vol-7-2-15-ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN BUMBU GILING DI KOTA MEDAN - Arie Pranata Ambarita1 Donny Ivan Samuel Simatupang2 PDF
vol-7-2-15-ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN BUMBU GILING DI KOTA MEDAN - Arie Pranata Ambarita1 Donny Ivan Samuel Simatupang2 PDF
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai tambah (Value Added) yang diperoleh dari usaha
pengolahan bumbu giling, tingkat penyerapan tenaga kerja, dan untuk mengetahui apakah usaha
pengolahan bumbu giling layak secara financial untuk diusahakan. Penelitian ini dilaksanakan
selama lebih kurang 2 bulan, dimana daerah penelitian ditentukan secara purposive sesuai tujuan
penelitian dengan jumlah sampel seluruh pengusaha pengolahan bumbu giling yang terpilih
secara sensus yang semua populasi dijadikan sampel penelitian. Pengumpulan data penelitian
dilakukan melalui wawancara langsung dengan sampel dengan alat bantu kuisioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya, metode analisis yang digunakan adalah untuk rumusan masalah
pertama menggunakan rumus nilai tambah, untuk rumusan masalah yang kedua secara
deskriptif, dan rumusan masalah yang ketiga digunakan analisis Revenue Cost Ratio (RCR).
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Terdapat nilai tambah pada usaha
pengolahan bumbu giling, dengan nilai yang terbesar adalah kemiri sebesar Rp 2.030.640 dan
yang terkecil adalah bawang putih dengan nilai sebesar Rp 472.280, Terdapat penyerapan tenaga
kerja dalam usaha penggilingan bumbu giling sebesar 426,41 HKP, dan nilai R/C dari usaha ini
adalah 1,19 sehingga usaha ini layak untuk diusahakan.
siap pakai dalam bentuk pasta biasanya dapat Kegiatan pengolahan hasil pertanian
ditemui di pasar-pasar tradisional sedangkan menjadi penting karena berbagai
bumbu siap pakai dalam kemasan dapat pertimbangan, diantaranya:
diperoleh di pasar-pasar tradisional. a. Meningkatkan nilai tambah
Penghalus bumbu dan rempah yang b. Meningkatkan kualitas hasil
biasanya digunakan adalah: c. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja
a. Cobek dan ulekan, terbuat dari batu atau d. Meningkatkan keterampilan produsen
tanah liat e. Meningkatkan pendapatan produsen
b. Batu giling dan anak, lebih ringan Belakangan ini semua orang lebih
digunakan karena menggunakan dua menginginkan banyak hal menjadi lebih
tangan praktis, salah satunya adalah bumbu masak.
c. Lumping dan penumbuk Dulu orang bila ingin memasak maka
d. Mesin penghancur ( food processor ), bumbunya akan digiling sendiri dengan
umumnya terdiri dari 2 unit: peralatan yang sederhana seperti batu giling,
- Blender, untuk menghaluskan bumbu- tetapi sekarang orang lebih memilih untuk
bumbu basah membeli bumbu masak giling dari pasar.
- Grinder, untuk menghaluskan bumbu- Hal ini juga dipengaruhi oleh banyaknya
bumbu kering atau biji-bijian perempuan yang bekerja, jadi mereka tidak
Alat-alat bantu modern seperti blender, mempunyai waktu lagi untuk mempersiapkan
mixer, pressure cooker, ataupun food segalanya dari awal bila ingin memasak, jadi
processor, dimanfaatkan untuk menghemat untuk praktisnya mereka akan membeli
tenaga. Alat ini sangat bermanfaat bila sedang bumbu masak giling untuk kebutiuhan dapur
menyiapkan makanan bila dalam jumlah mereka, dan hal ini akan meningkatkan
banyak.(Boga, 1997) permintaan terhadap bumbu giling. Hal ini
Sebagai pilihan praktis untuk membumbui jugalah yang mendorong peneliti untuk
masakan tradisioanal, masyarakat lebih memi- meneliti usaha pengolahan bumbu giling.
lih bumbu masak giling atau bumbu siap pakai Dengan meningkatnya permintaan
segar yang diperoleh di pasar tradisioanal konsumen terhadap bumbu masak, maka
karena hal ini lebih menghemat tenaga dan peranan usaha penggilingan bumbu masak ini
waktu. Para pengusaha penggilingan bumbu sangat dibutuhkan dan peningkatan
masak tradisional menggunakan cara mekanis permintaan terhadap bumbu masak giling juga
dalam menjalankan usahanya yaitu dengan membawa keuntungan bagi pengusaha
menggunakan mesin penggiling. Biasanya penggiling bumbu dengan meningkatnya
komoditi yang digiling adalah: bawang merah, pendapatan mereka.
bawah putih, cabe merah, jahe, kemiri,
ketumbar, kunyit,lengkuas dan serai. 1.2. Tujuan Penelitian
Secara umum permasalahan yang dihadapi 1.Untuk mengetahui nilai tambah (Value
dalam pengembangan agroindustri adalah: Added) yang diperoleh dari usaha
a. Sifat produk pertanian yang mudah rusak pengolahan bumbu giling di pusat pasar
dan bulkysehingga diperlukan teknologi tradisional KotaMedan.
