Anda di halaman 1dari 24

Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan
Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI)
serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya.
Efektif 1 Januari 2015 yang berlaku di Indonesia secara garis besar akan konvergen dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS) yang berlaku efektif 1 Januari 2014. DSAK IAI
telah berhasil meminimalkan perbedaan antara kedua standar, dari tiga tahun di 1 januari 2012
menjadi satu tahun di 1 Januari 2015. Ini merupakan suatu bentuk komitmen Indonesia melalui
DSAK IAI dalam memainkan perannya selaku satu-satunya anggota G20 di kawasan Asia
Tenggara.
Selain SAK yang berbasis IFRS, DSAK IAI telah menerbitkan PSAK dan ISAK yang merupakan
produk non-IFRS antara lain, seperti PSAK 28 dan PSAK 38, PSAK 45, ISAK 25 dan ISAK 31.
Diharapakan dengan semakin sedikitnya perbedaan antara SAK dan IFRS dapat memberikan
manfaat bagi pemanggku kepentingan di Indonesia. Perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik,
regulator yang berusaha menciptakan infrastruktur pengaturan yang dibutuhkan, khususnya dalam
transaksi pasar modal, serta pengguna informasi laporan keuangan dapat menggunakan SAK
sebagai suatu panduan dalam meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan dalam laporan
keuangan.
Penyusunan dan pencabutan SAK wajib mengikuti due process procedure yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Organisasi Ikatan Akuntan Indonesia. Proses tersebut meliputi : identifikasi isu;
konsultasi isu dengan Dewan Konsultatif SAK (DKSAK) (jika diperlukan); melakukan riset terbatas;
pembahasan materi SAK; pengesahan dan publikasi exposure draft; pelaksanaan public hearing;
pelaksanaan limited hearing (jika diperlukan); pembahasan masukan publik; dan pengesahan SAK.
Sedangkan penyusunan buletin teknis dan annual improvements tidak wajib mengikuti keseluruhan
tahapan due process procedure.

PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan


276
PENGANTAR
PSAK 1 Tentang Penyajian Laporan keuangan telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan pada tanggal 19 Desember 2013.
PSAK ini merevisi PSAK1 tentang Penyajian Laporan keuangan yang telah diterbitkan pada tanggal
15 Desember 2009.
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material.

PENGANTAR PENYESUAIAN
Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan penyesuaian atas PSAK 1 tentang
Penyajian Laporan Keuangan pada tanggal 27 Agustus 2014.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 1


PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
Pernyataan ini mengatur persyaratan penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan
persyaratan minimal isi laporan keuangan. Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan SAK. Pernyataan ini tidak berlaku
bagi penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah.
Komponen laporan keuangan lengkap terdiri dari:
(a)           laporan posisi keuangan pada akhir periode;
(b)          laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode;
(c)           laporan perubahan ekuitas selama periode;
(d)          laporan arus kas selama periode;
(e)          catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan
informasi penjelasan lain;
(ea)    informasi komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya sebagaimana ditentukan dalam
paragraf 38 dan 38A; dan
(f)         laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas menerapkan
suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos
laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya
sesuai dengan paragraf 40A-40D.
Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2015. Entitas menerapkan penyesuaian paragraf 128 dan secara prospektif untuk
periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015.

PSAK 2 Laporan Arus Kas


51
PENGANTAR
PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada
tanggal 22 Desember 2009.
PSAK 2 ini merevisi PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas yang telah dikeluarkan pada tanggal 7
September 1994.
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material.

PENGANTAR PENYESUAIAN
Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan penyesuaian atas PSAK 2 tentang
Laporan Arus Kas pada tanggal 27 Agustus 2014.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 2


LAPORAN ARUS KAS 
Tujuan Pernyataan ini adalah mensyaratkan ketentuan atas informasi mengenai perubahan historis
dalam kas dan setara kas suatu entitas melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama suatu periode. Entitas menyusun
laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam Pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut
sebagai bagian takterpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan
keuangan. 
Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. 
Entitas melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode
berikut:
a)        metode langsung, dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan
pembayaran kas bruto diungkapkan; atau
b)     metode tidak langsung, dengan metode ini laba atau rugi disesuaikan dengan mengoreksi
pengaruh transaksi yang bersifat nonkas, penangguhan, atau akrual dari penerimaan atau
pembayaran kas untuk operasi di masa lalu atau masa depan, dan pos penghasilan atau beban
yang berhubungan dengan arus kas investasi atau pendanaan. 
Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2011. Entitas menerapkan Penyesuaian paragraf 16, 37, 38, 40A, 42A, 42B, 50(b)
untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015.

PSAK 3 Laporan Keuangan Interim


22

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 3


LAPORAN KEUANGAN INTERIM 
 
SEJARAH
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 3 tentang Laporan Keuangan Interim (selanjutnya disebut
PSAK 3) pertama kali disahkan Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
(DSAK IAI) pada tanggal 7 September 1994 menggantikan PAI 1984 Bab II Pasal 8. PSAK 3 (1994)
berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 1995.
Pada tanggal 22 Oktober 2010 DSAK IAI mengesahkan revisi PSAK 3 dengan
mengadopsi International Accounting Standards 34 Interim Financial Reporting (IAS 34) per 1
Januari 2009.
Pada tanggal 27 Agustus 2014 DSAK IAI menerbitkan penyesuaian PSAK 3 yang merupakan
adopsi dari IAS 34 efektif per 1 Januari 2014. PSAK 3 (Penyesuaian 2014) berlaku efektif 1 Januari
2015. 
Pada tanggal 28 Oktober 2015 DSAK IAI mengesahkan amandemen terhadap PSAK 3 yang
merupakan amandemen konsekuensial dari Amandemen PSAK 1 tentang Prakarsa Pengungkapan.
Amandemen ini mengamandemen paragraf 05 dan berlaku efektif per 1 Januari 2017.
Pada tanggal 28 September 2016 DSAK IAI mengesahkan penyesuaian terhadap PSAK 3 yang
merupakan adopsi dari Annual Improvements to IFRSs 2012–2014 Cycle efektif per 1 Januari 2016.
Penyesuaian tersebut merubah paragraf 16A terkait pengungkapan lain dan berlaku efektif per 1
Januari 2017.
PSAK 3 yang berlaku efektif 1 Januari 2017 merupakan wujud komitmen DSAK IAI dalam menjaga
perbedaan 1 tahun efektif dengan International Financial Reporting Standards. Sehingga PSAK 3
yang berlaku efektif 1 Januari 2017 telah konvergen dengan IAS 34 efektif per 1 Januari 2016.
IKHTISAR RINGKAS
Tujuan Pernyataan ini adalah menentukan isi minimum laporan keuangan interim serta prinsip
pengakuan dan pengukuran dalam laporan keuangan lengkap atau ringkas untuk periode interim.
Pernyataan ini tidak mengatur entitas mana yang disyaratkan untuk menerbitkan laporan keuangan
interim, seberapa sering, atau seberapa lama setelah akhir periode interim. Pernyataan ini
diterapkan jika entitas disyaratkan atau memilih untuk menerbitkan laporan keuangan interim sesuai
dengan SAK. 
Laporan keuangan interim minimum mencakup komponen berikut:
a)    laporan posisi keuangan ringkas;
b)    laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain ringkas baik digabung maupun dipisah;
c)    laporan perubahan ekuitas ringkas;
d)    laporan arus kas ringkas; dan
e)    catatan penjelasan tertentu. 
Jika entitas menerbitkan laporan keuangan lengkap dalam laporan keuangan interimnya, maka
format dan isi laporan keuangan interim tersebut sesuai dengan persyaratan PSAK 1: Penyajian
Laporan Keuangan. 
Jika entitas menerbitkan laporan keuangan ringkas dalam laporan keuangan interimnya, maka
laporan keuangan ringkas tersebut mencakup, minimum, setiap judul dan subjumlah yang termasuk
dalam laporan keuangan tahunan terkini dan catatan penjelasan tertentu sebagaimana disyaratkan
oleh Pernyataan ini. Pos atau catatan tambahan termasuk dalam laporan keuangan tersebut jika
kelalaian untuk mencantumkannya akan menyebabkan laporan keuangan ringkas menjadi
menyesatkan. 

