Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN MASALAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA

(PEMBELAJARAN MATEMATIKA “MERDEKA BELAJAR” DAN “KAMPUS


MERDEKA”)

Kelompok 9

Oleh :

Nadiah Setiyowati (06081181823007)

Risa Fitriya (06081181823008)

Ayu Yunita (06081181823064)

Miranda Indah Pratiwi (06081181823065)

Fakhira Nurulisya (06081281823033)

Raisya Novita Nuraisyah (06081281823062)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2020/2021


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah berjudul Pembelajaran Matematika “Merdeka Belajar” dan
“Kampus Merdeka” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Kajian Masalah Pembelajaran Matematika. Penulis berharap agar makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca terkait Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu dosen mata


kuliah Kajian Masalah Pembelajaran Matematika FKIP UNSRI. Penulis juga berharap tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis mengetahui bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
terima demi kesempurnaan makalah ini.

14 Oktober 2020

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................................... 1


Daftar Isi .................................................................................................................................... 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
2.1 Merdeka Belajar .......................................................................................................... 5
2.2 Pembelajaran Matematika Merdeka Belajar ............................................................... 5
2.3 Kampus Merdeka ........................................................................................................ 6
2.4 Pokok-pokok Kebijakan Kampus Merdeka Belajar .................................................... 7
2.5 Tantangan Dalam Mengimplementasikan Kebijakan “Merdeka Belajar, Kampus
Merdeka”................................................................................................................................ 9
BAB III .................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................ 12
5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 12
5.2 Saran .......................................................................................................................... 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan merupakan alat untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan
bagi seluruh umat manusia, pendidikan yang berkualitas akan mencerminkan
masyarakat yang maju damai dan mengarah pada sifat-sifat yang konstruktif.
Pendidikan juga menjadi roda penggerak sehingga kebudayaan dan kebiasaan dari
tiap-tiap zaman menjadi berubah mengikuti perubahan yang di peroleh dari
pendidikan itu sendiri. Maka ketika ingin mencapai kehidupan yang lebih baik
tentunya pendidikanlah yang merupakan jawabannya, karena dari pendidikan
melaihirkan hal-hal yang kreatif, inovatif dalam menapaki setiap perkembangan
zaman. Di masa sekarang ini melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), yaitu oleh Bapak Nadiem Makarim. Mengeluarkan kebijakan yang
dianggap masyarakat banyak sangat revolusioner sehingga kebijakan ini hangat di
bicarakan di ruang publik. Yaitu program “Merdeka Belajar”.
Kampus merupakan suatu tempat berlngsungnya pendidikan. Tak salah jika
kampus dianggap sebagai tempat belajar karena mahasiswa bisa menggantungkan
impian, cita-cita dan masa depan. Dalam kampus mahasiswa mahasiswa bisa
menjadikan kampus sebagai sarana pengembangan bakat dan penanaman nilai
sehingga dari belajar dan ikut kegiatan mahasiwa diharapkan menjadi kreatif, kritis
dan bertanggung jawab, dan bermoral. Namun pemerintah memberikan kebijakan
Kampus merdeka belajar, yang mana memberikan mahasiswa kebebasan untuk
mencari pengalaman belajar diluar jurusannya/ program studinya selama tiga
semester.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu merdeka belajar?
2. Apa pembelajaran matematika dalam merdeka belajar?
3. Apa itu mampus merdeka?
4. Apa pokok-pokok kebijakan kampus merdeka belajar?

3
5. Apa tantangan dalam mengimplementasikan kebijakan merdeka belajar dan
kampus merdeka?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui dan memahami merdeka belajar
2. Untuk mengetahui dan memahami pembelajaran matematika dalam merdeka
belajar
3. Untuk mengetahui dan memahami kampus merdeka
4. Untuk mengetahui dan memahami pokok-pokok kebijakan kampus merdeka
belajar
5. Untuk mengetahui dan memahami tantangan dalam mengimplementasikan
kebijakan merdeka belajar dan kampus merdeka

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Merdeka Belajar


Konsep Merdeka Belajar ini terdorong karena keinginan mas menteri
Nadiem menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan
pencapaian skor atau nilai tertentu. Merdeka Belajar menetapkan 4 program pokok
kebijakan pendidikan yaitu:
1) USBN akan diserahan ke sekolah, sekolah diberikan keleluasaan dalam
menentukan bentuk penilaian, seperti portofolio, karya tulis, atau bentuk
penugasan lainnya.
2) UN digantikan oleh Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
Asesmen ini menekankan kemampuan penalaran literasi dan numerik yang
didasarkan pada praktik terbaik tes PISA. Berbeda dengan UN yang
dilaksanakan di akhir jenjang pendidikan, asesmen ini akan dilaksanakan di kelas
4, 8, dan 11.
3) Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat hanya satu
halaman saja
4) Sistem Zonasi diperluas atau lebih fleksibel. Pemerintah daerah diberikan
kewenangan secara teknis untuk menentukan daerah zonasi ini