pengemasan dan transportasi yang 2.Untuk mengetahui tingkat penyerapan
mampumengatasi masalah tersebut. tenaga kerja dalam usaha pengolahan
b. Sebagian besar produk pertanian bumbu masak di pusat pasar tradisional
bersifatmusiman dan sangat dipengaruhi Kota Medan.
oleh kondisi iklim sehingga aspek 3.Untuk mengetahui usaha pengolahan bumbu
kontinuitasproduksi agroindustri menjadi giling layak secara finansial untuk
tidak terjamin. diusahakan di pusat pasar tradisional Kota
c. Kualitas produk pertanian danagroindustri Medan.
yang dihasilkan pada umumnya masih
rendah sehingga mengalamikesulitan 1.3. Metode Penelitian
dalam persaingan pasar baik didalam Metode penentuan daerah penelitian
negeri maupun di pasarinternasional. dilakukan secara “ purposive” yaitu di Pusat
d. Sebagian besar industri berskala kecil Pasar Tradisional Kota Medan. Dasar pemili-
dengan teknologi yangrendah. ( Harry, han daerah ini adalah dengan pertimbangan
2008 )
bahwa dipusat pasar banyak terdapat (Intermediate Product) baik berupa bahan
pengusaha pengolahan bumbu giling. makanan, pakaian maupun kerajianan.
Populasi dalam penelitian ini adalah Secara umum permasalahan yang dihadapi
pemilik usaha penggilingan bumbu masak di dalam pengembangan agroindustri adalah:
Pusat Pasar Tradisional Kota a. Sifat produk pertanian yang mudah rusak
Medan.Pengambilan sampel dilakukan secara dan bulkysehingga diperlukan teknologi
sensus, dimana semua populasi usaha pengemasan dan transportasi yang
pengolahan bumbu giling menjadi sampel dan mampumengatasi masalah tersebut.
terdapat 5 unit usaha penggilingan bumbu b. Sebagian besar produk pertanian
masak. bersifatmusiman dan sangat dipengaruhi
oleh kondisi iklim sehingga aspek
2. Tinjauan Pustaka kontinuitasproduksi agroindustri menjadi
2.1. Agroindustri tidak terjamin.
Agroindustri berasal dari dua kata c. Kualitas produk pertanian danagroindustri
agricultural dan industry yang berartisuatu yang dihasilkan pada umumnya masih
industri yang menggunakan hasil pertanian rendah sehingga mengalamikesulitan
sebagai bahan baku utamanyaatau suatu dalam persaingan pasar baik didalam
industri yang menghasilkan suatu produk yang negeri maupun di pasarinternasional.
digunakan sebagaisarana atau input dalam d. Sebagian besar industri berskala kecil
usaha pertanian. Definisi agroindustri dapat dengan teknologi yangrendah. ( Harry,
dijabarkansebagai kegiatan industri yang 2008 )
memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan Pengolahan sebagai salah satu subsistem
baku,merancang, dan menyediakan peralatan dalam agribisnis merupakan alternatif terbaik
serta jasa untuk kegiatan tersebut. (Anonim, untuk dikembangkan. Dengan kata lain
2008). pengembangan industri pengolahan diperlukan
Pengertian agroindustri menurut Manalili guna terciptanya keterkaitan antara sektor
dan Sajise (1996) adalah fase pertumbuhan pertanian dan sektor industri. Industri
setelah pembangunan pertanian, tetapi pengolahan (agroindustri) akan mempunyai
sebelum pembangunan tersebut memulai ke kemampuan yang baik jika kedua sektor
tahapan pembangunan industri-jadi setelah tersebut mempunyai keterkaitan yang erat baik
pembangunan pertanian diikuti oleh pemba- kedepan maupun kebelakang.
ngunan agroindustri kemudian pembangunan Pengolahan yang dimaksud meliputi
industri. (Harry.2008) pengolahan berupa proses transformasi dan
Agroindustri dapat digolongkan menjadi 4 pengawetan melalui perubahan fisik atau
kelompok yang meliputi : kimiawi penyimpanan,pengepakan, dan distri-
a. Agroindustri pengolahan hasil pertanian, busi. Pengolahan dapat berupa pengolahan
b. Agroindustri yang memproduksi peralatan sederhana seperti pembersihan, Pemilihan
dan mesin pertanian, (grading), pengepakan atau dapat pula berupa
c. Agroindustriinput pertanian (pupuk, pegolahan yang lebih canggih, seperti
pestisida, herbisida dan lain-lain) penggilingan (milling), penepungan (powder-
d. Agroindustri jasa sektor pertanian. ing), ekstraksi dan penyulingan (extraction),
Berdasarkan lingkupannya agroindustri penggorengan (roasting), pemintalan (spin-
dibagi atas dua yaitu : ning), pengalengan (canning) dan proses
a. Agroindustri Hulu pabrikasi lainnya. ( Harry.2008 ).
Agroindustri Hulu yaitu industri yang Dengan demikian dari uraian diatas
menghasilkan produk-produk berupa alat menunjukan bahwa Agroindustri pengolahan
dan mesin pertanian, sarana produksi hasil pertanian, mempunyai ciri-ciri sebagai
pertanian (benih, pupuk & pestisida), dan berikut:
bahan-bahan yang diperlukan oleh sektor a. Dapat meningkatkan nilai tambah.
pertanian. b. Menghasilkan produk yang dapat
b. Agroindustri Hilir dipasarkan atau digunakan atau dimakan.