PSAK 4 Laporan Keuangan Tersendiri


23
PENGANTAR
PSAK 4 tentang Laporan Keuangan Tersendiri telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan pada tanggal 19 Desember 2013.
PSAK 4 ini merevisi PSAK 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan
Tersendiri yang telah diterbitkan pada tanggal 22 Desember 2009.
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material.

PENGANTAR PENYESUAIAN
Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan penyesuaian atas PSAK 4 tentang
Laporan Keuangan Tersendiri pada tanggal 27 Agustus 2014.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 4


LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur persyaratan akuntansi untuk investasi pada entitas anak,
ventura bersama, dan entitas asosiasi ketika entitas induk menyajikan laporan keuangan tersendiri
sebagai informasi tambahan. Pernyataan ini diterapkan pada entitas induk yang menyajikan laporan
keuangan tersendiri dalam mencatat investasi pada entitas anak, ventura bersama, dan entitas
asosiasi.
Laporan keuangan tersendiri adalah laporan keuangan yang disajikan oleh entitas induk (yaitu
investor yang memiliki pengendalian atas entitas anak) yang mencatat investasi pada entitas anak,
entitas asosiasi, dan ventura bersama berdasarkan biaya perolehan atau sesuai dengan PSAK
55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. 
Jika entitas induk menyusun laporan keuangan tersendiri, maka entitas induk tersebut mencatat
investasi pada entitas anak, ventura bersama, dan entitas asosiasi pada:
(a) biaya perolehan; atau
(b) sesuai PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. 
Entitas induk menerapkan akuntansi yang sama untuk setiap kategori investasi. Investasi yang
dicatat pada biaya perolehan dicatat sesuai dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk
Dijual dan Operasi yang Dihentikan ketika investasi tersebut diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual (atau termasuk kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual).
Pengukuran investasi yang dicatat sesuai dengan PSAK 55 tidak berubah dalam keadaan yang
demikian. 
Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2015.

PSAK 5 Segmen Operasi


6
PENGANTAR
PSAK 5 tentang Segmen Operasi telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada
tanggal 15 Desember 2009.
PSAK 5 ini merevisi PSAK 5 tentang Pelaporan Segmen yang telah dikeluarkan pada tanggal 6
Oktober 2000.
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material.

PENGANTAR PENYESUAIAN
Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan penyesuaian atas PSAK 5 tentang
Segmen Operasi pada tanggal 27 Agustus 2014.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 5


SEGMEN OPERASI 
PSAK ini diterapkan atas laporan keuangan entitas dan laporan keuangan konsolidasian kelompok
usaha dengan entitas induk:
(a)      yang instrumen utang atau instrumen ekuitasnya diperdagangkan di pasar publik (pasar modal
domestik atau luar negeri atau over-the-counter, termasuk pasar modal lokal dan regional), atau
(b)     yang telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan
pendaftaran, pada regulator pasar modal atau regulator lainnya untuk tujuan penerbitan seluruh
kelas instrumen di pasar publik. 
Segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas:
(a)     yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh pendapatan dan menimbulkan
beban (termasuk pendapatan dan beban terkait dengan transaksi dengan komponen lain dari
entitas yang sama),
(b)     hasil
operasinya dikaji ulang secara reguler oleh pengambil keputusan operasional untuk
membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan
menilai kinerjanya, dan
(c)    tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan. Entitas mengungkapkan informasi yang
memungkinkanpengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat dan dampak keuangan
dari aktivitas bisnis yang mana entitas terlibat dan lingkungan ekonomik dimana entitas
beroperasi. 
Entitas mengungkapkan informasi untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan
mengevaluasi sifat dan dampak keuangan atas aktivitas bisnis yang mana entitas terlibat dan
lingkungan ekonomik dimana entitas beroperasi. 
Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2011. Entitas menerapkan penyesuaian paragraf 23, 24, dan 34 untuk periode
tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015.

PSAK 7 Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi


35
PENGANTAR
PSAK 7 tentang Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan pada tanggal 19 Februari 2010.
PSAK 7 ini merevisi PSAK 7 tentang Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa yang telah
dikeluarkan pada tanggal 7 September 1994.
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material.

PENGANTAR PENYESUAIAN
Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan penyesuaian atasPSAK 7 tentang
Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi pada tanggal 27 Agustus 2014.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 7


PENGUNGKAPAN PIHAK-PIHAK BERELASI 
Tujuan dari Pernyataan ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan entitas berisi
pengungkapan yang diperlukan untuk dijadikan perhatian terhadap kemungkinan bahwa posisi
keuangan dan laba rugi telah dipengaruhi oleh keberadaan pihak-pihak berelasi dan oleh transaksi
dan saldo, termasuk komitmen, dengan pihak-pihak tersebut. 
Pernyataan ini diterapkan dalam:
(a)      mengidentifikasi hubungan dan transaksi dengan pihak-pihak berelasi;
(b)     mengidentifikasi saldo, termasuk komitmen antara entitas dengan pihak-pihak berelasi;
(c)      mengidentifikasi keadaan pengungkapan yang disyaratkan di huruf (a) dan (b); dan
(d)     menentukan pengungkapan yang dilakukan mengenai butir-butir tersebut. 
Pernyataan ini mensyaratkan pengungkapan hubungan, transaksi dan saldo pihak berelasi,
termasuk komitmen, dalam laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri entitas
induk atau investor dengan pengendalian bersama, atau pengaruh signifikan atas, investee yang
disajikan sesuai dengan PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian atau PSAK 4: Laporan
Keuangan Tersendiri. Pernyataan ini juga diterapkan untuk laporan keuangan individual. 
Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas yang menyiapkan
laporan keuangannya (dalam Pernyataan ini dirujuk sebagai “entitas pelapor”). Suatu individu atau
entitas dapat diklasifikasikan sebagai pihak berelasi jika memenuhi hal-hal yang ditentukan definisi
pihak-pihak berelasi dalam PSAK 7. 
Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2011. Penerapan dini diperkenankan. Jika entitas menerapkan Pernyataan ini
secara dini, maka fakta tersebut diungkapkan. Entitas menerapkan penyesuaian paragraf 3, 4, 9,
11(b), 15, 19(b), 19(e), dan 25 untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1
Januari 2015.

PSAK 8 Peristiwa setelah Periode Pelaporan


19
PENGANTAR
PSAK 8 tentang Peristiwa Setelah Periode Pelaporan telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan pada tanggal 23 Oktober 2010.
PSAK 8 ini merevisi PSAK 8 tentang Peristiwa Setelah Tanggal Neraca yang telah dikeluarkan pada
tanggal 14 Oktober 2003.
Penyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material.