2.2 Pembelajaran Matematika Merdeka Belajar


Pada proses pembelajaran pembelajaran haruslah menarik, menyenangkan,
mengasyikan diharapkan siswa akan termotivasi dan tertarik dengan materi pelajaran
yang pada akhirnya akan meningkatkan sikap kreatif dan prestasi belajar siswa.
Misalnya Siswa belajar sambil bermain lewat praktek jual beli menggunakan
uang mainan, menghitung untung rugi, uang kembalian atau sisa, harga diskon,
sehingga siswa tidak hanya hafal diskripsinya saja, tetapi dapat menerapkan atau
mengaplikasikan konsep aritmatika sosial sambil bermain.

5
2.3 Kampus Merdeka
Kampus merdeka merupakan suatu kebijakan dari Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) yaitu perpanjangan dari program merdeka belajar, yang
memberikan mahasiswa kebebasan untuk mencari pengalaman belajar diluar
jurusannya selama tiga semester. Ini merupakan langkah meningkatkan kualitas
pendidikan yang dicetuskan oleh menteri pendidikan Nadiem Makarim (Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020; Siregar,
dkk., 2020). Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong mahasiswa menguasai
berbagai ilmu yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Kampus Merdeka ini
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memilih mata kuliah yang akan
mereka ambil.

Mendikbud, Nadiem Makarim mengatakan “bayangkan semua mahasiswa kita


suatu hari harus berenang ke suatu pulau di laut terbuka, pada saat ini semua
perenang-perenang kita itu hanya dilatih dengan satu gaya saja, (satu gaya itu adalah
prodinya dia). dan juga dia hanya dilatih di kolam renang, (kolam renang itu
kampus)”. Bagaimana mahasiswa menyesuaikan diri dan berenang dengan baik di laut
terbuka, sedangkan laut terbuka memiliki kondisi yang bervariasi dan mahasiswa
(perenang) hanya dilatih di kolam renang (kampus) saja. Artinya, mahasiswa jangan
hanya dilatih di dalam kampus saja, karena permasalahan atau kondisi di dunia nyata
akan lebih beragam lagi nantinya. Beliau mengatakan kembali, “agar anak-anak kita
pada saat keluar dari kampus tidak tenggelam di laut terbuka, jangan dilatih hanya di
kolam renang, sekali sekali pergi ke pantai, latihan di laut”.

Mendikbud juga menyampaikan bahwa hampir tidak ada profesi di dunia ini
yang hanya mengandalkan satu bidang ilmu, melainkan semua profesi di dunia nyata
membutuhkan kombinasi dari beberapa bidang ilmu (Kemendikbud RI, 2020).

Ada beberapa alasan yang diungkapkan Mendikbud terkait dengan alasan


mengapa sistem pendidikan tinggi di Indonesia yang hanya berfokus pada satu prodi
saja tidak baik. Yang pertama, dari segi menemukan jati diri anak, masih terdapat
mahasiswa yang merasa tidak cocok dengan prodinya. Nadiem mengatakan bahwa
“kita tidak bisa menemukan titik temu hati mahasiswa untuk menemukan
passionnya”. Yang kedua, semua skill untuk profesi ujung-ujungnya harus belajar lagi

6
di dalam profesi itu karena sangat berbeda kondisi kerja dengan kondisi di dalam
kampus.

Oleh karena itu, dibentuklah kebijakan merdeka belajar. Salah satu konsep dari
kampus merdeka belajar yaitu memberikan mahasiswa kebebasan untuk mencari
pengalaman belajar maupun pengalaman sosial diluar jurusan/ program studinya
selama tiga semester dengan tidak menyampingkan teknologi. Dapat dikatakan bahwa
mahasiswa bukan hanya menjadi lulusan terbaik yang hanya pandai dalam berteori,
akan tetapi mampu untuk merealisasikan teori-teori tersebut. Dan terjun kelapangan
dengan bekal ilmu yang cukup.

