Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL JOURNAL RIVIEW

MK : PENDIDIKAN BAHASA
INDONESIA

SKOR NILAI :

CRITICAL JOURNAL RIVIEW

BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH :

ERIKA APRILIA 3182111004

PUTRA HANDIKA 3182111014

JUNI ATIA INTAN SARI SINAGA 3183311021

KELAS : PPKn Reg-B 2018

MATA KULIAH : PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : Dra. Inayah Hanum, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2020

i
KATA PENGANTAR

Tugas Critical Journal Review ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kita semua khusunya dalam hal keterampilan bahasa indonesia . saya
menyadari bahwa tugas Critical Journal Review ini masih jauh dari kesempurnaan,Apabila
dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, saya mohon maaf karena
sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman saya masih terbatas,karena keterbatasan ilmu
dan pemahaman saya yang belum seberapa.Karena itu saya sangat menantikan saran dan
kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. saya
berharap semoga tugas critical journal riview ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi
saya khususnya,Atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih.

Medan, Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I RINGKASANARTIKEL/HASIL PENELITIAN..................................................1

BAB II KEUNGGULAN PENELITIAN............................................................................4

A. Kegayutan antar elemen ...........................................................................................4


B. Originalitas temuan ..................................................................................................4
C. Kemuktahiran masalah .............................................................................................4
D. Kohesi dan koherensi isi penelitian ..........................................................................5

BAB III KELEMAHAN PENELITIAN.............................................................................6


A.Kegayutan antar elemen ...............................................................................................6
B.Originalitas temuan .......................................................................................................6
C.Kemuktahiran masalah .................................................................................................6
D.Kohesi dan koherensi isi penelitian...............................................................................6

BAB IV IMPLIKASI ............................................................................................................7

A. Implikasi Terhadap Teori............................................................................................7


B. Implikasi Terhadap Program Pembangunan di Indonesia ..........................................7
C. Pembahasan dan Analisis ...........................................................................................7

BAB V PENUTUP ................................................................................................................8

A. SIMPULAN.................................................................................................................8
B. SARAN.......................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................9

iii
BAB I

RINGKASAN ARTIKEL ATAU HASIL PENELITIAN

Pembelajaran bahasa bertujuan untuk berkomunikasi, sedangkan tujuan


berkomunikasi ialah tercapainya saling paham antara pembicara dan pendengar atau antara
penulis dan pembaca. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pemahaman teknik dan tata
cara berbahasa karena komunikasi lewat bahasa yang efektif bergantung pada beberapa
faktor. Faktor-faktor penentu dalam komunikasi berbahasa yang efektif ialah: (1) kekhasan
ciri hubungan antara para pemakai bahasa atau antara para penutur; (2) waktu dan tempat
pelangsungan komunikasi berbahasa; (3) sarana yang dipakai untuk berkomunikasi
berbahasa; (4) tujuan komunikasi berbahasa; (5) ciri amanat yang berlangsung; dan (6)
lingkungan pemakaian (Parera,1991:3). Selain itu, pembelajaran bahasa bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar, meningkatkan kemampuan wawasan dan
keterampilan berbahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun
tertulis. Komponen terpenting dalam berkomunikasi adalah keterampilan berbicara.Nurhadi
(1995: 342) mengemukakan bahwa berbicara merupakan salah satu aspek kemampuan
berbahasa yang berfungsi mengemukakan informasi secara lisan. Gofur (dalam Saddhono,
2012: 6) menjelaskan berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi yang
dalam proses itu terjadi pemindahan pesan dari satu pihak (komunikator) ke pihak lain
(komunikan). Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam
simbol-simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak. Berbicara merupakan suatu proses
penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Komunikator adalah pengirim
informasi atau biasa kita sebut sebagai pembicara, sedangkan komunikan adalah penerima
informasi atau biasa kita sebut sebagai pendengar.Tarigan (1992) mengungkapkan berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.Senada
dengan pengertian tersebut, Agung (2008: 1) mengartikan bahwa berbicara sebagai aktivitas
kehidupan manusia normal yang sangat penting karenaengan berbicara kita dapat
berkomunikasi antara sesama manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan
pesan, mengungkapkan perasaan dalam segala kondisi emosional, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, berbicara mampu menjadi sebuah alat komunikasi untuk menyatakan diri
sebagai anggota masyarakat. Sejalan dengan hal itu, Nurjamal, Sumirat, dan Darwis (2011:
24) mengemukakan berbicara adalah kemampuan seseorang mengemukakan gagasan-

