) mengandung
beberapa macam vitamin dan mineral yang dapat berfungsi sebagai
pembentuk antioksidan alami, seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A,
magnesium dan Zinc. Antioksidan ini berguna untuk mencegah penuaan dini,
serangan jantung dan berbagai penyakit degeneratif (Esteban, et al., 2000).
Komposisi kimia gel lidah buaya disajikan pada Tabel 3.
52
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Seperti dapat dilihat pada Tabel 3, komponen terbesar gel lidah buaya
adalah air, sebesar 99,5%. Sisanya adalah padatan yang terutama terdiri
dari karbohidrat, yaitu mono dan polisakarida. Polisakarida gel lidah buaya
terutama terdiri dari glukomanan serta sejumlah kecil arabinan dan
galaktan. Monosakarida berupa D-glukosa, D-manosa, arabinosa,
galaktosa dan xylosa (Morsy, 1991).
Protein dalam lidah buaya ditemukan dalam jumlah yang cukup kecil,
akan tetapi secara kualitatif protein lidah buaya kaya akan asam amino
esensial terutama leusin, lisin, valin dan histidin. Gel lidah buaya juga kaya
akan asam glutamat dan asam aspartat serta mengandung asam folat dan
kholin dalam jumlah kecil (Morsy, 1991). Kalium merupakan mineral yang paling
banyak terdapat dalam gel lidah buaya, jumlahnya hampir sebanyak dalam
bayam. Kandungan besinya lebih tinggi 30% dari susu, yaitu 0,07-0,32
mg/100g gel. Mineral lainnya berupa belerang 0,2% dan sejumlah kecil
fosfor, mangan, alumunium, boron dan barium (Fit, 1983).
53
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
54
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
essensial dan non essensial. Komponen kimia gel atau lendir daun lidah
buaya, adalah aloin, emodin, resin, gum, mi nyak atsi ri, dan beberapa
mineral seperti Zn, K, Fe serta vitamin A (Henry,1979). Aloin merupakan
bahan aktif yang bersifat sebagai antiseptik dan antibiotik (Fly,1963).
Kandungan aloin pada Aloe vera, Aloe perryi dan Aloe ferox Miller
masing-masing sebesar 18-25%, 7,5-10% dan 9-24,5% (Whindolz, 1976).
Dalam hal ini ekstrak Aloe vera berperan sebagai antioksidan primer,
mendonorkan hidrogennya dan bereaksi dengan radikal bebas serta dapat
menghambatnya.
Lidah buaya (Aloe vera) mengandung vitamin C, yang berperan
menekan radikal bebas yang akan menyerang lipid. Vitamin ini dapat secara
langsung bereaksi dengan superoksida, anion hidroksil , dan berbagai
hidroperoksida lipid. Vitamin C j uga dapat berperan sebagai anti oksidan
sekunder dengan mempertahankan gluthation terreduksi sebagai gluthation
endogen yang sangat penting bagi tubuh untuk menangkal radikal bebas
(Chow, 2000).
Vitamin E lidah buaya (Aloe vera) mempunyai peran sebagai anti
oksidan bagi tubuh, mencegah terj adinya kerusakan dan meningkatkan
perbaikan membran sel . Sedangkan mineral selenium mencegah kerusakan
sel dari pembentukan radikal bebas dan merangsang pembentukkan
gluthation peroksidase. Adanya senyawa fenol, vitamin, antioksidan serta
beberapa macam mineral, kofaktor enzim antioksidan dapat
menghambat pembentukan malondialdehid /MDA/peroksida lipid yang
bersifat toksik (Hardjasasmita, 2004).
55
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
56
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
57
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Uji Antiseptik
Zona hambat bakteri Staphylococcus aureus dari sabun transparan
dengan menggunakan minyak VCO dan penambahan lidah buaya (Aloe vera
Linn) 30% disajikan pada Tabel 6.
58
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Uji alergi
Tingkat keamanan produk sabun transparan lidah buaya (Aloe vera Linn)
30% dinyatakan dengan banyaknya orang yang mengalami alergi setelah
menggunakan sabun transparan tersebut disajikan pada Tabel 8.
KESIMPULAN
1) Lidah buaya (Aloevera Linn) mengandung kandungan nutrisi yang
dibutuhkan tubuh, antara lain mineral, asam amino, karbohidrat,
serat, enzim, vitamin, lignin, saponin, hormon tanaman (auksin dan
giberelin), dan berbagai zat bioaktif lainnya misalnya aloin sebagai
antiseptik dan antibiotik serta senyawa fenol sebagai antioksidan.
2) Sabun transparan dengan menggunakan minyak VCO dan penambahan
lidah buaya (Aloe vera Linn) 30% memenuhi kriteria standar SNI
06-3532-1994 sebagai antiseptik, hal ini ditunjukkan dengan memiliki
daya hambatnya terhadap bakteri Staphylococcus aureus terbesar
59
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Annual Book of ASTM Standards. 2001. Volume 15.04. West Conshocken, PA.
United States.
Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi, (2004). Aloevera Center. Aloevera
Center www.bppt.go.id.
Chow, C.K, 2000, Vitamin E. In : Stipanuk M.H, editor. Biochemical and
Physiological Aspect of Human Nutrition. New York. Devision of
Science Cornell University Ithaca, 584-595.
Esteban, A., Zapata, J. M., Casano, Martin, L. M. & Sabater, B. 2000.
Peroxidnse Activity in Aloe Vera barbadensis Commercial Gel:
Probable Role In Skin Protection. Planta Medica. 66:724-727.
Evans,J. 1993. The New Indoor Plant. Kyle Cathie Limited. London.
Fit. 1983. Aloe vera : The Miracle Plant. Anderson World Books. Inc., Mountain
View. Florida. USA
Fly, L. B. 1963. Antibiotic Activity of Aloevera. Econ. Botany. 14 : 46-49.
Furmawanthi, I. 2004. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Agro
Media Pustaka. Jakarta. Hal. 1-21.
Hardjasasmita, P, 2004, Iktisar Biokimia Dasar, Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 26-85.
Henry, R. 1979. An up Dated Review of Aloe vera. Cosm. and Toiletri. 94 :
42-50.
Hutapea, J.R. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II). Departemen
Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Jakarta.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press.
Jakarta.
Martin, A, J. Swarbrick, dan A. Cammarata. 1993. Buku Farmasi Fisik Edisi
Ke-tiga. Jilid 2. Terjemahan. UI Press, Jakarta.
McVicar, J. 1994. -J~~VY&dPSlJ1JRJrEYddk. Kyle Cathie Limited.
London.
Morsy, E. M. 1991. The Final Technical Report of Aloe vera : Stabilization
and Processing for The Cosmetics Beveage and Food Industries. Aloe
Industry and Technology Institute. Phoenix. USA.
Nurpratiwi, Y.A., 2014. Pembuatan Sabun Transparan Dari Lidah Buaya
60
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
61
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
62
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Pendahuluan
Sebagai kita maklum berdasarkan peraturan yuridis formal
perundang-undangan system pendidikan nasional No 20 tahun 2003, Guru
kelas didefinisikan sebagai profesi yang disandang oleh guru yang mengajar
di jenjang MI/SD. Tugas guru kelas adalah merencanakan, mengajar,
membimbing, menilai dan mengevaluasi lima mata pelajaran pokok yaitu
Ilmu Pengatahuan Alama (IPA), Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn), Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), Bahasa Indonesia, dan Matematika yang
diintegrasikasn berdasarkan pada tema terpadu. Ringkasnya guru kelas
melakukan pembelajaran secara tematik yang mengintegrasikan dengan
muatan Ilmu Pengetahuan (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan
kewarganegaraan (Pkn), Bahasa Indonesia dan matematika.
Tidak mudah melaksanakan tugas guru kelas memerlukan banyak
energy untuk menjalankan tugas tersebut, namun bukan tidak mungkin
untuk dilaksanakan hanya perlu kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas
dari sosok mulya sang guru kelas. Semangat dan dedikasi untuk menjadi
guru kelas akan menjadi pondasi dalam menghadapi berbagai tantangan
pendidikan. Beban berat yang dipikul seorang guru kelas akan terasa ringan
apabila mengalir darah dan jiwa untuk menjadi guru kelas serta merupakan
bagian dari proses kehidupan yang dijalani. Betapa tidak, tantangan yang
akan dihadapi oleh guru kelas bukan sekadar tantangan yang muncul dari
factor internal psikologis sendiri seperti berupaya terus memompa
semangat, memupuk dedikasi, menggugah keihklasan, mendongkrak kerja
keras dan menggairahkan kerja cerdas, namun juga kesiapan diri
menghadapi tantangan eksternal baik nasional, internasional, paradigma
pembelajaran, kurikulum dan lain sebagainya yang akan diurai dibawah ini
semoga menjadi motivasi dan wawasan inspiratif yang menggugah.
Guru kelas yang menjalankan tugasnya diatas garis tantangan yang
diembannya menggambarkan sosok pembelajar yang faham prinsif
sustainable for development, mengerti adagium popular “berhenti belajar,
berhenti mengajar”, mengembangkan paradima open minded, serta
menjalankan makna long life education. Apakah ada profil guru kelas
dengan karakateristik tersebut? Tentu jawaban ada, dan pasti banyak dan
Andalah orangnya. Jawaban ini seperti yang digaungkan ungkapan popular
yang memotivasi if not this what?, if not now when?, and if not you who?
Maksudnya tidak harus menunjuk siapapun, mencari dimanapun atau
bahkan yang harus membuktikan karakteristik guru kelas tersebut tetapi
penunjukkan yang paling tepat adalah mengarah kepada Anda yang
sekarang bertugas sebagai guru kelas, atau berniat untuk menjadi guru
kelas, atau bahkan Anda pembaca yang tersentuh dan mengubah
paradigma mind set-nya tiba-tiba bercita-cita menjadi guru kelas yang tidak
tunduk pada keadaan, tidak mengalirkan diri pada arus air, dan tetapi
63
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
64
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
65
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
66
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
67
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
68
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
69
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
70
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Competition vs Coopertasion
“Jumat lalu kedua anak saya menerima Report Card dari sekolah Ronald
Reagan Elementary School. Di Indonesia namanya Raport. Melihat
keduanya dapat nilai-nilai yang sangat bangus sementara tidak
tercantum informasi tentang ranking, saya tergoda bertanya ke salah
satu gurunya. “anak saya ranking berapa, Ms. Batey?”. “kenapa Anda
orang Asia selalu bertanya begitu?” jawabanya. (aduh, salah apa ya,
batin saya) “Anda sangat suka sekali berkompetisi. Dilevel anak Anda,
tidak ada ranking2an. Tidak ada competition. Kami mengajari mereka
tentang cooperation alias kerjasama. Mereka harus bisa berkerja dalam
team work dan mereka harus bisa cepat bersosialisasi dan beradaptasi.
Mereka harus punya banyak teman. Lebih penting bagi kami untuk
mengajari mereka story telling dan bagaimana mengungkapkan isi
pikiran dalam bahasa yang terstruktur dan sistematis. Kami mengajari
mereka logika dalam setiap kalimat yang mereka ucapkan”. Dari sini
rupanya kenapa teman-teman saya dikantor mentalnya “how can I help
you”, hampir gak pernah saya lihat jegal-jegalan. Dan di US, hampir
semua profesi mendapatkan penghasilan yang layak, tidak harus semua
jadi “dokter” seperti di Indonesia. Semua orang boleh mencari
penghidupan sesuai passionnya, sehingga semua bidang kehidupan
sangat berkembang maju karena diisi orang-orang yang bekerja dengan
gairah. Saya jadi ingat, memang pendidikan di negeri saya sangat
kompetitif. Banyak orang tua yang narsis memajang prestasi
anak-anaknya di social media. Tanpa disadari sebagai dari mereka nanti
akan tumbuh menjadi orang-orang yang terlalu suka berkompetisi dan
lupa bekerja sama. Kiri kanannya dianggap saingan dan dirinya harus
71
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
1. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional untuk guru kelas jenjang MI/SD adalah
penguasaan guru terhadap muatan mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa
Indonesia, PKn dan Matematika
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik berkaitan dengan tugas-tugas keguruan seperti
merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai
pembelajaran. Sehingga apabila dikorelasikan dengan tugas pokok guru
adalah bahwa kompetensi pedagogic berkaitan dengan kesanggupan
guru kelas dalam membimbing, menilai, mengarahkan, dan
mengevaluasi.
3. Kompetensi Kepribadian
Guru adalah seorang pribadi. Kepribadian guru sejatinya menjadi role
model bagi peserta didiknya. Oleh karena itu seorang guru hendaknya
72
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
73
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
74
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Penutup
Guru kelas dengan perannya yang sangat integrative memerlukan
kemampaun merencanakan pembelajaran integrative. Namuan dalam
pelaksanaan pembelajaran integrative oleh guru kelas, sang guru kelas
sudah dipastikan menemukan tantangannya yang harus dihadapi dengan
komitmen yang kuat dan dedikasi yang tinggi. Tantanngan tersebut tentu
saja dapat diatasi dengan kepemilikian kompetensi guru kelas yang
komprehensif baik kompetensi pedagogic, profesionalisme, kepribadian
dan social. Dengan modal kompetensi tersebut sang guru kelas dapat
melaksanakan pembelajaran yang terintegrasi melalui pola pembelajaran
intradisipliner, multidisipliner, transdisipliner, dan interdisipliner secara
ternintegrasi dengan tema pembelajaran. Akhirnya dengan pola tersebut
berhasil dilakung oleh guru kelas dapat terwujud profil guru yang kelas yang
memiliki integrasi keilmuan.
Daftar Pustaka
75
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
76
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Siti Masyithoh
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
FITK Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta
Email : masyithohhambali@gmail.com
Abstrak
Tulisan ini adalah tulisan yang berbentuk naratif deskriptif berbasis teori
yang bertujuan untuk mengkaji tentang peranan keluarga dalam
pembentukan karakter anak dalam konteks keilmuan, ke-Islam-an, dan
ke-Indonesia-an. Keluarga sebagai faktor ekologi yang terdekat dengan
anak memiliki peranan yang paling strategis dibandingkan dengan faktor
ekologi yang lainnya dalam proses pendidikan dalam rangka membentuk
pribadi anak yang berkarakter. Artinya, dibutuhkan keluarga yang sehat
agar terbentuk pribadi yang ideal. Pribadi yang ideal adalah pribadi yang
sehat jasmani dan rohani. Pribadi yang berkembang secara optimal dalam
segala aspek perkembangan, baik perkembangan intelektual, sosial, moral,
emosi, maupun spiritual.
A. Pendahuluan
Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan
yang memungkinkan anak didik untuk dapat mengembangkan bakat dan
kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan
berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadi dan
masyarakatnya. Sistem pendidikan nasional Indonesia merumuskan tujuan
pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya.(UU Republik Indonesia, 2003). Manusia
Indonesia seutuhnya dimaknai sebagai manusia yang cerdas, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkepribadian bangsa Indonesia.
Dengan kata lain adalah mengembangkan manusia dalam segala aspek
perkembangan, baik perkembangan intelektual, sosial, moral, emosi,
maupun spiritual.