PENGANTAR PENYESUAIAN
Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan penyesuaian atas PSAK 8 tentang
Peristiwa Setelah Periode Pelaporan pada tanggal 27 Agustus 2014.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 8


PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN 
Tujuan Pernyataan ini adalah untuk menentukan:
(a)      kapan entitas menyesuaikan laporan keuangannya untuk peristiwa setelah periode pelaporan;
dan
(b)     pengungkapan yang dibuat entitas tentang tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit
dan peristiwa setelah periode pelaporan.
Pernyataan ini juga mensyaratkan bahwa entitas tidak boleh menyusun laporan keuangan atas
dasar kelangsungan usaha jika peristiwa setelah periode pelaporan mengindikasikan bahwa
penerapan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat. 
Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi untuk, dan pengungkapan atas, peristiwa setelah periode
pelaporan. 
Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa yang terjadi antara akhir periode pelaporan
dan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, baik peristiwa yang menguntungkan maupun
yang tidak. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
(a)      peristiwa yang memberikan bukti atas adanya kondisi pada akhir periode pelaporan (peristiwa
penyesuai setelah periode pelaporan); dan
(b)     peristiwa yang mengindikasikan timbulnya kondisi setelah periode pelaporan (peristiwa
nonpenyesuai setelah periode pelaporan). 
Entitas menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan untuk mencerminkan peristiwa
penyesuai setelah periode pelaporan. Entitas tidak menyesuaikan jumlah pengakuan dalam laporan
keuangan untuk mencerminkan peristiwa nonpenyesuai setelah periode pelaporan. 
Entitas mengungkapkan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit dan pihak yang
bertanggung jawab mengotorisasi laporan keuangan. Jika entitas menerima informasi setelah
periode pelaporan tentang kondisi yang ada pada akhir periode pelaporan, maka entitas
memutakhirkan pengungkapan kondisi tersebut sesuai dengan informasi terkini. 
Peristiwa nonpenyesuai setelah periode pelaporan yang berdampak material jika tidak diungkapkan
akan mempengaruhi pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan. Sejalan dengan hal
tersebut, entitas mengungkapkan informasi berikut untuk setiap kelompok peristiwa tersebut:
(a)      sifat peristiwa; dan
(b)     estimasi atas dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi tersebut tidak dapat dibuat. 
Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2011. Entitas menerapkan penyesuaian paragraf 11 secara prospektif untuk
periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015.

Standar Akuntansi di Indonesia

Standar akuntansi adalah suatu metode dan format baku dalam penyajian informasi laporan
keuangan suatu kegiatan usaha. Standar akuntansi dibuat, disusun dan disahkan oleh
lembaga resmi (Standard Setting Body). Di dalam standar ini dijelaskan transaksi apa saja
yang harus dicatat; bagaimana cara mencatatnya dan bagaimana penyajiannya.

Standar akuntansi ini adalah permasalah utama akuntan dan semua pengguna laporan
yang memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu, metode dan format penyusunan
standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepuasan
kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Standar akuntansi
ini akan berubah dan berkembang sesuai tuntutan di masyarakat.

Standar akuntansi di Indonesia saat berkembang menjadi 4 (empat) yang dikenal dengan 4
Pilar Standar Akuntansi. Keempat pilar standar tersebut disusun dengan mengikuti
perkembangan dunia usaha. Empat pilar standar itu adalah:
1. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK)

SAK digunakan untuk suatu badan yang memiliki akuntanbilitas publik, yaitu badan yang
terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar modal atau badan fidusia (badan
usaha yang menggunakan dana masyarakat, seperti asuransi, perbankan dan dana
pensiun). Sejak tahun 2012, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengadopsi standar
dari International Financial Report Standard (IFRS) untuk standar akuntansi keuangan yang
berlaku di seluruh perusahaan terdaftar yang ada di Indonesia.

Di dalam situs Akuntansionline.id disediakan sebuah aplikasi pelaporan keuangan yang


mengikuti standar dari IAI di atas. [highlights]klik disini[/highlights] untuk dapat mengikuti
demonya. Melalui aplikasi ini, anda tidak hanya dapat membuat pelaporan keuangan
dengan mengikuti standar dari IAI tetapi juga anda dapat membuat laporan keuangan
manajemen agar anda dapat memprediksi kondisi dan peluang pasar untuk perusahaan
anda. Jika anda masih bingung dengan Standar Akuntansi Keuangan ini, anda dapat
berkonsultasi dengan pakar akuntansi kami dengan mengklik tautan
[highlights]ini[/highlights].

2. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BADAN USAHA TANPA AKUNTABILITAS


PUBLIK (SAK-ETAP)

SAK ETAP digunakan untuk suatu badan yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan
dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum. SAK-ETAP juga mengikuti standar
yang ditetapkan oleh IFRS khususnya bidang Small Medium Enterprise (Usaha Kecil
Menengah). SAK-ETAP ini dikeluarkan sejak tahun 2009 dan berlaku efektif pada tahun
2011.

SAK-ETAP pada dasarnya adalah penyederhanaan SAK IFRS. Beberapa penyederhanaan


yang terdapat dalam SAK-ETAP adalah:

 Tidak ada Laporan Laba / Rugi Komprehensif.


 Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud dan propersi investasi setelah tanggal
perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan
nilai revaluasi atau nilai wajar.
 Tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan. Beban pajak diakui
sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.

Badan usaha yang menggunakan SAK-ETAP dalam laporan auditnya menyebutkan


laporan keuangan badan usaha telah sesuai dengan SAK-ETAP. SAK-ETAP memiliki
manfaat, yaitu apabila diterapkan dengan tepat, diharapkan unit usaha kecil dan menengah
mampu membuat laporan tanpa harus dibantu oleh pihak lain dan dapat dilakukan audit
terhadap laporannya tersebut.

Sasaran SAK-ETAP ini memang ditujukan untuk jenis Usaha Kecil dan Menengah, namun
tidak banyak pengusaha UKM yang memahami hal ini. Perlu adanya sosialisasi dan
pelatihan untuk SAK-ETAP ini agar UKM dapat berkembang dan dipercaya oleh investor.
Akuntansionline.id memberikan solusi untuk permasalahan ini. Di situs kami terdapat fitur
aplikasi pelaporan keuangan dengan menggunakan format SAK-ETAP. [highlights]Klik
disini[/highlights] untuk mengikuti demo dan mengetahui fitur dari aplikasi tersebut.

3.  STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH (SAK SYARIAH)

Standar ini digunakan untuk badan usaha yang memiliki transaksi syariah atau berbasis
syariah. Standar ini terdiri atas keraengka konseptual penyusunan dan pengungkapan
laporan, standar penyajian laporan keuangan dan standar khusus transaksi syariah seperti
mudharabah, murabahah, salam, ijarah dan istishna.

Bank syariah menggunakan dua standar dalam menyusun laporan keuangan. Sebagai
badan usaha yang memiliki akuntabilitas publik signifikan, bank syariah menggunakan
PSAK, sedangkan untuk transaksi syariahnya menggunakan PSAK Syariah.

Akuntansi syariah memang salah satu cabang akuntansi yang tergolong baru. Tidak banyak
orang yang mengetahui penerapan prinsip-prinsip syariah ke dalam bidang akuntansi.
Sehingga perlu adanya sosialisasi dan pelatihan tentang cabang terbaru bidang akuntansi.
Jika anda memerlukan penjelasan dan konsultasi tentang penerapan prinsip syariah ke
dalam pelaporan keuangan, silakan [highlights]klik disini[/highlights] untuk berkonsultasi
dengan pakar akuntansi dari situs akuntansionline.id. Baca juga artikel tentang Standar
Akuntansi Syariah [highlights]disini[/highlights].

4.  STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP)

SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP),


dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan disusun mengacu
kepada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Standar ini digunakan untuk
menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan, baik pusat ataupun daerah. SAP
disusun dan disahkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP SAP). SAP
berbasis akrual ditetapkan dalam PP No. 71 Tahun 2010. Instansi masih diperkenankan
menggunakan PP No. 24 Tahun 2005, SAP berbasis kas menuju akrual sampai tahun
2014.

