Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Perseptor wahana Perseptor Fakultas
2
BAB I
KASUS
3
1.4 Objektif
1. Pemeriksaan fisik
• Inspeksi
• Palpasi
2. Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan kadar kolesterol total
• Pemeriksaan kadar trigliserida
• USG abdomen
1.5 Assessment
• Dislipidemia primer
• Dislipidemia sekunder
1.6 Plan
Kadar kolesterol tinggi, penggunaan obat golongan statin merupakan pilihan
utama (pada beberapa kondisi dapat pula digunakan bile acid
sequestrants, ezetimibe, atau niasin)
Kadar trigliserida tinggi, pilihan terapi adalah golongan fibrat, niasin, asam
lemak omega tiga dan diet lemak tidak jenuh
4
BAB II
5
• Faktor risiko
1. Genetic
Hiperkolesterolemia familial merupakan salah satu penyakit
genetic yang memiliki gangguan gen tunggal yang
mempengaruhi reseptor LDL dan berkurangnya atau tidak
adanya ambilan partikel LDL sehingga LDL akan terakumulasi
di dalam darah. Kelainan ini bersifat autosomal dominan dan
terdapat bentuk homozigot maupun heterozigot.
2. Usia
6
Tabel 2 (pathogenesis arterosklerosis yang disebabkan dislipidemia)
• Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya dislipidemia berkaitan dengan metabolisme
lipid di dalam tubuh. Secara umum, lemak di dalam darah di
metabolisme di hati. Asupan lemak berlebih menyebabkan terjadinya
gangguan proses metabolisme kolesterol yang berujung pada
penumpukan kolesterol di hati. Akibatnya, kolesterol tidak dapat
diangkut seluruhnya oleh lipoprotein menuju ke hati dari aliran darah
di seluruh tubuh. Hal ini terjadi berulang-ulang dan berlangsung cukup
lama, sintesis kolesterol di hati terus meningkat dan densitas reseptor
LDL menurun sehingga akhirnya kolesterol menumpuk di dinding
pembuluh darah dan menimbulkan plak (Jellinger PS et al, 2017).
Metabolisme lipoprotein, terdapat 3 jalur antara lain:
Jalur metabolisme eksogen
Makanan yang mengandung lemak terdiri atas trigliserida dan
kolesterol. Selain dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol
7
dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak
dari makanan maupun dari hati disebut lemak eksogen. Di dalam
enterosit mukosa usus halus, trigliserida akan diserap sebagai asam
lemak bebas sedangkan kolesterol sebagai kolesterol. Kemudian di
dalam usus halus asam lemak bebas akan diubah menjadi trigliserida
sedangkan kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol
ester. Dimana keduanya akan membentuk lipoprotein yang dikenal
dengan kilomikron bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein.
Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe yang akhirnya masuk ke
dalam aliran darah melalui duktus torasikus. 10 Trigliserida dalam
kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase
menjadi asam lemak bebas yang dapat disimpan sebagai trigliserida
kembali di jaringan lemak (adiposa), tetapi bila berlebih sebagian akan
diambil oleh hati sebagai bahan untuk membentuk trigliserida hati.
Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar akan menjadi
kilomikron remnant mengandung kolesterol ester yang akan dibawa ke
hati (Rader JD et al 2015).
Jalur metabolisme endogen
Trigliserida dan kolesterol di hati akan disekresi ke dalam sirkulasi
sebagai lipoprotein VLDL. Dalam sirkulasi, VLDL akan mengalami
hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase dan akan berubah menjadi IDL
yang juga akan mengalami hidrolisis menjadi LDL. LDL adalah
lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian LDL
akan dibawa ke hati, kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang
mempunyai reseptor untuk kolesterol LDL. Sebagian lagi akan
mengalami oksidasi yang akan menjadi sel busa. Makin banyak
kolesterol LDL dalam plasma oksidasi makin banyak dan ditangkap
oleh sel makrofag. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat
oksidasi: a. Meningkatnya jumlah small dense LDL seperti pada
sindroma metabolik dan diabetes mellitus. b. Makin tinggi kadar
8
kolesterol HDL yang bersifat protektif terhadap oksidasi LDL
(Chaudury, B. 2018).
Jalur reverse cholesterol transport
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol mengandung
apolipoprotein A,C dan E disebut HDL nascent. HDL nascent yang
berasal dari usus halus dan hati mengandung apolipoprotein A1. HDL
nascent mengambil kolesterol bebas yang tersimpan di makrofag.
Setelah mengambil kolesterol bebas, kolesterol tersebut akan
diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lecithin cholesterol
acyltransferase. Selanjutnya sebagian kolesterol ester tersebut dibawa
oleh HDL akan mengambil 2 jalur. Jalur pertama akan ke hati
sedangkan jalur kedua kolesterol ester dalam HDL akan ditukar dengan
trigliserida dari VLDL dan IDL dengan bantuan kolesterol ester transfer
protein untuk dibawa kembali ke hati (Chaudury B, 2018).
• Penegakan diagnosa
Untuk melakukan penegakan diagnosis dislipidemia, maka dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien. Biasanya dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik akan ditemukan keluhan dan tanda klinis yang
mengarah pada dislipidemia. namun, cenderung lebih tepat apabila
dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan kadar kolesterol.