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pembentukan
pribadi anak adalah keluarga. Pola pendidikan dalam keluarga akan
berbanding lurus dengan pola pikir dan pola perilaku anak. Oleh karena itu,
untuk membentuk pribadi yang sehat diperlukan keluarga yang sehat pula.
Tulisan ini akan membahas tentang bagaimana peran keluarga dalam
77
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
B. Pembahasan
Maraknya kasus bullying yang dilakukan siswa Sekolah Dasar
belakangan ini cukup mengejutkan. Bahkan bullying yang dilakukan
anak-anak tersebut disebagian kasus telah menelan korban jiwa. Tentu saja
hal tersebut sangat memprihatinkan kita semua karena masa depan bangsa
yang dipertaruhkan. Agaknya kita tidak perlu menganggap pihak-pihak
tertentu sebagai yang paling bertanggung jawab, karena pada hakikatnya
pendidikan anak adalah tugas kita bersama. Baik itu pemerintah sebagai
support sistem dan seluruh lini masyarakat seperti lingkungan sekolah dan
utamanya keluarga.
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih
sayang dan pendidikan nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial
budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
Menurut Hurlock pengaruh yang mendalam dari hubungan anak dengan
keluarga jelas terlihat dalam berbagai bidang kehidupan. Yang terpenting
diantaranya adalah: Pertama, pekerjaan di sekolah dan sikap anak terhadap
sekolah sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan anggota keluarga.
Hubungan keluarga yang sehat dan bahagia menimbulkan dorongan untuk
berprestasi, sedangkan hubungan yang tidak sehat dan tidak bahagia akan
menimbulkan ketegangan emosional yang biasanya memberikan efek yang
buruk pada kemampuan berkonsentrasi dan kemampuan untuk belajar.
Kedua, hubungan keluarga mempengaruhi penyesuaian diri secara sosial di
luar rumah. Bila hubungan keluarga menyenangkan, penyesuaian sosial
anak di luar rumah lebih baik daripada hubungan keluarga yang tegang.
Ketiga, peran yang dimainkan di rumah menentukan pola peran di luar
rumah, karena peran yang harus dilakukan di rumah dan jenis hubungan
dengan kakak-adik membentuk dasar bagi hubungannya dengan
teman-teman di luar rumah. Selanjutnya hal ini mempengaruhi pola
perilaku anak-anak terhadap teman-teman mereka. Keempat, jenis metode
pelatihan anak yang digunakan di rumah mempengaruhi peran anak. Kalau
digunakan metode otoriter, anak belajar menjadi pengikut, dan seringkali
menjadi pengikut yang tidak puas seperti hubungannya dengan orang tua.
Sedangkan metode demokratis mendorong berkembangnya kemampuan
memimpin dalam diri anak. Kelima, pelatihan di rumah mempengaruhi
penggolongan peran seks. Stereotip peran seks yang dipelajari dan
78
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
79
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
bercerai, (c) hubungan kedua orang tua yang tidak baik, (d) hubungan orang
tua dengan anak tidak baik, (e) suasana rumah tangga yang tegang tanpa
kehangatan, (f) orang tua sibuk dan jarang di rumah, (g) salah satu atau
kedua orang tua mengalami kelainan kepribadian atau gangguan
kejiwaan.(Syamsu Yusuf, 2011)
Sementara itu dalam Islam, keluarga berperan penting dalam proses
pendidikan anak. Orang yang paling bertanggung jawab pada proses
pendidikan anak dalam keluarga adalah seorang ibu. Dari Abdullah bin
Umar dikatakan bahwa Rasulullah bersabda:
“….dan seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suami dan
anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang
mereka..”(H.R. Bukhari Muslim)
Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surah Al-Furqan ayat
74, yang artinya:
“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.(Q.S.
Al-Furqan).
Selanjutnya, berhubungan dengan pentingnya peranan orang tua
dalam pendidikan anak di dalam lingkungan keluarga ini juga dijelaskan
Allah SWT sesuai dengan firman-Nya didalam surah At-Tahrim ayat 6, yang
artinya sebagai berikut:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.”(Q.S. At-Tahrim).
Dari nash-nash diatas dapat diambil pelajaran bahwa orang yang
paling bertanggung jawab dalam proses pendidikan anak di keluarga adalah
seorang ibu. Oleh karena itu, seorang muslim harus berupaya dan berdoa
agar memperoleh isteri dan anak-anak yang menjadi penyejuk hati. Isteri
ditempatkan pertama dalam ayat tersebut yang mengisyaratkan bahwa
untuk menghasilkan anak-anak yang menyejukkan hati diperlukan ibu yang
meyejukkan hati pula. Namun pada ayat yang lain ditegaskan bahwa yang
bertanggung jawab dalam pendidikan seluruh keluarga adalah seorang
ayah. Ayah diperintah untuk dapat memelihara keluarganya dari siksa api
neraka. Artinya, seorang ayah diperintahkan untuk dapat membina dan
mendidik anak-anak dan isterinya agar menjadi pribadi-pribadi yang
fungsional dalam perannya secara vertikal dan horizontal.
Jika Hurlock menjelaskan bahwa pandangan anak tentang diri mereka
sendiri merupakan cerminan langsung dari apa yang dinilai dari cara mereka
diperlakukan oleh anggota-anggota keluarga, maka Rasulullah menjelaskan
80
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
bahwa: Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Setiap
anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” Proses pembentukan pribadi
anak yang sehat diperlukan kerja sama yang sinergis antara keluarga,
lingkungan sosial, dan support system (pemerintah).
Sementara itu, sebagai satuan dari sistem sosial masyarakat
Indonesia yang berbhineka, keluarga Indonesia harus mampu menjelaskan
hingga menginternalisasikan pemahaman tentang keberagaman kepada
anak-anaknya. Meskipun bagi penulis, pembentukan pribadi yang bertakwa
dalam perspektif Islam dengan sendirinya telah membentuk pribadi yang
berke-Indonesia-an. Pribadi yang bertakwa akan memahami keberagaman
dengan arif dengan istilah toleransi. Pribadi yang bertakwa akan memiliki
perilaku prososial, tidak merusak, tidak anarkis, dan toleran. Makna
toleransi di sini bukan toleran yang menerima segala prinsip tapi toleran
dengan memegang kuat prinsipnya. Lakum diinukum waliyadiin. Sehingga
ada istilah berkarakter dalam keberagaman. Bukan orang Islam yang
mengindonesia tapi orang Indonesia yang islami, orang indonesia yang
kristiani, orang indonesia yang budhis dan lain-lainnya yang saling
bertoleransi, pun dalam pengembangan agamanya sebagai agama misi.
C. Penutup
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka perlu diperhatikan
hal-hal yang terkait dengan pembentukan keluarga yang fungsional.
Pemerintah sebagai support sistem hendaknya memberikan perhatian
khusus pada hal tersebut. Angka perceraian yang tinggi, orangtua yang
terlalu sibuk dan hal lainnya yang mengarah pada gagalnya pembentukan
keluarga yang fungsional menjadi pekerjaan rumah yang serius untuk
dipikirkan dan ditindaklanjuti bersama-sama.
Daftar Pustaka
81
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Supangat Rohani
Perguruan Islam Al Syukro Universal DD
Email : faatugm@yahoo.com
‘Maha suci Engkau (Allah) tidak ada yang kami ketahui selain dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; seseungguhnya
Engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana’.(Al
Baqorah; 32)
Walaupun ayat ini tertuju pada malaikat namun hal itu terjadi juga
untuk seluruh makhluknya termasuk manusia karena tatkala Adam mampu
menyebutkan nama-nama benda yang diperintahkan Allah di hadapan
maliakat yang mengakibatkan para malaikat tersebut sujud padanaya,
sebenarnya diayat sebelumnya Allah berfirman ‘Dan Dia (Allah)
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya...’.
Dengan demikian tidak ada ilmu yang manusia dapatkan kecuali dari Allah
dan Agama Islam-pun juga berasal dari Allah, maka memang seharusnyalah
ilmu agama dan Ilmu (termasuk Ilmu Sosial) tidak dapat dipisahkan apalagi
dipertentangkan. Pertanyaannya kenapa bisa seperti sekarang ini? dimana
ketika kita mengajarkan pelajaran ilmu sosial, misalnya ekonomi, PPKn,
Sosiologi, Geografi dan seterusnya masih susah untuk menyatukannya
dengan ilmu agama dan lalu bagaimana memunculkan ekonomi Islam,
Sosiologi Islam, PPKn Islam, Geografi dan seterusnya? Kelihatannya seperti
Islamisasi Ilmu yang dikembangkan oleh Ismail al-Faruqi, bagi penulis tidak
harus demikian, namun mengkonsep kembali pemahaman kita akan ilmu
dan agama sepertinya penting untuk dilakukan.
Tulisan ini memang tidak menjelaskan tentang sejarah tercerabutnya
antara ilmu sosial dan ilmu agama yang dengan jelas di masa ilmuan-ilmuan
besar seperti Ibnu Sinna, Ibnu Rusdh, Ghazali, Mohammad Abduh dan
seterusnya berjalan beriringan. Namun tulisan ini lebih menfokuskan pada
diskursus dan paradigma yang digunakan oleh keduanya yang semakin hari
semakin terbuka lebar jurang pemisahnya, dan juga pandangan beberapa
tokoh dalam mensikapai ilmu dan agama, serta konsep hubungan kedua hal
tersebut. Perlu penulis klarifikasi lebih awal bahwa yang penulis maksud
ilmu dan agama disini adalah perspektif manusia dalam mamahami wahyu
dimana keduanya itu berasal dari Allah.
82
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Diskursus akan ilmu dan adalah kajian yang sangat menarik baik
dikalangan akademikus maupun dilingkungan masyarakat secara umum.
Misalnya dalam mengangkat issue tentang bagaimana ilmu dapat
memahami Tuhan (Allah) yang kemudian memunculkan dua kelompok
besar ilmuwan, ada yang dengan mendalamnya kajian mereka akan ilmu
menjadikan mereka sangat yakin akan keberadaan Tuhan, tapi ada juga
yang karena seriusnya malah menjadi atheis misalnya Steven Weinberg,
Richard Dawkins, Denies Dennett, Peter Atkins, dan seterusnya.
Bagi kelompok kedua ini menganggap ketidakmungkinan manusia
dapat memahami sesuatu dengan tanpa atau yang tidak dapat diobservasi.
Kalau kita tidak pernah melihat dengan mata /mendengar dengan telingga
/meraba dengan kulit /mencium dengan hidung dan/merasakan dengan
lidah, rasanya tidak mungkin sesuatu itu ada. Sementara Jin, Setan,
Malaikat hingga Tuhan adalah unsenseable maka manamungkin kita
memahami itu semua. Memang memberikan pemahaman akan dunia ghaib
tidaklah gampang kita bisa mengaca sejarah, dimana dulu Nabi/Rasul saja
hanya mampu memahamkan sebagian kecil dari umatnya, apalagi dimasa
sekarang yang telah sangat maju ilmu dan tehnologi dan bahkan tidak lagi
dimungkinkan adanya Rasul, alangkah berat tugas ini. Kalau penulis boleh
menganalogikan keberadaan sesuatu yang unsenseable tapi ada adalah
‘IDE’, ketika kita mendengar seseorang berbicara akan konsep tertentu
tiba-tiba kita dengan yakin dapat menangkap dan memahami IDEnya,
kemudian kita simpan (entah dimana nyimpannya) dan kemudian kita
keluarkan ke orang lain akan IDE tersebut (entah bagaimana kok bisa
keluar). Dan masih banyak untuk menyebutkan hal-hal yang unsenseable
tapi dapat kita pahami.
Penulis menyadari, secara umum pemahaman akan paradigma ilmu
dan cenderung berbeda, satu sisi bersifat positifistik (ilmu alam yang
beranggapan sekularism sebagai ide sentral) dan juga relatifistik (ilmu sosial
yang beranggapan relatifisme sebagai hal yang terpenting), sisi lain agama
termasuk cenderung bersifat absolutism dimana wahyu memiliki otoritas
penuh atas agama. Pemahaman seperti diatas sangat perlu untuk dikaji
ulang, misalnya ilmu alam; ternyata memiliki nilai relativitas seperti yang
selama ini kita kenal dengan teori relativitasnya Enstein. Dalam ilmu sosial
juga memiliki nilai absolutisme, misalnya siapapun seorang pemimpin yang
telah dipilih secara demokratis maka ia harus (absolutistik) kita sepakati,
hargai dan ikuti. Sementara wahyupun memiliki nilai relatifitas dimana
kebolehan untuk berhubungan intim dengan budak sahaya tidak lagi dapat
kita terapkan, entah karena sudah tidak ada lagi budak atau karena
pembantu itu bukan budak atau alasan yang lainnya.
Ada sebuah penelitian yang dilakukan olah Steve Bruce, dalam
bukunya "Science and Secularization", yang cukup baik untuk disimak
83
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
tentang tingkat ke religiusan dalam ilmu antara ilmu alam (Fisika, Kimia,
Biologi dst) dan ilmu sosial (Sosiologi, Antropologi, Psikologi, dst)
Religious Religious
Academic Attendant Identity
Discipline Yes No Yes No
4
Natural sciences 42-47 35-38 34-40 27-29
5
Social sciences 15-38 42-67 11-26 28-57
4
Natural sciences include mathematics, statistics, physical sciences, life sciences.
5
Social sciences include anthropology, economics, political science, sociology and
psychology.
84
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
85
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Pendahuluan
Proses pembelajaran fisika di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut berdampak
pada hasil belajar fisika yang rendah. Permasalahan-permasalahan yang
dialami siswa dalam pembelajaran fisika diantaranya: karakteristik
pelajaran fisika yang mempersyaratkan berbagai penguasaan seperti
penguasaan konsep, kemampuan menganalisis permasalahan dan mencari
solusi dari permasalahan tersebut,serta siswa kesulitan memahami
86
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
pelajaran fisika karena materi fisika yang padat, menghafal dan matematis
(Gede Bendem S, 2014).Salah satu konsep fisika yang sulit dipahami adalah
konsep hukum Newton tentang gerak.
Siswa memiliki hasil belajar paling rendah pada konsep hukum
Newton tentang gerak. Hal ini terbuktidenganmasihbanyaksiswa
yangmendapatkannilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).Selain
itu, salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar pada
konsep hukum Newton adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap
materi dasar yang ada pada hukum Newton. Informasi tersebut diperoleh
berdasarkan hasil wawancara kepada sa
lah satu guru fisika SMA di kawasan Tanggerang Selatan pada semester
ganjil tahun ajaran 2015-2016. Oleh karena itu, diperlukan metode yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.
Metode penugasan dalam bentuk latihan soal dan pekerjaan rumah
(PR) merupakan metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman konsep dan hasil belajar siswa. Berikut ini adalah beberapa
fakta dari kelebihan penggunaan metode penugasan, diantaranya: dapat
memperdalam pengetahuan siswa pada spesialis tertentu, hasil pelajaran
lebih tahan lama dan membekas dalam ingatan siswa, dan dapat
mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru (Syaiful Bahri
D & Aswan Z, 2010).Secara umum para siswa yang mengerjakan tugas
berupa PR berada pada tingkat prestasi yang tinggi. Hasil penelitian dari
Third Internasional Mathematicsand Science Study (TIMSS) menyatakan
bahwa pelajar remaja di Jepang menunjukan prestasi matematika yang
tinggi dikarenakan guru mereka lebih sering memberikan mereka PR (Azmi
M, 2011).Namun, dalam metode penugasan terdapat beberapa kelemahan.