1
pikiran, pendapat, pandangan secara lisan-langsung kepada orang lain baik bersemuka
langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui media radio, televisi. Proses berbicara
melibatkan tiga hal, yaitu pembicara, informasi yang akan disampaikan, dan pendengar.
Ketiga hal tersebut juga dapat menjadi pengaruh berhasil tidaknya bagi keterampilan
berbicara seseorang.Nurjamal, dkk. (2011: 4) menjelaskan bahwa sejatinya berbicara itu,
bisa dikatakan gampang- gampang susah. Prinsipnya, asal kita menguasai apa yang akan kita
bicarakan. Syarat mudah berbicara lainnya perbanyaklah aktivitas menyimak dan membaca.
Jadi, kita termasuk orang yang terampil berbicara apabila kita mampu menyampaikan
gagasan, pikiran, dan perasaan kita secara lisan kepada orang lain dengan benar, akurat, dan
lengkap, sehingga orang lain paham betul apa yang kita sampaikan. uzan (2011)
mengungkapkan tujuh langkah dalam membuat mind mapping. Pertama, mulailah dari bagian
tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar.Alasannya, memulai dari
tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk
mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.Kedua, gunakan gambar atau foto
untuk ide sentral Anda.Alasannya, sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita
menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap
terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita. Ketiga, gunakan warna.
Bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat mind map lebih hidup,
menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan. Keempat, hubungkan
cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke
tingkat satu dan dua, dan seterusnya.Alasannya, otak bekerja menurut asosiasi.Otak senang
mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-
cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan mengingat. Kelima, buatlah garis melengkung,
bukan garis lurus. Alasannya, garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang
melengkung dan organis, seperti cabang- cabang pohon, jauh lebih menarik di mata.Keenam,
gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.Alasannya, kata kunci tunggal memberi lebih
banyak daya dan fleksibilitas kepada mind map.Setiap kata tunggal atau gambar adalah
seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi dan hubungannya sendiri.Bila karenanya
lebih bisa memicu ide dan pikiran baru.Ketujuh, gunakan gambar.Alasannya, gambar, seperti
gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata. Jadi, bila kita hanya mempunyai 10
gambar di dalam mind map kita, mind map kita sudah setara dengan 10.000 kata
catatan.Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II dapat dinyatakan
bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran berbicara (baik keaktifan maupun hasil)
dengan metode mind mapping. Hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut.Pertama, keaktifan
2
siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara meningkat. Pada siklus I sebanyak 54,4% (22
siswa) dan pada siklus II meningkat menjadi 78,1% (32 siswa). Kedua, kemampuan siswa
dalam menyelaraskan hasil mind mappingnya dengan keterampilannya berbicara meningkat.
Pada siklus I 62,5% (25 siswa) mampu membuat mind mapping dengan benar dan baik
keterampilan berbicaranya, dan pada siklus II meningkat menjadi sebesar 80% (32 siswa).
Ketiga, kemampuan siswa dalam melakukan praktik berbicara di depan kelas dengan kriteria
ketuntasan minimum 68 meningkat. Pada siklus I sebanyak 62,5% (25 siswa) mampu
mendapat nilai tuntas, dan pada siklus II meningkat menjadi 85% (34 siswa). Sebelum
melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di
lapangan.Dari kegiatan survei awal, peneliti menemukan bahwa keaktifan dan hasil
pembelajaran keterampilan berbicara siswa masih tergolong rendah. Kemudian peneliti
berkolaborasi dengan guru kelas IV SD Negeri Karanganyar 1 untuk mengatasi masalah
tersebut dengan menggunakan metode mind mapping dalam proses pembelajaran berbicara.
Kemudian peneliti dan guru merancang rencana untuk siklus I. Pada pelaksanaan siklus I
ternyata terdapat kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaannya.Siklus II dilaksanakan untuk
mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I. Siklus II menunjukkan bahwa
kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I sudah bisa diatasi dan menguatkan tindakan
siklus I bahwa metode mind mapping dapat meningkatkan keaktifan dan hasil pembelajaran
keterampilan berbicara siswa kelas IV SD Negeri Karanganyar 1. Berdasarkan tindakan-
tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran berbicara dengan metode mind
mapping yang mampu mengefektifkan waktu sehingga kemampuan siswa dalam berbicara
dapat berkembang secara optimal dan meningkatkan hasil pembelajaran berbicara Metode
mind mapping juga sebagai sarana bagi guru untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran berbicara.