Bentuk kegiatan umum pada konsep kampus merdeka ini adalah magang,
pertukaran pelajar, kegiatan wirausaha, asistensi mengajar di satuan pendidikan,
proyek independen, penelitian, proyek kemanusiaan, serta membangun desa/kuliah
kerja nyata tematik (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2020). Untuk dapat mengikuti kampus merdeka belajar ini,
mahasiswa haruslah berasal dari program studi yang terakreditasi dan aktif yang
terdaftar pada PDDikti.

Kebijakan Kampus Merdeka ini, sudah diatur pada Permendikbud Nomor 3


Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pada Pasal 18 disebutkan
bahwa pemenuhan masa dan beban belajar bagi mahasiswa program sarjana atau
sarjana terapan dapat dilaksanakan :

1) Mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam program studi pada perguruan


tinggi sesuai masa dan beban belajar; dan
2) Mengikuti proses pembelajaran di dalam program studi untuk memenuhi
sebagian masa dan beban belajar dan sisanya mengikuti proses pembelajaran di
luar program studi.

2.4 Pokok-pokok Kebijakan Kampus Merdeka Belajar


Adapun pokok-pokok kebijakan pemerintah terkait kampus merdeka belajar yang
dikatakan sebagai terobosan terbaru yaitu :

a. Pembukaan program studi baru dengan arahan kebijakan:


1. PTN dan PTS diberi otonomi untuk membuka prodi baru jika:
a) perguruan tinggi tersebut memiliki akreditasi A dan B

7
b) prodi dapat diajukan jika ada kerjasama dengan mitra perusahaan,
organisasi nirlaba, institusi multilateral, atau universitas Top 100 ranking
QS (Quacquarelli Symonds)
c) prodi baru tersebut bukan di bidang kesehatan dan pendidikan
2. Kerja sama dengan organisasi mencakup penyusunan kurikulum, praktik kerja,
dan penempatan kerja. kementerian akan bekerja sama dengan PT dan mitra
prodi untuk melakukan pengawasan.
3. Prodi baru tersebut otomatis akan mendapatkan akreditasi C, prodi baru yang
tengah diajukan oleh PT berakreditasi A dan B akan otomatis mendapatkan
akreditasi C oleh BAN-PT
4. Tracer studi wajib dilakukan setiap tahun.

b. Sistem akreditasi perguruan tinggi dengan arahan kebijakan:


1. Akreditasi yang sudah ditetapkan oleh BAN-PT tetap berlaku 5 tahun dan
akan diperbaharui secara otomatis. Perguruan tinggi yang terakreditasi B atau
C dapat mengajukan kenaikan akreditasi kapanpun secara sukarela
2. Peninjauan kembali akreditasi akan dilakukan BAN-PT jika ada indikasi
penurunan mutu , misalnya:
3. Adanya pengaduan masyarakat (disertai dengan bukti yang konkret)
4. Jumlah pendaftar dan lulusan dari PT/Prodi tersebut menurun drastis lima
tahun berturut-turut (ketentuan lebih lanjut tentang penurunan kualitas akan
diatur melalui peraturan Dirjen terkait) Akreditasi A akan diberikan bagi prodi
yang berhasil mendapatkan akreditasi internasional. akreditasi internasional
yang diakui akan ditetapkan melalui keputusan menteri.
5. pengajuan re-akreditasi PT dan Prodi dibatasi paling cepat 2 tahun setelah
mendapatkan akreditasi yang terakhir kali. Tracer study wajib dilakukan setiap
tahun.

c. Perguruan tinggi negeri badan hukum, dengan arahan ke depannya:


1. Persyaratan untuk menjadi BH (Badan Hukum) dipermudah bagi PTN BLU
(Badan Layanan Umum) & Satker (Satuan Kerja)
2. PTN BLU dan Satker dapat mengajukan perguruan tingginya untuk menjadi
badan hukum tanpa ada akreditasi minimum

8
3. PTN dapat mengajukan permohonan menjadi BH kapanpun apabila merasa
sudah siap

d. Hak belajar tiga semester di luar program studi, denga arahan kebijakan:
perguruan tinggi wajib memberikan hak bagi mahasiswa untuk secara sukarela
(dapat mengambil atau tidak) dengan ketentuan mahasiswa dapat mengambil sks di
luar perguruan tinggi sebanyak 2 semester (setara dengan 40 sks), mahasiswa dapat
juga mengambil sks di prodi yang berbeda di PT yang sama sebanyak 1 semester
(setara dengan 20 sks), dengan kata lain sks yang wajib diambil di prodi asal
adalah sebanyak 5 semester dari total semester yang harus dijalankan (tidak
berlaku untuk prodi kesehatan).