Contohnya, pemberian penugasan di Indonesia masih kurang efektif dan
kurang menarik. Sehingga, pengaruh pemberian tugas dalam meningkatkan
hasil belajar masih sangat kecil (Azmi M, 2011).Permasalahan ini
disebabkan oleh: tugas yang diberikan tidak sesuai atau terlalu banyak;
tidak ada umpan balik (feedback) dari guru mengenai hasil tugas yang
telah dikerjakan; siswa merasa kesulitan karena tidak ada bantuan.
Menurut Bell salah satu faktor yang menyebabkan ketidakberartian
penugasan adalah cara guru memberikan tugas. Guru yang bersikap kurang
peduli terhadap pemberian, pengumpulan dan penilaian tugas
menyebabkan siswa tidak menghargai tugas sebagai suatu aktivitas yang
berarti dan berguna, maka mengerjakan tugas hanya dapat memberikan
pengaruh yang kecil dalam pembelajaran. Kondisi seperti ini jika dibiarkan
terus menerus akan berdampak pada motivasi siswa dalam belajar
khususnya dalam mengerjakan tugas sehingga dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Menurut Wijayanti, siswa tidak akan termotivasi dalam
proses pembelajaran jika tugas yang mereka kerjakan tidak terkoreksi
87
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
88
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
89
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Metode
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Tangerang Selatan.
Penelitian berlangsung pada semester ganjil tahun ajaran 2015-2016, yaitu
pada bulan November 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah quasi experiment atau eksperimen semu dengan menggunakan satu
sampel kelas eksperimen. Adapun desain yang digunakan pada penelitian
ini adalah nonequivalent control group design.Pada desain ini sampel tidak
dipilih secara random.Penelitian ini dilakukan pada dua kelas, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol.Gambaran penelitian untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Group Pretest Treatment Postest
Eksperimen
Kontrol
Keterangan :
= Tes awal (pretest) untuk kelas eksperimen dan kontrol
Tes akhir (posttest) untuk kelas eksperimen dan kontrol
Perlakuan menggunakan penugasan digital
= Perlakuan menggunakan penugasan konvensional
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
SMA Negeri 10 Tanggerang Selatan.Sampel dalam penelitian ini diambil dari
populasi terjangkau melalui teknik purposive sampling (sampel
bertujuan).Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X6sebagai kelas
eksperimen, dan kelas X7 sebagai kelas kontrol. Data dalam penelitian ini
dikumpulkan melalui pemberian test dan pengisian angket.
90
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Pretest Posttes
Statistik Kelas Eksperimen dan Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol Kelas Kontrol
91
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
92
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
93
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
94
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan,
maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:
1. Terdapat pengaruh penugasan digital terhadap hasil belajar siswa SMA
pada konsep hukum Newton tentang gerak. Hal ini didasarkan pada uji
hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney Test dan nilai rata-rata
(mean) pada data posttest. Nilai Asymp-sig data posttest sebesar 0,00 <
dari taraf signifikansi sebesar 0,05. Nilai rata-rata posttest padakelas
eksperimen sebesar 62,14 dan pada kelas kontrol sebesar 46,06. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
2. Rata-rata nilai N-Gain pada jenjang kognitif C1 (mengingat) sampai C4
(menganalisis) di kelas eksperimen sebesar 0,54 dan di kelas kontrol
sebesar 0,25. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen mengalami
peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada
kelas eksperimen, jenjang kognitif C3 mengalami peningkatan tertinggi
diantara jenjang kognitif lainnya sebesar 0,63 dengan kategori sedang.
3. Respon siswa terhadap penggunaan penugasan digital dalam
pembelajaran fisika mempunyai rata-rata presentase sebesar 79%
dengan kategori baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa penugasan
digital diminati dan disukai oleh siswa dalam pembelajaran fisika.
Daftar Pustaka
Anderson, Lorin W. and David R. Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan
untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi
Pendidikan
Basori. (2013). Pemanfaatan social learning networking “EDMODO”dalam
membantu perkuliahan teori bodi otomotif di prodi PTM JPTK
FKIP UNS.JIPTEK Vol. VI No.2,h.100.
Budi, dkk. (2012). Pengembangan metode pembelajaran online berbasis
e-learning (studi kasus mata kuliah bahasa pemrograman).
Jurnal sains terapan edisi II , vol.2 (1), h.108
95
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Dzamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2010). Strategi belajar mengajar.
Jakarta: Rineka cipta.
Hafid, Dedi Herdiana. Keunggulan dan kelemahan tes objektif. 21 Desember
2015.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/Jur._Psikologi_Pend_dan_
Bimbingan/195903271986011_Dedi_Herdiana_Hafid/Keunggula
n_dan_Kelemahan_Tes_objektif%5BCompatibility_Mode%5D.pd
f
Khanafi,Imam dan Djunaidi. “Socrative another e-learning”.26 Desember
2014. https://ml.scribd.com/doc/219755510/Socrat-Ive.
Mindawati, Azmi.(2011). Pengaruh pemberian tugas berstruktur berbasis
aktivitas pada metode diskusi terhadap hasil belajar matematika
siswa. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Universitas Pendidikan
indonesia.
Ryan, Mukhammad. (2014). Profil keterampilan komunikasi siswa SMP pada
pembelajaran dengan strategi readin infusion dan penggunaan
Socrative. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Samudra, Gede bendem, dkk.(2014). Permasalhan-permasalahan yang
dihadapi siswa SMA di kota singaraja dalam mempelajari fisika,
E-Journal Program Pasca Sarjana Pendidikan Ganesha, Vol 4, h.1.
Sudibjo, Ari. (2013). Pengaruh media pembelajaran fisika dengan e-learning
berbasis edmodo blog education pada materi alat optikuntuk
meningkatkanrespon motivasi dan hasil belajar siswa di SMP
Negeri 4 Surabaya. Jurnal Inovasi Pendidikan FisikaVol. 02 NO.
03, h.188.
Susongko,Purwo. (2010). Perbandingan Keefektifan Bentuk Tes Uraian dan
Teslet dengan Penerapan Graded Response Model (GRM).Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, No.2,h.3
Suwarna, Iwan Permana. (2014). Pengaruh penggunaan social learning
platform terhadap pemahaman konsep dan tingkat miskonsepsi
siswa SMA pada mata pelajaran Fisika di kelas X. Pusat
Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat (LP2M). Tidak dipublikasikan. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Soma Salim, S. (2014). Blogmatika Sebagai Media Penugasan Bagi Siswa
dalam Pembelajaran Matematika pada Sekolah Berbasis
Teknologi Informasi, Jurnal nalar pendidikan, VOL 2, No 1, h.6.
Tadu, Salma. “Penerapan pembelajaran dengan teori stimulus-respon untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
matematika”. 22 Desember 2015.
http://sigma09.blogspot.co.id/2011/11/penerapan-pembelajara
n-dengan teori.html.
96
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
97
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Pendahuluan
UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,
menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
98
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
99
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
100
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
hal. 3). Masalah pokok pendidikan saat ini adalah bagaimana pendidikan
dapat membekali peserta didik dengan segala macam ketampilan yang
mantap untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka terima selama
pendidikannya sehingga berguna bagi masyarakat sekitar. Saat ini
pembelajaran dan buku yang tersedia di sekolah hanya menjelaskan bagian
kognitifnya saja yang dapat terpenuhi namun untuk bagian psikomotor dan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari masih kurang (Zul, 2015). Untuk
itu, diperlukan pembelajaran kimia yang memberikan pemahaman bahwa
segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini mengandung aspek
sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu kesatuan serta
saling mempengaruhi secara timbal balik (Nugraheni, 2013, hal. 34).
Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) mengaitkan
pembelajaran sains dengan teknologi serta manfaatnya bagi masyarakat.
Sehingga konsep yang telah dipelajari oleh peserta didik dapat bermanfaat
untuk dirinya dan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di
masyarakat tempat tinggalnya. Mengingat kemajuan teknologi seperti
sekarang ini diharapkan manusia dapat memanfaatkan teknologi tersebut
agar dapat memelihara produk teknologi dan dijadikan pedoman untuk
mengatasi kesulitan yang ada. Untuk itu peserta didik diharapkan menjadi
anggota masyarakat yang mampu menguasai sains dan teknologi serta
memanfaatkannya bagi kesejahteraan masyarakat (Poedjiadi, 2010, hal.
96).
Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu yang sangat erat hubungannya
dengan kehidupan manusia, terutama kimia polimer yang saat ini tidak
hanya berhubungan dengan material dan tidak hanya penting secara
komersil, namun juga sudah menjadi bagian dari keseharian kita. Namun,
pembelajaran mengenai kimia polimer hanya menuntut siswa untuk
sekedar mengetahui teori tentang kimia polimer saja. Bahkan dalam
pembelajaran di kelas XII, materi tentang kimia polimer hanya membahas
mengenai jenisnya, sifatnya, dan reaksi pembentukannya. Hal ini
disebabkan oleh alokasi waktu yang kurang memadai sehingga guru
kesulitan untuk menjelaskan materi lebih mendalam mengenai kimia
polimer karena siswa lebih difokuskan untuk persiapan menghadapi UN
kelas XII dengan materi yang banyak (Zul, 2015). Buku pada materi kimia
polimer umumnya hanya memuat sedikit contoh polimer untuk kehidupan
sehari-hari (Teti, 2015). Buku yang telah ada hanya mencakup reaksi
pembentukan polimer, penggolongan polimer, sifat fisik polimer, dampak
negatif dan penanggulangannya secara umum. Padahal polimer merupakan
bahan yang sering dijumpai dan akrab dengan kehidupan peserta didik.
Contohnya kemasan plastik makanan, kantong belanja, tekstil untuk baju,
sendok plastik, botol susu, mainan anak-anak, peralatan olahraga, dan
peralatan medis. Selain itu, materi yang ada cenderung hanya membahas
101
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Metode
Proses perancangan sampai evaluasi dilakukan pada bulan Mei 2015
sampai Februari 2016. Uji coba penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3
Karawang kelas XII MIA 4 semester 2 tahun ajaran 2015-2016.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu
metode yang menganalisis data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar,
102
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
perilaku tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik tetapi
dalam bentuk kualitatif yang memilliki arti lebih kaya dari sekedar angka
(Margono, 2013, hal. 39).
Objek pada penelitian ini adalah buku suplemen berbasis sains
teknologi masyarakat pada materi kimia polimer. Subjek penelitian yaitu: 3
orang dosen kimia; 3 orang Guru mata pelajaran kimia; dan 41 orang Siswa
kelas XII MIA 4 SMA Negeri 3 Karawang.
Pengembangan buku suplemen ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:
tahap perencanaan, tahap produksi, dan tahap evaluasi. Adapun instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pedoman
wawancara, studi dokumen, lembar validasi, dan angket respon.
Data lembar validasi dihitung menggunakan skala Guttman. Sedangkan
data angket respon guru dan siswa yang dianalisis menggunakan skala
rating scale. Analisis data dilakukan dengan memberi pemaparan
gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif sesuai
dengan interpretasi dari hasil analisis data tersebut. Walaupun peneliti
mengadakan perhitungan-perhitungan statistik, maka fungsinya hanya
untuk membantu analisis data kualitatif (Sanjaya, 2013, hal. 65). Data
kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam kata-kata. Perhitungan
statistik yang diperoleh ditabulasikan kemudian dicari presentasinya dan
dianalisis menggunakan rumus(Riduwan, 2010, hal. 41). Setelah itu,
diperhitungkan nilai secara keseluruhan untuk mendapatkan kesimpulan
mengenai kelayakan yang berkenaan dengan semua aspek yang dinilai
pada buku suplemen kimia yang dikembangkan, dengan menggunakan
aturan perhitungan penilaian yang ditabulasikan dengan rumus sebagai
berikut (Pusat Perbukuan, 2014, hal. 4):
Total Skor Akhir = (Materi x 40%) + (Penyajian x 30%) + (Bahasa x 20%) +
(Grafika x 10%)
103
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
88
85.73
86
84.48
84 83.33
)
%
(
es
82 81.06
at
n
es 80.21
80 re 79.17
P 78.86
78.05
78
76
74
Kelayakan Sajian Bahasa Grafika
Isi
Aspek Penilaian
Guru Siswa
104
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
105
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
106
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
107
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
184) bahwa belajar memerlukan minat dan perhatian siswa. Serta ilustrasi
yang digunakan dapat membantu pemahaman materi, sehingga
memudahkan siswa untuk memahaminya.
Pada aspek sajian didapatkan persentase rata-rata aspek sebesar
78,86%. Hal ini menandakan bahwa buku suplemen yang dikembangkan
runtut dan terstruktur. selain itu buku suplemen memiliki predikat baik
dalam memotivasi siswa untuk mencari informasi lebih jauh serta mampu
memotivasi untuk berkreasi dan berinovasi. Karena penyajian pada buku
suplemen ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Dari aspek bahasa, penulisan buku suplemen sudah
sesuai dengan kaidah EYD dan dikategorikan bahwa bahasa yang digunakan
termasuk predikat baik yaitu mampu untuk dimengerti siswa sehingga siswa
merasa lebih mudah mempelajarinya, bahkan hasil ini melampaui
penelitian yang dilakukan Saputra (2015, hal 145) yang mendapatkan
kategori cukup baik.
Buku suplemen kimia polimer yang dikembangkan memiliki
karakteristik sebagai berikut: pertama: Berbasis sains teknologi masyarakat,
yaitu mengintegrasikan dengan ranah-ranah sains teknologi masyarakat
yang terdiri atas ranah konsep, proses, sikap, kreativitas, aplikasi dan
keterkaitan. Contohnya:
108
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
109
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Penutup
Proses pengembangan buku suplemen kimia berbasis sains teknologi
masyarakat pada materi kimia polimer ini terdiri atas tiga tahap, yaitu:
tahap perancangan menghasilkan indikator buku suplemen kimia yang
telah diintegrasikan dengan lima ranah STM (ranah konsep, proses, sikap,
kreativitas, aplikasi dan keterkaitan) dan desain buku suplemen yang
kemudian dijadikan acuan dalam mengembangkan buku suplemen. Tahap
110
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Daftar Pustaka
111
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
112
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
113
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Pendahuluan
Di dalam proses pembelajaran guru hendaknya mampu
membimbing dan memfasilitasi siswa untuk memahami keterampilan dan
kemampuan mereka. Guru memiliki peran dalam memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik untuk mewujudkan serta mengembangkan kapasitas
belajar, kompetensi inti, serta keberhasilan berdasarkan keterampilan dan
kemampuan mereka. Pengembangan potensi siswa secara tidak seimbang
akan menjadikan pendidikan cenderung lebih memerhatikan
pengembangan suatu aspek tertentu saja.