3
BAB II

KEUNGGULAN PENELITIAN

A. Kegayutan Antar Elemen

ada kegayutan antar elemen dalam jurnal, penulis mampu menyajikan materi secara
berurutan dan sistematis. Pada jurnal tersebut penulis menguraikan materi dari dasar yaitu
pembelajaran bahasa, kemudian pembelajaran menggunakan mind mapping dan dilanjutkan
dengan langkah dalam membuat mand mapping.

B. Originalitas Temuan

Pada jurnal terlampir data-data yang akurat sehingga keoriginalitas penelitian bisa
dikatakan baik dan mencukupi standar untuk melakukan penelitian, seperti pada bagian
abstrak yaitu “Rata- rata siswa yang aktif dari 40 siswa meningkatkan dari siklus pertama ke
siklus kedua, yaitu dari 54,4% menjadi 78,1%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
penggunakan metode pemetaan pikiran dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan
berbicara siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 1.Hal ini dapat dilihat dari
jumlah siswa yang dapat mencapai ketuntasan minimal. Pada siklus pertama, jumlah siswa
yang mendapatkan nilai tuntas lebih dari nilai 68 ada 25 siswa atau 62,5% dari jumlah total
siswa (40 siswa). Pada siklus kedua, jumlahsiswa yang mendapatkan nilai lebih dari nilai 68
adalah 34 siswa atau 85% dari jumlah total siswa”

C. Kemuktahiran Masalah

Kemutakhiran pada jurnal tersebut diuraikan memiiki unsure mutakhir, hal ini dapat
dilihat dari Permasalahan yang ada menunjukkan pembelajaran keterampilan berbicara masih
kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa
mempunyai gambaran dan lebih mudah berkonsentrasi tentang apa yang akan disampaikan di
depan kelas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar pembelajaran keterampilan
berbicara dapat berjalan optimal adalah dengan memberikan metode yang dirasa mampu
membuat siswa lebih siap dengan apa yang akan disampaikan di depan kelas. Dengan
demikian, siswa pun aktif dan berani tampil di muka karena dirinya merasa sudahtahu atau
menguasai apa yang akan disampaikan pada teman-teman sekelasnya.

4
D. Kohesi Dan Koherensi Isi Penelitian

Pada jurnal tersebut tidak dijumpai satupun kalimat yang menyimpang dari gagasan
utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan .penulis mampu
menghubungkan antara paragraph utama dan hubungan yang disampaikan pada paragraph
dan juga penulis mampu memadupadankan setiap penggunaan kata-kata dalam setiap
paragraph. Dan jugajurnal ini sangat bagus karena disertai contoh-contoh dan hasil data
penelitiannya.

5
BAB III

KELEMAHAN PENELITIAN

A. Kegayutan Antar Elemen

Penulis sudah mampu menjabarkan dengan baik tetapi sayangnya pada bagian abstrak
penulis menggabungkan bagian latar belakang serta tujuan dari penelitian tersebut.hal ini
menyebabkan pembaca kurang mengetahui secara jelas mengenai latar belakang serta tujuan
penelitian tersebut.

B. Originalitas Temuan

Pada jurnal tersebut data-data yang terlampir pada jurnal tersebut sudah dijelaskan
secara detail pada objeknya dan juga terdapat tambahan kolom agar pembaca memahami apa
maksud dari penelitian tersebut.