SAP berbasis kas menuju akrual menggunakan basis kas untuk penyusunan laporan
realisasi anggaran dan menggunakan basis akrual untuk penyusunan neraca. Pada SAP
berbasis akrual, laporan realisasi anggaran tetap menggunakan basis kas karena akan
dibandingkan dengan anggaran yang disusun dengan menggunakan basis kas, sedangkan
laporan operasional yang melaporkan kinerja badan usaha disusun dengan menggunakan
basis akrual.

Standar Akuntansi Pemerintahan ini berbeda dengan 3 jenis standar akuntansi


sebelumnya. Pengguna SAP biasanya terbatas di kalangan pemerintahan saja. Sehingga
publikasi laporan keuangan bidang pemerintahan tidak terbuka seperti laporan keuangan
perusahaan.

Kesimpulan
Penyajian laporan keuangan di setiap perusahaan berbeda-beda tergantun jenis kegiatan
dari perusahaan tersebut. Perbedaan penyajian pelaporan keuangan tersebut tentunya
akan membingungkan bagi pengguna jika ia mencoba membandingkan kondisi dua
perusahaan. Standarisasi format laporan keuangan diperlukan untuk mengatasi masalah
ini. Dengan adanya standarisasi ini, tidak hanya akuntan profesional akan mudah membaca
kondisi perusahaan tetapi juga orang awam yang ingin mengetahui kondisi perusahaan
tersebut juga.

Apa itu Standar Akuntansi Keuangan?


Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah format dan prosedur pembuatan laporan keuangan
yang menjadi aturan baku penyajian informasi keuangan suatu kegiatan usaha atau perusahaan.

SAK berisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi
Keuangan (ISAK), yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI)
dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI), serta peraturan regulator
pasar modal untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya.

Standar akuntansi di Indonesia mengacu pada teori skala global, yakni International Financial
Reporting Standards (IFRS). SAK berbasis IFRS berlaku efektif sejak 2014.

DSAK IAI menyebutkan, minimalisasi perbedaan kedua standar ini merupakan komitmen


Indonesia sebagai satu-satunya anggota G20 di kawasan Asia Tenggara.

Konvergensi SAK dan IFRS diharapkan dapat banyak mengurangi perbedaan dua standar
akuntansi skala lokal dan global ini. Sehingga bermanfaat bagi perusahaan yang memiliki
akuntabilitas publik untuk bertransaksi di pasar modal karena informasi dalam laporan
keuangannya berkualitas internasional.

Ada 4 macam standar akuntansi yang berkembang di Indonesia, yang disusun mengikuti
perkembangan bisnis di dalam negeri. Keempat standar akuntansi ini digunakan sesuai entitas
usaha dan organisasi yang dijalankan, baik itu perusahaan swasta maupun lembaga negara.

4 Macam Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia


1. PSAK-IFRS
PSAK-IFRS (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan – International Financial Reporting
Standards) adalah SAK yang telah mengadopsi IFRS dan berlaku di Indonesia.

Bisa dibilang, PSAK adalah nama lain dari SAK yang diterbitakan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan yang dibentuk Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) pada tahun 2012.

Standar ini adalah patokan penyusunan, pencatatan, penyajian, dan perlakuan laporan keuangan,
agar informasi keuangan yang dihasilkan, relevan bagi pengguna laporan.

PSAK digunakan oleh perusahaan (entitas) yang memiliki akuntabilitas publik, baik yang sudah
terdaftar di pasar modal, maupun yang masih dalam proses pendaftaran pasar modal.
Alasan IFRS dijadikan pedoman SAK karena Indonesia merupakan anggota International
Federation of Accountants (IFAC) yang menjadikan IFRS sebagai standar akuntansinya. Ada
beberapa prinsip dasar yang digunakan IFRS, di antaranya adalah:

 Ada penekanan interpretasi dan aplikasi atas standar akuntansi keuangan sehingga para negara
anggota IFAC berkomitmen untuk menerapkan SAK yang sudah ditentukan.
 Ada penilaian atas transaksi dan evaluasi sehingga laporan keuangan dapat mencerminkan
realitas ekonomi.
 Penerapan standar akuntansi ini membutuhkan professional judgement.
Manfaat Penerapan IFRS:

 Dapat meningkatkan daya banding laporan keuangan.


 Memberikan informasi berkualitas di pasar modal internasional.
 Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam
ketentuan pelaporan keuangan.
 Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis
keuangan bagi para analis.
 Dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practice.
2. SAK-ETAP
SAK-ETAP adalah Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
Standar ini dipakai oleh entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan,
sehingga entitas (perusahaan) dimaksud menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi
penggunaan ekstrernal.

ETAP merupakan hasil penyederhanaan standar akuntansi IFRS yang meliputi tidak adanya
penilaian untuk aset tetap, aset tidak berwujud, dan laporan laba/rugi yang komprehensif.

Baca Juga: 4 Jenis Laporan Kuangan yang Wajib Anda Ketahui

Standar akuntansi IFRS yang disederhanakan juga meliputi tidak adanya pilihan menggunakan
nilai revaluasi (wajar), serta tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan karena
beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.

Manfaat SAK_ETAP:

 Membantu perusahaan kecil dan menengah dalam menyusun laporan keuangannya sendiri.
 Standar akuntansi ini dinilai lebih sederhana karena sebagian besar siklus
akuntansinya menggunakan konsep biaya historis. Bentuk pengaturannya juga lebih sederhana
dalam hal perlakuan akuntansi dan relatif tidak berubah selama beberapa tahun.
 Laporan akuntasi jadi dapat diaudit dan mendapatkan opini audit, sehingga laporan keuangan
dapat digunakan untuk mejaring dana investasi agar usahanya lebih berkembang.
 Implementasi SAK-ETAP lebih mudah dibandingkan PSAK_IFRS karena lebih sederhana dan
tetap dapat memberikan informasi yang dapat diandalkan dalam penyajian laporan keuangan.
 SAK-ETAP mengadopsi IFR untuk usaha kecil dan menengah yang dimodifikasi sesuai kondisi
Indonesia, serta dibuat lebih ringkas. Namun perlu diingat, SAK-ETAP juga masih
memerlukan profesional judgement ya, meski tak sebanyak untuk PSAK-IFRS.
Baca Juga: Pahami Laporan Keuangan UMKM dan Jenis Pajaknya
3. PSAK Syariah
Dari namanya saja sudah bisa diketahui bahwa standar akuntansi keuangan ini adalah standar
yang berpatok pada prinsip hukum agama (syariat) Islam.

PSAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah, baik itu lembaga
syariah maupun lembaga non-syariah.

Standar akuntansi ini dikembangkan mengikuti model SAK umum namun berbasis syariah
dengan mengacu pada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).

PSAK Syariah mengatur mulai dari kerangka konseptual penyusunan dan pengungkapan
laporan, penyajian laporan keuangan secara syariah, serta standar khusus transaksi syariah
seperti muharabahah, musyarakah, mudharabah, salam dan istishna.

4. SAP
SAP (Standar Akuntansi Pemerintah) diterbitkan sebagai peraturan pemerintah (PP) yang
diterapkan untuk entitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

Laporan keuangan pokok menurut Standar Akuntansi Pemerintah adalah Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

SAP dibuat untuk menjadmin transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara demi terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih.

Fungsi Standar Akuntansi Keuangan


1. Untuk keseragaman laporan keuangan.
2. Memudahkan penyusunan laporan keuangan.
3. Mempermudah auditor dan pembaca laporan keuangan untuk memahami dan membandingkan
laporan keuangan entitas berbeda-beda.
Itulah ragam SAK yang diterapkan di Indonesia. Tak hanya menjalankan proses akuntansi sesuai
standar yang berlaku, seorang akuntan juga harus memahami perbedaan standar-standar yang
berlaku tersebut.