Pendidikan memiliki fungsi untuk menjadikan seseorang memiliki
kemampuan learning to know, learning to do, learning to be, dan learning
to live together.6Hal tersebut merupakan pekerjaan rumah guru dalam
menyiapkan para siswa untuk dapat menguasai kemampuan tersebut. Pada
dasarnya calon guru harus memiliki setidaknya 4 (empat) kompetensi inti,
yaitu kompetensi pedagogik,kompetensi professional, kompetensi sosial,
6
UNESCO, “The Four Pilars of Education”, http://www.unesco.org/delors/fourpil.htm,
2015
114
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
7
Deny Surya Saputra, “Hubungan antara Kompetensi Profesionalisme Guru dan Kinerja
Guru di SMA XXX Tangerang”, Jurnal Psikologi Vol. 9 No. 2, 2011, h. 78-79.
8
Tim Penyusun, Kompetensi dan Learning Outcomes, (Jakarta: Direktorat Pembelajaran
dan Kemahasiswaan, 2011), h. 11.
115
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
9
Syamsuddin, Buku Materi Pokok Sanggar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka, 1985), h. 126-128.
10
Hasnah Faizah, Filsafat ilmu. (Pekanbaru: Cendikia Insani, 2009), h. 99.Lihat juga J.S.
Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III.(Jakarta: Gramedia, 1989), h. 3.
11
Dendy Sugono, Berbahasa Indonesia dengan Benar. (Jakarta: Puspa Swara, 2004), h.
3-21.
12
Tri Rama, Kamus Praktis Bahasa Indonesia. (Surabaya: Karya Agung, 2007), h. 311.
116
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Sebagai kerangka acuan: bahasa memiliki norma dan kaidah yang dijadikan
tolak ukur bagi benar atau tidaknya bahasa seseorang.13
Berikut adalah beberapa hubungan erat antara bahasa dan seni, di
antaranya:
1. Bahasa merupakan sarana pengembangan senidan sarana pewarisan
kesenian dari generasi ke generasi secara turun temurun;
2. Bahasa memiliki peran dalam pemberian istilah untuk unsur-unsur seni
baru sehingga dapat disampaikan dan dimengerti oleh yang
menerimanya dan juga sebagai penyampai pesan yang terkandung
dalam seni;
3. Dalam proses pembelajaran dan pengajaran kesenian, nama atau
istilah seni digunakan untuk menginventarisasi kesenian untuk
pengembangan selanjutnya;
4. Bahasa merupakan sarana penghubung antara musisi, seniman dengan
khalayak ramai dan juga sebagai penghubung antara musisi dengan
instrument musik;
5. Bahasa sebagai sarana berekspresi dalam seni dan memiliki peran
penting dalam proses penciptaan seni;
Seni sangatmemiliki hubungan erat dengan bahasa.Dalam bahasa
dan sastra, seni memiliki peran penting untuk menciptakan bahasa yang
Indah (estetika bahasa). Selain itu, seni berbahasa memberikan keunikan
yang khas bagi seseorang dan memberikan gaya serta nada yang
membedakan penggunaan bahasa antara orang yang satu dengan yang lain.
13
Syamsuddin, Buku Materi Pokok Sanggar Bahasa Indonesia, h. 74.
14
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Program Strata 1 2015/2016. (Jakarta: Bagian
Akademik UIN Jakarta, 2015), h. 121.
117
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
15
I Nengah Martha, I Made Tegeh, “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis
Local Content Guru dan Calon Guru Sekolah Dasar di Kota Singaraja”, Jurnal Pendidikan
Indonesia, Vol. 1, No. 2, 2012, h. 66-67. Lihat juga Azkia Muharom Albantani, “Implementasi
Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah”, Arabiyat: Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, Vol. 2, No. 2, 2015, h. 179.
16
Arumi Savitri Fatimaningrum, “Karakteristik Guru dan Sekolah yang Efektif dalam
Pembelajaran”, h. 12.Lihat juga Azkia Muharom Albantani, “Pendidikan Karakter
Menyongsong Indonesia Emas 2045”, Proceeding Seminar Nasional Prodi PGMI UIN Jakarta,
2015, h. 455-456.
17
K.T. Henson, B.E.Eller, Educational Psychology for Effective Teaching. Belmont:
Wadsworth Publishing Company, 1999.
118
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
18
Nurmina, dkk, “Pengembangan Media Interaktif Komik Elektronik Berbasis Flash
Movie untuk meningkatkan Keterampilan Menulis Karya Sastra”, Jurnal Pendidikan Dasar,
Vol. 2, No. 1, 2015, h. 89.
119
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
19
Azkia Muharom Albantani, “Mustawayat Ta'alum wa Ta'lim al-Lughah al-'Arabiyah
'inda Rusydi Ahmad Thu'aimah”, Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan
Kebahasaaraban, Vol. 1, No. 1, 2014, h. 140.
120
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
20
Dewi Dyah Widyastuti, “Keterampilan Dasar Mengajar”, h. 78-79.
21
Ady Ferdian Noor, dkk, Kompetensi Mengajar Calon Guru SD, (Palangkaraya: UMP,
2014), h. 18-20. Lihat juga Sandi Yudhawati, “Manajemen SDM dalam Pembelajaran
Pendidikan Anak Usia Dini”, Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 2, No. 1, 2014, h. 31.
22
Usi Tamala, “Hubungan Minat Menjadi Guru dengan Keterampilan Mengajar pada
Mata Kuliah Micro Teaching”, (Riau: Universitas Riau, 2014), h. 10-11.
23
Pengurus Harian, AD dan ART POSTAR 2014/2015, h. 11-12.
121
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
24
Tim Redaksi, “Nilai Ujian Nasional Bahasa Indonesia”, http://www.tempo.co/
,diakses 25 April 2016.
122
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
kreatifitas guru akan membuat siswa masa kini tidak tergugah dalam belajar
bahasa, terutama bahasa Arab.
Setiap orang memiliki potensi seni di dalam dirinya.Seorang calon
guru sebaiknya melatih dan mencuatkan potensi tersebut dalam rangka
menjadi guru yang efektif, bukan malah menahan potensi tersebut
berkembang.Tidak sedikit guru bahasa yang melarang dirinya untuk
bersentuhan dengan seni, bahkan menganggapnya haram.Padahal ajaran
Islam tidak pernah melarang kegiatan seni selama tidak bertentangan
dengan nilai-nilai Islam.Hal tersebut merupakan pekerjaan rumah bagi
pengelola FITKUIN Jakarta untuk menanamkan nilai-nilai integrasi keilmuan,
keislaman, dan keindonesiaan ke dalam jiwa calon guru, terutama calon
guru bahasa.Seorang guru bahasa harus unggul dalam keilmuan bahasa
dengan mengintegrasikan rasa keislaman dan keindonesiaan di dalam
pembelajaran.Seorang guru bahasa dapat menanamkan ketiga nilai
integrasi tersebut kepada siswa melalui pendekatan kesenian Islami dan
kesenian Indonesia.
Penutup
Beragam keterampilan pendukung diperoleh mahasiswa FITK selaku
calon guru melalui ikut aktif dalam berbagai kegiatan pada organisasi intra
dan ekstra kampus.Ada baiknya hal tersebut oleh pihak kampus untuk
mewajibkan mahasiswa agar ikut aktif dalam sebuah organisasi di dalam
dan di luar kampus. Dengan ikut aktif dalam sebuah organisasi, mahasiswa
akan terlatih kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang
dimilikinya. Hal tersebut sangat penting bagi seorang calon guru.
3 (tiga) program studi pendidikan bahasa yang dikelola oleh FITK
sebaiknya juga memerhatikan pendekatan kesenian dalam kegiatan
perkuliahan “pengajaran mikro” sehingga dapat melatih mahasiswa calon
guru bahasa lebih kreatif dalam mengembangkan materi pembelajaran dan
mengelola kelas melalui pendekatan kesenian, yaitu seni musik, seni rupa,
seni sastra, dan sebagainya. Hal tersebut memiliki nilai lebih dalam
memotivasi siswa dalam belajar. Dengan demikian, mahasiswa akan lebih
mudah beradaptasi dengan situasi sekolah dalam kegiatan PPKT.
POSTAR sebagai organisasi internal fakultas yang mewadahi minat
dan bakat mahasiswa dalam bidang kesenian dapat memberikan andil yang
besar dalam menyiapkan keterampilan pendukung bagi lulusan.Sebaiknya
mulai saat ini POSTAR dengan dukungan pihak fakultas sudah saatnya untuk
menjalin kerjasama dengan lembaga seni otoritatif yang dapat memberikan
sertifikat keahlian mahasiswa dalam bidang kesenian musik, teater, sastra
dan desain grafis sebagai sertifikat pendamping ijazah jenjang sarjana. Hal
tersebut akan menjadi nilai lebih bagi para lulusan ketika bersaing dengan
lulusan universitas lain dalam seleksi pekerjaan.
123
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Daftar Pustaka
Albantani, Azkia Muharom. “Mustawayat Ta'alum wa Ta'lim al-Lughah
al-'Arabiyah 'inda Rusydi Ahmad Thu'aimah”, Arabiyat: Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, Vol. 1, No. 1, 2014.
Albantani, Azkia Muharom.“Pendidikan Karakter Menyongsong Indonesia
Emas 2045”, Proceeding Seminar Nasional Prodi PGMI UIN Jakarta:
Professional Learning untuk Indonesia Emas, 2015.
Albantani, Azkia Muharom. “Implementasi Kurikulum 2013 pada
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah”, Arabiyat: Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, Vol. 2, No. 2, 2015.
Badudu, J.S.Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III.Jakarta: Gramedia, 1989.
Faizah, Hasnah.Filsafat ilmu.Pekanbaru: Cendikia Insani, 2009.
Fatimaningrum,Arumi Savitri. “Karakteristik Guru dan Sekolah yang Efektif
dalam Pembelajaran”.
Henson, K.T.B.E.Eller, Educational Psychology for Effective Teaching.
Belmont: Wadsworth Publishing Company, 1999.
Martha, I Nengah. I Made Tegeh, “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Berbasis Local Content Guru dan Calon Guru Sekolah Dasar di Kota
Singaraja”, Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 1, No. 2, 2012.
Noor, Ady Ferdian.dkk, Kompetensi Mengajar Calon Guru SD,
(Palangkaraya: UMP, 2014).
Nurmina, dkk, “Pengembangan Media Interaktif Komik Elektronik Berbasis
Flash Movie untuk meningkatkan Keterampilan Menulis Karya
Sastra”, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 2, No. 1, 2015.
Pengurus Harian, AD dan ART POSTAR 2014/2015.
Rama, Tri.Kamus Praktis Bahasa Indonesia.Surabaya: Karya Agung, 2007.
Saputra, Deny Surya. “Hubungan antara Kompetensi Profesionalisme Guru
dan Kinerja Guru di SMA XXX Tangerang”, Jurnal Psikologi Vol. 9 No.
2, 2011.
Sugono, Dendy.Berbahasa Indonesia dengan Benar.Jakarta: Puspa Swara,
2004.
Syamsuddin, Buku Materi Pokok Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka, 1985.
Tamala, Usi. “Hubungan Minat Menjadi Guru dengan Keterampilan
Mengajar pada Mata Kuliah Micro Teaching”, Riau: Universitas Riau,
2014.
Tim Penyusun, Kompetensi dan Learning Outcomes, Jakarta: Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2011.
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Program Strata 1 2015/2016. Jakarta:
Bagian Akademik UIN Jakarta, 2015.
UNESCO, “The Four Pilars of Education”,
http://www.unesco.org/delors/fourpil.htm, 2015.
124
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
125
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Pendahuluan
1. Axiologi
Ketika kita akan meniawab pertanyaan tentang apa nilai kegunaan dari
suatu pengetahuan, maka kita berpaling pada axiologi.
"Axiologi" artinya "teori tentang nilai", kegunaan dari suatu
pengetahuan.1) Dalam hal ini kegunaan pengetahuan agama Islam terhadap
segi kebudayaan.
2. Islam.
Yaitu dienu al-haq, dienu al-qayyim, dienullah, agama wahyu bukan
alamiyah, agama samawi-bukan ardhi, sesuai dengan kodrat
manusia-bukan produk pemikiran manusia, agama akal bukan agama nenek
moyang, bukan sebagai fenomena social, bukan bagian dari kebudayaan;2).
Konsentrasi pada al-Qur'an. (Kito boleh mengatakan agama merupakan
bagian dari kebudayaan apabila yang dimaksud agama itu adalah selain
Islam3)). Islam: ya'lu wa la yu'la alaih.
3. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan, istilah Inggrisnya disebut "culture", dan telah di
Indonesiakan meniadi kultur, yang sama pengertiannya dengan
kebudayaan, atau bila ditulis secara singkat menjadi budaya.
Istilah tersebut dalam bahasa Arabnya "tsagafah". Istilah kebudayaan
sering disejajarkan dengan istilah "peradaban" (berasal dari kata Arab:
adab, yang berarti kesopanan, kehalusan, dan kebaikan budi pekerti. Kalau
kebudayaan diseiaiarkan dengan kultur, maka peradaban diseiaiarkan
dengan civilization (civilisasi). Dalam kajian dan pembahasan para ahli
sering kedau istilah kebudayaan dan peradaban dibedakan, di samping ada
yang menyamakannya. Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat, masalah
kebudayaan dan peradaban hanya soal istilah saja. Istilah peradaban
biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur kebudayaan yang
25
Makalah Seminar dengan Tema : ISLAM dan Sains : Upaya Pengintegrasian Islam dan
Ilmu Pengetahuan di Indonesia.Diselenggarakan oleh FITK UIN JAKARTA Dalam rangka
Hardiknas 02 Mei 2016
126
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
halus seperti kesenian, sopan santun dan sistem pergaulan yang kompleks
dalam suatu masyarakat dengan struktur yang kompleks, tetapi juga istilah
peradaban dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai
sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa sistem kenegaraan, dan ilmu
pengetahuan yang maju dan kompleks. Adapun kesamaannya keduanya
merupakan kreasi dan karya insani ciptaan manusia (man-made).
Konsep dan definisi kebudayaan sudah banyak dibuat oleh para ahli.
Barangkali dapatlah dikatakan bahwa definisi kebudayaanlah yang paling
banyak disusun oleh para sarjana jika dibandingkan dengan definisi-definisi
(ilmu) lainnya yang pernah diciptakan oleh orang. Para sarjana acapkali
mendefinisikan kebudayaan itu menurut visi mereka sendiri-sendiri,
sehingga lahirlah konsep dan definisi tentang kebudayaan itu dengan versi
yang beraneka ragam sekali. Konsep dan defininisi kebudayaan sudah
banyak, sama banyaknya dengan para ahli yang telah pernah dan akan
mendefinisikannya.
Prof. Dr. Koentjaraningrat mempunyai usul yang sama, dengan Dr. J.
Verkuyl (kebudayaan adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh budi
manusia) bahwa kata kebudayaan itu adalah berasal dari bahasa sanskerta
"buddhayah", yang merupakan bentuk jamak dari "buddhi'" yang berarti
budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan dapat diartikan "hal-hal yang
bersangkutan dengan budi dan akal".