Agroindustri Hilir yaitu industri yang c. Meningkatkan daya saing.
mengolah komoditas pertanian primer d. Menambah pendapatan dan keuntungan
menjadi produk olahan baik produk akhir produsen.
(Finish Product) maupun produk antara Beberapa hal yang ikut membantu
kombinasi rasa dan aroma harum sekaligus tua pun dapat diawetkan sebagai jahe kering
gurih pada masakan. Bawang merah goreng dan jahe bubuk. Jahe segar juga dapat
dipakai untuk taburan sup, mi goreng, nasi digunakan sebagai minuman penghangat
goreng dan manfaat bawang putih adalah badan yang dikenal dengan “Bandrek”.
memberi rasa gurih pada masakan dengan (Paimin, 1999)
aroma yang kuat. ( Tim Bina Karya Tani, Kemiri adalah tanaman yang berasal dari
2009). Australia, termasuk dalam keluarga kacang
Cabai merupakan bumbu yang berasal dari macamadia, dengan dengan istilah
Amerika Tengah dan Amerika Selatan ini candlenut.Kemiri adalah tumbuhan yang
termasuk bumbu yang dimanfaatkan buahnya. bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak
Rasa pedas cabai karena zat capsaicin, banyak dan rempah-rempah.Sebagai bahan utama
mengandung vitamin C. Di pasaran, cabai untuk membuat bumbu dasar putih.Sebelum
dapat diperoleh dalam berbagi bentuk baik digunakan sebaiknya disangrai atau digoreng
segar, kering utuh atau keping, diacar, saus lebih dulu supaya bau langu dan racunnya
cabai botolan, ataupun minyak cabai. Manfaat hilang. ( Atat, 2010)
cabai adalah untuk memberi rasa pedas Lengkuas memiliki warna merah atau
menyengat pada masakan tumis, kuah, hingga putih dan ukurannya ada yang besar ataupun
sambal dan acar. Cabai merah segar giling kecil, rimpang lengkuas aromanya harum. Jika
digiling dari cabai merah besar ataupun cabai sudah terlalu tua rimpangnya menjadi berserat.
merah keriting. ( Tim Bina Karya Tani, 2009) Rimpang lengkuas yang masih muda dan
Jahe dapat diguanakan untuk berbagai segar dapat digunakan untuk memberi aroma
keperluan bagi kehidupan manusia dari yang serta mengawetkan masakan. Rimpang
sangat tradisional sampai pengolahan lengkuas putih dapat digunakan sebagai bahan
modern.Jahe memiliki bentuk rimpang yang pengempuk daging dalam masakan dan seka-
bercabang-cabang, berwarna putih kekuningan ligus pewangi masakan rendang, semur,
dan berserat.Bentuk rimpang jahe pada gudeg, sayur lodeh, rawon, opor ayam/daging
umumnya gemuk agak pipih dan kulitnya dan dendeng daging. Rimpang lengkuas yang
mudah dikelupas.Rimpang jahe berbau harum berwarna merah khusus dimanfaatkan untuk
dan berasa pedas. bahan ramuan jamu tradisional. (Haryati,
Rimpang jahe dapat dimanfaatkan sebagai 2013)
bumbu dapur untuk penyedap masakan, dan Kunyit memiliki bentuk bulat memanjang
menghilangkan bau amis yang ditimbulkan seperti jari, dan kulit arinya beralur-alur dan
dari ikan dan daging. Dengan menambahkan sangat tipis. Induk rimpang kunyit berbentuk
sedikit jahe pada masakan menambah sedap, bulat, silindris, membentuk rimpang-rimpang
disamping juga berguna sebagai penghangat cabang yang banyak jumlahnya dikiri dan
tubuh serta ikut membantu pemulihan kanan. Rimpang-rimpang ini bercabang-
kesegaran dan kesehatan badan.( Hardi, 2002 ) cabang lagi sehingga keseluruhannya
Penggunaan jahe kedua terbanyak yaitu membentuk satu rumpun. Kunyit mengandung
sebagai obat tradisional. Jahe yang minyak asiri, phellandrene, sabinene,
mengandung gingerol dapat dimanfaatkan cineiol,dan zat pewarna yang mengandung
sebagai obat antiinflamasi, obat nyeri sendi, alkoid curcumin. Kunyit dapat dimanfaatkan
dan otot karena rematik, tonikum serta obat sebagai bumbu masak, pewarna, dan obat
batuk. Selain itu jahe juga dapat digunakan tradisional. Disamping itu kunyit juga dapat
untuk memberikan rasa dan aroma pada digunakan sebagai bahan kosmetik tradisional.
makanan seperti permen, biskuit, kue dan (Haryati, 2013)
miniman. Minyak jahe atau oleoresin yang Ketumbar berasal dari Eropa Selatan dan
dihasilkan dari destilasi jahe kering banyak Timur Tengah. Diambil akar, daun, dan biji
digunakan dalam industri parfum dan buahnya. Aromanya gabungan antara kulit
minuman. ( Syukur, 2004) jeruk dan adas. Akar dan daun ketumbar
Jahe segar dan jahe kering banyak banyak dipakai di dapur Thailand, Timur
digunakan sebagai bumbu masak atau pemberi Tengah, Spanyol, atau Amerika Selatan,
aroma pada makanan kecil dan sebagainya. sedangkan biji ketumbar banyak dipakai
Jahe muda bahkan dapat dimakan mentah dan hampir di semua dapur dunia. Untuk akar dan
diolah menjadi jahe awet yang berupa jahe daun ketumbar dijual segar di pasar tradisional
asin,jahe dalam sirup, atau jahe kristal. Jahe atau pasar swalayan. Sedangkan untuk biji
ketumbar dijual dalam bentuk butiran atau dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor teknis
bubukdan dikemas dalam plastik atau botol dan faktor pasar.