C. Kemuktahiran Masalah

Kemutakhiran pada jurnal ini diuraikan tidak memiiki kelemahan unsure mutakhir,
hal ini dapat dilihat dari penjelasan masalah dijelaskan secara detail dan menyeluruh dan
terdapat juga solusi yang diberikan terhadap masalah tersebut.

D. Kohesi Dan Koherensi Isi Penelitian

Pada bagian kohesi dan koherensi jurnaltersebut tidak dapat ditemukan


kelemahannya hal ini dikarenakan penulis sudah sangat bagus dalam memaparkan materi dan
tidak ada satupun pembahasan yang menyimpang maupun loncat-loncat sehingga para
pembaca tidak dibinggungkan.

6
BAB IV

IMPLIKASI

A. Implikasi Terhadap Teori

Jurnal dariAnnisa Aini, Andayani, Dan Atikah Anindyarini ini sangat bermanfaat
untuk dijadikan landasan teori ataupun bahan ajar karena pada jurnal ini sudah sangat bagus
memaparkan penjelasan mengenai pengenalan bahasa,komponen terpenting dalam
komunikasi, mind mapping, serta penjelasan mengenai berbicara,proses serta tahapannya dan
hasil penelitian yang akurat sehingga kita bisa menarik kesimpulan dan mengambilnya
sebagai bahan teori.

B. Implikasi terhadap pembangunan di Indonesia

Jurnal dari Annisa Aini, Andayani, Dan Atikah Anindyarini ini sangat bagus sehingga
dengan membaca jurnal ini kita dapat mengetahui manfaat mind mapping untuk
meningkatkan keterampilan berbicara pada anak siswa sekolah dasar. Dengan demikian
semakin banyak guru yang memberikan metode atau cara cara baru agar peserta didik
mampu berbicara, maka semakin majulah anak anak di Indonesia dalam berbicara dengan
menggunakan komunikasi yang baik dan benar .

C. Pembahasan Dan Analisis

Jurnal dariAnnisa Aini, Andayani, Dan Atikah Anindyarini ini sangat bagus dari
segipembahasan dan analisisnya karena pada jurnal ini sudah sangat jelas dalam menyajikan
materi sehingga dapat membantu pembaca, Selanjutnya penggunaan metode mind mapping
dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas IV SD Negeri Karanganyar 1.
Terbukti dengan meningkatnya hasil pembelajaran berbicara. Hasil ketuntasan belajar siswa
pada siklus I sebesar 62,5% atau sebanyak 25 siswa, pada siklus II meningkat menjadi 85%
atau sebanyak 34 siswa.

7
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Penggunaan metode mind mapping dapat meningkatkan keaktifan pembelajaran


berbicara pada siswa kelas IV SD Negeri Karanganyar 1 terbukti dengan adanya peningkatan
keaktifan pembelajaran yaitu: (a) pada siklus I sebanyak 54,4% (22 siswa), dan pada siklus II
meningkat menjadi 78,1% (32 siswa) yang aktif dalam kegiatan pembelajaran berbicara, (b)
pada siklus I sebanyak 62,5% (25 siswa), dan pada siklus II meningkat menjadi 80% (32
siswa) mampu menyelaraskan hasil pemetaan pikirannya dengan keterampilan berbicara.
Selanjutnya penggunaan metode mind mapping dapat meningkatkan keterampilan berbicara
pada siswa kelas IV SD Negeri Karanganyar 1.Terbukti dengan meningkatnya hasil
pembelajaran berbicara. Hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 62,5% atau
sebanyak 25 siswa, pada siklus II meningkat menjadi 85% atau sebanyak 34 siswa.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah hendaknya
pembelajaran berbicara dilakukan dengan menciptakan interaksi yang aktif, baik itu dari guru
maupun siswa.Interaksi yang aktif dapat diwujudkan melalui metode yang digunakan oleh
guru Dengan demikian, pembelajaran berbicara mampu mengaktifkan siswa, menumbuhkan
motivasi, dan keberanian siswa sehingga guru pun lebih mudah menyampaikan materi
pembelajaran berbicara.