Di atas telah dikatakan bahwa kebudayaan itu adalah segala sesuatu
yang diciptakan oleh budi manusia. Jadi kebudayaan adalah khas manusia,
bukan ciptaan binatang atau tanaman, yang tidak mempunyai akal-budi.
Binatang memang mempunyai tingkah laku tertentu menurut naluri
pembawaannya yang berguna untuk memelihara kelangsungan hidupnya,
akan tetapi binatang tidak mempunyai kebudayaan5).
Berbeda dengan pengertian kebudayaan di atas (secara umum), bahwa
kebudayaan sesungguhnya merupakan upaya penjelmaan diri manusia
dalam uusaha menegakkan eksistensinya dalam kehidupan. Manusia adalah
"lapangan eksistensi". Ia hanya dapat dibaca di dalam konteks
kebudayaannya. Lapangan eksistensi itu meliputi pemikiran dan aktifitas
mewujudkan pemikirannya dalam kenyataan di tengah kehidupan
masyarakat. Sebagai penjelmaan diri, maka kebudayaan sesungguhnya
merupakan totalitas hidup manusia. Demikian pula, masalah kebudayaan
sesungguhnya adalah masalah bagaimana manusia mewuiudkan
eksistensinya dalam hidup. Dalam kaitan ini, masing-masing individu saling
berhadapan untuk sama-sama mewujudkan eksistensinya masing-masing,
sehingga konflik-konflik seringkali tidak dapat dihindarkan, bahkan dapat
membawa pada suatu krisis kebudayaan, di mana nilai-nilai yang layak
dipedomani meniadi kabur5). Itulah mengapa Islam sangat berguna untuk
dijadikan barometer, parameter dan al-furqan.
127
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Pembahasan
1. Kebudayaan Moderen (Kontemporer)
Periode modern (1800 - dan seterusnya) merupakan zaman
kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsafkan
dunia Islam akan kelemahannnya dam menyadarkan umat Islam bahwa di
Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan
ancaman bagi Islam6).
Harus diakui bahwa dunia Barat telah maju pesat di bidang ilmu dan
teknologi. Kepesatan kemajuan ilmu dan teknologi Barat telah
menimbulkan kekaguman dan daya pesona, terutama di kalangan yang
disebut negara-negara berkembang. Keterpesonaan terhadap kemajuan
Barat di bidang ilmu dan teknologi modern itu sering menyebabkan
sebagian orang, secara sadar atau tidak, lantas mengidentikkan segala yang
modern itu dari Barat. Assosiasi dan asumsi semacam itu cukup merasuk ke
dalam tulang sumsum sebagian orang, sehingga orientasi pemikiran dan
pola pandangan hidup dan tingkah laku mereka berpolakan Barat7).
Peradaban baru dari Barat selanjutnya kenyataan masyarakat
tersebut di atas dikarenakan krisis yang melanda umat Islam sekarang ini,
yaitu krisis ide atau gagasan (Harun Nasution, hal.14: di periode modern
inilah timbulnya ide-ide pembaharuan dalam Islam). Kaum muslimin dapat
tampil kembali ke atas panggung sejarah, bisa dipercaya, bila diciptakan
kondisi bagi tumbuhnya nilai-nilai ideal Islam dalam merespon segala
kemajuan zaman, ketimbang sekedar mengadakan tangkisan emosional8).
Sebenarnya kebudayaan Barat disebut modern karena ia mampu
mencipta dan mengaplikasi ilmu teknologi modern. Predikat modern yang
melekat pada kebudayaan Barat adalah ditentukan oleh keberhasilannya
mencipta dan mengaplikasi ilmu dan teknologi modern, dan tidak
ditentukan oleh nilai-nilai Baratnya. Kebudayaan apapun di dunia ini bisa
disebut dan menjadi modern jika mampu mencipta dan mengaplikasi ilmu
dan teknologi modern, tanpa mengambil alih nilai-nilai Barat atau menjadi
Barat9). Oleh karena itu seluruh generasi muda Islam umumnya harus dapat
membedakan dan sekaligus menemukan pegangan pendirian yang benar,
baik dari segi ilmiah maupun dari segi aqidah-dieniah, sehingga pengertian
dan pemahaman kita tentang Islam dalam hubungannya dengan
kebudayaan dan peradaban tidak dikaburkan oleh ide-ide yang justru tidak
relevan dengan Islam10).
Krisis rohani dan kekosongan moral yang menimpa manusia yang
hidup dalam kebudayaan modern dewasa ini, tidak lain disebabkan karena
manusia-manusianya telah meninggalkan dan melepaskan ajaran-ajaran
agama. Pelepasan dan penanggalan ajaran Agama dari kehidupan inilah
yang telah melahirkan yang berpandangan hidup sekuler, berkebudayaan
sekuler11).
128
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
129
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
130
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
131
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
132
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
baik buruknya perbuatan manusia diukur dengan ada tidaknya daya hidup
(vitalitas) yang maksimum yang mengendalikan perbuatan itu).
Adapun aliran etika dalam Islam tidak ada, kecuali etika teologi
menurut Islam, (yaitu: "etika yang betul-betul bersumber dari Allah Swt,
yaitu prinrip-prinsip etika yang tercantum dalam firman-firmanNya atau
ajaran-ajaranNya yang disampaikan melalui Utusan-utusaNya).25)
133
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
penjelmaan kesatuan diri yang terdiri dari jasad, hayat dan ruh. (yang
selanjutnya membentuk nafs) ketiganya merupakan faktor pokok bagi
pembentukan kebudayaan. Jasad sebagai sarana perhubungan fisik
dengan alam sekitarnya yang merupakan bahan dasar bagi pembentukan
kebudayan. Hayat sebagai daya hidup yang menggerakkan seluruh potensi
diri dalam proses pembentukan kebudayaan, dan ruh sebagai kekuatan
yang bersifat kreatif, yang memungkinkan munculnya gagasan-gagasan
dalam suatu konsep pembentukan kebudayaan. Dengan demikian visi
pokok al-Qur'an tentang manusia adalah kesatuan diri (dari jasad , hayat,
ruh), kesatuan yang disebut nafs keakuan, merupakan subyek kebu-
dayaan.30). Adapun predikat manusia sebagai khalifah mempunyai
wewenang untuk menentukan pilihan dan bebas untuk menggunakan
akalnya, sedangkan predikat manusia sebagai ‘abdun adalah seorang yang
telah kehilangan wewenang untuk menentukan pilihan dan kehilangan
kebebasan untuk berbuat. Esensi seorang khalifah adalah sebagai
kebebasan dan kreatifitas, sedangkan esensi seorang 'abdun adalah
ketaatan dan kepatuhan.31) Sedangkan hubungan kedua predikat itu
keduanya pada dasarnya merupakan kesatuan yang membentuk
kebudayaan. Seorang khalifah adalah sekaligus sebagai seorang abd
dihadapan Tuhan dan sebagai 'abd manusia mempunyai tuntutan kodrat
alamiahnya yang harus patuh dan tunduk pada hukum-hukum Tuhan.
Dengan demikian, maka kebebasan kreatif yang dimiliki mausia
sebagai khalifah yang diwuiudkan dalam tindakan, membawanya
berhadapan dengan tuntutan kodratnya sebagai 'abd yang menempatkan
posisinya sebagai yang terbatas,oleh karena itu pembentukan kebudayaan
sebagai realisasi diri dari kesatuan khalifah abd haruslah tunduk pada
hukum-hukum Tuhan.32) Dengan kata lain terdapat penegasan al-Qur’an
bahwa yang dilihat pada manusia tidak lain hanyalah amal perbuatan atau
pekerjaannya. Amal (apa yang dikerjakan manusia), yang telah menentukan
eksistensinya. Baik dihadapan Tuhan maupun sesama manusia (QS. 9 : 105).
Pekerjaan atau tindakan manusia merupakan perwujudan sepenuhnya dari
dirinya, mewakili citra dirinya dan menjadi ukuran untuk menilai dirinya.33)
Amal merupakan batu ujian (QS. 11:7, 18:17 dan 30 ; 67:2) hal 87. Amal
(perbuatan manusia) sekaligus merupakan ujian bagi manusia al-Qur'an
menegaskan adanya kebebasan untuk berbuat. Tanpa adanya kebebasan,
tentunya ujian terhadap amal perbuatan itu menjadi tidak bermakna. Oleh
karena itu amal perbuatan manusia pada hakekatnya manusia sendiri yang
sepenuhnya menentukan. dan tidak ada campur tangan Tuhan sedikitpun di
dalamnya, karena jika ada campur tangan Tuhan dalam amal perbuatan
manusia, maka tentunya amal perbuatan itu tidak hanya menjadi ujian bagi
manusia sendiri. Diatas kebebasan itu diletakkan tanggung jawab, agar
kebebasan itu tidak berarti kesewenang-wenangan atas amal perbuatan
134
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Penutup
Analisis penulis, axiologi Islam terhadap kebudayaan, dimana agama
Islam sebagai jantungnya adalah al-Qur'an. maka:
1. Al-Qur’an mempunyai nilai kegunaan (axiologi) terhadap kebudayaan
yaitu sebagai "barometer". Kegunaan Al-Qur'an sebagai barometer
artinya al-Qur’an menjadi sumber dalam suatu proses kehidupan
(yaitu kebudayaan).
2. Sebagai "parameter" terhadap kebudayaan.Sedangkan kegunaan
al-Qur'an sebagai parameter artinya al-Qur'an menjadi tolok ukur
produk manusia yang disebut kebudayaan.
3. Kegunaan Al-Qur'an selanjutnya terhadap kebudayaan adalah
sebagai al-Furqan, yaitu membuat seseorang dapat membedakan
antara nilai-nilai kebudayaan yang Islami dengan nilai-nilai
kebudayaan yang non Islami, baik kebudayaan dalam arti proses
maupun kebudayaan dalam arti produk.
End note
1.
Jujun S.Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. 1992). ha1.5 dan 35.
2.
Drs. Faisal Ismail, Agama Dan Kebudayaan (Bandung: Almaarif, 1982),
ha1.24,66-68, Dr.H.Burhanuddin Daya, A1-Qur'an Dan Pembinaan Budaya
(Yogyakarta: LESFI. 1993),ha1.38,42,44.
135
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
3.
lihat: Drs. Faisal Ismail. Op.cit. ha1.55-57,68.
4.
Ibid., ha1.7-20.
5.
Dr.H. Musa Asy'arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam AlQur'an
(Yogyakarta: LESFI, 1992). hal. 97.
6.
Prof. Dr. Harun Nasution. Pembaharuan Dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang.
1975 ), hal. 14.
7.
Drs.Faisal Ismail, Dinamika Islam Dalam Kebudayaan (Bandung: Almaarif,
1979 ), hal.5.
8.
S Parvez Manzoor, Peradaban Masa Depan Islam (Yogyakarta: LPM UII , 1986),
ha1.31. )
9.
Op-cit., hal. 6 .
10.
Drs. Faisal Ismail, Agama Dan Kebudayaan, Op.cit., hal.4-5.
11.
Drs.Faisal Ismail. Dinamika Islam Dalam Kebudayaan. Op.cit.. hal.8-9.
12.
Ibid., 9.
13.
Dr.Ir.Hidajat Nata Atmadia, Karsa Menegakkan Jiwa Agam, Dalam Dunia
Ilmiah, Verzi Baru Ihva Ulumiddin (Bandung: Almaarif, 1982) hal.83-84.
14.
Drs.Faisal Ismail, Loc.cit.
15.
Ibid, hal.10.
16.
Ibid, hal.11
17.
Ibid, hal.13.
18.
Ahmad Syafii Maarif, A1-Qur'an Realitas Sosial Dan Limbo Sejarah Sebuah
Refleksi,(Bandung: Pustaka 1985), hal.44.
19.
Abdul Basir Solissa, dkk, A1-Qur'an Dan Pembinaan Budaya (Yogyakarta: LESFI,
1993). hal. pengantar, ii-iii.
20.
Ibid. hal. pengantar, iv.
21.
Dr.H. Musa Asy'arie, Al-Qur'an Dan Pembinaan Budaya (Yogyakarta: LESFI.
1993). Hal.2.
22.
Dr.H. Musa Asy'arie. Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam A;- Qur 'an .
Op.ci t hal.9 .
23.
A.A.A.Fyzee, ahli bahasa: Drs.Syamsuddin Abdullah. Kebudayaan Islam,
(Yogyakarta: Bagus Arafah. 1982), hal.28.
24.
Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan Pola Pikir Islam,(Jakarta : Temprin.
1989), hal.33.34.
25.
Dr.H.Hamzah Yagub, Etika Islam Pembinaan akhlak karimah, Suatu
Pengantar. (Bandung: Diponegoro, 1983), hal_15.44-47.
26.
Ibid,hal.98-99, mengtutip: Sir Mohammad Igbal, The Reconstruction of Religios
Thought in Islam (Lahore: SH.Muhammad Ashraf),
27.
Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Islam Abad 21 (Bandung: Mizan, 1.991),
hal. 210.
28.
Dr.H.Musa Asy'ari. Op.cit, hal. 84-85
29.
Ibid. hal. 62-82.
30.
Ibid, hal. 84.
31.
Ibid. hal. 37-38.
32.
Ibid, hal. 51
33.
Ibid, hal. 86.
34.
Ibid, hal. 89.
136
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
35.
Ihid, hal. 90.
36.
Ibid, hal. 91.
Daftar Pustaka
137
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Buchori Muslim
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Islam Negeri (UIN) FITK Syarif Hidayatullah Jakarta
e-mail: buchorimuslim@uinjkt.ac.id
Abstract :This paper aims to lift the mystery about the reappearance
chemical elements and prove the time of triumph muslims related
emergence of the chemical elements that breeds science give much benefit
in the development of knowledge or always known with scientific
methode.We usually alchemic familiar with chemistry indirectly actually has
already appeared at this universe formed evidenced by the big bang theory
that produces a Hydrogen and Helium, this evidence amplified by the word
of God in QS. Al-anbiyaa: 30.The chemical elements other formed through a
cosmic rays, small stars and large stars, supernovae and element that is
man made (non natural). Based on historical development alchemic was
first introduced in the muslims in the 7th century (700-1400 M) as
evidenced by the work of famous muslims as: Jabir ibn Hayyan, Ar-Razi or
Rhazes and Izz Al Din Al Jaldaki that produces 200 title books later adopted
by the european among them: Book Al Ushul Al-Kimyai be Book of the
Compotition of Alchemy and Gebri Arabic Chimia Sive Traditio Summae
Perfectioniset Investigatio Mafisterii; Book Asy-Syam Al-Kamil be Sun of
Perfection, The Work of Geber and Great Arab Alchemist; Book Al-‘Asah be
The Nerves; and Al-Jami be The Universal.Its heyday to the 11th
century.Later on continued by scientists europe in the 13th to 16th, the
renaissance in pelopori by Francisco Bacon (1561-1626) where to gain
knowledge known as scientific method adopted Jabir ibn Hayyan of
experiments conducted, from this born modern chemistry in the 18th
century. Late 19th century chemical divided into several branches as:
Organic Chemistry, Inorganic, Analytic, Nuclear and Physical Chemistry
(Thermodynamics and Electrochemistry).