plastik. Manfaat ketumbar adalah untuk Faktor teknis yang berpengaruh adalah
memberi rasa gurih dan segar pada masakan. adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku
(Imelda, 2003) yang digunakan dan tenaga kerja. Sedangkan
Serai merupakan rempah yang menjadi faktor pasar yang berpengaruh adalah harga
ciri khas hidangan Asia Tenggara. Tumbuhan output, upah tenaga kerja, harga bahan baku,
semak yang ujung akarnya sangat harum ini dan nilai input lain selain bahan baku dan
memang istimewa. Biasanya serai dijula tenaga kerja. Nilai input lain adalah nilai dari
dalam bentuk yang telah di potong 20-30 cm. semua korbanan selain bahan baku dan tenaga
Ujungnya berupa kelopak batang daun yang kerja yang digunakan selama proses
hijau dan ujungnya putih kekuningan. pengolahan berlangsung. Nilai ini mencakup
Aromanya mirip jeruk lemon, segar dan biaya modal dan gaji pegawai tak langsung.
sangat harum. Manfaat serai adalah memberi Dalam industri, nilai tambah berarti
aroma segar pada soto, opor, laksa, hidangan ukuran untuk menyatakan sumbangan proses
tumis dan hidangan tradisional lainnya. Air produksi terhadap nilai jual suatu barang.
rebusan serai juga dapat dinikmati sebagai Nilai tambah tersebut dapat dinyatakan untuk
minuman karena sangat segar.( Imelda.2003) tiap meter kubik kayu bulat, setiap dolar
modal, setiap orang kerja, dan sebagainya.
2.2. Nilai Tambah Nilai tambah menurut Gittinger (1986) adalah
Nilai tambah (value added) adalah nilai output dikurangi input yang dibeli dari
pertambahan nilai suatu komoditas karena luar. Dalam tiap satuan produksi, nilai tambah
mengalami proses pengolahan, pengangkutan diukur dengan perbedaan antara nilai output
ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. perusahaan dan nilai seluruh input yang dibeli
Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat dari luar perusahaan.
didefenisikan sebagai selisih antara nilai Besarnya nilai tambah tergantung dari
produk dengan nilai bahan baku dan input teknologi yang digunakan dalam proses
lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. produksi dan adanya perlakuan lebih lanjut
Berdasarkan pengertian tersebut, perubahan terhadap produk yang dihasilkan. Suatu
nilai bahan baku yang telah mengalami perusahaan dengan teknologi yang baik akan
perlakuan pengolahan besar nilainya dapat menghasilkan produk yang lebih baik pula,
diperkirakan. sehingga harga produk akan lebih tinggi dan
Industri pengolahan hasil pertanian dapat akhirnya akan memperbesar nilai tambah yang
menciptakan nilai tambah. Jadi konsep nilai diperoleh.
tambah adalah suatu pengembangan nilai yang
terjadi karena adanya input fungsional seperti 3. Hasil dan Pembahasan
input perlakuan dan jasa yang menyebabkan 3.1. Hasil
bertambahnya kegunaan dan nilai komoditas 3.1.1Analisis Rendemen Penggilingan
selama mengikuti arus komoditas pertanian.
Selanjutnya perlakuan-perlakuan serta jasa- Tabel 1. Jumlah Dan Komposisi Bahan-Bahan
jasa yang dapat menambah kegunaan komoditi Untuk Pembuatan Bumbu Giling Di Pusat
tersebut disebut dengan input fungsional. Pasar Tradisional Kota Medan
Komposisi Produk
Input fungsional dapat berupa proses Komoditi Olahan
mengubah bentuk (from utility), menyimpan Bahan Garam Air (kg)
(time utility, maupun melalui proses Baku (kg) (liter)
(kg)
pemindahan proses pemindahan tempat dan Bawang Merah, Cabai
kepemilikan. Merah, Jahe, Kunyit, 1 0,1 0,24 1,3
Menurut Hayami, et all (1987), analisis Lengkuas
Bawang Putih, 1 0,1 0,24 1,2
nilai tambah pengolahan produk pertanian Lengkuas, Serai
dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, Kemiri 1 0,1 0,24 1,5
yaitu melalui perhitungan nilai tambah per
kilogram bahan baku untuk satu kali Bahan baku yang dipergunakan untuk
pengolahan yang menghasilkan produk pembuatan bahan bumbu (bawang merah,
tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi bawang putih, cabai merah, jahe, kemiri,
nilai tambah untuk pengolahan dapat ketumbar, kunyit, lengkuas dan serai)
ditambah dengan bahan penunjang, yaitu sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Jenis
garam dan air. Jumlah dan komposisi bahan- dan jumlah bahan baku yang diolah dapat
bahan yang diperlukan untuk pembuatan dilihat dalam tabel 2.
bumbu giling disajikan dalam tabel 1.
