Anda di halaman 1dari 6

Air Terjun Tirai Nangingan

Gambar 1. Air Terjun di bagian atas dan bagian bawah di Air Naningan bagian aliran Sungai
Sukamanah

Geovidersity

Batuan yang tersingkap di lokasi air terjun didominasi oleh batuan beku andesit yang tersingkap di sekitar
area air terjun. Air terjun ini merupakan aliran Sungai Sukamanah. Salah satu struktur yang paling menarik
dari batuan geologi air terjun adalah singkapan batuan andesit dengan kekar tiang (columnar joints) yang
dikelilingi oleh batuan breksi vulkanik. Kekar ini merupakan sebuah rekahan alamiah yang berbentuk kolom-
kolom heksagonal maupun pentagonal. Kekar tiang yang terbentuk di lokasi air terjun Curug Tirai
merupakan batuan lava andesit yang terbentuk dari aliran lava. Berdasarkan pengamatan batuan di lokasi air
terjun, kekar tiang tersingkap pada aliran air terjun yang berada di lokasi yang lebih tinggi dan lokasi
utama dari air terjun yang ada di bawahnya seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1.
Pola singkapan struktur kekar tiang yang berulang di bagian air terjun atas dan air terjun di bawahnya
mengindikasikan jenis kekar tiang MUF (multiple unit flow). Pola kekar tiang ini ditandai oleh adanya dua
bentukan kekar tiang yang dipisahkan oleh struktur acak ditengahnya serta breksi vulkanik di bagian atas dan
bawah (Gambar 2). Kondisi pembentukan kekar tiang yang tersingkap di lokasi air terjun mengindikasikan
lingkungan pembentukannya merupakan daerah lembahan, sehingga ketebalan lava yang terbentuk cukup
tebal. Dengan ukuran kekar tiang yang memiliki diameter yang lebar, maka dapat diinterpretasikan bahwa
proses pendinginan lava terjadi dengan lambat.
Gambar 2. Kekar tiang yang nampak berorientasi tegak lurus dengan bidang aliran lava (kiri) dan
batuan breksi vulkanik di bagian atas dan bawah kolom.
Kondisi lingkungan pengendapan batuan lava andesit di lokasi air terjun secara geomorfologi merupakan
daerah lembahan yang memiliki kelerengan yang sangat curam (Gambar 3). Potensi longsor berupa
rock fall sangat mungkin terjadi akibat ketidakstabilan batuan andesit di lereng bukit yang menjadi jalan
menuju air terjun yang berada di atas. Intensitas pelapukan yang cukup tinggi disertai banyaknya kekar gerus
akan melemahkan kemampuan batuan untuk menahan stabilitasnya. Dengan kondisi hutan yang memiliki
tingkat curah hujan yang tinggi berakibat pada tingginya faktor air dalam proses erosi dan pelapukan
pada batuan lereng tersebut.

Biodiversitas

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan Selatan,
yang dikenal keberadaannya sebagai salah satu taman nasional dengan sisa ekosistem hutan dataran rendah
yang cukup luas di Indonesia. Kabupaten Tanggamus sebagai bagian dari TNBBS memiliki Kerapatan
tumbuhan di kawasan ini lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan Way Canguk, karena kawasan ini
merupakan hutan sekunder muda yang pernah mengalami kerusakan. Total jumlah jenis tumbuhan yang
dikoleksi mencapai 63 jenis yang tergolong dalam 56 genus dan 35 suku (Tabel 1). Suku yang umum dijumpai
meliputi Rubiaceae, Arecaceae, Euphorbiaceae, Melastomataceae dan Zingiberaceae. Rubiaceae mempunyai
keragaman tertinggi, yang meliputi 9 jenis yang umumnya berupa herba khas hutan sekunder dataran
rendah. Di Hutan Koyo Ngarang banyak ditemukan rotan yang sedang berbunga dan berbuah, yaitu Calamus
laevigatus Mart. dan Korthalsia rostrata Blume, serta anggota suku Arecaceae yang lain yaitu genus, Licuala
dan Pinanga.
Didaerah ini dijumpai pula Rafflesia spp yang merupakan salah marga tumbuhan yang dilindungi berdasarkan
Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999. Persebaran Rafflesia sangatlah terbatas dan siklus hidupnya
menghabiskan waktu yang sangat lama maka tumbuhan ini termasuk dalam kategori langka dan harus
dilindungi.