9
o Anamnesis
Pada anamnesis, perlu dicari faktor risiko aterosklerotik, yaitu
kebiasaan merokok, riwayat hipertensi, riwayat pemeriksaan
kadar lipid sebelumnya yang menunjukkan kadar kolesterol HDL
rendah, riwayat penyakit jantung dini pada keluarga (pada wanita
usia <65 tahun dan pria usia <55 tahun), serta usia pasien saat ini
(laki-laki >45 tahun, perempuan >55 tahun). Selain itu, perlu juga
menggali kebiasaan dan gaya hidup pasien seperti asupan
makanan sehari-hari, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, serta
aktivitas fisik harian (Nordestrgard B.G 2016).
o Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dari osteoartritis dapat dibagi menjadi:
➢ Inspeksi (look)
➢ Palpasi (feel)
o Pemeriksaan penunjang
10
Pada keadaan tertentu seperti kadar trigliserid tinggi, maka
kemungkinan masih terdapta variasi hasil dari pemeriksaan K-
HDL dan secara langsung juga mempengaruhi hasil perhitungan
kolesterol non -HDL, oleh karena itu bila terdapat sarana
laboratorium, maka dapat dilakukan pemeriksaan apoB sebagai
pemeriksaan alternative. Kadar apoB dianggap setara dengan
kadara non-HDL. Analisis terhadap kadar apoB secara langsung
lebih akurat oleh karena variabilitasnya lebih kecil. Perhitungan
kadar non-HDL dan atau pemeriksaan apoB digunakan untuk
menilai pencapaian target terapi sekunder, khususnya pada
pasien-pasien yang beresiko sangat tinggi dan juga dalam upaya
pencegahan kejadian PKV yang rekuren;
• Penatalaksanaan
11
a. Yang pertama dilakukan adalah identifikasi adanya PJK
atau masalah yang setara dengan PJK seperti adanya
penyakit arteri karotis, penyakit arteri perifer, atau
aneurisma aorta abdominalis
b. Jika didapatkan masalah berupa PJK/ setara PJK maka
dimasukkan ke dalam kelompok risiko tinggi atau kelompok
risiko sangat tinggi (jika memiliki factor risiko multiple,
terutama diabetes)
c. Untuk kelompok risiko sangat tinggi direkomendasikan
segera pemberian statin dengan target K-LDL < 70 mg/dl.
d. Untuk kelompok risiko tinggi dimulai pemberian statin jika
K-LDL > 130 mg/ dl dengan target K-LDL < 100 mg/dl
e. Untuk kelompok risiko sedang dengan 2 faktor risiko mayor
dan risiko PJK dalam 10 tahun <10% maka dilakukan
pemberian statin jika K-LDL . 160 mg/dl dengan target K-
LDL < 130 mg/dl. Pada kelompok risiko rendah pemberian
statin jika LDL > 190 mg/dl dengan target < 160 mg/dl
• Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan akibat osteoarthritis adalah penyakit
jantung coroner, stroke, penyakit arteri karotis, penyakit arteri perifer
dan aneurisma aorta abdominal. (Jellinger et al., 2017).
• Prognosis
Prognosis umumnya baik apabila diketahui lebih dini dan belum
menimbulkan komplikasi. (Jellinger et al., 2017).
12
2.2 Pembahasan
Pasien dengan inisial Tn. W datang untuk melakukan medical check-up. Saat
dilakukan pemeriksaan pasien tidak mengeluhkan apapun. Namun, pasien
memiliki Riwayat kolesterol tinggi. Saat ini, kadar kolesterol pasien masih
tinggi, dan belum mengalami perubahan dari sebelumnya. Saat dilakukan
pemeriksaan kadar kolesterol total pasien tersebut mencapai 259 mg/dl dan
kadar trigliserida yang tinggi yaitu mencapai 200 mg/dl. Kemudian pasien
dilakukan pemeriksaan fisik thorax dan pemeriksaan penunjang berupa USG
abdomen. Dari hasil pemeriksaan USG tersebut didapatkan bahwa terdapat
penumpukkan lemak di hepar. Perlemakan hati terjadi saat tubuh memproduksi
lebih banyak lemak sementara proses pemecahannya di hati tidak cukup cepat,
sehingga lemak tertimbun dalam jaringan hati. Perlemakan hati dapat
digolongkan menurut penyebabnya, dan yang paling banyak terjadi adalah
karena konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan. Akibatnya, hati tidak
bisa memecah alkohol.(Idilman et al, 2016)
13
BAB III
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
Field lab kali ini dilakukan dengan menggunakan media telemedicine, untuk itu
praktikan diharapkan memperhatikan dengan baik pemeriksaan yang dilakukan
oleh dokter dari mulai pasien menceritahan keluhan, rangkaian pengambilan
data dan pemeriksaan untuk penegakan diagnosis, serta penatalaksanaan yang
diberikan oelh dokter.
14
DAFTAR PUSTAKA
Eckel RH, Cornier MA. Update on NCEP ATP-III emerging cardiometabolic risk
factors. BMC Med 2014;12:115
Liu, H.-H., & Li, J.-J. Aging and dyslipidemia: A review of potential mechanisms.
Ageing Research Reviews. 2015. 19: 43–52.doi:10.1016/j.arr.2014.12.00
Sudoyo, A. W. et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: Interna
Publishing.
15
16