Secara empiris, daun teh biasanya digunakan untuk mengurangi tingkat kecemasan
(ansietas). Daun teh hijau (Camellia sinensis) dapat mengaktifkan reseptor dopamin D1 dan
reseptor serotonin 5-HT1A, yang keduanya terkait erat dengan perilaku cemas. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan tes "elevated plus maze" yakni platform sempit yang
ditinggikan, dengan dua lengan berdinding yang memberikan keamanan bagi subjek uji,
biasanya tikus. Metode ini digunakan sebagai tes kecemasan untuk tikus dengan gagasan bahwa
hewan yang mengalami kecemasan lebih tinggi akan menghabiskan lebih banyak waktu di
daerah yang lebih aman. Dengan menggunakan tes ini, para peneliti menemukan bahwa
kecemasan tikus berkurang setelah mengonsumsi ekstrak Camellia sinensis.
Uji toksisitas (LD50) Camellia sinensis dilakukan dengan metode Weil, C. S. Ada 2 tahap
dalam metode ini yaitu :
Hasil percobaan toksisitas akut (LD50) tahap II tersusun pada tabel I. Terlihat bahwa LD 50
bahan uji ekstrak etanol 70% Camellia sinensis , didapat nilai 3,303 mg/10 g BB. Setelah
diekstrapolasi nilai pada tikus per oral menurut Gleasson dkk, menunjukkan bahwa bahan uji
termasuk golongan practically non toxic (PTN). Berdasarkan hasil uji tersebut, didapatkan
bahwa ekstrak Camellia sinensis aman digunakan (Sundari, dkk. 2009)
Tabel I.
Hubungan kelompok dosis dan kematian mencit stelah pemberian ekstrak etanolik
teh hijau selama 24 jam
Dapus :
Gleasson, MN. 1969. Clinical toxicology of commercial product. The William & Wilkins., Co,
Baltimore; p.3-4
Sundari D, dkk. Toksisitas Akut (Ld50) Dan Uji Gelagat Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia
Sinensis (Linn.) Kunze) Pada Mencit. Media Penelitian dan Pengenmbangan Kesehatan.
Vol XIX
Weil, C. S. 1975. Tables for confenient calculation of median effective dose ld50 or ed50 end
intruction in their use biometrie; p. 249-263