Terdapat perubahan paradigma terkait dengan SKS menurut Kemendikbud, yaitu :

a) SKS merupakan jam kegiatan


b) Semua jenis kegiatan (belajar di kelas dan diluar kelas seperti pertukaran
pelajar, magang, proyek di desa dan sebagainya) harus dipandu oleh seorang
dosen yang telah ditentukan oleh PT
c) Mahasiswa dapat mengambil daftar kegiatan selama 3 semester tersebut
dengan pilihan program dari pemerintah dan program yang disetujui oleh
rektor. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).

2.5 Tantangan Dalam Mengimplementasikan Kebijakan “Merdeka Belajar,


Kampus Merdeka”
Menurut ARIFIN, S., & Muslim, M. O. H. (2020: 7-9) Tantangan Pada
penerapan kebijakan “ Merdeka Belajar, Kampus Merdeka” adalah sebagai berikut:

1) Mekanisme Kolaborasi antara Perguruan Tinggi dan Program Studi dengan Pihak
Luar
Dalam kebijakan yang dikeluarkan mengenai merdeka belajar dan kampus
merdeka belajar yaitu kebijakan dalam pembukaan program studi baru, akreditasi
perguruan tinggi dan program studi. Praktisnya perguruan tinggi diwajibkan untuk
melakukan kolaborasi dengan pihak eksternal seperti perusahaan-perusahaan,
masyarakat ataupun instant pemerintah lainnya. Dengan diberikannya kewajiban
seperti itu mulainya timbul persoalan untuk perguruan tinggi swasta yang bisa di
kategorikan 3T (tertinggal, terluar, dan terpencil), persoalan-persoalan seperti

9
bagaimana cara PTS untuk mejalin Kerjasama dengan pihak eksternal dengan
kondisi yang mereka punya atau dapatkan PTS dan PTN yang dikategorikan
termasuk kedalam perguruan tinggi besar mau diajak berkolaborasi dengan PTS
yang termasuk kedalam PTS kecil?. Maka hendaknya kebijakan perlu dikaji lagi
berdasarkan Permasalah ini walaupun aturan yang dikeluarkan dalam kebijakan ini
bisa dikatakan bagus.

2) Percepatan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Go Internasional dengan kebijakan


PTN Badan Hukum (PTN-BH)
Didalam Kebijakan PTN-BH harapaan besar diberikan bagi Perguruan Tinggi
dalam upaya mewujudkan daya saing internasional. Kebijakan sebelumnya
berisi“PTN harus mendapat akreditasi A sebelum dapat menjadi PTN-BH,
mayoritas prodi PTN harus terakreditasi A sebelum menjadi PTN-BH, PTN Badan
Layanan Umum (PTN BLU) dan Satker kurang memiliki fleksibilitas finansial,
kurikulum dan kebijakan dibandingkan PTN-BH“, namun dalam kebijakan
“Merdeka Belajar, Kampus Merdeka” Nadiem membuat pemangkasan pada
birokrasi dan persyaratan yang rumit, Batasan minimal akreditasi ditiadakan, dan
fleksibilitas waktu pengajuan PTN-BH selama PTN merasa siap dan memenuhi
kualifikasi untuk alih status. Kebijakan yang dikeluarkan Nadiem mengharapkan
PTN dapat tergerak untuk menjadi world class university. Namun dalam
kenyataannya hanya baru 8 Universitas Negeri di Indonesia yang masuk kedalam
jajaran peringkat 1000 Universitas terbaik di dunia. Sehingga dengan harapan yang
tinggi untuk mampu bersaing pada taraf internasional hendaknya terdapat
keharusan pula bagi pemerintah dalam memberikan anggaran yang cukup dan
kemudahan birokrasi pula.

3) Mekanisme Magang di Luar Program Studi


Dalam kebijakan visioner Menteri Pendidikan dan Kebudayaan daalam
pemberian kebebasan bagi mahasiswa untuk pengenbangan keilmuan, bersosial
dan mendapatkan pengalaman kerja mengenai kebijakan magang selama 3
semester di luar Program Studi dan Perguruan Tinggi. Dan hal ini juga kendala lain
yang dihadapin oleh PTS kecil ataupun PTN yang berada di daerah 3T (Terpencil,
Terluar, dan Tertinggal). Ketiga tantangan ini saling memiliki keterkaitan. Pada

10
mahasiswa yang memiliki perekonomian di tingkat menengah kebawah tentunya
mengalami kendala dalam pendanaan untuk pembiayaan saat magang.