Jumlah yang paling banyak dipergunakan Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Bahan Baku Yang
dalam pembuatan bumbu masak giling adalah Diolah Pengusaha Bumbu Giling Di Pusat Pasar
bahan baku yaitu 1 kg (74,6%), kemudian air Tradisional Kota Medan (kg/tahun)
sebanyak 0,24 liter dan yang paling sedikit No Bahan Baku Jumlah
adalah garam sebanyak 0,1 kg (7,5%). Maka Hari Minggu Bulan
dari 1 kg bahan baku yaitu bawang 1 Bawang 302
Merah 10,07 70,46
merah,cabai merah, jahe, kunyit, dan 2 Bawang 230
ketumbar, ditambah dengan bahan penunjang Putih 7,67 53,66
yaitu air dan garam akan menghasilkan 1,3 kg 3 Cabai Merah 19,03 88,23 571
4 Jahe 13,07 91,46 392
bahan bumbu giling. Dan 1 kg bawang putih, 5 Kemiri 8 56 240
lengkuas, serai dengan ditambah bahan 6 Ketumbar 3,2 22,4 96
penunjang berupa air dan garam, 7 Kunyit 16,4 114,8 465
8 Lengkuas 20,07 140,46 602
menghasilkan 1,2 kg bahan bumbu giling, 9 Serai 5,8 40,6 174
sedangkan 1 kg kemiri ditambah bahan Jumlah 103,3 678,08 1.510
penunjang seperti garam dan air akan
menghasilkan 1,5 kg bahan bumbu giling, Dari tabel 2. diatas dapat dikemukaan
seperti tertera dalam tabel 1. bahwa lengkuas merupakan bahan baku
terbanyak yang diolah, menyusul cabai merah,
Tata Laksana Pengolahan Bumbu Giling kunyit urutan ketiga, lalu urutan ke empat
Usaha pengolahan bumbu giling yang ada adalah jahe, kemudin bawang merah di urutan
di Pusat Pasar Tradisional kota Medan, ke lima, kemudian kemiri, lalu ada bawang
terdapat 5 unit dan semua dijadikan menjadi putih dan yang terkecil adalah ketumbar.
sampel, namun penjual bumbu giling banyak b. Pemetikan, Pengupasan dan Pemotongan
terdapat dilokasi Pusat Pasar dimana mereka Cabai merah sebelum digiling harus
membeli bumbu giling ini dari pengusaha terlebih dahulu tangkai buah cabai merahnya
pengolahan yang ada di Pusat Pasar tersebut. harus dibuang dengan cara dipetik satu per
Biasanya para penjual bumbu giling ini adalah satu, jika tidak dibuang bumbu giling cabai
ibu-ibu yang lokasi penjualan berada di menjadi rasanya pahit. Bawang merah,
jalan/gang yang dilintasi oleh pengunjung bawang putih, kunyit, jahe, lengkuas dan sera,
yang berada di Pusat Pasar. dikupas kulitnya. Semua bahan baku yang
Tata laksana kegiatan pengolahan bumbu sudah dipetik, dikupas kulitnya dicuci bersih,
giling ini terdiri: setelah itu dipotong-potong/dicincang sesuai
Kegiatan penyediaan bahan baku dengan bahan bakunya.
Pemetikan, pengupasan, dan pemotongan c. Penggilingan
bahan baku (Pencucian sebelum Setiap bahan baku digiling menggunakan
pencincangan) mesin giling dengan menggunakan mesin
Penggilingan. giling dan dicampur dengan garam dan air
Penampungan dan siap jual sesuai dengan jenis bahan bakunya. Garam
a. Penyediaan Bahan Baku yang ditambahkan kedalam bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam sebesar 10% dari berat bahan baku dan air
pengolahan bumbu giling ini terdiri dari yang ditambahkan kedalam bahan baku dalam
bawang merah, bawang putih, cabai merah, proses penggilingan adalah sebanyak 240 ml/
jahe, kemiri, ketumbar, kunyit, lengkuas, dan kg bahan baku.
serai. Bahan ini diperoleh dan dibeli dari Jalan d. Penampungan, Siap Untuk Dijual
Perjuangan, yang berada di daerah Pancing, Hasil gilingan ditampung ke dalam
Jalan Wiliam Iskandar. Bahan baku ini dalam baskom yang bersih dan siap untuk
keadaan segar dan pengusaha selalu memilih dipasarkan.
kondisi yang baik dan segar agar hasil olahan
menjadi tetap segar dan warnanya bagus. Ketersediaan Input Produksi
Menurut semua pengusaha sampel, Input produksi pada pengolahan bumbu
ketersediaan bahan baku selalu terpenuhi giling ini adalah: bahan baku, bahan
penunjang, tenaga kerja, dan peralatan. Semua Bahan baku pada penggilingan bumbu
input produksi tersedia di daerah penelitian masak adalah bawang merah, bawang putih,
yaitu Pusat Pasar. cabai merah, jahe, kemiri, ketumbar, kunyit
Frekuensi penggilingan bumbu giling lengkuas, dan serai. Rata-rata kebutuhan
pada setiap pengusaha berbeda-beda, hal ini bahan baku pengusaha sampel per hari adalah
dipengaruhi oleh jumlah bahan baku yang bawang merah10,06 kg, bawang putih 7,67 kg,
digiling dan dan banyaknya permintaan cabai merah 19,03 kg, jahe 13,06 kg, kemiri 8
konsumen. Frekuensi pennggilingan dapat kg, ketumbar, 3,2 kg, kunyit 16,4 kg ,
dilihat pada tabel 3 lengkuas 20,06 kg dan yang terakhir serai
sebesar 5,8 kg.