8
DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. (2008). Keterampilan Berbicara Rhetorika dan Berbicara Efektif. Diperoleh 29


September 2011 http://student.eepisits.edu/yakfiy/berbicara%.

Arsjad, G.M. & Mukti U. S..(1991). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.

Buzan, T. (2011).Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kartohadikusumo, S.M. (1968). Kurikulum Sekolah Dasar 1968. Jakarta: Direktorat


Pendidikan Prasekolah/Sekolah Dasar/S.L.B Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kurniasih, L. (2012). Mengembangkan Ketrampilan Berbicara untuk Siswa Sekolah Dasar.


Diperoleh 22 Mei 2012, dari
http://lisdianakurniasih.blogspot.com/2012/04/mengembangkan- ketrampilan-
berbicara.html..

Lentera.(2011). Pembelajaran Berbicara di Sekolah Dasar. Diperoleh 22 Mei 2012, dari


dalam http://lenterakecil.com/pembelajaran-berbicara-sekolah- dasar/.

Nurgiyantoro, B. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPFE.

Nurhadi. (1995). Tata Bahasa Pendidikan: Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa.
Semarang: IKIP Semarang Press.

Nurjamal, D., Warta S, Riadi D. (2011). Terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta.

Parera, J. D. (1991). Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.

Rich, Dorothy. (2008). Sukses untuk Anak-Anak Kelas 4-6 SD”Bergerak Melampaui Dasar
Sebagai Pembelajar yang Lebih Kuat”. Jakarta: PT. Indeks.

Saddhono, K.& Slamet, St. Y. . (2012). Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia


(Teori dan Aplikasi). Bandung: Karya Putra Darwati.

Windura, S. (2008). Mind Map Langkah Demi Langkah. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

9
JURNAL KEDUA
2
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBEJARAN BONEKA KAUS KAKI UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS II SEKOLAH
DASAR
Oleh : Erwin Putera Permana
PGSD FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri
erwinp@unpkediri.ac.id

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................i

BAB I RINGKASANARTIKEL/HASIL PENELITIAN..................................................1

BAB II KEUNGGULAN PENELITIAN............................................................................4

E. Kegayutan antar elemen ...........................................................................................4


F. Originalitas temuan ..................................................................................................4
G. Kemuktahiran masalah .............................................................................................4
H. Kohesi dan koherensi isi penelitian ..........................................................................4

BAB III KELEMAHAN PENELITIAN.............................................................................6


A.Kegayutan antar elemen ...............................................................................................6
B.Originalitas temuan .......................................................................................................6
C.Kemuktahiran masalah .................................................................................................6
D.Kohesi dan koherensi isi penelitian...............................................................................6

BAB IV IMPLIKASI ............................................................................................................7

D. Implikasi Terhadap Teori............................................................................................7


E. Implikasi Terhadap Program Pembangunan di Indonesia ..........................................7
F. Pembahasan dan Analisis ...........................................................................................7

BAB V PENUTUP ................................................................................................................8

C. SIMPULAN.................................................................................................................8
D. SARAN.......................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................9