Culturediversity

Nyuncun Pahakh atau juga dapat disebut dengan Nyuncun Pahar adalah salah satu tradisi dan kebudayaan
dari Suku Lampung, khususnya masyarakat adat Sai Batin yang berupa kebiasaan dan perilaku masyarakat
dalam berinteraksi dengan alam dan semesta.Tradisi Nyuncun Pahakh terdapat di wilayah Provinsi Lampung,
tepatnya di Kabupaten Pesisir Barat, Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat, Lampung.

Pahakh yang dijunjung oleh para bebai (dalam Bahasa Indonesia, berarti ibu-ibu) yang biasanya berisi
makanan berupa nasi, sayuran yang sudah dimasak, aneka ragam kue-kue tradisional, air minum, dan
sebagainya yang biasanya dibawa dan disajikan untuk acara adat yang diberlangsungkan di rumah warga.
Saat telah sampai di rumah warga yang menjadi tujuan, pahakh langsung diturunkan dan diletakkan di
tengah-tengah ruangan acara, tetapi isi daripada pahakh tersebut tidak diturunkan, sehingga tokoh adat dan
masyarakat tetap dapat menikmati sajian tetap di atas pahakh.
Gambar 1. Parade Budaya 1001 Bebai Nyucun Pahar

Pantai Ketapang – Lampung Selatan

Biodiversitas

Hutan mangrove merupakan formasi vegetasi hutan tropis dan sub tropis yang didominasi oleh beberapa
pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang di daerah pasang surut pantai berlumpur. Hutan
mangrove di Desa Merak Belantung Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan memiliki komoditi-
komoditi yang bernilai ekonomi dan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. ). Desa Merak Belantung
terletak di wilayah pesisir dan memiliki sumberdaya alam hutan mangrove yang melimpah.

Kulturdiversitas

Inuh identik dengan karya budaya masyarakat Sai Batin (pesisir). Kepopuleran Tapis dan dikenalnya Tapis
secara luas membuat masyarakat pada umumnya cenderung mengkatagorisasikan Inuh ke dalam salah satu
jenis Tapis. Hal ini memang tidak keliru, namun patut dicatat bahwa Inuh memiliki cara pembuatan dan
pemaknaan yang agak berbeda oleh masyarakat pendukungnya, dalam hal ini masyarakat beradat Sai Batin.
Meski demikian, tak bisa dipungkiri bahwa baik Inuh maupun Tapis yang dikenal luas, memiliki fungsi yang
hampir sama, yaitu digunakan oleh wanita dalam upacara-upacara adat di Lampung.

Kelangkaan terjadi pada Inuh bertolak belakang dengan Tapis yang produksinya melimpah. Lampung selatan
yang wilayahnya berada dipesisir mulai mengenalkan kembali inuh sejak tahun 2005. n Inuh sebagai salah
satu karya dan ciri khas masyarakat Lampung Selatan. Artinya, sepanjang tahun 2005 hingga 2011, telah
terjadi perkembangan yang cukup signifikan pada keberadaan kain Inuh di Lampung Selatan.

Cara pembuatan Inuh dan pemaknaan masyarakat pendukungnya terhadap Inuh menjadi kajian yang
menarik untuk digali. Berikut ini beberapa alasan mengapa Inuh menarik dan penting untuk diteliti. Pertama,
Inuh yang berkembang di tengah masyarakat Pesisir merepresentasikan cara pandang masyarakat pesisir dan
menggambarkan kemampuan mereka dalam mengembangkan sebuah karya budaya. Kedua, perlu
dikemukakan di awal tulisan ini bahwa Inuh dibuat dengan cara sulam tangan dan motif-motifnya berbeda
dengan motif Tapis pada umumnya. Inuh dibuat dengan sulam ikat dan merupakan satusatunya tenun ikat
yang dibuat dengan tangan. Nuansa Inuh dapat dilihat dari motif dan ragam hiasnya yang bernuansa laut,
sesuai dan menggambarkan pengetahuan masyarakat Sai Batin.

Anda mungkin juga menyukai