Tabel 3. Rata-rata Frekuensi Penggilingan Untuk kebutuhahan bahan baku per
Bumbu Giling di Pusat Pasar Tradisional Kota minggu adalah bawang merah 70,46 kg,
Medan bawang putih 53,66 kg, cabai merah 88,23 kg,
No Frekuensi Rata-Rata Range
jahe 91,46 kg, kemiri 56 kg, ketumbar 3,2 kg,
Penggilingan Bumbu kunyit 16,4 kg, lengkuas 20,06 kg dan serai
Giling 5,8 kg. Sedangkan kebutuhan per bulan adalah
1 Per Hari 1,2 1–2
2 Perminggu 8,4 7- 14 bawang merah 1.510 kg, bawang putih 1.150
3 Perbulan 36 30 – 60 kg, cabai merah 2.855 kg, jahe 1.960 kg,
kemiri 1.200 kg, ketumbar 480 kg, kunyit
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat, bahwa 2.460 kg, lengkuas 3.010 dan serai 870 kg.
rata-rata frekuensi penggilingan bumbu giling Bahan baku ini dibeli dari Pasar Pagi yang
di Pusat Pasar perhari adalah 1,2 sedangkan berada diluar Pusat Pasar
per minggu adalah 8,4 dan per bulan adalah 36
kali. Pada waktu-waktu tertentu frekuensi 3.1.3. Bahan Penunjang
pengolahan bumbu giling ini dapat bertambah Dalam pengolahan bumbu masak giling di
jika ada pertambahan perrmintaan konsumen, butuhkan juga bahan penunjang, yaitu air dan
seperti pada saat hari-hari besar misalnya garam.Bahan-bahan penunjang ini sangat
Tahun Baru, Natal, Hari Raya Idul Fitri, Imlek mudah ditemukan di daerah penelitian karena
dan hari-hari besar keagamaan lainnya. cukup tersedia di daerah penelitian.Pemberian
garam ini bertujuan agar bumbu masak giling
3.1.2. Bahan Baku tidak cepat basi. Garam diberikan satu kali
Bahan baku merupakan bagian yang dalam setiap penggilingan dengan cara ditabur
sangat penting umtuk kelangsungan usaha secara merata, setelah bahan baku dimasukkan
pengolahan bumbu giling ini. Oleh karena itu ke dalam mesin penggilingan. Perbandingan
bahan baku harus selalu trersedia setiap kali bahan baku dengan garam dalam setiap
penggilingan dilakukan. Bahan baku yang penggilingan adalah 1 kg bahan baku
digunakan untuk pembuatan bumbu masak ini ditambahkan garam sebanyak 0,1 kg. Jadi bila
adalah bawang merah, bawang putih, cabai bumbu gilingnya tidak habis dijual dalam 1
merah, jahe, kemiri, ketumbar, kunyit, hari maka dapat dijual lagi besok harinya
lengkuas dan serai. Volume penggilingan karena telah diberi garam sebagai pengawet.
bahan baku dapat dilihat dari tabel 4. Bahan penunjang berikutnya adalah air,
dan dapat diperoleh di daerah penelitian
Tabel 4. Rata-rata Volume Penggilingan Bahan
dengan membeli air yang diisi ke dalam
Baku Bumbu Giling Di Pusat Pasar Tradisional
Kota Medan
jerigen berukuran 25 liter.Seperti halnya
garam, air juga diberikan dalam setiap
No Bahan Baku Kebutuhan Bahan baku penggilingan. Perbandingan bahan baku
Per Per Per dengan air dalam setiap penggilingan adalah 1
Hari Minggu Bulan
(kg) (kg) (kg) kg bahan baku ditambahkan air sebanyak 0,24
1 Bawang Merah 10,06 70,46 302 liter air.
2 Bawang Putih 7,67 53,66 230 Air berfungsi untuk memperlancar proses
3 Cabai Merah 19,03 109,22 571
4 Jahe 13,06 91,46 392 penggilingan sehingga bahan baku dapat
5 Kemiri 8 56 240 keluar dengan lancar. Volume penggunaan
6 Ketumbar 3,2 22,4 96 bahan penunjaang pada usaha penggilingan
7 Kunyit 16,4 114,8 492
8 Lengkuas 20,06 140,46 602 bumbu giling dapat lihat pada tabel 5.
9 Serai 5,8 40,6 174
berlangsung dal satu siklus produksi. Biaya dalam 1 hari maka dapat dijual lagi besok
produksi terdiri dari biaya tetap ( fix cost) harinya karena telah diberi garam sebagai
yaitu biaya yang nilainya tetap sampai batas pengawet.
tertentu dan tidak dipengaruhi oleh volume Bahan penunjang berikutnya adalah air,
hasil sementara. Dan biaya tidak tetap dan dapat diperoleh di daerah penelitian
(variable cost) adalah biaya yang nilainya dengan membeli air yang diisi ke dalam
berubah sesuai dengan volume produksi yang jerigen berukuran 25 liter.Seperti halnya
dihasilkan. garam, air juga diberikan dalam setiap
penggilingan. Perbandingan bahan baku
Biaya Tidak Tetap dengan air dalam setiap penggilingan adalah 1
Biaya tidak tetap adalah biaya yang kg bahan baku ditambahkan air sebanyak 0,24
nilainya berubah sesuai dengan volume liter air. Air berfungsi untuk memperlancar
produksi yang dihasilkan. Biaya tidak tetap proses penggilingan sehingga bahan baku
yang termasuk dalam usaha penggilingan dapat keluar dengan lancar. Bahan penunjang
bumbu masak ini adalah biaya bahan baku, dalam usaha penggilingan bumbu giling akan
biaya bahan penunjang, dan biaya tenaga dijelaskan pada tabel 8.
kerja.