A. Pendahuluan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) selama ini semakin berkembang
mengikuti perkembangan teknologi. IPA yang biasa kita kenal dengan istilah
science ialah suatu pengetahuan berbasis fakta dan prinsip, yang bertujuan
untuk menjelaskan fenomena alam di sekitar kita. Dalam Longman
138
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
139
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
bulan dan bintang berarah positif seperti arah peredaran matahari yang
terbit di timur lalu naik dan kemudian terbenam di barat.
Adanyarealitas yang demikian membuat paraahli Astronomi
berkesimpulan bahwa tatasurya terbentuk dari material yang berputar
dengan arah negative, hal ini kemudian memunculkan beberapa teori
tentang terjadinya tatasurya sebagai berikut:
1. TeoriNebulaatauteorikabut, yang dikemukakan ole Immanuel Kant
(1749-1827) danPiere Simon de Laplace (1796).
2. Teori Planetesimal, Thomas C. Chamberlin (1843-1928) seorang ahli
Geologi dan Forest R. Moulton (1872-1952) seorangAstronom.
3. Teori Pasang Surut, Sir James Jeans (1877-1946) dan Harold Jeffreys
(1891) keduanya dari Inggris, teori ini hampir sama dengan teori
Planetesimal.
4. Teori Awan Debu, dikemukakan oleh Carl von Weizsaeker (1940)
kemudian disempurnakan oleh Gerard P Kuiper (1950).
5. Teori Bintang Kembar,dikemukakan oleh RA. Lyttleton.
6. TeoriLedakan(Big Bang), George Gamow, Alpherdan Herman.
140
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
141
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
142
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
terdiri dari berbagai elemen yang lebih kecil lagi, yang banyak menentukan
sifat-sifat dari tiap atomnya, yang terutama adalah neutron, proton dan
elektron serta foton. Atom juga memiliki berbagai sifat yang khas, seperti:
massa jenis, titik didih, titik leleh, dan sebagainya. Dan jika sesuatu atom
berada dalam jumlah yang cukup banyak, maka sifatnya yang paling mudah
tampak adalah wujudnya yaitu: padat, cair dan gas.
143
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
144
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
145
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
(Kr), Rubidium (Rb), Stronsium (Sr), Itrium (Y), Zirkonium (Zr), Niobium (Nb),
Molibdenum (Mo), Rutenium (Ru), Rodium (Rd), Paladium (Pd), Perak (Ag),
Kadmium (Cd), Indium (In), Timah (Sn), Antimon (Sb), Telurium (Te), Yodium
(I), Xenon (Xe), Sesium (Cs), Hafnium (Hf), Tantalum (Ta), Wolfram (W),
Renium (Re), Osmium (Os), Iridium (Ir), Platina (Pt), Emas (Au), Air Raksa
(Hg), Tallium (Tl), Bismut (Bi), Polonium (Po), Astatin (At), Radon (Rn),
Fransium (Fr), Radium (Ra), Aktinium (Ac), Praseodimium (Pr), Neodimium
(Nd), Samarium (Sm), Europium (Eu), Gadolinium (Gd), Terbium (Tb),
Disprosium (Dy), Holmium (Ho), Erbium (Er), Tulium (Tm), Iterbium (Yb),
Lutelium (Lu), Torium (Th), Protaktinium (Pa), Uranium (U), Neptunium
(Np), Plutonium (Pu).
Selain proses-proses pembentukan unsur-unsur kimia secara alami
(natural), juga dibuat unsur-unsur yang non alamiah atau buatan
manuasia (non natural), yaitu: Teknesium (Tc), Rutherfordium (Rf),
Dubnium (Db), Seaborgium (Sg), Bh, Hassium (Hs), Meitnerium (Mt),
Prometium (Pm), Amerisium (Am), Kurium (Cm), Berkelium (Bk),
Kalifornium (Cf), Einstenium (Es), Fermium (Fm), Mendelevium (Md),
Nobelium (No), Lawrensium (Lr), Neilsbohrium (Ns), Ununnilium (Uun),
Unununium (Uuu), Ununbium (Uub), Ununtrium (Uut), Ununquadium
(Uuq), Ununpentium (Uup), Ununhexsium (Uuh), Ununseptium (Uus),
Ununoktium (Uuo), Neptunium (Np), Plutonium (Pu).
146
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
mempesona dan sebatang emas yang cukup berat. Jabir bin Hayyan
membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia
menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan,
kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian,
fixation, amalgamasi, dan oksidasi-reduksi. Ada 200 judul buku karya umat
muslim yang diadopsi oleh orang Eropa, diantaranya: Kitab Al Ushul
Al-Kimyai, Kitab Asy-Syam Al-Kamil, Kitab Al-‘Asah, dan Kitab Al-Jami. Masa
kejayaannya berakhir hingga abad ke-11, yang kemudian dilanjutkan
perkembangannya di dunia barat.
147
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
148
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS Al-Mujaadilah: 11).
G. Penutup
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Alkimia sebenarnya
sudah ada sejak alam semesta ini terbentuk, yang dibuktikan dengan teori
big bang dan Al-qur’an, dimana unsur kimia yang pertama kali terbentuk
adalah Hidrogen (H) dan Helium (He). Kalaupun kita mengikuti
perkembangan sejarah, ilmuwan islam lah yang banyak memberikan
kontribusi terhadap perkembangan metode ilmiah (scientific methode), hal
itu dibuktikan oleh banyaknya karya-karya pemikir islam yang di adopsi oleh
ilmuwan barat hingga lahir lah ilmu kimia modern, seperti: kimia organik,
anorganik, analitik, kimia nuklir dan kimia fisik (termodinamika &
elektrokimia). Adapun yang menjadi alasan islam menganjurkan untuk
belajar ilmu kimia ada tiga hal, yaitu: pertama, karena kimia selalu berada
di sekitar kita; kedua, dengan mempelajari ilmu kimia kita jadi mengetahui
ke Maha Besaran Allah SWT; dan ketiga, ilmu kimia merupakan ilmu
pengetahuan, dimana Allah SWT menjanjikan akan mengangkat derajat
orang-orang yang berilmu.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan Terjemahannya
Dalmeri dan Setiadi, Asep. (2008). Perkembangan Ilmu Kimia di Dunia
Muslim (Menggali Sains Islam Tepat Guna). Jurnal Ilmiah Faktor
Exacta, Vol. 1 No. 2.
http://www.ldoceonline.com/dictionary/science
Koento, Wibisono S. (1996). Arti Perkembangan Menurut Filsafat
Positivisme Auguste Comte. Cet. ke-2. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
LaRocco, Chris and Rothstein, Blair. The Big Bang: It sure was Big!!. [Online].
Tersedia:
http://www.umich.edu/~gs265/bigbang.htm. [11 November 2012]
Smale, Karen. (2005). What is Your Cosmic Connection to the Elements?.
[Online]. Tersedia:
http://www.nasa.gov/pdf/190389main_Cosmic_Elements_Poster_Back.pdf
. [21 Oktober 2012]
Wollack, EdwardJ. (2011). TestsofBigBang:TheLightElements. [Online].
Tersedia:
http://www.wmap.gsfc.nasa.gov. [09 November 2012]
149
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Lulu Elmaknun
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email : luluelmaknun@gmail.com
Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah agar siswa mampu membuat out line
karangan dan mengembangkannya menjadi sebuah tulisan narasi. Hal ini
dilakukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar menulis narasi Bahasa
Indonesia pada siswa kelas V MI Hidayatul Ikhwan Kec. Rumpin Kab. Bogor.
Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah hasil
belajar menulis narasi bahasa Indonesia, sedangkan variabel tindakan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran mind
mapping.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan yang berlangsung 2
siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V MI
Hidayatul Ikhwan yang berjumlah 25 siswa. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, dan tes. Validitas data yang
digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Metode analisis
data yang digunakan adalah model analisis interaktif yaitu reduksi data,
sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar
menulis narasi siswa sebelum dan sesudah tindakan. Pada siklus I ada
peningkatan kemampuan menulis narasi dari rata-rata 61,2 menjadi 65,8
dengan ketuntasan klasikal 68% dan pada siklus II ada peningkatan
kemampuan menulis narasi dari rata-rata 65,8 menjadi 73,4 dengan
ketuntasan kalsikal 84%. Hal ini membuktikan bahwa metode mind
mapping dapat digunakan dalam mengembangkan kerangka karangan dan
dapat meningkatkan hasil belajar menulis narasi siswa.
150
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Pendahuluan
Kerangka karangan adalah suatu suatu rencana atau rancangan yang
memuat garis besar atau ide suatu kaya tulis yang disusun dengan
sistematis dan terstruktur.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat menggunakan
metode mind mapping sebagai cara dalam menyusun kerangka karangan
yang padu. Menurut HG. Tarigan bahwa metode apapun yang digunakan
dalam pengajaran bahasa, jelas bahwa tujuan utamanya ialah agar para
siswa pembelajar terampil atau mampu berbahasa26.
Metode mind mapping sangat tepat digunakan dalam pengembangan
kerangka karangan hingga pembelajaran menulis narasi. Metode mencatat
ini, didasarkan pada penelitian tentang cara otak memproses informasi,
bekerja sama dengan otak, dan bukan menentangnya 27 . Saat otak
mengingat informasi, biasannya dilakukan dalam bentuk gambar
warna-warni, simbol, bunyi, dan perasaan28.
Metode
Desain Ptk Model Kemmis & Mc.Taggart
Desain PTK Model Kemmis & Mc.Taggart merupakan pengembangan
dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Hanya saja,
komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan
sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan
oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observing
merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua
kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu
berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga harus
dilaksanakan. Model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart pada
hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu
perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu ; perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian
tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus
pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Jumlah siklus sangat
bergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan.
Pembahasan
Pembelajaran menulis di sekolah dasar dibagi menjadi beberapa
tahapan, untuk kelas rendah atau kelas 1,2 dan 3, pembelajaran menulis
26
Henry Guntur Tarigan.. Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Bandung: Angkasa, 1991.
h, 7
27
DePorter, dkk, Quantum Teaching. Bandung: Mizan Pustaka. 2005,h.176
28
Ibid. h. 176
151
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Level
Pencapaian kompetensi
kompetensi
Level 1 Menulis
1. Menentukan topik/tema karangan berdasarkan
pengalaman siswa
2. Menuliskan hasil identifikasi bagian-bagian dan kriteria
surat undangan melalui analisis contoh surat udangan
3. Menentukan tema, tokoh dan isi dialog yang akan
disusun
Level 2 Menulis
1. Menyusun kerangka karangan berdasarkan tema yang
ditetapkan
2. Menentukan informasi untuk orang lain yang akan
ditulis dalam bentuk surat dengan memperhatikan tata
cara penulisan surat (pembuka, isi penutup) penerima
surat, konteks dan santun berbahsa
3. Mengembangkan kerangka dialog sesuai dengan tema
yang ditetapkan.
Level 3 Menulis
1. Menulis karangan berdasarkan pengalaman melalui
pengembangan kerangka karangan yang sudah disusun
dan dengan memperhatikan pilihan kata dan ejaan
yang benar.
2. Menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama,
kegiatan sekolah, kenaikan kelas, ddll) dengan kalimat
29
Tim penulis, Bahan Belajar Mandiri, Membaca Dan Menulis Di Sekolah Dasar Dan
Teori Pengajarannya, (Bandung : UPI Press, 2006.) Hal 203
152
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Level
Pencapaian kompetensi
kompetensi
efektif dan memperhatikan penggunaaan ejaan.
3. Menulis naskah dialog sederhana antara dua atau tiga
tokoh dengan memperhatikan isi dan pesan serta tanda
baca yang benar.
30
George E. Wishon and Julia M. Burks, Let’s Write English, Revised Edition Narration
P. 378
31
Kamus, Hal 872
32
Parera, Jos Daniel, Menulis Tertib dan Sistematik, (Jakarta: Erlangga, 1993) P.5
33
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Flores:Nusa indah, 1992) P. 136
153
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
34
Ismail marahimin,, Menulis secara Populer, (Jakarta : Pustaka jaya, 1994), p.93
35
Djago tarigan, membina keeterampilan menulis paragraf dan pengembangannya
(bandung: peenerbit angkasa, 1981) hlm 7
36
Buzan, Tony. Mind Map untuk Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2007, h, 4.
37
DePorter, Bobbi, Mark Reardon, & Sarah Singer-Nourie.. Quantum Theaching.
Bandung: Mizan Pustaka. 2005, h 175
154
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
maps are used to generate, visualize, structure, and classify ideas, and as an
aid in study, organization, problem solving, decision making, and writing38.
Mind map atau peta pikiran adalah sebuah diagram yang digunakan
untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas atau
hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak. Peta pikiran juga
digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta
mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar,
berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam
menulis.
DePorter dan Hernacki mengungkapkan bahwa peta pikiran
menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari
ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar,
mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta pikiran ini dapat
membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah39.
Wycoff berpendapat bahwa pemetaan-pikiran atau peta pikiran adalah
alat pembuka pikiran yang ajaib40. Mind mapping atau peta pikiran adalah
cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan
mengeluarkan data dari/ke otak41.
Buzan berpendapat bahwa mind mapping adalah cara mudah menggali
informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam peta pikiran, sistem bekerja
otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kealamian
cara berpikir manusia. Peta pikiran membuat otak manusia ter-eksplor
dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak
manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Dalam peta pikiran, kedua
sistem otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masing. Kemampuan otak
akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang
sebesar-besarnya.Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang
melengkung, akan merangsang secara visual. Sehingga infomasi dari mind
mapping mudah untuk diingat.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, dapat lebih ditegaskan lagi
oleh John W. Budd yang mengungkapkan bahwa : A Mind Map is an outline
in which the major categories radiate from a central image and lesser
categories are portrayed as branches of larger branches. Yang berarti
bahwa peta pikiran (mind mapping) merupakan garis besar dari kategori
utama dan pikiran-pikiran kecil yang digambarkan sebagai cabang dari
38
Wikipedia. Mind Map. http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map. (diakses 13
september 2012).
39
DePorter, Bobbi, & Mike Hernacki. Quantum Learning. Jakarta: Kaifa. 2006, h. 152
40
Joyce Wycof, “Menjadi Super Kreatif Melalui Teknik Pemetaan Pikiran”,
http://kaifa.mizan.com/index.php?fuseaction=buku_full&id=2772 (diakses pada 13
September 2012)
41
Edward, Op.Cit, h. 64
155
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
cabang pikiran yang lebih besar. Dengan peta pikiran daftar informasi yang
panjang dapat dialihkaan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan
mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam
melakukan berbagai hal42.
Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah definisi bahwa teknik mind
mapping adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang
digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai
imajinasi kreatif.
42
John W. Budd, Mind Maps as Classroom Exercises.
http://www.legacy-irc.csom.umn.edu/faculty/jbudd/mindmaps/mindmaps.pdf. (diakses 13
September 2012)
156
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Hasil Penelitian
Secara garis besar perbandingan antara jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar menulis narasi pada kondisi awal sebelum tindakan,
siklus I dan siklus II ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :
157
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
158
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
159
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Refleksi
Siswa masih terpaku dengan cerita yang dibacakan oleh guru. Sehingga
tulisan narasi yang dihasilkan masih sangat terpaku pada contoh. Siswa
sepertinya belum mengerti bahwa mereka diminta menceritakan
pengalaman mereka dengan sahabat mereka. Dari hasil tes menulis pada
tindakan pertama siklus pertama ini, para siswa belum betul-betul menulis
sesuai dengan harapan. Kebanyakan dari mereka malah mengulang cerita
yang telah dibacakan, bedanya mereka mengganti nama tokoh Zaki dengan
nama sahabatnya sendiri. Jadi cerita yang mereka buat berakhir dengan
kepindahan sahabatnya tersebut ke Bandung.
Dalam membuat kerangka karangan pun mereka masih sangat
terbatas.dari sini guru menyimpulkan bahwa pembelajaran menulis narasi
bahasa indonesia melalui metode Mind Mapping masih sangat kurang atau
160
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
161
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
162
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Refleksi
Secara umum pembelajaran berlangsung tertib dan kondusif. Guru bisa
menguasai kelas dan mengelola waktu pembelajaran dengan baik. Siswa
juga aktif dan bersemangat. Namun setelah hasil menulis narasi dikoreksi.
Hasilnya belum memuaskan. Para siswa memang sudah tidak lagi terpaku
dengan ceita Zaki seperti pada pertemuan pertama. Para siswa juga sudah
bagus dalam membuat kerangka karangan, akan tetapi tujuan guru
meminta siswa menceritakan pengalaman mereka bersama sahabat
mereka sendiri belum tercapai. Sepertinya masih bingung dengan tugas
menulis narasi tentang sahabat mereka sendiri. Karena yang terjadi siswa
malah menulis sebuah karangan imajenasi bersama teman-teman yang ada
di gambar yang telah guru berikan. Padahal gambar tersebut hanya contoh
dan pengalihan dari cerita tentang Zaki.
Karena gambarnya dibagikan oleh guru (bukan siswa yang memilih), ada
juga siswa yang kecewa karena dia tidak mendapatkan gambar anak
perempuan, melaiknkan gambar anak laki-laki. Padahal siswa tersebut ingin
mendapat media gambar yang gambarnya anak perempuan.
Refleksi dari hasil menulis narasi pada pertemuan kedua siklus pertama ini
sebetulnya sudah cukup baik, namun belum 75% siswa mencapai KKM yaitu
65. Maka penelitian dilanjutkan pada siklus kedua. Untuk selanjutnya media
gambar yang disajikan tidak dibeda-bedakan. Dan tema untuk pertemuan
selanjutnya diubah menjadi PERKEMAHAN dengan alasan para siswa sudah
pernah memiliki pengalaman berkemah.
Siklus / Tindakan : II / 1
163
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
164
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
165
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Siklus / Tindakan : II / 2
09.00 – 09.30 Salah satu siswa (Tio) membacakan hasil karya salah
seorang temannya (Arifin) siswa merespon dengan antusias
166
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Refleksi
Pada pertemuan kedua siklus kedua ini guru telah mengajarkan metode
Mind Mapping dengan sangat baik. Siswa juga sudah memperoleh skor atau
nilai yang ditargetkan. Oleh karena itu, penelitian tindakan pada siswa kelas
V ini dinyatakan selesai.
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
dua siklus selama empat kali pertemuan, maka dapat ditarik simpulan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping dapat
meningkatkan:
1. Kualitas proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V MI
Hidayatul Ikhwan. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis
narasi tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata
kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran menulis narasi
dengan metode Mind Mapping. Dengan demikian, penggunaan metode
Mind Mapping dalam pembelajaran menulis narasi dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V MI
Hidayatul Ikhwan.
2. Hasil belajar menulis narasi pada siswa kelas V MI Hidayatul Ikhwan.
Peningkatan hasil belajar menulis narasi tersebut dapat dibuktikan
dengan meningkatnya nilai hasil belajar menulis narasi pada setiap
siklusnya yaitu: sebelum tindakan nilai rata-rata hasil belajar menulis
narasi siswa 61,6, siklus I nilai rata-rata hasil belajar menulis narasi siswa
65,6 dan siklus II nilai rata-rata hasil belajar menulis siswa 74,52. Tingkat
ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal sebanyak 6 siswa atau 24%,
pada siklus I yaitu 16 siswa atau 64%, dan pada siklus II sebanyak 22
siswa atau 88 %. Dengan demikian, penggunaan metode Mind Mapping
dalam pembelajaran menulis narasi dapat meningkatkan hasil belajar
menulis narasi pada siswa kelas V MI Hidayatul Ikhwan.
167
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat diketahui
bahwa dengan metode Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar
menulis narasi siswa kelas V MI Hidayatul Ikhwan. Sehubungan dengan
penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai
berikut:
Dari hasil rata-rata yang diperoleh bahwa dalam penelitian ini, hasil
belajar siswa terhadap materi menulis narasi pada pembelajaran Bahasa
Indonesia dan aktifitas atau kegiatan proses pembelajaran menjadi
meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan hasil belajar menulis narasi
siswa dalam mengungkapkan pikiran dan gagasannya, interaksi dengan
guru maupun kerjasama dengan siswa lain. Dengan partisipasi siswa dalam
pembelajaran yang meningkat, kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan
pada akhirnya hasil belajar menulis narasi pada siswa kelas V MI Hidayatul
Ikhwan meningkat.
Daftar Pustaka
Budd, John W. Mind Maps as Classroom Exercises.
http://www.legacy-irc.csom.umn.edu/faculty/jbudd/mindmaps/mind
maps.pdf. (diakses 13 September 2012)
Buzan, Tony. Mind Map untuk Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2007,
DePorter, Bobbi, Mark Reardon, & Sarah Singer-Nourie. Quantum Teaching.
Bandung: Mizan Pustaka. 2005,
DePorter, Bobbi, & Mike Hernacki. Quantum Learning. Jakarta: Kaifa. 2006,
Edward, Caroline. Mind Mapping untuk anak sehat dan cerdas. Sakti:
Yogyakarta,
Franz, Catherine. Mind Maping,
http://www.roseindia.net/articles/mind-mapping-journal.page
(diakses pada 13 September 2012)
Johnson, Elaine B. Contextual Teaching & Learning, Menjadikan Kegiatan
Belajar Mengajar Mengasyikkan dan bermakna, Terj. dari Contextual
Teaching and Learning: what it is and why it’s here stay oleh Ibnu
Setiawan, Bandung: Mizan Learning Center, 2006
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Tim Prima Pena, gita media press),
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi, Flores:Nusa indah, 1992
Parera, Jos Daniel, Menulis Tertib dan Sistematik, Jakarta: Erlangga, 1993
Tarigan, H.G. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung
Angkasa, 1986
Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Bandung: Angkasa,
1991.
168
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Wishon, George E. and Julia M. Burks. Let’s Write English, Revised Edition
Narration
Wycof, Joyce. “Menjadi Super Kreatif Melalui Metode Pemetaan
Pikiran”,http://kaifa.mizan.com/index.php?fuseaction=buku_full&id=
2772 (diakses pada 13 September 2012)
169
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
PENDAHULUAN
Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor determinan bagi
keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Dengan
sumber daya manusia yang berkualitas, bangsa Indonesia diharapkan
mampu bersaing di abad 21, suatu era ilmu pengetahuan yang sarat dengan
beragam tantangan, keterbukaan, percepatan informasi dan teknologi
bahkan kompetisi yang berdimensi global. Kondisi tersebut tentu saja
mengharuskan adanya sumber daya manusia yang unggul (uberrmensch)
partisipatoris, bermartabat dan berakhlak mulia..
Pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan suatu
proses berkesinambungan sejak usia dini. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam
pembangunan sumberdaya manusia. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
170
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
171
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
172
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
173
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
dan aturan-aturan dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai agama dan
aturan atau moral yang berlaku.
KECERDASAN SPRITUAL
Kecerdasan Spritual (SQ) yang memadukan antara kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emocional menjadi syarat penting agar manusia
dapat lebih memaknai hidup dan menjalani hidup penuh berkah (Iskandar,
2009). Pada bagian awal abad kedua puluh, paradigma kecerdasan yang
diterima umum adalah kecerdasan intelektual (IQ) yang bersandar pada
rasio-intelektual. Sekitar pertengahan tahun 1990, Daniel Goleman
memperkenalkan paradigma baru yang disebutnya Emotional Quotient (EQ)
atau kecerdasan emosional yang mengukur kemampuan seseorang dari
aspek pengendalian dan pengembangan emosional dalam melakukan
kegiatan. Dan pada awal tahun 2000, Zohar dan Marshall, memperkenalkan
Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual yang disebutnya sebagai
puncak kecerdasan (the ultimate intelligence). SQ berpusat pada ruang
spiritual yang memberi kemampuan untuk memecahkan masalah dalam
konteks nilai penuh makna.
Sudirman Teba memaknai kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan
jiwa, suatu kecerdasan yang dapat membantu seseorang menyembuhkan
dan membangun diri secara utuh.
Sedangkan kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar adalah
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan
nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup seseorang
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan
dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan
IQ dan EQ secara efektif. Bahkan, SQ merupakan kecerdasan tertinggi
seseorang .
Suharsono mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah suatu
kecerdasan yang menghasilkan karya kreatif dalam berbagai kehidupan,
karena upaya manusia yang suci bertemu dengan inspirasi Ilahi.
Sedangkan Ari Ginanjar menyatakan bahwa kecerdasan spiritual
adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran,
perilaku, dan kegiatan, serta mampu mensinergikan kecerdasan intelektual
(IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasanspiritual (SQ) secara
komprehensif.
Merujuk pada masa usia dini adalah masa yang paling strategis bagi
anak untuk mengembangkan potensinya, maka kecerdasan spiritual ini ini
perlu dikembangkan sejak usia dini, sehingga pengembangan kecerdasan
intelektual dan emosional anak akan berbasis spiritual.
174
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
175
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
176
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
177
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
178
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
179
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
180
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
PENUTUP
Integrasi Islam dalam pendidikan Anak Usia Dini dilakukan
dengan menanamkan nilai kecerdasan spiritual pada seluruh aspek
pengembangan Anak Usia dini. Integrasi kecerdasan Spritual ini
dilaksanakan oleh Pendidik dalam setiap kegiatan pembelajaran Anak Usia
Dini. Nilai-nilai kecerdasan spiritual ini mencakup: 1) Integrasi Spritual
Keagamaan, bertujuan: terbentuk kecintaan Anak Usia Dini kepada Allah
dan selalu bersyukur kepadaNya. Sehingga terbentuk kepribadian yang
selalui mencintai dan mentaati ajaran-ajaran agama. 2). Integrasi Relasi
Sosial Keagamaaan, bertujuan: dapat mengembangkan sikap kepedulian
sosial anak dan ikhlas, sehingga anak akan memiliki perilaku sosialitas yang
berbasis spritual. dapat mengembangkan sikap kepedulian sosial anak dan
ikhlas, sehingga anak akan memiliki perilaku sosialitas yang berbasis
spritual. 3). Integrasi Etika Sosial bertujuan: Membiasakan anak untuk
berlaku jujur, dapat dipercaya, sopan, menghargai orang lain dan
mengerti perasaan orang lain, saling menghargai, toleran, anti kekerasan.
bertanggung jawab dan disiplin, sehingga terbentuk kepribadian anak yang
Islami.
181
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
182
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Sapiudin Shidiq
Dosen PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H. Juanda
no. 95 Ciputat Jakarta Selatan
E-mail: sapiudin09@gmail.com
183
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
43
Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi Holistik, Bandung: Arasy
PT Mizan Pustaka bekerka sama dengan UIN Press, 2005, h. 20
44
Muhammad Iqbal, The reconstruction of religious Thought in Islam (New Delhi:
Kitab Bhavan, 1981), h. 56-57. Lihat Mulyadhi Kartanegara, Integrasi, h.21
184
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
B. Pembahasan
1. Adakah “Ilmu Islam” dan “tidak Islam”?
Pertanyaan di atas muncul dari sebuah ketidak puasan kelompok yang
mempertanyakan legitimasi istilah “sains islami” dengan argumen seperti
disebut di muka bahwa di masa lalu tidak pernah istilah itu muncul.
Jawabannya, jika para ilmuwan muslim masa lalu tidak pernah
menggunakan istilah tersebut terhadap temuan mereka itu disebabkan
kebutuhan akan hal itu belum muncul. Istilah “islami” diperlukan ketika
harus dibedakan antara sesuatu yang dipandang “islami” dan yang “tak
islami”45
Di zaman modern kebutuhan akan defnisi “islami” diperlukan bagi
siapa saja yang sudah mengenal sains Islam dan sains modern, karena
kedua model sains ini tidak memiliki sifat dan karekter filosofis yang sama
meski terdapat tokoh muslim seperti al-Afhgani berargumen bahwa tidak
ditemukan perbedaan sifat dan karekater antara sains modern dan sains
Islam yang dihasilkan oleh para saintis muslim seperti al-Farabi dan Ibnu
Sina. Nampaknya pendapat Afghani dapat dibenarkan terkait dengan sifat
dan peran metodologi ilmiah dan sifat rasional karena sains modern
memang dipandang sebagai kelanjutan dari tradisi keilmuan Islam. Hanya
saja dalam hal lainnya seperti relevansi metafisika dan etika spritual, sains
modern secara sadar meninggalkan jalan sains islam demi menempuh jalan
sekuler yang berujung kepaada sains yang benar-benar mandiri dan
terpisah dari agama. Dengan kata lain sains modern sebagiannya
melanjutkan dan sebagian lagi berbeda dari sains Islam.46
Ketika sains modern semaki berkembang seperti sekarang ini dan
dalam proses penampakan jatidirinya banyak bertentangan dengan norma-
norma keilmuan dalam budaya intelektual islam maka semakin perlu untuk
membedakan antara sains yang islami dan yang tidak islami. Bukan hanya
terbatas pada domain sains saja terdapat juga kepedulian intelektual untuk
45
Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Persepektif Islam tentang Agama dan Sains,
Bandung: Pustaka Hidayah, 2008, h. 31
46
Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Persepektif, h. 33-34
185
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
membedakan pada wilayah lain antara yang “islami dan “tak islami” maka
muncullah istilah yang sering didengar dengan pendidikan Islam, ekonomi
Islam, keuangan Islam, arsitektur Islam, politik Islam dan label makanan
halal. Klaim terhadap label-label “islam” tersebut didasari pula oleh
sebuah argumen populer bahwa Islam adalah jalan hidup yang sempurna
bahkan Islam adalah sebuah peradaban yang menyeluruh dan integral yang
dapat dipedomani oleh kehidupan muslim secara pribadi dan masyarakat.