i
BAB I

RINGKASAN ARTIKEL ATAU HASIL PENELITIAN

Berbicara adalah salah satu jenis ketrampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat
produktif. Akhadiah (1991:153) menyatakan bahwa proses penyampaian secara lisan disebut
berbicara. Dalam materi komunikasi pembicara berlaku sebagai pengirim pesan sedangkan
penerima adalah penerima pesan. Kegiatan berbicara dilakukan untuk mengadakan hubungan
sosial dan berkomunikasi. Dalam proses belajar berbahasa di sekolah siswa mengembangkan
kemampuan secara vertikal tidak secara horizontal. Siswa dapat mengungkapkan pesan
secara lengkap meskipun belum sempurna. Semakin lama keterampilan berbicara dilatih
semakin sempurna dalam artian strukturnya semakin benar, pilihan katanya semakin tepat,
kalimatnya semakin bervariasi. Dengan kata lain perkembangan tersebut tidak secara
horizontal mulai dari fonem, kata, fase, kalimat, dan wacana. Ellis (dalam Rofi uddin,
1999:12) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara vertikal dalam
meningkatkan keterampilan berbicara yaitu (1) menirukan pembicaraan orang lain
(khususnya guru), (2) mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai, dan (3)
mendekatkan atau menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum
benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar.
Penggunakan media boneka juga tidak kalah menariknya bagi siswa. Media boneka
yang dapat dipergunakan guru pada teknik ini yaitu boneka kaus kaki. Media pembelajaran
boneka kaus kaki merupakan media sederhana yang dapat dibuat sendiri dengan bahan yang
mudah ditemukan di sekitar siswa. Penggunaan media pembelajaran boneka kaus kaki
ditampilkan dalam bercerita dan dapat menyampaikan pesan yang mendidik dan hiburan
yang menarik bagi siswa. Media pembelajaran ini dikemas lebih menarik, komunikatif dan
menyenangkan. Selain itu, menggunakan media boneka kaus kaki dalam bercerita akan
melibatkan pancaindra secara bersamaan sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dengan
nilai-nilai yang ingin disampaikan mudah untuk diterima (Sandra, 2012: 8).
Penelitian ini menggunakan model pengembangan Borg and Gall. Langkahlangkah
model pengembangan Borg & Gall adalah (1) penelitian dan pengumpulan data, (2)
perencanaan, (3) perancangan produk awal, (4) uji awal produk, (5) revisi produk
berdasarkan masukan dari uji awal, (6) uji lapangan utama, (7) penyempurnaan produk hasil
uji lapangan, (8) uji pelaksanaan lapangan, (9) penyempurnaan produk akhir, (10) diseminasi
dan implementasi (Borg & Gall, 1983:775).

1
Langkah penelitian yaitu terdiri dari :
1. Study pendahuluan
2. Perencanaan
3. Desain produk
4. Validasi produk
5. Uji coba produk
6. Produk akhir
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dan statistik
deskriptif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengolah data yang berupa
masukan, kritik, saran dan tanggapan. Sedangkan analisis data statistik deskriptif digunakan
untuk mengolah data yang diperoleh dari angket dan lembar observasi.
Kegiatan pembelajaran yang didominasi oleh guru berdampak pada rendahnya
aktivitas belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru diperoleh data bahwa guru
mengalami kesulitan dalam menentukan atau menyediakan media pembelajaran untuk
melatih keterampilan berbicara (bercerita) dalam pembelajaran di kelas. Selama ini guru
belum pernah mendesain media pembelajaran sendiri khususnya media pembelajaran boneka
kaus kaki untuk untuk melatih keterampilan bercerita. Media yang digunakan dalam
pembelajaran mengacu pada gambar yang ada pada LKS dan buku teks. Metode yang
digunakan dalam pembelajaran masih kurang dapat mengaktifkan siswa. Guru
menginformasikan bahwa siswa lebih tertarik pada materi yang dapat mereka lihat dan
melibatkan siswa secara langsung. Siswa cenderung kurang bersemangat dan cenderung
mengantuk dalam belajar jika materi hanya disampaikan dengan dijelaskan, diberi catatan di
papan tulis dan diberi pertanyaan. Uji coba terbatas dilakukan untuk mengetahui tingkat
kepraktisan, kemenarikan, keefektifan, kee¿ sienan produk dan keterterapan media
pembelajaran boneka kaus kaki di sekolah dasar. Uji coba terbatas dilakukan dengan
menggunakan lesson study yang tahapannya yaitu Plan (Perencanaan), Do (Tindakan)