- Biaya Bahan Baku Tabel 8. Rata-Rata Jumlah Dan Biaya Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam usaha Penunjang Pengusaha Per Bulan Di Pusat
penggilingan bumbu masak giling ini adalah Pasar Tradisional Kota Medan
bawang merah, bawang putih , cabai merah, No Uraian Total Rata-Rata Range
jahe, kemiri, lengkuas, kunyit, serai,
ketumbar. Biaya bahan baku yang dikeluarkan 1 Jumlah
I. Garam (kg) 1.549,5 309,9 48 – 534
oleh pengusaha dapat dilihat pada tabel 7. II. Air (liter) 3.718,8 743,76 115,2 – 1281,6
2 Biaya (Rp)
Tabel 7.Rata-rata Biaya Bahan Baku I. Garam 2.789.100 557.820 86.400 – 961.200
Pengolahan Bumbu Giling Pengusaha Per II. Air 371.880 74.376 11.520 – 128.160
Jumlah Biaya 3.160.980 632.196 371.880 – 2.789.100
Bulan
giling uang telah siap dijual. Biaya tenaga produksi, seperti: tong,ember, baskom,
kerja yang dikeluarkan dalam kegiatan gayung, dan sendok bulat. Ketersediaan alat-
pengggilingan bumbu masak dapat dilihat alat pendukung ini dapat dengan mudah
pada tabel 9. diperoleh di daerah penelitian dengan harga
Berdasarkan tabel 9.dapat dikemukakan yang terjangkau.
bahwa pencurahan tenaga kerja dalam usaha Penyusutan peralatan di usaha penggili-
penggilingan bumbu giling adalah 1.264,22 ngan bumbu masak di Kota Medan, harga beli
HKP dengan biaya tenaga kerja rata-rata per untuk baskom adalah Rp 18.000/ buah dengan
pengusaha Rp 3.690.000. umur ekonomis sekitar 2 tahun, ember harga
barunya adalah Rp 9.000/buah dengan umur
Biaya Tetap ekonomis selama 2 tahun. Tong dibeli dengan
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan harga Rp 35.000/buah dengan umur ekonomis
dalam penggilingan bumbu masak dengan juga selama 2 tahun. Harga beli sendok bulat
jumlah yang tetap tanpa di pengaruhi oleh adalah Rp 6.000 /buah dengan umur ekonomis
besarnya jumlah produksi.Yang termasuk selama 2 tahun.
biaya tetap dalam usaha penggilingan bumbu Dengan demikian dapat kita lihat biaya
masak adalah biaya penyusutan mesin, penyusutan alat yang terbesar adalah sampel 3
penyusutan peralatan, dan biaya retribusi. dengan biaya Rp 15.750 kemudian sampel 2
- Biaya Mesin dan Peralatan dengan biaya Rp 14.667, lalu sampel 1 dengan
Mesin yang digunakan untuk usaha ini biaya Rp 14.292 dan yang terkecil adalah
adalah mesin giling, mesin giling berfungsi sampel 4 dan 5 dengan biaya sebesar Rp
untuk menghaluskan bahan baku menjadi 12.208.
bumbu giling halus. Biaya penyusutan mesin - Biaya Lain-lain
dihitung dari harga baru dibagi dengan umur Komponen biaya lain-lain ini adalah uang
ekonomis mesin tersebut dan di dalam mesin listrik, kontribusi tempat, kebersihan, kontri-
giling juga ada komponen yang harus diganti busi jaga malam. Biaya retribusi yang
secara rutin yaitu batu giling. Biaya penyu- dikenakan pada pengusaha dihitung perbulan
sutan mesin alat dapat dilihat pada tabel 10. dan akan dijelaskan pada tabel 11.
Tabel 10. Biaya Penyusutan Mesin dan Tabel 11. Biaya Listrik Dan Retribusi Per Bulan
Peralatan Pengolahan Bumbu Giling Di Pusat Di Usaha Penggilingan Bumbu Masak Di Pusat
Pasar Tradisional Kota Medan Pasar Tradisional Kota Medan
Dan total biaya listrik dan retribusi yang sebesar Rp 3.133.440 lalu biaya penyusutan
harus dibayar oleh pengusaha adalah sebesar mesin sebesar Rp 1.708.335 dan yang terakhir
Rp 2.038.850 untuk sampel 1,2 dan 3, adalah biaya penyusutan peralatan dengan
sedangkam untuk sampel 4 dan 5 membayar biaya sebesar Rp 69.125.