Dengan menggunakan standar akuntansi, Anda dapat meningkatkan kualitas informasi yang ada
pada laporan keuangan perusahaan.

4 Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia

Dalam proses akuntansi, seorang akuntan harus menjalankannya sesuai standar akuntansi yang berlaku.
Standar akuntansi keuangan (SAK) adalah metode dan format baku dalam penyajian informasi laporan
keuangan suatu kegiatan bisnis. Di Indonesia, standar akuntansi berkembang menjadi 4 pilar yang
disusun dengan mengikuti perkembangan dunia usaha. Untuk lebih memahami tentang hal tersebut,
berikut ini adalah penjelasan 4 pilar dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia.

Table of Contents
1 PSAK-IFRS

2 SAK-ETAP

3 PSAK-Syariah

4 SAP

PSAK-IFRS

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan-International Financial Report Standard (PSAK) adalah nama
lain sari SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang diterapkan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) pada Tahun
2012 lalu. Standar ini digunakan untuk badan atau bisnis yang memiliki akuntabilitas publik, yaitu badan
yang terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar modal seperti perusahaan publik, asuransi,
perbankan, BUMN, ataupun perusahaan dana pensiun).

PSAK sama dengan SAK, sama-sama bertujuan untuk memberikan informasi yang relevan bagi pengguna
laporan keuangan. Sedangkan penggunaan IFRS sendiri ditentukan karena Indonesia merupakan
anggota IFAC (Internatinal Federation of Accountants) yang menjadikan IFRS sebagai standar akuntansi
mereka.

Baca juga: Contoh Laporan Keuangan untuk Bisnis Lebih Berkembang

SAK-ETAP

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntansi Publik (SAK-ETAP) digunakan untuk entitas
yang akuntabilitas publiknya tidak signifikan dan laporan keuangannya hanya untuk tujuan umum bagi
pengguna eksternal. ETAP merupakan hasil penyederhanaan standar akuntansi IFRS yang meliputi tidak
adanya laporan laba/rugi komprehensif, penilaian untuk aset tetap, aset tidak berwujud, dan properti
investasi setelah tanggal perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan
menggunakan nilai revaluasi atau nilai wajar, serta tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak
tangguhan karena beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.

Jika hal ini diterapkan dengan tepat, unit bisnis kecil dan menengah dapat membuat laporan keuangan
tanpa harus dibantu oleh pihak lain dan dapat dilakukan audit terhadap laporannya tersebut.

Selain memahami SAK, Anda juga perlu memahami pentingnya Mengelola Keuangan Bisnis yang dapat
Anda unduh gratis di sini!

PSAK-Syariah

PSAK-Syariah merupakan pedoman yang dapat digunakan untuk lembaga-lembaga kebijakan


syariah seperti bank syariah, pegadaian syariah, badan zakat, dan lain sebagainya. Pengembangan
standar akuntansi ini dibuat berdasarkan acuan dari fatwa yang dikeluarkan oleh MUI (Majelis Ulama
Indonesia).

Standar ini terdiri atas kerangka konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan, standar penyajian
laporan keuangan, dan standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah, murabahah, salam, ijarah,
dan istishna.

SAP
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) telah ditetapkan sebagai peraturan pemerintah yang diterapkan
untuk entitas pemeritah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). SAP dibuat untuk menjadmin transparansi, partisipasi, dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara demi terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih.

Itulah empat pilar standar akuntansi keuangan yang ada di Indonesia. Dengan menggunakan standar
akuntansi tersebut, Anda dapat meningkatkan kualitas informasi yang ada pada laporan keuangan.
Jurnal merupakan software akuntansi yang dibuat dengan standar akuntansi yang berlaku. Dengan
menggunakan Jurnal, Anda dapat membuat laporan keuangan sesuai standar dengan mudah, cepat,
aman, dan nyaman.

Jurnal menyediakan berbagai laporan keuangan sesuai kebutuhan perusahaan Anda seperti laporan arus
kas, laporan laba-rugi, laporan pendapatan, laporan neraca, laporan stok barang, dan lain sebagainya. 

Mengetahui Standar Akuntansi Yang Berlaku di Indonesia

Standar akuntansi adalah hal yang harus dipelajari oleh Anda yang ingin terjun serius dalam dunia
Akuntansi.  selain mempelajari hal mengenai akuntansi, Anda juga harus mengetahui aturan baku dan
standar dari kegiatan pekerjaan yang nanti akan Anda jalani nantinya.

Hampir setiap profesi memiliki standar atau pedoman masing – masing, begitupun dengan Akuntansi.
Untuk Indonesia sendiri memiliki bermacam macam standar akuntansi yang digunakan di pelbagai
entitas usaha dan organisasi. Standar akuntansi di Indonesia mengacu pada teori yang ada seperti
layaknya IFRS yang di gunakan pada skala global. Sedangkan penggunaan IFRS sendiri ditentukan karena
Indonesia merupakan anggota IFAC (Internatinal Federation of Accountants) yang menjadikan IFRS
sebagai standar akuntansi Negara kita.

Saat ini ada 4  macam standar akuntansi yang  diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia
(DSAK IAI) dan 1 acuan standar yang dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).
Standar yang telah ditetapkan ini banyak dipakai oleh kebanyakan entitas, baik swasta maupun lembaga
negara.

Berikut adalah standar akuntansi yang berlaku di Indonesia:

1. PSAK-IFRS

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar praktik akuntansi yang digunakan di
Indonesia, yang disusun dan diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang dibentuk oleh
Ikatan Akuntan Indonesia.

Standar ini adalah aturan baku yang mengatur pencatatan, penyusunan, perlakuan, dan penyajian
laporan keuangan dan digunakan untuk entitas atau perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik yaitu
entitas terdaftar atau dalam proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia contohnya seperti
perusahaan publik, asuransi, perbankan, BUMN.

Pada tahun 2015 PSAK resmi mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) yang
merupakah kelanjutan dari International Accounting Standars yang banyak dipakai sebagai standar
akuntansi negara lain.

Baca juga : 8 Universitas dengan jurusan akuntansi terbaik di Indonesia


2. SAK-ETAP

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk
digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas
publik signifikan; dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat
langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya dan diharapkan memberi
kemudahan akses ETAP kepada pendanaan dari perbankan. SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri
sendiri dan tidak mengacu pada SAK Umum, sebagian besar siklus akuntansinya menggunakan konsep
biaya historis; mengatur transaksi yang dilakukan oleh ETAP; bentuk pengaturan yang lebih sederhana
dalam hal perlakuan akuntansi dan relatif tidak berubah selama beberapa tahun.

3. Standar Akuntansi Syariah (SAS)

Standar Akuntansi Syariah (SAS) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah yang
ditujukan untuk entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga syariah maupun lembaga
non syariah. Pengembangan SAS dilakukan dengan mengikuti model SAK umum namun berbasis syariah
dengan mengacu kepada fatwa MUI.

SAS ini mencakup kerangka konseptual; penyajian laporan keuangan syariah; akuntansi murabahah;
musyarakah; mudharabah; salam; istishna.

4. SAK EMKM

Exposure Draft Standar Akuntabilitas Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah atau ED SAK EMKM
disusun untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah. Undang-
Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat digunakan sebagai acuan
dalam mendefinisikan dan memberikan rentang kuantitatif EMKM.

Anda juga bisa melihat daftar buku-buku untuk akuntansi dasar untuk Anda yang sedang membangun
usaha kecil menengah disini.

