Anda di halaman 1dari 2

NAMA : IMA ULI SRI NATASYA SITOMPUL

KELAS : PSM 2019 A

NIM : 4193230020

DOSEN : Didi Febrian, S.Si.,M.Sc

HIKMAH DITENGAH PENDEMI COVID 19


Ada istilah yang berkata apapun keadaanya tetaplah bersyukur, tetapi saya
bertanya-tanya bagaimana cara bersyukur ketika keadaan kita sedang tidak baik-baik saja?
Namun, akhir-akhir ini saya sadar jawaban atas pertanyaan saya tidak akan ditemukan di
manapun, karena pada dasarnya rasa syukur itu ada pada hati kita.

Selalu ada kebaikan ditengah keburukan, sekarang tergantung bagaimana sudut


pandang kita melihat keburukan itu. Tinggal bagaimana kita selalu melihat sisi baik di tiap
situasi buruk. Saya adalah salah satu orang yang percaya bahwa tidak ada yang benar-
benar sia-sia di dunia ini, jika kita orang yang yakin akan eksistensi Sang Pencipta, maka
kita percaya bahwa segala sesuatunya terjadi dengan alasan yang tepat dan untuk tujuan
yang benar.

Saya tau, selalu berpikir positif tidak selamanya baik, itu seolah mematikan sisi
manusiawi kita yang bisa merasakan berbagai emosi baik itu senang, marah, sedih
khawatir, atau mungkin depresi dan ada kalanya kehidupan kita akan terasa kelam seolah
tidak menemukan cahaya untuk bangkit. Tetapi, ketika semuanya terasa sulit, atau apapun
situasinya selalu ingatlah ada sosok yang lebih besar dari masalah kita.

Covid 19 adalah wabah yang nyaris menguras air mata sepersekian penduduk bumi,
membawa kematian yang mengerikan, dan cara menular yang sungguh menyedihkan.
Hingga kita menjauh dari setiap pekerjaan, kegiatan social maupun kegiatan agama. Kita
tau, pada dasarnya interaksi antar sesama manusia adalah kebutuhan, tetapi virus ini
merenggut kebersamaan kita. Kita hanya bisa menatap melalui layar handphone, berbicara
melalui telepon jika keadaan kita tidak bisa berjumpa. Corona betul-betul tidak main-main
dalam berperang dengan manusia. Senjata kita hanyalah bertahan di rumah, menjaga
kebersihan, menghindari kerumunan dan berdoa. Ya, berdoa pada Sang Pencipta yang tak
akan tutup mata dengan keadaan bumi ini. Jauh didasar hati kita, kita pasti mengakui
bahwa covid ini terjadi atas kehendak dan izinnya, lalu lantaskan kita menghakimi Dia yang
sudah melimpahkan cobaan sebesar ini? Jawabannya tidak,
Melalui Covid 19, Dia seolah menyadarkan pikiran kita yang selama ini tertidur atau
tidak mau tau. Covid 19 mengajarkan kita bahwa memuliakan namaNya tidak harus
dengan gedung atau bangunan ibadat yang mewah. Corona dating kita dipaksa lebih
mencari Tuhan daripada duniawi, Corona dating seolah mematikan semua ritual-ritual
keagmaan seolah menegaskan bukan itu hal yang paling Tuhan senangi, Corona datang
mendekatkan kita pada Tuhan dengan kesendirian kita, pada hati yang terbuka lebar dan
sunyi dan dengan keheningan yang bermakna, Corona seolah mengajarkan bahwa Tuhan
itu tidak hanya ditemukan pada keramaian, bukan hanya tentang ritual, kita sadar bahwa
Tuhan satu-satunya obat bagi dunia yang berpenyakit.

Dalam hal social Corona juga berdampak pada kehidupan umum, tentu saja. Tagar
work at home, tidak bisa dianggap angina lalu. Hal ini sangat membantu kita, selain jadi
pejuang Corona banyak orang yang lebih banyak tinggal di rumah. Saya sendiri, lebih
banyak menghabiskan waktu dengan keluarga saya, meskipun kuliah harus secara online
dan memakan biaya yang lebih banyak menyoal kuota, saya tidak bisa menampik bahwa
ibadah di keluarga saya merupakan suatu hal yang saya syukuri, Ibadah mingguan berjalan
lancar, dan tidak ada yang lebih saya syukuri ketika semua anggota keluarga saya
berkumpul dan berdoa bersama. Dengan nyanyian pujian dan ucapan syukur.

Corona memperhangat suasana keluarga di dalam rumah, tentu ini pasti terjadi bagi
orang luar disana. Orang-orang yang lebih sibuk di kantor atau karena urusan pekerjaan
dan jarang berkumpul di rumah pasti merasa cukup senang dapat menghabiskan waktunya
di rumah, terutama bulan Ramadhan ini, dulu saya memperhatikan banyak orang yang
tidak bisa berbuka bersama keluarganya, tetapi sekarang dimulai dari Sahur sampai
berbuka mereka bisa tetap bisa melihat wajah keluarga maupun orang yang disayangi.
Meskipun hal ini tidak berlaku bagi mereka yang tinggal jauh dan tidak bisa pulang karena
aturan dilarang mudik, tetapi tidak menutup kemungkinan mereka juga dapat lega
mengehatui keluarganya baik-baik saja.

Dampak Corona juga tak main-main akan kebersihan yang terjadi di bumi ini,
tuntutan menjaga kebersihan menjadi momok yang membuat bumi ini semakin bersih,
terutama kota yang biasanya padat oleh abu dan asap kendaraan, seolah lebih segar
dengan wajah yang baru, kendaraan tidak berdesakan, suara kelakson yang memekakan
telinga sudah tidak menganggu.

Corona juga mendorong kreativitas orang yang tak bisa diam, semua orang bisa
menyalurkan hobi-hobi mereka dari ruma. Seperti yang hobi bercocok tanam, menanam
bunga, memasak, melakukan hal-hal menyenangkan dengan keluarga. Apapun ceritanya
tetaplah bahagia, selama pendemi ini semoga Yang Kuasa menyertai, menjauhkan
marabahaya. Tetap di rumah saja. Yakin semua akan baik-baik saja.

Anda mungkin juga menyukai