Maka dari itu perlunya pengkajian ulang mengenai kebijakan “Merdeka Belajar,
Kampus Merdeka” ditinjau dari tantangan-tantangan yang diuraikan diatas.

Sedangakan Indra Charismiadji, Seorang pemerhati dan Praktidi Pendidikan 4.0


yang dikutip melalui Kompas.com menyatakan bahwa tantangan dalam
menginmplementasikan Kebijakan “ Merdeka Belajar, Kampus Merdeka” adalah
sebagai berikut:

1) Bangsa Indonesia yang memiliki Mental Inlander. Yang artinya belum adanya
kemerdekaan mindset atau pola pikir bangsa Indonesia
2) Pada kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka masih parsial dan belum
tertuju ke ititk tujuan yang ingin dicapai. Bisa dimulai dengan melakukan
pengidentifikasian masalah.
3) Kurangnya keterjelasan mengenai situasi dan kondisi penyiapan tenaga pendidik
sebagai ujung tombak dalam hal ini guru dan dosen.

Serta Doni Koesoema sebagai penulis buku dan pemerhati pendidikan


memberikan pendapatnya bahwa Masih belum ada perubahan fundamental yang ada
di ruang kelas dan masih terdapat kebingungan dikarenakan kebijakan Merdeka
Belajar yang masih sulit untuk dipahami.Dengan kebijakan Kampus Merdeka akan
menimbulkan ketertinggalan bagi Perguruan Tinggi yang memiliki kualitas rendah
dalam menjalin koneksu guna pengaplikasian ilmu yang didapat di dunia nyata.

11
BAB III

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Konsep Merdeka Belajar terbentuk atas dorongan untuk menciptakan suasana
belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai tertentu.
Kampus merdeka merupakan perpanjangan dari program merdeka belajar, yang
memberikan mahasiswa kebebasan untuk mencari pengalaman belajar maupun
pengalaman sosial diluar jurusan/program studinya selama tiga semester. Kebijakan
ini bertujuan untuk membuat mahasiswa pandai dalam berteori, dan juga mampu
untuk merealisasikan teori-teori tersebut, yang berguna untuk memasuki dunia kerja.

5.2 Saran
Banyak siswa yang merasa terbebani dalam belajar di sekolah karena mereka
terus didorong untuk mencapai skor tertentu. Oleh karena itu disarankan bagi calon
guru matematika untuk mengetahui bahwa pembelajaran dengan membebaskan
siswa dalam cara belajar mereka dapat menjadi salah satu cara meringankan beban
belajar siswa dan menciptakan suasana belajar yang bahagia.
Sistem pendidikan tinggi yang hanya berfokus pada satu prodi saja tidak baik.
Alasannya yaitu, dari segi menemukan jati diri, masih terdapat mahasiswa yang
merasa tidak cocok dengan prodinya. Selain itu, semua skill untuk profesi pada
akhirnya akan dipelajari lagi di dalam profesi itu karena perbedaan antara kondisi
kerja dengan kondisi di dalam kampus yang signifikan. Oleh karena itu sangat
disarankan untuk menerapkan merdeka belajar di Indonesia.

12
Daftar Pustaka

ARIFIN, S., & Muslim, M. O. H. (2020). Tantangan Implementasi Kebijakan


“Merdeka Belajar, Kampus Merdeka” pada Perguruan Tinggi Islam Swasta di
Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam Al-Ilmi, 3(1).

Kemendikbud. 2020. Buku Panduan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka. Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI

Kompas. Ini Rangkuman 4 Kebijakan Kampus Mendikbud Nadiem. Diakses


https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/25/11354331/ini-rangkuman-4-kebijakan-
kampus-merdeka-mendikbud-nadiem?page=all pada 12 Oktober 2020

Kompas.com. 100 Hari Nadiem Makarim : Catatan Krisis tentang Kebijakan Kampus
Merdeka. https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/29/20591321/100-hari-nadiem-
makarim-catatan-kritis-tentang-kebijakan-kampus-merdeka?page=all Diakses pada 13
Oktober 2020

Ngatinem.(2020).Merdeka Belajar Matematika dengan Bermain, Asyik Kan.


Grobogan

http://jatengpos.co.id/merdeka-belajar-matematika-dengan-bermain-asyik-kan/
(diakses pada 13 Oktober 2020)

Siregar, N., Sahirah, R., & Harahap, A. A. (2020). Konsep Kampus Merdeka Belajar
di Era Revolusi Industri 4.0. Fitrah: Journal of Islamic Education, 1(1), 141-157.

13

Anda mungkin juga menyukai