ED SAK ditujukan untuk digunakan oleh entitas yang tidak atau belum mampu memenuhi persyaratan
akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP. Entitas yang laporan keuangannya telah menggunakan SAK
EMKM sebagai pedoman, maka entitas membuat secara eksplisit dan tanpa terkecuali tentang
kepatuhan terhadap SAK EMKM dalam catatan atas laporan keuangan.

Namun, tentunya kepatuhan ini dapat dilihat jika entitas benar-benar telah patuh terhadap seluruh
persyaratan dalam SAK EMKM ini secara konsisten untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang
serupa.

5. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

Standar Akuntansi Pemerintah atau SAP adalah aturan baku yang dibuat oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan atau KSAP. Aturan ini adalah prinsip-prinsip akuntansi  yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah yang terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) dan Laporan Keuangan Permerintah Daerah (LKPD).
Laporan keuangan pokok menurut Standar Akuntansi Pemerintah adalah Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

Keseluruhan standar akuntansi keuangan tersebut banyak dipakai oleh banyak perusahaan atau entitas
di Indonesia namun standar – standar ini tidak berlaku secara langsung untuk akuntansi manajemen.
Sebagai akuntan, ada baiknya Anda juga harus mengerti perbedaan dari keseluruhan standar tersebut.

Disisi lain, akibat disrupsi, dunia akuntansi juga berubah dengan cepat. Anda dituntut melakukan
pencatatan dengan cepat dan tepat sesuai standar yang perusahaan Anda pakai. Saat ini accurate online
sudah  sesuai dengan PSAK dan  perpajakan dipakai Indonesia. Anda dapat berlangganan atau mencoba
demo gratis Accurate online melalui link ini

Dalam menjalankan bisnis, sangat penting untuk membuat dan


memiliki laporan keuangan yang baik secara rutin. Laporan keuangan dapat menunjukkan bagaimana
keadaan perusahaan pada periode tertentu, membantu proses evaluasi dan pembuatan keputusan,
serta mempengaruhi kredibilitas perusahaan. Oleh karena itu diperlukan laporan keuangan yang baik
dan berkualitas, yang tentunya juga memberikan informasi yang akurat.

Agar laporan keuangan dapat dibuat dan digunakan dengan benar serta menghindari penyalahgunaan,
maka laporan keuangan harus mengikuti aturan yang diterapkan dalam Standar Akuntansi Keuangan
(SAK). Pada pembahasan kali ini, kita akan mengulas lebih lanjut mengenai SAK serta jenis-jenisnya yang
diterapkan dalam penggunaan di Indonesia.

Apa Itu Standar Akuntansi Keuangan?

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan sebuah standar yang mengatur proses pembuatan dan
penyajian laporan keuangan agar tercipta keseragaman yang dapat dipahami oleh berbagai pihak. SAK
dibuat dan ditetapkan oleh lembaga resmi di bidang akuntansi yang disebut juga dengan Standard
Setting Body. Di Indonesia sendiri, Standar Setting Body yang mengatur dan membuat regulasi SAK
adalah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), khususnya oleh bagian Dewan Standar Akuntansi.

Pada perkembangannya, SAK bermula dari standar akuntansi yang dibuat oleh IAI pada tahun 1973 yang
diberi nama “Prinsip Akuntansi Indonesia” (PAI). PAI awal mulanya digagas karena mulai tumbuh dan
berkembangnya pasar modal di Indonesia, sehingga dinilai adanya kebutuhan terhadap laporan
keuangan yang terstandarisasi. Standar ini terus mengalami perkembangan, menjadi “Prinsip Akuntansi
Indonesia 1984” dan “Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994”.
Kemudian pada tahun 2012, SAK kembali mengalami pembaruan dan penyesuaian berdasarkan
beberapa standar akuntansi internasional seperti International Financing Reporting
Standards (IFRS),  International Accounting Standard (IAS), Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP), dan lain sebagainya. Hal ini agar laporan keuangan dapat dipahami dan digunakan
oleh lebih banyak pihak, juga memudahkan bagi pebisnis yang ingin memperluas ke jaringan pasar
global.

Jenis-Jenis Standar Akuntansi Keuangan

Meskipun mengacu pada prinsip dan standar akuntansi global, SAK yang berlaku di Indonesia tentunya
sudah disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan yang ada. Di Indonesia sendiri terdapat empat jenis
SAK yang berlaku dan disebut juga dengan Pilar Standar Akuntansi Keuangan. Berikut adalah jenis-jenis
SAK yang diterapkan di Indonesia:

1. PSAK-IFRS

SAK yang pertama adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang mengacu pada standar yang
dibuat oleh IFRS. PSAK-IFRS juga merupakan nama lain dari SAK terbaru yang dibuat dan diterapkan IAI
pada tahun 2012. Pengacuan standar terhadap IFRS dilakukan karena Indonesia merupakan anggota
dari International Federation of Accountants (IFAC) dan sebagai anggota forum G20 London yang telah
sepakat untuk menggunakan standar tersebut.

Beberapa prinsip dasar akuntansi yang diterapkan oleh IFRS adalah pentingnya interpretasi dan aplikasi
atas laporan keuangan yang dibuat, adanya penilaian dan evaluasi apakah laporan tersebut telah
mencerminkan realitas ekonomi, serta dibutuhkan professional judgement atau audit pada penerapan
SAK. PSAK-IFRS ini biasanya digunakan pada bisnis dan organisasi yang berskala publik dan bersifat
umum, seperti BUMN, perusahaan publik, perbankan, asuransi, dan emiten.

2. SAK-ETAP

SAK yang kedua adalah SAK-ETAP, yaitu Standar Akuntansi Keuangan yang dibuat dan diterapkan pada
Entitas Tanpa Akuntan Publik (ETAP). Pemahaman ETAP adalah entitas (lembaga/organisasi) yang tidak
memiliki akuntabilitas atau pertanggungjawaban dalam ranah publik. SAK-ETAP merupakan bentuk
sederhana dari PSAK-IFRS dan biasanya digunakan pada perusahaan kecil hingga menengah yang
membuat laporan keuangan umum untuk pihak eksternal.

Penyederhanaan pada SAK-ETAP dilakukan guna menyesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia,
sehingga dapat lebih fleksibel dan mudah dipahami terutama dalam akses pendanaan. Meskipun lebih
sederhana dibanding PSAK-IFRS, SAK-ETAP tetap menyajikan informasi yang handal dalam laporan
keuangan yang diberikan. SAK-ETAP juga tetap membutuhkan professional judgement yang dilakukan
dengan proses audit, walaupun tidak sebanyak pada PSAK-IFRS.

3. PSAK-Syariah

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (PSAK-Syariah) atau yang sering disebut juga dengan
Standar Akuntansi Syariah (SAS), merupakan standar yang dibuat untuk lembaga yang menggunakan
basis syariah. PSAK-Syariah ini dibuat oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAK) berdasarkan dengan
fenomena tumbuh dan berkembangnya lembaga syariah di Indonesia, yang juga mengacu pada fatwa
dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pilar utama dalam pembuatan PSAK-Syariah adalah ayat Al-Qur’an
Surat Al-Baqarah 282-283 yang membahas mengenai pencatatan keuangan yang jujur, adil, dan benar.

PSAK-Syariah pertama kali dibuat pada tahun 2002, kemudian mengalami pembaruan di tahun 2007 dan
terakhir pada tahun 2011. Beberapa lembaga yang dapat menggunakan PSAK-Syariah adalah bank
syariah, lembaga zakat, pegadaian syariah, koperasi syariah, dan lain sebagainya. PSAK-Syariah juga
tidak hanya terbatas pada lembaga syariah karena berlandaskan pada SAK umum, sehingga dapat
diterapkan juga oleh lembaga dengan basis non-syariah.