Rp 1.269.250 untuk biaya listrik dan
retribusinya. 3.2.2 Penerimaan Pengolahan Bumbu
Giling
Total Biaya Produksi Usaha Penggilingan Penerimaan merupakan total produksi
Bumbu Masak Giling fisik yang dihasilkan, yang dinilai dengan
N Bahan Produksi Penerimaan (Rp)
rupiah, dengan kata lain merupakan hasil
o Baku Olahan Pengusaha 100 kg perkalian antara jumlah produksi fisik dengan
1 Bawang harga jual. Penerimaan pengolahan bumbu
Merah 422,8 10.823.680 2.560.000
2 Bawang dapat dilihat di tabel 13
Putih 287 5.226.800 2.920.000
3 Cabai Tabel 13. Rata-Rata Penerimaan Pengusaha
Merah 828,2 24.846.000 3.000.000 Bumbu Giling Di Pusat Pasar Tradisional Kota
4 Jahe 548,8 6.914.880 1.260.000
5 Kemiri 384 8.294.400 2.160.000 Medan
6 Ketumbar 134,4 2.472.960 1.840.000
7 Kunyit 688,8 5.648.816 820.000 No Bahan Produksi Penerimaan (Rp)
8 Lengkuas 740 5.772.000 780.000 Baku Olahan Pengusaha 100 kg
9 Serai 226,2 1.719.120 760.000 1 Bawang
Total 4.152,28 4.260,2 16.100.000 Merah 422,8 10.823.680 2.560.000
Rataan 461,36 473,36 1.788.888,9 2 Bawang
Putih 287 5.226.800 2.920.000
3 Cabai
Total biaya produksi merupakan penjum- Merah 828,2 24.846.000 3.000.000
4 Jahe 548,8 6.914.880 1.260.000
lahan seluruh biaya produksi, baik itu biaya 5 Kemiri 384 8.294.400 2.160.000
tidak tetap dan biaya tetap. Komponen biaya 6 Ketumbar 134,4 2.472.960 1.840.000
tidak tetap di dalam usaha pengolahan bumbu 7 Kunyit 688,8 5.648.816 820.000
8 Lengkuas 740 5.772.000 780.000
giling adalah biaya bahan baku, bahan 9 Serai 226,2 1.719.120 760.000
penunjang, dan biaya tenaga kerja, sedangkan Total 4.152,28 4.260,2 16.100.000
komponen biaya tetap untuk usaha pengolahan Rataan 461,36 473,36 1.788.888,9
bumbu giling adalah biaya penyusutan mesin,
Berdasarkan tabel 13 dapat dikemukakan
batu giling, biaya listrik dan biaya retribusi.
bahwa penerimaan rata-rata per 100 kg per
Total biaya produksi yang dikeluarkan
bulan, paling besar berasal dari cabai merah
oleh para pengusaha penggilingan bumbu
dengan penerimaan Rp 3.000.000 kemudian
masak dalam satu bulan dapat dilihat pada
bawang putih sebesar Rp 2.920.000, lalu
tabel 12.
bawang merah dengan penerimaan sebesar Rp
Tabel 12. Total Biaya Per Bulan Produksi 2.560.000, lalu ada kemiri dengan penerimaan
Pengolahan Bumbu Giling Di Pusat Pasar 2.160.000, kemudian ketumbar dengan
Tradisional Kota Medan penerimaan sebesar Rp 1.840.000, lalu ada
jahe dengan penerimaan sebesar Rp 1.260.000
No Uraian kemudian
Rataan ada kunyit Persentase
dengan penerimaan
(Rp) (%)
1 Bahan Baku sebesar
54.129.000 Rp 820.000 lalu ada lengkuas dengan
89,42
2 B.Penunjang penerimaan
626.688 sebesar Rp 780.000
1,04 dan yang
3 Tenaga Kerja 3.690.000 serai sebesar Rp 760.000
terakhir 6,1
4 Penyusutan Mesin 341.667 0,56
5 Penyusutan Peralatan 13.825 0,02
6 Biaya Lain-lain 3.2.3.
1.730.910 Pendapatan Pengolahan
2,86 Bumbu
Jumlah 60.532.090 100
Giling
Berdasarkan tabel 12. dapat dikemukakan Pendapatan merupakan selisih antara
bahwa proporsi biaya yang terbesar adalah penerimaan dengan total biaya produksi yang
untuk pembelian bahan baku dengan total dikeluarkan selama proses produksi. Total
biaya sebesar Rp 270.645.000 dan yang kedua pendapatan per bulan pada pengolahan bumbu
adalah untuk biaya tenaga kerja dengan biaya giling dapat dilihat pada tabel 14.
sebesar Rp 18.450.000 kemudian yang ketiga Dari tabel 14.dapat dilihat rata-rata
adalah biaya listrik dan retribusi sebesar Rp pendapatan pengusaha pengolahan bumbu
8.654.550, kemudian biaya bahan penunjang giling di Pusat Pasar Tradisional kota Medan
adalah Rp 6.318.310 yang berasal dari sebesar Rp 556.420 dan yang terkecil adalah
penerimaan sebesar Rp 66.850.400 dikurang bawang putih dengan nilai tambah sebesar Rp
dengan biaya produksi sebesar Rp 60.532.090 472.280.
Tabel 14. Rata-Rata Pendapatan Pengusaha Tabel 16. Rata-Rata Nilai Tambah Pengolahan
Bumbu Giling Di Pusat Pasar Tradisional Kota Bumbu Giling Di Pusat Pasar Tradisional Kota
Medan Medan Per Kg (Rp/kg)