Berdasarkan hasil lesson study dapat diketahui bahwa, pemanfaatan media


pembelajaran boneka kaus kaki dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Kegiatan
pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru. Siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran dengan melakukan diskusi dan bekerja secara kelompok. Keterampilan
berbicara siswa juga sudah sangat baik. Berdasarkan data yang diperoleh terkait dengan
keterampilan berbicara siswa lebih dari 70% siswa telah tuntas dalam belajar dengan nilai
lebih dari 75. Ditinjau dari analisis penggunaan media boneka kaus kaki mempunyai
2
pengaruh positif, efektif dan efisien yaitu; meningkatkan kemampuan anak dalam berbagai
aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca juga menulisnya. Semua aspek berbahasa secara
umum merupakan keseluruhan kemampuan bahasa anak yang memerlukan proses yang
memerlukan motivasi dan stimulasi agar anak optimal dalam pencapaian tingkatan
perkembangan bahasanya. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Vernom dalam Munir (2012:142)
yang menyatakan bahwa siswa belajar, 10% dari apa yang dibaca; 20% dari apa yang
didengar; 30% dari apa yang dilihat; 50% dari apa yang dilihat dan didengar; 70% dari apa
yang dikatakan; 90% dari apa yang dilakukan. Berpijak pada konsep Vernom, maka
pembelajaran dengan menggunakan teknologi multimedia akan meningkatkan kemampuan
belajar siswa sebesar 50% dari pada tanpa menggunakan media.

3
BAB II

KEUNGGULAN PENELITIAN

A. Kegayutan Antar Elemen

ada kegayutan antar elemen dalam jurnal, penulis mampu menyajikan materi secara
berurutan dan sistematis. Pada jurnal tersebut penulis menguraikan materi dari dasar yaitu
pembelajaran bahasa, kemudian pembelajaran menggunakan pengembangan media
pembelajaran boneka kaus kaki.

B. Originalitas Temuan

Pada jurnal terlampir data-data yang menyatakan bahwa siswa belajar, 10% dari apa yang
dibaca; 20% dari apa yang didengar; 30% dari apa yang dilihat; 50% dari apa yang dilihat
dan didengar; 70% dari apa yang dikatakan; 90% dari apa yang dilakukan. Berpijak pada
konsep Vernom, maka pembelajaran dengan menggunakan teknologi multimedia akan
meningkatkan kemampuan belajar siswa sebesar 50% dari pada tanpa menggunakan media.

C. Kemuktahiran Masalah

Kemutakhiran pada jurnal tersebut diuraikan memiiki unsure mutakhir, hal ini dapat
dilihat dari Permasalahan yang ada menunjukkan pembelajaran keterampilan berbicara masih
kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa
mempunyai gambaran dan lebih mudah berkonsentrasi tentang apa yang akan disampaikan di
depan kelas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar pembelajaran keterampilan
berbicara dapat berjalan optimal adalah dengan memberikan metode yang dirasa mampu
membuat siswa lebih siap dengan apa yang akan disampaikan di depan kelas. Dengan
demikian, siswa pun aktif dan berani tampil di muka karena dirinya merasa sudahtahu atau
menguasai apa yang akan disampaikan pada teman-teman sekelasnya.

D. Kohesi Dan Koherensi Isi Penelitian

Pada jurnal tersebut tidak dijumpai satupun kalimat yang menyimpang dari gagasan
utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan .penulis mampu
menghubungkan antara paragraph utama dan hubungan yang disampaikan pada paragraph
dan juga penulis mampu memadupadankan setiap penggunaan kata-kata dalam setiap

4
paragraph. Dan juga jurnal ini sangat bagus karena disertai contoh-contoh dan hasil data
penelitiannya.

5
BAB III

KELEMAHAN PENELITIAN

A. Kegayutan Antar Elemen

Penulis sudah menjabarkan dengan baik namun penulis tidak menyebutkan manfaat
pembelajaran boneka kaus kaki untuk meningkatkan keterampilan berbicara untuk siswa SD
serta tidak menyebutkan keefektifan pembelajaran dengan media tersebut.

B. Originalitas Temuan

Pada jurnal tersebut data-data yang terlampir pada jurnal tidak disebutkan secara
rinci, tidak disebutkan sekolah yang dijadikan objek penelitian serta banyaknya siswa yang
ikut serta dalam penelitian tersebut.

C. Kemuktahiran Masalah

Kemutakhiran pada jurnal ini diuraikan tidak memiiki kelemahan unsure mutakhir,
hal ini dapat dilihat dari penjelasan masalah dijelaskan secara detail dan menyeluruh dan
terdapat juga solusi yang diberikan terhadap masalah tersebut.

D. Kohesi Dan Koherensi Isi Penelitian

Pada bagian kohesi dan koherensi jurnal tersebut tidak dapat ditemukan kelemahan
dikarenakan penulis sudah sangat bagus dalam memaparkan materi dan tidak ada satupun
pembahasan yang menyimpang sehingga para pembaca tidak dibinggungkan.

6
BAB IV

IMPLIKASI

4.1 IMPLIKASI TERHADAP TEORI


Jurnal dari Erwin Putera Permainan ini sangat bermanfaat untuk dijadikan bahan ajar
karena pada jurnal ini sudah sangat bagus memaparkan penjelasan mengenai pengembangan
media pembejaran boneka kaus kaki untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa di SD
serta penjelasan mengenai berbicara, proses serta tahapannya dan hasil penelitian yang akurat
sehingga kita bias menarik kesimpulan dan mengambilnya sebagai bahan teori.

4.2 IMPLIKASI TERHADAP PEMBANGUNAN INDONESIA

Jurnal dari Erwin Putera Permaina ini sangat bagus sehingga dengan membaca jurnal ini
kita dapat mengetahui manfaat media pembejaran boneka kaus kaki untuk meningkatkan
keterampilan berbicara pada anak siswa kelas II sekolah dasar. Dengan demikian semakin
banyak guru yang memberikan metode atau cara-cara baru agar peserta didik mampu
berbicara, maka semakin majulah anak-anak di Indonesia dalam berbicara dengan
menggunakan komunikasi yang baik dan benar .

4.3 IMPLIKASI TERHADAP PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Jurnal dari Erwin putera permainan ini sangat bagus dari segi pembahasan dan analisisnya
karena pada jurnal ini sudah sangat jelas dalam menyajikan materi sehingga dapat membantu
pembaca, Selanjutnya menggunakan produk media pembelajaran boneka kaus kaki ini guru
sebaiknya memahami isi dari buku petunjuk penggunaan media pembelajaran boneka kaus
kaki, guru sebaiknya memahami isi dari RPP yang telah dibuat agar metode dan media
pembelajaran yang direncanakan dapat diterapkan dengan lancar. Sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan dalam
pembelajaran dipersiapkan terlebih dahulu, guru sebaiknya memastikan kesiapan siswa dalam
kegiatan bercerita dan bekerja secara kelompok, guru juga dapat memberikan hadiah pada
siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran untuk lebih memotivasi siswa dalam belajar,
penerapan media pembelajaran boneka kaus kaki dengan metode bercerita sebaiknya
diakukan dengan lesson study agar kualitas pembelajaran yang dilakukan dapat terus
ditinggkatkan.

7
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan media boneka kaus
kaki dapat meningkatkan keterampilan berbicara. Siswa menjadi lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran dengan melakukan diskusi dan bekerja secara kelompok.
Keterampilan berbicara siswa juga sudah sangat baik. Berdasarkan data yang diperoleh
terkait dengan keterampilan berbicara siswa lebih dari 70% siswa telah tuntas dalam belajar
dengan nilai lebih dari 75. Ditinjau dari analisis penggunaan media boneka kaus kaki
mempunyai pengaruh positif, efektif dan efisien yaitu; meningkatkan kemampuan anak
dalam berbagai aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca juga menulisnya.

5.2 Saran
1. Bagi Guru Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, sebaiknya guru diharapkan
menggunakan media boneka kaus kaki sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan keterampilan berbicara anak.
2. Bagi Sekolah Memberikan dan menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan
pembelajaran menggunakan media boneka kaus kaki. Mendukung upaya guru
dalam menggunakan media boneka kaus kaki untuk meningkatkan keterampilan
berbicara. Perlu adanya penelitian ulang tentang keterampilan berbicara melalui
boneka kaus kaki minimal setelah 1 bulan penelitian dilakukan. Hal tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui apakah tingkat keberhasilan anak masih tetap,
berkurang atau meningkat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grofindo Persada.

Borg, W. R., & Gall, M. D. 1983. Education Research an Introduction (fourth ed.). New
York: Longman Inc.

Fathurrahman, P dan Sutikno, S. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Munir. 2012. Multimedia Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta. S

etyosari, P. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV alfabeta

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:


Kencana Prenada Media

Anda mungkin juga menyukai