4. SAP

SAK yang terakhir adalah Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang dibuat dan diterbitkan oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan dan telah ditetapkan sebagai Peraturan Pemerintah (PP). Semua
lembaga pemerintahan baik yang berada di pusat maupun daerah harus mengacu pada SAP dalam
membuat Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD). Hal ini ditujukan agar pengelolaan keuangan negara yang dilakukan oleh lembaga pemerintah
menjadi lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam SAP, terdapat empat laporan pokok yang harus dibuat yaitu Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Laporan Atas Laporan Keuangan. Hal ini tentu berbeda dengan laporan keuangan
umum, dimana tidak ada laporan realisasi anggaran dalam penyajian laporan keuangan. Sedangkan basis
pembuatan laporan keuangan dalam SAP sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu SAP berbasis kas
(mencakup pendapatan, belanja, pembiayaan) dan SAP berbasis akrual (mencakup pendapatan, beban,
aset, utang, ekuitas).

 March 19, 2015 Comments (0) Views: 34071 Edukasi Keuangan, Keuangan

Mengetahui Lebih Dalam Tentang Standar Akuntansi Keuangan

Banyak dari Anda yang mungkin masih juga belum memiliki gambaran tentang apa yang akan dibahas
dalam artikel ini. Mari kita mulai dengan menjabarkan definisinya terlebih dahulu. Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) merupakan suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar terjadi
keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. SAK adalah hasil perumusan Komite Prinsipiil
Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984. SAK di
Indonesia merupakan terapan dari beberapa standar akuntansi yang ada seperti, IAS,IFRS,ETAP,GAAP.
Selain itu ada juga PSAK Syariah dan juga SAP.

SAK berfungsi untuk keseragaman laporan keuangan, selain itu, SAK juga berfungsi untuk memudahkan
penyusunan laporan keuangan, mempermudah auditor serta mempermudah pembaca laporan
keuangan untuk memahami dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda beda. Ada
beberapa penjelasan dari macam macam Standar Akuntansi Keuangan.

PSAK-IFRS

PSAK – IFRS adalah singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan – International Financial
Reporting Standards. Sebagian dari Anda mungkin bertanya tanya mengapa Indonesia mengadopsi IFRS.
Hal ini karena Indonesia adalah bagian dari IFAC. Bagian dari IFAC secara otomatis harus mematuhi SMO
(Statement Membership Obligation) yang menjadikan IFRS sebagai standar akuntansi. Ada beberapa
manfaat dari penerapan IFRS. Yang pertama adalah dapat meningkatkan daya banding laporan
keuangan. IFRS juga dapat memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal Internasional.
Manfaat selanjutnya adalah dapat menghilangkan hambatan arus modal Internasional dengan
mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan. Manfaat berikutnya adalah mengurangi
biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis
dan yang terakhir adalah dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practice.

Ada beberapa “Principles Base”  yang digunakan IFRS. Yang pertama adalah untuk lebih menekankan
Interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut.
Prinsip kedua adalah standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah
presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi. Dan prinsip ketiga adalah
dibutuhkan professional judgement pada penerapan standar akuntansi.

SAK – ETAP

SAK ETAP merupakan Standard akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. ETAP di
sini berarti Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan serta menerbitkan laporan
keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. SAK ETAP memiliki banyak manfaat antara lain
membantu perusahaan perusahaan kecil menengah dapat menyusun laporan keuangannya sendiri dan
juga dapat pula diaudit dan dan mendapatkan opini audit, sehingga perusahaan dapat menggunakan
laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usahanya.

Manfaat lainnya dari SAK ETAP adalah bahwa lebih mudah implementasinya dibandingkan PSAK-IFRS
karena lebih sederhana. Meskipun bisa dibilang sederhana namun tetap dapat memberikan informasi
yang handal dalam penyajian laporan keuangan. Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan
modifikasi sesuai dengan kondisi di Indonesia serta dibuat lebih ringkas. Namun, SAK ETAP masih
memerlukan profesional judgement namun tidak sebanyak untuk PSAK-IFRS.

PSAK Syariah

Dari namanya, kita bisa tahu bahwa ini adalah SAK yang dilakukan berdasarkan prinsip prinsip Islam.
PSAK Syariah terdiri dari Kerangka Konseptual, Penyajian Laporan Keuangan Syariah, Akuntansi
Murabahah, Musyarakah, Mudharabah, Salam dan Istishna.

SAP

SAP singkatan dari Standar Akuntansi Pemerintah. SAP ini diterbitkan oleh SAP ini ditetapkan sebagai PP
(Peraturan Pemerintah) yang diterapkan untuk entitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

Standar Akuntansi Keuangan: Pengertian dan Jenis Standar Akuntansi di Indonesia

Di dunia akuntansi terutama di Indonesia, terdapat sebuah standar yang mengatur praktik akuntansi
yang disebut sebagai Standar Akuntansi Keuangan. Standar ini mengatur pembuatan, penyusunan,
hingga proses pencatatan dan penyajian data-data akuntansi. Tujuannya agar semua bentuk laporan
keuangan menjadi seragam dan mudah dipahami oleh siapa saja.

Contents
1 Pengertian Standar Akuntansi Keuangan

2 Fungsi Standar Akuntansi Keuangan

3 Jenis Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia

3.1 1. PSAK-IFRS

3.2 2. SAK-ETAP

3.3 3. PSAK-Syariah

3.4 4. Standar Akuntansi Pemerintah

4 Kesimpulan

Pengertian Standar Akuntansi Keuangan

Di Indonesia, pengertian akan Standar Akuntansi Keuangan atau SAK adalah sebuah standar atau
landasan baku akan praktik akuntansi yang digunakan di Indonesia. Pembuatan standar baku akuntansi
ini disusun dan diterbitkan oleh sebuah dewan standar akuntansi dari Ikatan Akuntan Indonesia. Standar
baku ini mengatur proses pembuatan, penyusunan, dan penyajian laporan keuangan di Indonesia.

SAK berawal dari standar akuntansi yang digagas oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 1973. Pada
tahun tersebut Ikatan Akuntan Indonesia membuat sebuah prosedur atau standar yang diberi nama
Prinsip Akuntansi Indonesia. Pembuatan Prinsip Akuntansi Indonesia ini digagas setelah melihat
perkembangan pasar modal di Indonesia yang mulai tumbuh.

Pada praktiknya, Prinsip Akuntansi Indonesia ini terus berkembang mengikuti perkembangan zaman,
hingga mengalami beberapa perubahan nama seperti Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 hingga akhirnya
menjadi bernama Standar Akuntansi Keuangan atau SAK pada tanggal 1 Oktober 1994. Hingga berlanjut
pada tahun 2012, SAK terus mengalami pembaharuan dan penyesuaian.

SAK yang ada di Indonesia disesuaikan dengan mengikuti standar akuntansi internasional yang sudah
baku seperti GAAP, IAS, atau FRS. Tujuannya agar seluruh dokumen atau laporan keuangan di Indonesia
juga sudah diakui secara internasional. Sehingga akan membantu pelaku usaha dalam mengarungi pasar
global internasional.

Download eBook Panduan dan Template Pembukuan Sederhana dengan Excel untuk Bisnis Kecil

Fungsi Standar Akuntansi Keuangan

Pembuatan standar pada dunia akuntansi bukan dilakukan tanpa makna karena adanya standar pada
akuntansi ini memiliki beberapa fungsi. Fungsi yang pertama dari adanya standar akuntansi adalah untuk
penyeragaman laporan keuangan. Fungsi yang kedua untuk memudahkan akuntan dalam menyusun
laporan keuangan.