Dalam konteks ini Islam adalah sebuah agama paripurna yang
mengilustrasikan tentang pendidikan holistik yang tidak saja membina
dimensi spritual kegamaan juga berbagai dimensi fisik, psikologis, sosial
bahkan keindahan.47
Namun klaim terhadap “sains islam” dan yang lainnya bukanlah tanpa
serangan. Tidak sedikit muslim yang menentang istilah sains islam dengan
argumen bahwa hanya satu bentuk sains untuk semua budaya dan
peradaban sains itu bersifat netral atau bebas nilai. Maka bagi yang
berpandangan seperti itu tidak banyak artinya membicarakan sains Islam,
sains Kristen atau sains Budha. Namun klaim bahwa sains itu bersifat netral
juga tidak dapat dibenarkan sepenuhnya sebagaimana diperkuat oleh
Osman bakar bahwa sains tidaklah bebas nilai dan tidak sepenuhnya
universal. Secara praktis setiap aspek sains yang dibentuk dan diwarnai oleh
sistem nilai Islami, dalam hal ini juga berlaku pada semua sains dalam
berbagai budaya dan peradaban lainnya termasuk sains barat modern.
Maka ketika sains modern semakin berkembang seperti sekarang ini maka
identitas “islam” diperlukan karena sains modern dalam proses
penampakan jati dirinya sudah banyak bertentangan dengan norma-norma
keilmuan dalam budaya intelektual Islam.
47
Dede Rosyada, Islam dan Sains Upaya Pengintegrasian Islam Dan Ilmu
Pengetahuan di Indonesia, Jakarta: RM Books, 2016, h. 5
186
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
48
Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Persepektif, h. 150
49
Dede Rosyada, Islam, h. 18
187
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
berujung kepada sains yang benar-benar mandiri dan terpisah dari agama.
Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab dikotomi Ilmu Islam
dan tak Islam (sekuler).
Ilmuwan sekuler dalam sikap ilmiahnya terhadap validitas informasi
hanya berdasar kepada kekuatan pengamatan indrawi, karena bagi mereka
satu-satunya sumebr ilmu adalah pengalaman empiris melalui persepsi
indrawi lebih khusus melalui metode induksi. 50 Metode deduksi yang
ditempuh oleh akal sering dicurigai sebagai apriori yang pembenarannya
tanpa sebuah pengalaman. Dalam metode ilmiah modern, akal dijadikan
sebagai alat bantu dalam memutuskan valid tidaknya pengamatan indra
yang dilakukan. Mereka beranggapan bahwa pencapaian nalar (akal) yang
paling tinggi adalah filsafat akan tetapi filsafat itu masih dipandang
spekultaif untuk bisa mengkontruksi bangunan ilmu seperti yang dituntut
oleh kaum positivis. Namun bagi kaum ilmuwan muslim luasnya
penggunaan logika tidak memebawa kepada rasionalisme sekuler yang
memberontak terhadap agama demikian pula luasnya praktek eksperimen
tidak lalu mereka memandang penagalaman inderawi sebagai satu-satunya
sumber ilmu pengetahuan.51 Pengalaman intuisi dianggap sepi oleh kaum
sekular hanya sebagai sebuah ilusi belaka. Sementara bagi kaum beragama
intuisi dipandang sebagai sumber pengetahuan (ma’rifah) yang dengannya
para mistikus memperolah limpahan cahaya ilahi dan melalui intuisi suci,
sang anabi dapat menerima wahyu.
Konsekuensi dari penggunaan indra dan akal yang terlepas dari
bimbingan wahyu maka menurut ilmuan sekuler bahwa obyek-obyek ilmu
yang sah adalah keseluruhan sesuatu yang dapat diobservasi dan diamati
oleh indra.52 Dengan demikian imu-ilmu yang obyeknya tidak dapat
diobservasi dianggap tidak sah sebagi obyek ilmu. Penolakan ini misalnya
dapat dilihat dari pandangan filosof logika positivime yang menganggap
segala pernyataan yang tidak memiliki padanan obyek empirismnya dinilai
nonsen. Dengan demikian kaum sekuler merumuskan pandangannya
terhadap kebenaran dan realitas bukan berdasarkan kepada ilmu wahyu
dan dasar-dasar keyakinan agama tetapi kepada tradisi kebudayaan yang
diperkuat oleh dasar-dasar filosofis. Itulah sebabnya ilmu serta nilai-nilai
yang memancarkan pandangan alam (worldview) dan mengarahkan
peradaban kehidupan akan senantiasa ditinjau ulang dan berubah. 53
50
Mulyadhi Kartanegara, Integrasi, h. 23
51
Osman Bakkar, Tauhid, h. 73
52
Mulyadhi Kartanegara, Menembus.Batas Waktu: Panorama Filsafat Islam, Bandung:
Mizan, 2002, h. 58.
53
Syed Muhammad Naquib Attas, , al, Islam And Secularism (Islam Dan
Sekularisme) penerjemah. Khalif Muammar, Bandung: Institut Pemikiran Islam dan
Pembangunan Insan (PIMPIN), 2010, h. 172
188
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
54
Sejarah singkat, Al Faruqi dilahirkan di Jaffa Palestina pada tahun 1921 tanggal 1
Januari 1921. Pada tahun 1949 al Faruqi berhasil meraih gelar doctornya diperolehnya di
Indiana University.Tujuh Belas Ramadhan 1406/1986, al-Faruqi meninggal dunia akibat
pembunuhan orang tak dikenal dirumahnya. Banyak prestasi akademik yang dihasilkan oleh
al-Faruqi dan diantara buah ytangannnya yang terkenal dalam bidang islamisasi ilmu adalah
karyanya yang berjudul islamization of Knowledge: General Prinsiple and Worksplan (1982).
Pada dasarnya semua pelopor ide Islamisasi ilmu, khususnya al-Attas, al-Faruqi dan Nasr
termasuk al-Faruqi menyakini bahwa ilmu itu bukanlah netral atau bebas nilai. Tujuan usaha
mereka adalah sama dan konsep Islamisasi ilmu yang mereka bawa adalah bertunjangkan
kepada prinsip metafisik, ontologi, epistemologi dan aksiologi Islam yang berpaksikan
konsep tauhid. http://www.rangkumanmakalah.com/pemikiran-ismail-raji-al-faruqi-dalam-
pendidikan.
189
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
55
http://www.rangkumanmakalah.com/pemikiran-ismail-raji-al-faruqi-dalam-pendidikan/
56
Lebih lanjut, al-Attas berarugumen bahwa ilmu pengetahuan modern, secara
keseluruhan dibangun, ditafsirkan, dan diproyeksikan melalui pandangan dunia, visi
intelektual, dan persepsi psikologis dari kebudayaan dan peradaban Barat. Jika pemahaman
ini merasuk ke dalam pikiran elite terdidik umat Islam, maka akan sangat berperan
timbulnya sebuah fenomena berbahaya yang diidentifikasikan oleh al-Attas sebagai
“deIslamisasi pikiran-pikiran umat Islam”. Lihat Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational
Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas, diterjemahkan oleh Hamid
Fahmy dkk, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas, Bandung: Mizan,
1988), h. 333-334
57
Ismail Raji al-Faruqi, Islam and secularism, Kuala Lumpur: ABIM, 1984, h. 17. Lihat
juga Nunu, Ilmu Kalam, h. 227
58
Umi, Islamisasi Sains Perspektif UIN Malang, dalam Inovasi, Majalah Mahasiswa UIN
Malang, edisi 22, 2005 h. 25
190
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
59
Mohammad Fadhil Al-Jamaly, Falsafah al-Tarbiyah fi al-Qur’an (terj. Filsafat
Pendidikan dalam al-Qur’an), (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986), cet. 2, h. 2
60
Jumlah keseluruhan 150 SKS dirinci ke dalam empat mata kuliahh penciri: 1. Mata
kuliah penciri nasional sebesar 7 SKS, 2. Penciri Universitas sebesar 17 SKS, 3. Penciri
Fakultas sebesar 43 SKS dan 4. Penciri Jurusan sebesar 83 SKS. (Lihat Fakulty of Tarbiyah and
Teachers Training UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, Self Assessment Report Islamic Education
Study Program, 2015, h. 18)
191
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
61
Lihat Fakulty of Tarbiyah and Teachers Training UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, Self
Assessment Report Islamic Education Study Program, 2015, h. 22
192
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Jurusan PAI masih sebatas subyek bukan pada konten. Dengan demikian
ilmu-ilmu keislaman dan umum masih terlihat masih terpisah dan berdiri
sendiri-sendiri sesuai dengan bangunan filosofisnya. Idealnya integrasi juga
menembus pada ranah konten, ilmu-ilmu umum seperti sosiologi,
pancasila, ilmu pendidikan PPKN dan sebaginya harus diintegrasikan dalam
pembelajarannya dengan nilai-niali keislaman yang tercermin dalam
kerangka ketauhidan. Sehingga mahasiswa terlindungi dari ilmu yang
tercemar oleh bahaya sekuler. Dengan demikian diharapkan mahasiswa
dapat mengembangkan kepribadian muslim yang diperkokoh oleh nilai
keimanan kepada Allah.
62
Hasan Langgulung, , Manusia Dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Dan
Pendidikan, cetakan ke-2, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986, h. 34
63
Hasan Langgulung, Manusia, h. 34
193
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
64
Omar Muhammad. Toumy al-Syaibany, Falsafah al-Tarbiyah al-Islâmiyah
(Falsafah Pendidikan Islam), Terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h.524-526
194
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
contoh ini memang benar tapi dilihat dari sosiologisnya tidak keontekstual
karena Indonesia bukan negara padang pasir.
D. Model Integrasi PAI dan Metode Pembelajaran
Bicara tentang PAI tidak bisa dilepaskan dengan konteks proses
pembelajaran. Maka tujuan pembelajaran dapat tercapai jika dosen mampu
mengintegrasikan metode dalam pembelajaran. Dosen di Jurusan PAI
tidak sepantasnya tersandera oleh metode pembelajaran konvensional
yaitu metode ceramah dan hapalan tapi mampu mengintegrasikan dengan
metode-metode pembelajaran modern yang memposisikan mahasiswa
sebagai pembelajar aktif dan kreatif. Dalam pembelajaran modern,
mahasiswa dituntut sebagai problem solver sedikitnya membutuhkan tiga
metode pembelajaran yang harus terintegrasi yaitu metode penugasan,
diskusi dan tanya jawab.
Dalam pembelajaran ilmu keislaman seperti mata kuliah Ushûl Fiqh,
metode resitasi dapat digunakan dalam penugasan kepada mahasiswa
untuk membaca dan memahami tentang materi ushul fiqh sebelum
perkuliahan dimulai. Tidak sebatas itu, mahasiswapun ditugaskan untuk
mencari persoalan yang mungkin dapat dimunculkan dari meteri tersebut.
Metode yang dapat memupuk sikap kemandirian dan rasa tanggung
jawab tersebut bukan tanpa kendala, metode ini sering diabaikan dalam
pekerjaannya oleh mahasiswa. Persoalan yang dicatat dari hasil penugasan
mahasiswa dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok. Setelah
diskusi di tingkat kelompok sudah selesai beberpa menit, kemudian
dilanjutkan kepada diskusi diskusi pleno. Pada diskusi gabungan ini setiap
perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi kelompoknya
masing-masing untuk dipecahkan
Metode diskusi ini dinilai cukup efektif untuk mendorong
mahasiswa menemukan masalah dan pemecahannya. Keterlibatan
mahasiswa dalam forum diskusi diarahkan untuk mencari kebenaran bukan
pembenaran yang didasari oleh logika yang benar. Penggunaan metode
ini terlihat efektif untuk memecahkan permasalahan yang ditemukan
dalam keseharian, mereka tertantang untuk berpikir kreatif dalam
mengetahui unsur-unsur kesamaan di antara kasus yang berbeda dan dapat
menyingkap hubungannya. Merekapun mampu mengorganisasi
beberapa informasi dan data sehingga dapat menarik kesimpulan.
Nampaknya, metode diskusi ini relevan sebagai sarana kreatifitas
pengembangan potensi akal. Hal ini dikuatkan oleh Oleh Utsman Najati
yang mengatakan bahwa “ psikolog berkesimpulan bahwa berpikir
melalui diskusi merupakan aktifitas belajar paling tinggi.”65
65
Muhammad Utsman Najati, The Ultimate Psychology (Psikologi Sempurna Ala Nabi
SAW) penerjemah: Hedi Fajar, Bandung: Pustaka Hidayah, 2008, h. 180
195
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
66
Abuddin Nata, Persepektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Prenada
Media Group, 2011, h. 185
196
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
C. Penutup
Kemajuan Ilmu pengetahuan modern yang berkembang saat ini
semakin memperlihatkan jati dirinya sebagai ilmu yang “bebas nilai” yang
ditempuh melalui jalan sekuler. Netralisasi ilmu semacam ini dapat
berujung kepada sains yang benar-benar mandiri dan terpisah dari agama.
Kenetralannya dapat diibaratkan sebilah pisau yang bisa digunakan untuk
pekerjaan yang bermanfaat tapi di sisi lain bisa juga untuk pekerjaan yang
merugikan. Karakter inilah yang kemudian salah satu penyebab dikotomi
Ilmu Islam dan tidak Islam (sekuler). Subjek-subjek itu bukan hanya
dibelajarkan di Jurusan-Jurusan Umum tapi juga sebagiannya dibelajarkan
di Jurusan keislaman seperti di Jurusan PAI. Pembiaran terhadap ilmu
sekuler yang terus merasuk ke dalam pikiran calon pendidik sangat
berperan melahirkan sebuah fenomena yang diidentifikasikan sebagai
“deislamisasi pikiran-pikiran umat Islam”. Disnilah pentingnya akan usaha
Islamisasi yang berangkat dari sebuah kesadaran religi terhadap tauhid yang
merupakan sumber dari semangat ilmiah dalam seluruh wilayah
pengetahuan. Maka dalam konteks pendidikan Islam sulit untuk menerima
gagsan hanya ilmu umum yang ilmiah atau lebih ilmiah dari ilmu-ilmu
lainnya. Demikian pula gagasan obyektivitas yang begitu essensial dalam
kegiatan ilmiah tidak dapat dipisahkan dari kesadaran religius dan spiritual.
Sistem keilumuan di Jurusan PAI masih terlihat dikotomi antara
bidang ilmu keislaman dan ilmu umum (sekuler). Islamisasi terhadap bidang
keilmuan sekuler perlu untuk dilakukan. Islamisasi. Usaha tersebut bukan
sekedar ayatisasi namun dalam pembelajarannya dbutuhkan usaha kreatif
dosen dan mahasiswa dalam menghubung-kaitkan konten ilmu-ilmu sekuler
dengan ketauhidan dan akhlak Islami begitu juga sebaliknya ilmu-ilmu
keislaman dapat dintegrasikan dengan sains yang mampu memperkokoh
obyektifitas ilmu-ilmu keislaman. Oleh karena itu bukan hanya diperlukan
dosen keislaman yang berwawsan sains dan dosen sains yang berwawasan
keislaman tapi tak kalah pentingnya adalah ketersediaan literatur
ilmu-ilmu sekuler yang berbasis nilai ketauhidan dan etika Islam.
197
Islam & Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Daftar Pustaka
198