Fungsi lain yang tidak kalah penting adalah untuk mempermudah pembaca dan auditor untuk
memahami dan membandingkan masing-masing entitas laporan keuangan yang berbeda-beda. Dengan
adanya standar pada akuntansi keuangan, semua laporan keuangan yang ada di seluruh dunia memiliki
cara penyusunan yang serupa. Tidak ada akuntan yang membuat laporan keuangan sesuai dengan
seleranya masing-masing.

Baca juga: Cara Membuat Laporan dan Pengelolaan Akuntansi Melalui Excel

Jenis Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia

Di Indonesia sendiri ada empat jenis SAK yang berlaku. Masing-masing SAK ini digunakan menurut jenis
usaha atau organisasinya. Penyusunan dan penerapan jenis-jenis SAK ini sudah disesuaikan dengan
perkembangan dunia bisnis di Indonesia. Berikut ini adalah empat jenis SAK yang berlaku di Indonesia

1. PSAK-IFRS

PSAK merupakan perubahan nama terbaru dari SAK yang disusun dan diterbitkan oleh DSAK pada tahun
2012. Penyusunan PSAK ini mengikuti standar yang digunakan oleh IFRS atau International Financial
Reporting Standards dengan menyesuaikan pada kondisi bisnis di Indonesia.

Pembuatan dan penyusunan PSAK ini menjadi standar dalam pencatatan, penyusunan, dan penyajian
laporan keuangan.

Adanya standar yang sesuai dengan PSAK ini membuat semua informasi keuangan yang ada mudah
dipahami dan relevan bagi semua pengguna laporan keuangan tersebut.

Penyusunan laporan keuangan berdasarkan jenis PSAK ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang
tergolong ke dalam perusahaan publik. Pemilihan IFRS sebagai pedoman bagi PSAK adalah karena
adanya penilaian transaksi dan evaluasi pada laporan keuangan.

Adanya penilaian dan evaluasi ini dapat mencerminkan kondisi ekonomi secara nyata. Penerapan IFRS
sendiri juga memberikan beberapa manfaat seperti meningkatkan daya banding dari laporan keuangan,
memberikan informasi yang berkualitas pada pasar modal, hingga meningkatkan kualitas dari laporan
keuangan itu sendiri.
Baca juga: Kasus Wirecard dan Cara Antisipasi Fraud dalam Laporan Keuangan

2. SAK-ETAP

Sebaliknya, bila perusahaan tersebut belum atau tanpa akuntabilitas publik, maka proses penyusunan
laporan keuangannya menggunakan SAK-ETAP.

Sehingga pembuatan laporan keuangan dari perusahaan tersebut harus menggunakan standar khusus,
bila ditujukan untuk penggunaan eksternal perusahaan. Karena perusahaan belum memiliki
akuntabilitas publik, maka laporan keuangannya juga lebih sederhana.

Laporan keuangan yang sederhana ini disusun dengan menggunakan standar jenis SAK-ETAP. Pada
standar jenis ini, tidak ada penilaian pada aset tetap dan aset tak berwujud. Laporan laba/rugi yang
dibuat juga laporan yang bersifat komprehensif. SAK-ETAP ini menggunakan standar akuntansi IFRS yang
sudah disederhanakan.

Adanya laporan keuangan dengan standar SAK-ETAP ini dapat membantu perusahaan yang berskala
kecil dan menengah dalam penyusunan laporan keuangannya.

Standar yang digunakan pada SAK-ETAP ini lebih sederhana karena siklus akuntansinya biasanya tidak
berubah selama beberapa tahun. Sehingga pengaturannya juga lebih sederhana. Namun, SAK-ETAP
tetap membutuhkan professional judgement pada proses auditnya.

Baca juga: Ingin Menjadi Akuntan Perpajakan? Perhatikan Hal Berikut Ini

3. PSAK-Syariah

Dilihat dari namanya saja sudah sangat mudah dipahami bahwa standar akuntansi keuangan yang satu
ini merupakan standar akuntansi yang berbasis syariah. Penyusunan laporan keuangan yang
menggunakan standar PSAK-Syariah ini umumnya dilakukan oleh badan usaha yang memiliki konsep
syariah dalam penyelenggaraan usahanya.

Penyusunan PSAK-Syariah sendiri dilakukan oleh Dewan Akuntansi Keuangan Syariah yang mengacu
pada fatwa dari Majelis Ulama Indonesia atau MUI. Dalam penyusunan PSAK-Syariah sendiri sebetulnya
masih menggunakan model SAK yang digunakan secara umum. Namun, terdapat penyesuaian pada
beberapa hal yang berkaitan dengan transaksi syariah.

Beberapa transaksi syariah seperti Mudharabah, Salam, Istishna, Murabahah, dan Ijarah adalah jenis-
jenis transaksi yang dimasukkan dalam PSAK-Syariah.

Transaksi ini tidak ada pada transaksi secara umum, sehingga dalam laporannya harus menggunakan
standar khusus yang ditetapkan dalam PSAK-Syariah. Cabang PSAK-Syariah tergolong ke dalam jenis SAK
yang masih baru dikembangkan seiring berkembangnya badan usaha syariah di Indonesia.

Baca juga: Laporan Neraca: Pengertian, Cara Menyusunnya Dan Membacanya

4. Standar Akuntansi Pemerintah

Sesuai dengan namanya juga, SAP ini digunakan oleh instansi-instansi pemerintah dalam menyusun
laporan keuangannya. Tidak terkecuali instansi pemerintah pusat maupun daerah, semuanya
menggunakan SAP dalam penyusunan laporan keuangannya.
Penerbitan SAP ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah dan menjadi jenis SAK terakhir yang berlaku di
Indonesia dan regulasinya diatur oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan atau KSAP.

Penyusunan laporan keuangan instansi pemerintah memang harus dibedakan dari jenis laporan
keuangan perusahaan umum. Sifat laporan keuangan instansi pemerintah yang tertutup membuat
publikasinya tidak bisa diketahui secara luas. Namun, penyusunan laporan keuangan ini tetap wajib
untuk menjamin pengelolaan keuangan negara yang transparan.

Dalam penyusunan laporan keuangan yang menggunakan Standar Akuntansi pemerintah, ada beberapa
jenis laporan yang disebut sebagai laporan keuangan pokok. Laporan keuangan pokok yang dimaksud
adalah Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Realisasi Anggaran, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

Keuangan negara adalah hal yang sangat sensitif karena menyangkut pajak dari masyarakat. Dengan
penyusunan laporan keuangan ini, instansi pemerintah dituntut untuk tetap transparan dalam
penggunaan keuangan negara.  Sehingga tercipta instansi pemerintah yang baik dan bersih untuk
mendukung pemerintahan.

Baca juga: Laporan Perubahan Modal : Pengertian, Rumus, Elemen, dan Contohnya

Kesimpulan

Penyusunan laporan keuangan di Indonesia harus menggunakan standar akuntansi yang sudah
ditetapkan. Di Indonesia sendiri terdapat jenis standar akuntansi keuangan yang diakui. Masing-masing
jenis standar ini digunakan oleh kepentingan yang berlainan.

Penyusunan laporan keuangan dengan standar akan memberikan kemudahan bagi auditor dalam
melakukan audit demi terciptanya lingkungan keuangan yang sehat dan bersih. 

Dalam proses pembukuan manual, bisnis Anda seharsunya menggunakan standar akuntansi keuangan
tersebut. Namun masalahnya adalah proses pembukuan manual sangat rentan human error  yang bisa
mengakibatkan dalam pembuatan laporan keuangan usaha Anda.

Belum lagi tindakan fraud  yang sangat besar kemungkinanannya terjadi, dan akan merugikan usaha
Anda secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai