Skripsi Pengolahan Limbah Sisa Analisis Laboratorium Dengan Metode Adsorpsi Studi Kasus Pdam Kota Malang
Skripsi Pengolahan Limbah Sisa Analisis Laboratorium Dengan Metode Adsorpsi Studi Kasus Pdam Kota Malang
Oleh :
1626910
MALANG
2018
KATA PENGANTAR
1. Ibu Anis Artiyani, ST.MT selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Jurusan yang
telah memberikan arahan dan bimbingannya.
2. Bapak Dr.Ir. Hery Setyobudiarso,M.Si selaku Dosen penguji yang telah
memberikan saran, bimbingan dan motivasi.
3. Bapak Dr. Hardianto,ST,MT selaku Dosen penguji yang telah memberikan
saran, bimbingan dan motivasi.
4. Ibu Candra Dwi Ratna, ST.MT selaku Dosen Teknik Lingkungan yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya.
5. Ibu Dr. Evy Hendriarianti, ST.MT selaku Dosen Teknik Lingkungan yang
telah memberikan arahan dan bimbingannya.
6. Bapak Sudiro, ST.MT selaku Dosen Teknik Lingkungan yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya.
7. Dosen dan karyawan Institut Teknologi Nasional (ITN) yang turut membantu
dalam Proses skripsi ini.
8. PDAM Kota Malang yang telah memberikan dukungan motivasi dan
beasiswa, rekan-rekan, keluarga dan semua pihak yang turut membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
Agar skripsi ini dapat lebih baik lagi, penulis mengharapkan saran dan
masukan dari semua pihak, serta memohon maaf yang sebesar-besarnya atas
segala kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Penulis berharap semoga
penyusunan skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat.
Penulis
ABSTRAK
Sumber pencemaran lingkungan antara lain berasal dari air, tanah, dan udara.
faktor pencemaran tersebut disebabkan oleh limbah yang berasal dari industri,
pertanian, domestik, dan laboratorium. Limbah cair yang dihasilkan oleh laboratorium
pada umumnya relatif sedikit, limbah tersebut termasuk golongan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3).
Penelitian ini menggunakan sistem adsorpsi dengan absorben zeolid dan karbon
aktif karena selain murah juga mudah di dapatkan, parameter yang di gunakan Nitrit,
Nitrat, TDS, Suhu, Besi, Kesadahan, Mangan, Ammonia dan DHL, presentase
penurunan perendaman selama 30 menit yakni 99,29 % dan 98,91 %, presentase
penurunan perendaman selama 45 menit yakni 99,17 % dan 99,90 %,presentase
penurunan perendaman selama 60 menit yakni 99,45 % dan 99,89 %,presentase
penurunan tanpa melalui perendaman yakni 99,90 % dan 99,49 %. Maka penurunan
terbanyak pada hasil perendaman selama 60 menit.
Adsorben zeolid yang digunakan belum efektif untuk mengadsorpsi Ammonia
karena konsentrasi ammonia meningkat setelah melewati zeolid, akan tetapi parameter
ammonia masih masuk dalam batas aman kualitas air dan untuk parameter yang lain
zeolid mampu menurunkan konsentrasi kimia sehingga adsorben zeolid sangat
disarankan untuk digunakan setelah melalui proses penyaringan menggunakan adsorben
arang aktif/karbon aktif.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
2.2.1.Definisi......................................................................................................11
2.2.2.Karakteristik .............................................................................................. 11
2.3. Pengolahan.........................................................................................................20
2.3.1.Pengolahan Primer....................................................................................20
2.5.2.Adsorben ...................................................................................................28
2.6. KarbonAktif.......................................................................................................28
2.7. Zeolit..................................................................................................................30
3.1 Umum..................................................................................................................32
4.1 Hasil
Penelitian......................................................................................................
38
ii
Amonia...........................................41
5.2 Saran...................................................................................................................60
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
mencemari air tanah. Adapun limbah dari analisa yang dihasilkan oleh
Laboratorium PDAM Kota Malang meliputi : Besi (Fe), Mangan (Mn),
Sianida (Cn), Nitrat (No3), Nitrit (No2), Ammonia (NH4), Klorida (Cl),
Tembaga (Cu), Kesadahan dan Zat Organik. (Laboratorium PDAM Kota
Malang 2017).
1.3 Tujuan
Penulisan ini mempunyai tujuan, yaitu :
1. Mengetahui proses pengolahan air limbah sisa analisa laboratorium
PDAM Kota Malang dengan sistem adsorpsi karbon aktif dan zeolit.
2. Menghitung tingkat penurunan air limbah dengan menggunakan sistem
adsorpsi karbon aktif dan zeolit.
1.4 Manfaat
1. Memberikan alternatif pengolahan air limbah sisa analisa dari
laborotrium PDAM Kota Malang.
2. Membantu mengurangi pencemaran air tanah dan badan air di sekitar
lingkungan kantor PDAM Kota Malang.
3. Mengetahui penurunan air limbah sisa analisis laboratorium dengan
menggunakan adsorben zeolit dan karbon aktif.
4. Mengetahui kadar organik dan logam berat yang terkandung dalam
limbah cair laboratorium kimia.
2
5. Melakukan proses pengolahan limbah dengan biaya yang terjangkau
untuk menghasilkan limbah yang ramah lingkungan sehingga bisa
mengurangi pencemaran lingkungan dan membahayakan makluk
hidup di sekitar lingkungan tersebut.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta
Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan
Tahun 2001)
(Benefield, 1980)
limbah cair adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
4
2.2 Sumber Limbah Cair
Air limbah berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi :
umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air
bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari
bahan-bahan organik.
(Benefield, 1980)
yaitu air limbahn yang berasal dari berbagai jenis industri akibat
masing industri, antara lain nitrogen, logam berat, zat pelarut dan
sebagainya.
umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama
(Benefield,1980)
5
Pengolahan Limbah Cair
dan padatan terlarut. Selain itu, pengolahan limbah cair juga bertujuan
untuk menghindari penyakit menular, melindungi air atau badan air dari
dalam air.
dibedakan menjadi :
gaya-gaya fisik. Unit operasi secara fisik yang umum dalam pengolahan
1) Screening
6
Merupakan tahap awal pada proses pengolahan air limbah. Proses ini
b) Curved screen
d) Basket Screen
e) Step Screen
f) Screening press
2) Grit chamber
7
3) Equalisasi
konstan.
4) Sedimentasi
dapat terpisahkan.
5) Flotasi
8
Flotasi dibedakan menjadi :
Air flotation
(Siregar,2005)
Pengolahan yang memerlukan bahan kimia agar terjadi reaksi kimia untuk
1) Netralisasi
Reaksi antara asam dan basa menghasilkan air dan garam. Dalam
tersebut, air limbah akan bersifat racun bagi kehidupan air, termasuk
2) Presipitasi
metal (logam berat), sulfat, flourida dan fosfat. Senyawa kimia yang
9
biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida,
garam besi.
4) Disinfeksi
mikroorganisme yang ada dalam air. Untuk mencapai hasil yang optimal,
10
metabolit asing yang mungkin bersifat toksik, jika hal ini terjadi maka
Jenis pengolahan :
organik yang berasal dari air buangan secara sempurna dalam waktu
pengolahan dengan lumpur aktif ini biasanya terdiri dari bak aerasi
11
Proses penguraian zat organik terjadi dalam bak aerasi yang
bak aerasi.
b. Trickling Filter
adalah aliran air yang jatuh dan mengalir perlahan melalui lapisan
kedap air. Material ini bisa berupa batu (kerikil, antrasit, batu pecah,
batu bara dsb) atau media buatan seperti plastik atau poly etilen yang
12
sekelilingnya. Ventilasi diperlukan untuk suplai udara ke bagian
pengumpul.
2.1.1 Definisi
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1997 tentang Pengolahan Lingkungan Hidup, limbah adalah suatu sisa
usaha dan/atau kegiatan. Limbah cair adalah limbah berupa cairan yang
berasal dari buangan bahan-bahan yang telah terpakai dari suatu proses
produksi industri, domestik, pertanian, serta laboratorium yang tercampur
dan terlarut didalam air. Limbah cair disebut juga pencemar air, karena
komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan
padat, bahan buangan organik, dan bahan buangan anorganik. Menurut
Azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung
berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia atau hewan serta
tumbuhan, merupakan kegiatan manusia seperti, limbah industri dan
limbah rumah tangga.Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), air limbah
atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempattempat umum lainnya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.Menurut
Sugiharto (1987), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari manusia dan
rumah tangga serta berasal dari industri, laboratorium atau air permukaan
serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal
yang bersifat kotoran umum.
13
2.1.2 Karakteristik
Karakteristik air limbah perlu diketahui karena hal ini akan
menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari
lingkungan hidup. Pengolahan air limbah dapat digolongkan menjadi tiga
yaitu pengolahan secara fisika, kimia, biologi. Ketiga proses tersebut tidak
selalu berjalan sendirisendiri tetapi kadang-kadang harus dilaksanakan
secara kombinasi antara satu dengan yang lainnya. Ketiga proses
tersebutyaitu (Daryanto, 1995):
1. KarakteristikFisika
Pengolahan ini terutama ditujukan untuk air limbah yang tidak
larut (bersifat tersuspensi), atau dengan kata lain buangan cair yang
mengandung padatan, sehingga menggunakan metode ini untuk pimisahan.
Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
buangan diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan
mudah mengendap atau bahan-bahan yang mengapung mudah disisihkan
terlebih dahulu. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan
bahanbahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak
mengganggu proses berikutnya (Tjokrokusumo, 1995).
2. KarakteristikKimia
Pengolahan secara kimia adalah proses pengolahan yang
menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar
dalam air limbah. Proses ini menggunakan reaksi kimia untuk mengubah
air limbah yang berbahaya menjadi kurang berbahaya. Proses yang
termasuk dalam pengolahan secara kimia adalah netralisasi, presipitasi,
khlorinasi, koagulasi dan flokulasi. Pengolahan air buangan secara kimia
biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak
mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa phospor dan zat
organik beracun, dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang
diperlukan. Pengolahan secara kimia dapat memperoleh efisiensi yang
14
tinggi akan tetapi biaya menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia
(Tjokrokusumo, 1995).
3. KarakteristikBiologi
Semua polutan air yang biodegradable dapat diolah secara biologis,
sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologis dipandang
sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa
dasawarsa telah dikembangkan berbagai metoda pengolahan biologis
dengan segala modifikasinya (Tjokrokusumo, 1995).
Pengolahan air limbah secara biologis, antra lain bertujuan untuk
menghilangkan bahan organik, anorganik, amoniak, dan posfat dengan
bantuan mikroorganisme. Penggunaan saringan atau filter telah dikenal
luas guna menangani air untuk keperluan industri dan rumah tangga, cara
ini juga dapat diterapkan untuk pengolahan air limbah yaitu dengan
memakai berbagai jenis media filter seperti pasir dan antrasit. Pada
penggunaan sistem saringan anaerobik, media filter ditempatkan dalam
suatu bak atau tangki dan air limbah yang akan disaring dilalukan dari arah
bawah ke atas (Laksmi dan Rahayu, 1993).
15
pH
pH adalah suatu parameter yang menyatakan bayaknya ion H+ di
dalam suatu larutan, nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan
antara asam dan basa dalam air dan merupakan ukuran konsentrasi ion
hidrogen dalam larutan. Pengukuran pH penting dilakukan pada air
limbah, dikarenakan limbah dalam suasana asam dapat menyebabkan
pembentukan kerak dan korosi serta racun yang juga berbahaya bagi
lingkungan.
Suhu
Suhu sangat mempengaruhi proses kelarutan suatu zat, karena
semakin tinggi suhu, kalor yang dihasilkan juga semakin besar. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu, semakin tinggi
pula kelarutan suatu zat dan sebaliknya. Pengukuran suhu sampel limbah
cair kimia tersebut menggunakan termometer air raksa atau alkohol yang
mempunyai rentang suhu antara 0-1200 C. Pada penelitian ini, suhu yang
sesuai dengan kondisi limbah adalah suhu ruang dimana padatan dapat
terlarut dengan sempurna.
Dengan demikian, suhu yang baik dalam proses pengolahan limbah
cair laboratorium adalah pada suhu ruang, karena tidak akan mengganggu
aktivitas kerja reaksi kimia yang terjadi dan apabila telah dialirkan ke
lingkungan, limbah hasil pengolahan juga tidak akan mengganggu
kehidupan di perairan lingkungan.
16
air. Zat – zat terlarut, seperti elektrolit kuat dan lemah, muatan ion, variasi
mobilitas ionik, kekuatan ion dalam larutan, dan suhu air akan
mempengaruhi besar kecilnya daya hantar spesifik suatu larutan. Pada
umumnya senyawa anorganik, seperti logam – logam berat yang juga
dapat menghantarkan listrik dan terkandung serta terlarut dalam air limbah
ditemukan dalam bentuk ion-ion. Ion – ion menghantarkan aliran listrik
dan bergerak ke arah lektroda – elektroda yang dicelupkan dalam larutan
tersebut (Lilis,2016). Ion – ion yang bermuatan negatif akan bermigrasi ke
arah elektroda positif, dan sebaliknya ion-ion yang bermuatan positif akan
bermigrasi ke arah elektroda negatif. Prinsip tersebut seperti pada sel
elektrolis.
Pada penelitian kali ini, terjadi penurunan pada nilai daya hantar
listrik (DHL). Nilai konduktivitas pada air limbah laboratorium awal
adalah 20 um hos/cm, sedangkan nilai konduktivitas setelah melalui proses
penyaringan dengan menggunakan adsorben karbon aktif/arang aktif dan
adsorben zeolid mengalami penurunan secara drastis yakni menjadi 1 um
hos/cm atau mengalami penurunan sebanyak 19 um hos/cm. Jika
dipresentasikan mengalami penurunan sebanyak 95%. Dengan demikian
adsorben karbon aktif/arang aktif dan adsorben zeolid terbukti mampu
menurunkan daya hantar listrik (DHL) pada limbah laboratorium kualitas
air PDAM Kota Malang. Sehingga air limbah laboratorium kimia setelah
melalui proses penyaringan aman untuk dialirkan ke lingkungan, karena
daya hantar listrik yang merupakan pengukuran kemampuan air limbah
untuk menghantarkan arus listrik berkurang.
17
proses penyaringanmenggunakan adsorben karbon aktif/arang aktif dan
adsorben zeolid menjadi 1 mg/L, sehingga mengalami penurunan
sebanyak 19 mg/L dengan presentase penurunan 95%.
Sama seperti DHL karena adsorben karbon aktif/arang aktif dan
adsorben zeolid terbukti mampu menurunkan Total Dissolved Solid (TDS)
pada limbah laboratorium kualitas air PDAM Kota Malang. Sehingga air
limbah laboratorium kimia setelah melalui proses penyaringan aman untuk
dialirkan ke lingkungan.
Kekeruhan
Analisis kekeruhan atau turbiditas adalah analisis berdasarkan
ketransparanan suatu contoh dalam kaitan dengan kehadiran partikel
dalam suatu contoh. Parameter kekeruhan atau turbiditas diukur dengan
menggunakan alat turbiditymeter. Dalam penelitian, ada berbagai faktor
yang mempengaruhi terjadinya kesalahan – kesalahan atau gangguan –
gangguan. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kesalahan
pada analisis kekeruhan antara lain kuvet yang kotor, adanya gelembung
udara dalam kuvet, getaran yang menyebabkan gerakan air dalam kuvet,
dan adanya sedimen kasar yang mudah mengendap selama proses
pembacaan berlangsung.
Pada penelitian kali ini, nilai turbiditas awal yang diperoleh adalah
5,4 NTU dan mengalami kenaikan tingkat kekeruhan setelah melalui
proses penyaringanmenggunakan adsorben karbon aktif/arang aktif dan
adsorben zeolid. Hal tersebut dikarenakan adanya endapan dari adsorben
arang aktif/ karbon aktif karena pencucian arang aktif/karbon aktif yang
kurang bersih sehingga meninggalkan endapan yang berwarna sedikit
kehitaman. Akan tetapi warna pada air limbah yang semula kuning pekat
terserap sehingga air limbah berubah warna menjadi bening.
18
Besi
Besi dijadikan bentuk terlarut dengan cara direduksi menjadi ferro
(Fe2+) dengan cara mendidihkan larutan dalam suasana asam dengan
adanya hidroksilamin. Ferro dengan 1,10-Fenantrolin berlebih pada pH 3,2
– 3,3 membentuk kompleks berwarna merah jingga. Tiga molekul
fenantroline membentuk senyawa khelat dengan ion Fe2+. Warna stabil
pada batas pH 3-9 dan pada pH 2,9 – 3,5 menghasilkan pembentukan
warna lebih cepat. Warna diukur secara fotometrik pada panjang
gelombang 510 nm.
Pada penelitian kali ini untuk analisa besi menggunakan metode
Fenantrolin atau dengan metode SNI yang bertujuan untuk menentukan
besi jumlah besi terlarut (Fe2+), ferri (Fe3+). Adapun gangguan – gangguan
yang mungkin terjadi akibat adanya zat-zat (oksidator) yang kuat, Sianida,
Nitrit (NO2-), Polifosfat, Khromium (Cr), seng (Zn), Kobalt (Co),
Tembaga (Cu, dan Nikel (Ni).
Mangan
Senyawa mangan terlarut dioksidasi oleh persulfat dan dengan
adanya perak nitrat membentuk permanganat. Apabila ada persulfat
berlebih dan tidak ada zat organik, maka warna yang dihasilkan akan stabil
dalam waktu tidak lebih dari 24 jam. Intensitas warna yang terbentuk
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 525 nm.
Pada penelitian kali ini untuk mengetahui konsentrasi kandungan
mangan dalam limbah laboratorium menggunakan metode Persulfat atau
metode SNI yang bertujuan untuk menentukan mangan di dalam suatu
contoh air. Adapun gangguan yang ada biasanya meliputi Ion Klorida
(Cl-) jika konsentrasinya besar (0,1 g dalam 50 ml contoh) akan
mengganggu pemeriksaan. Ion – ion bromida (Br-) dan iodida (I-) jika
konsentrasinya besar akan mengganggu. Zat organik dengan konsentrasi
yang tinggi (umumnya dalam air limbah). Kontaminasi dengan O2 dari
19
udara akan menyebabkan Mn2+ (terlarut) berubah menjadi MnO2
(endapan), sehingga menyebabkan hasil menjadi lebih rendah.
Nitrit
Ion nitrit (NO2) ditentukan dengan cara pembentukan zat warna a
zo yang berwarna ungu kemerah-merahan yang dihasilkan dari reaksi
azotisasi asam sulfanilat dengan N-(1-naphthyl)-ethylenediamine dihydro-
chloride (NED dihydrochloride) pada pH 2,0 – 2,5 Intensitas warna yang
terbentuk diukur dengan spektrofotometrik. Batas minimum deteksi untuk
menentukan nitrit dengan konsentrasi sampai 1 πg/L NO2 – N. Pengukuran
secara fotometrik dapat digunakan dengan batas pengukuran 5 sampai 50
πg/L N jika menggunakan lintasan cahaya 5 cm dan filter berwarna hijau.
Sistem warna mematuhi hukum Beer’s sampai konsentrasi 180 πg/L N
dengan menggunakan lintasan cahaya 1 cm pada panjang gelombang 543
nm. Penentuan konsentrasi nitrit yang lebih besar dapat dilakukan dengan
cara mengencerkan contoh yang dianalisa.
Pada penelitian kali ini untuk mengetahui konsentrasi Nitrit yang
terkandung dalam air limbah laboratorium Kualitas Air PDAM Kota
Malang menggunakan metode testkit. Adapun gangguan – gangguan yang
terjadi adalah Sisa klor dan nitrogen triklorida (NCl3) mengganggu pada
penentuan nitrit. NCl3 memberikan warna merah palsu, setelah
penambahan reagen pembentuk warna. Juga warna jingga / orange akan
terbentuk oleh adanya gangguan dari NCl3 dengan konsentrasi yang besar.
Ion – ion berikut ini dapat mengganggu karena membentuk endapan
selama pengujian nitrit. Ion – ion tersebut adalah Sb3+, Au3+, Fe3+, Pb2+,
Hg2+, Ag+, kloroplatinat (PtCl2+) dan metavanadat (VO32+). Ion kupri dapat
menyebabkan hasil menjadi lebih rendah disebabkan oleh dekomposisi
katalis garam diazonium. Ion – ion berwarna yang dapat merubah sistem
warna juga harus dihilangkan. Zat – zat tersuspensi akan mengganggu
penentuan nitrit.
20
Nitrat
Ion nitrat direaksikan dengan brusin dalam larutan asam sulfat
membentuk warna kuning dimana intensitas warna yang terjadi dapat
diukur secara fotometrik pada panjang gelombang 415 nm. Kecepatan
reaksi ion nitrat dengan brusin ditentukan oleh panas yang dihasilkan
selama pengujian berlangsung. Panas diatur dengan penambahan reagen
secara berurutan serta pemanasan reaksi campuran pada temperatur
tertentu serta interval waktu yang tepat. Konsentrasi asam serta waktu
reaksi dapat dipilih, untuk menghasilkan reaksi yang optimal serta
pembentukan warna yang stabil.
Pada penelitian ini untuk menentukan/mengetahui konsentrasi
Nitrat yang terkandung dalam air limbah laboratorium PDAM Kota
Malang menggunakan metode Brusin atau metode SNI yang bertujuan
unutuk menentukan nitrat NO3- di dalam air limbah. Adapun gangguan –
gangguan yang sering terjadi adalah semua oksidator dan reduktor yang
kuat, sisa klor, ion – ion ferro (Fe2+) , Ferri (Fe3+) dan MN 4+. Nitrit (NO2-)
dengan konsentrasi >0,5 mg/L dan Klorida (Cl-).
Kesadahan
Bila ke dalam larutan yang mengandung kation dari logam tertentu
seperti Ca2+ dan Mg2+ ditambahkan etilen diamin tetra asetat (EDTA)
maka akan membentuk senyawa kompleks khelat yang mudah larut. Bila
sejumlah kecil indikator logam seperti Eriochrome black T (EBT) atau
Calmagite ditambahkan pada larutan / air yang mengandung ion Ca2+ dan
Mg 2+ pada pH 10.0, maka larutan menjadi berwarna merah anggur (ungu)
dan apabila EDTA ditambahkan ke dalam larutan tersebut. Maka Ca2+ dan
2+
Mg akan menjadi senyawa kompleks dan larutan akan berubah menjadi
warna biru. Perubahan warna dari merah anggur (ungu) menjadi biru
menandakan titik akhir titrasi. Untuk mencapai titik akhir yang baik,
diperlukan adanya ion magnesium dan pH harus 10,0.
21
Pada penelitian kali ini untuk mengetahui jumlah kesadahan dalam
air menggunakan metode Titrimetri (kompleksometri) atau metode SNI
untuk mengetahui jumlah Ca2+ dan Mg2+ dalam air limbah laboratorium
PDAM Kota Malang. Adapun gangguan yang dapat terjadi adalah
beberapa ion –ion logam seperti Al3+, Ba2+, Cd2+, Co2+, Cu2+, Fe2+, Pb2+,
Mn2+, Ni2+, Sr2+, Zn2+, polifosfat menyebabkan titik akhir titrasi tidak
nyata. Zat organik tersuspensi yang bersifat koloidal bisa mengganggu
titik akhir titrasi. Pada suhu rendah (mendekati beku) perubahan warna
menjadi sulit dan lambat. Sebaliknya pada suhu tinggi terjadi penguraian
indikator.
2.2 Pengolahan
Pengolahan limbah dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia,
biologi, berdasarkan tingkat pengolahan, maka sistem pengolahan limbah
diklasifikasikan menjadi: pra pengolahan, pengolahan primer, pengolahan
sekunder, dan pengolahan tersier.
22
2.2.2 Pengolahan Sekunder
Pengolahan sekunder umumnya mencakup proses biologi untuk
mengurangi bahan-bahan organik melalui mikroorganisme yang ada
didalamnya, yaitu melakukan kontak limbah cair dengan mikroba agar
terjadi biodegradasi senyawa organik dalam limbah cair menjadi produk
tanpa pencemar, seperti air, karbondioksida, dan lumpur (Suharto, 2011).
Agar proses ini berjalan dengan baik, maka harus selalu memperhatikan
penambahan oksigen dan proses pertumbuhan bakteri. Perlakuan ini
berlangsung dalam beberapa tahap, yaitu:
23
2.3 Teknik Pengolahan Limbah Laboratorium
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai
nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun
dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan
berbahaya).
Limbah Laboratorium adalah buangan yang berasal dari
laboratorium. Dalam hal ini khususnya adalah laboratorium kimia. Limbah
ini dapat berasal dari bahan kimia, peralatan untuk pekerjaan laboratorium
dan lain-lain. Limbah laboratorium ini mempunyai resiko berbahaya bagi
lingkungan dan mahluk hidup. Sebagai limbah, kehadirannya cukup
mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari laboratorium kimia.
Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan di laboratorium
kimia. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan
kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya. Beberapa
kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain mudah
terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi bukan
radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain. Dalam
jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan
kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga
perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada
waktu tertentu.
Proses pengolahan air limbah yang dilakukan di skala
laboratorium, meliputi proses kimia dan fisika. Proses kimia dengan
menambahkan bahan kimia pembentuk endapan (koagulan/flokulan),
pembunuh kuman (desinfektan), dan penetralan. Sedangkan proses fisika
meliputi penyaringan (filtrasi), yang terdiri dari penyaringan dengan
penyaringan pasir cepat, penyaringan metal, dan penyaring karbon aktif.
24
2.3.1 Macam - macam Limbah Labolatorium
Berdasarkan wujudnya limbah dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Limbah padat
Limbah padat adalah hasil buangan laboratorium berupa padatan,
lumpur, bubur yang berasal dari sisa kegiatan laboratorium.
2. Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair. Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan
pada:
a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh
sifat limbah dapat diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda
Biru Indofenol
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda
Titrimetrik
f. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA
3. Limbah gas
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat
zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon,
sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon
monoksida dan timah.
Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2,
NO2, CO2, H2 dan lain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui
kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas
udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu partikel dan gas.
25
Ada pula limbah yang disebut dengan limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3
bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan
konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau
mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.
Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya
dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan
dan pengolahan khusus. Macam-macam limbah B3:
1. Limbah mudah meledak
2. Limbah mudah terbakar
3. Limbah reaktif
4. Limbah beracun
5. Limbah penyebab infeksi
6. Limbah yang bersifat korosif
26
2. Pengolahan Limbah Padat (Sanitary Landfill)
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam
lubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah
perembesan limbah ke tanah. Pada landfill yang lebih modern, biasanya
dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung – plastik – lempung) dan
pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang
terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat
digunakan untuk menghasilkan listrik.
27
Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1. Pengolahan secara Fisika
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan
tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan
proses pengendapan.
28
Membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air
dari bagian atas alat, sedangkan udara yang kotor dari bagian
bawah alat.
Dengan pengendap elektrostatik, yaitu menggunakan arus listrik
untuk mengionkan limbah. Kotoran udara menjadi ion negatif
sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing
akan menuju ke elektroda yang sesuai.
29
2.4 Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses pengikatan suatu molekul dari fasa gas atau
larutan kedalam suatu lapisan terkondensasi dari suatu permukaan padatan
atau cairan (Ranke, 2005) dansuatu proses penyerapan pada lapisan
permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materiterkumpul
pada bahan pengadsorpsi atau adsorben (Atkins, 1997).
30
Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuhan, maupun mineral
yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi karbon aktif, yaitu melalui
proses pembakaran secara karbonasi (aktivasi) dalam tempat tertutup dan
dioksidasi/diaktifkan dengan udara atau uap untuk menghilangkan
hidrokarbon yang akan menghalangi penyerapan zat organik. Bahan
tersebut antara lain tulang, kayu lunak/keras, sekat, tongkol jagung,
tempurung kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas,
serbuk gergaji, dan batubara (Brady, 1999).
31
Bahan baku karbon aktif dapat berasal dari bahan nabati atau
turunannya dan bahan hewani. Di antaranya adalah tempurung kelapa,
serbuk gergaji, ampas tebu, dan bahan-bahan lain yang mengandung
karbon. Mutu karbon aktif yang dihasilkan dari tempurung kelapa
mempunyai daya serap tinggi, karena arang ini berpori-pori dengan
diameter yang kecil, sehingga mempunyai internal yang luas.
Agar mendapatkan arang yang bagus untuk dijadikan sebagai carbon
active adalah arang yang dalam proses pembakarannya dilakukan dengan
menggunakan suhu yang tinggi 600oc – 800oc dan pada ruangan tertutup
yang bebas oksigen (kedap udara)
2.5.2 Arang dapat diaktivasi menjadi carbon active dengan dua cara,
yaitu:
1. Aktivasi kimia
Dalam proses aktivasi kimia, arang hasil karbonisasi
direndam dengan menggunakan larutan sodium hydroxide (NaOH)
alias soda kimia selama 24 jam, lalu ditiriskan dan dipanaskan
pada suhu 600 hingga 9.000 derajat celcius selama1-2jam. Bahan-
bahan kimia yang digunakan sebagai aktivator biasanya hidroksida
logam alkali garam-garam karbonat, klorida, sulfat, dan fosfat dari
logam alkali tanah. Pada proses kimia, kualitas karbon aktif yang
dihasilkan tergantung dari bahan kimia yang digunakan.
2. Aktivasi fisika.
Aktivasi fisika, yaitu proses aktivasi karbon dengan uap air
dialirkan pada arang hasil karbonisasi. Proses ini biasanya
menggunakan temperatur 800 ribu – 11 ribu derajat celcius.
Pada umumnya luas permukaan arang biasa adalah 2 x 104 cm2
per gram, tetapi sesudah pengaktifan dengan bahan kimia
mempunyai luas sebesar 5 x 106 sampai 5 x 107cm2 per gram .
32
2.6 Zeolit
Zeolit adalah suatu alumna silikat yang mempunyai struktur
berpori dengan bentuk rangka kristal, yang didalamnya ditempati oleh
molekul air dan ion-ion logam alkali. Beberapa aspek yang ada kaitannya
dengan pertukaran ion pada zeolit, yaitu:
1. Kecepatan pertukaran kation dalam zeolit dipengaruhi besar butiran
zeolit.
2. Zeolit dapat menyerap ion amonium dan ion-ion lain, seperti Ag+, K+,
dan lain-lain.
3. Kapasitas penyerap zeolit akan bertambah dengan bertambahnya berat
zeolit.(Sudi, 2006)
33
BAB III
METODOLOGI
3.1 Umum
Proses penelitian pengolahan di lakukan di kantor PDAM Kota
malang dengan tujuan menghitung tingkat efektifitas penurunan air limbah
laboratorium dengan menggunakan sistem adsorpsi karbon aktif dan
zeolit.
34
Kerangka / Alur Penelitian
START
Zeolit
Arang Aktif
35
dalam sampel yang akan diukur, lalu angka akan muncul dengan
sistem digital yang merupakan nilai hasil sampel pH tersebut.
2. Suhu atau Temperatur
Sampel limbah dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 100
mL, kemudian termometer dicelupkan ke dalam sampel dan diamati
nilai suhunya.
3. Kekeruhan
Kekeruhan atau banyaknya padatan bisa diketahui dengan
turbidimeter dengan memasukan sampel limbah ke dalam tabung yang
disediakan ± 10 mL dn ditutup kemudian ditunggu selama 20 detik.
4. Daya hantar listrik
Sejumlah limbah diukur konduktivitasnya menggunakan
konduktifitimeter. Alat dilakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan
mencelupkan elektroda pada kondoktifitimeter ke dalam larutan
kalibrasi untuk konduktivitas tinggi. Kemudian ditunggu hingga angka
yang muncul konstan.
36
3.6 Parameter Analisis
1. Besi
Pipet 8 ml sampel masukan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1 tetes
Fe-1 (kocok), tambahkan 0,5 ml Fe-2 (kocok), waktu reaksi 5 menit,
waktu reaksi 5 menit, tambahkan 1 dosis/cup Fe-3 (menggunakan
tutup pengukur dosis biru) kocok, waktu reaksi 10 menit, pindahkan
larutan dalam sel/kuvet 50 mm, pilih metode dengan autoselector,
masukan sel/kuvet dalam spectrophotometer.
2. Sianida
Pipet 10 ml sampel masukan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1
dosis CN 1, panaskan dengan thermoreaktor pada suhu 120̊ C selama
30 menit, angkat dan tempatkan pada rak tabung (temperatur
ruangan), putar melingkar sel sebelum dibuka, tambahkan 3 tetes CN-
2, tutup dan campurkan, pipet 5 ml sampel yang telah diberi perlakuan
ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1 level sendok mikro hijau CN-3,
tutup dengan tutup bersekrup, kocok sel sampai padatan larut, waktu
reaksi 10 menit, pindahkan larutan dalam sel/kuvet 50 mm, pilih
metode dengan autoselector, masukan sel/kuvet dalam
spectrophotometer.
3. Zat Organik
Ukur 100 mL contoh (tergantung kebutuhan), tambahkan 10 mL
larutan H2SO4, tambahkan 10 mL larutan KMnO4 0,01 Ndari buret,
Panaskan hitung 5 menit dari mendidih, tambahkan 10 mL asam
oksalat/Na oksalat0.01 N dari buret, Titrasi dengan larutan KMnO4
0.01 N sampai terbentuk warna sedikit merah/rose (penambahan
pertama – mL hasil titrasi) masukan ke dalam perhitungan.
37
3.7 Cara Uji Parameter
Pemeriksaan Angka Permanganat / Zat Organik (KMnO4)
1. Sampel 100 ml
2. Masukkan kedalam labu elenmeyer 250 ml
+ 10 ml / 5 ml lar. (H2SO4) 4 N
+ 10 ml lar. (KMnO4) 0,01 N
3. (Panaskan sampai mendidih, angkat 5 menit dari mendidih) + 10 ml
larutan asam Oksalat
4. Titrasi dengan larutan (KMnO4) 0,01 N
5. Catat perubahan warna hasil akhir titrasi (.... ml titer), perubahan
warna akhir titrasi : Rose (pink muda)
Perhitungan Pemeriksaan Angka Permanganat / Zat Organik (KMnO4)
Angka Permanganat
(mg/l KMnO4)
= 1000 / ml sampel [{(10 + a ml) x f KMnO4} – 10 x 0,316]
a = volum titran larutan KMnO4
f KMnO4 = faktor larutan KMnO4
38
3.8 Tahapan Pelaksanaan Penelitian
START
Study Linteratur
Pengumpulan Data
Penelitian
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
40
Hasil pengukuran keadaan limbah awal sebelum dilakukan proses
pengolahan limbah adalah sebagai berikut :
41
Grafik keadaan limbah awal sebelum dilakukan proses pengolahan
limbah :
10000
Grafik Parameter Limbah Laboratorium
9000
8000
7000
6000
5000
Series1
4000
3000
2000
1000
0
nitrit nitrat besi kesadahan mangan ammonia
42
4.2 Pengaruh Waktu Pengendapan Adsorben Karbon Aktif Terhadap
Adsorpsi Besi
43
Selain itu, karbon aktif juga terbukti dapat menghilangkan bau
seiring dengan lamanya waktu pengendapan adsorben. Sehingga bau yang
dihasilkan oleh limbah laboratorium kualitas air PDAM Kota Malang
sangat jauh berkurang setelah air limbah direndam dengan adsorben
karbon aktif / arang aktif. Adanya variasi waktu pengendapan terjadi
penyerapan logam yang signifikan. Hal tersebut menunjukan bahwa
adsorben karbon aktif / arang aktif mampu menyerap logam Nitrit, Nitrat,
Kesadahan, Besi, Mangan dan Ammonia dengan baik.
Seperti pada jurnal yang ditulis oleh Mia Azamia dalam jurnalnya
yang berjudul Pengolahan limbah. Proses pengolahan limbah cair
laboratorium kimia dilakukan dengan dua proses. Proses pertama adalah
proses koagulasi yang merupakan salah satu proses pengolahan primer
terhadap limbah dengan penambahan koagulan yang divariasikan dengan
jenis koagulan, konsentrasi, pH dan lama pengadukannya. Sedangkan
proses kedua adalah adsorpsi dengan menambahkan adsorben. Jenis
adsorben yang digunakan adalah zeolit dan karbon aktif yang divariasikan
dengan konsentrasinya (Mia Azamia,2012).
44
4.2.1 Pengaruh Waktu Pengendapan Adsorben Karbon Aktif Terhadap
Adsorpsi Nitrit
Karbon aktif atau arang aktif merupakan suatu padatan berpori.
Fungsi karbon aktif sebagai adsorben yang dapat menghilangkan atau
mengurangi bau, warna, oganik, logam berat dan bahan kimia lain. Seperti
penelitian yang sudah dilakukan di laboratorium Kualitas Air PDAM Kota
Malang. Terbukti adsorben karbon aktif atau arang aktif mampu
menurunkan konsentrasi limbah bahan kimia yang dihasilkan oleh
aktivitas laboratorium kualitas air PDAM Kota Malang dan mampu
menurunkan konsentrasi Nitrit hingga 99,29 % setelah dilakukan
pengendapan arang aktiv/karbon aktiv pada interval waktu 30 menit.
Kemudian mengalami presentase penurunan yakni 99,17 % setelah
dilakukan pengendapan arang aktiv/karbon aktiv selama 45 menit, dan
parameter Nitrit yang mengalami penurunan terbanyak yakni 99,45 %
setelah dilakukan pengendapan selama 60 menit. Hal tersebut
membuktikan bahwa karbon aktif mampu menyerap Nitrit dengan efektif
karena mampu menurunkan konsentrasi nitrit hingga lebih dari 90%.
45
Grafik limbah Nitrit berdasarkan interval waktu 30 menit, 45 menit
dan 60 menit :
0,025
0,02
0,015
Series1
0,01
0,005
0
30 menit 45 menit 60 menit
46
ditentukan dengan menghitung banyaknya amoniak dalam air yang
diadsorpsi pergram zeolid kering. Banyaknya amoniak dalam air dalam
bentuk amonium hidroksida ditentukan dengan cara titrasi volumetri. Hasil
penelitian menunjukan, bahwa zeolit alam yang telah diaktifkan dapat
digunakan sebagai adsorben untuk mengurangi kadar amoniak dalam air.
Daya serap zeolit dipengaruhi oleh ukuran partikelnya, yang dapat
dijelaskan atas dasar luas permukaan zeolit (Charles Banon, Totok E
Suharto, 2008).
Karbon aktif atau arang aktif merupakan suatu padatan berpori.
Fungsi karbon aktif sebagai adsorben yang dapat menghilangkan atau
mengurangi bau, warna, oganik, logam berat dan bahan kimia lain. Seperti
penelitian yang sudah dilakukan di laboratorium Kualitas Air PDAM Kota
Malang. Terbukti adsorben karbon aktif atau arang aktif mampu
menurunkan konsentrasi limbah bahan kimia yang dihasilkan oleh
aktivitas laboratorium kualitas air PDAM Kota Malang dan mampu
menurunkan konsentrasi Nitrat hingga 91,41 % setelah dilakukan
pengendapan arang aktiv/karbon aktiv pada interval waktu 30 menit.
Kemudian mengalami presentase penurunan yakni 91,60 % setelah
dilakukan pengendapan arang aktiv/karbon aktiv selama 45 menit, dan
parameter Nitrat yang mengalami penurunan terbanyak yakni 91,41 %
setelah dilakukan pengendapan selama 60 menit. Hal tersebut
membuktikan bahwa karbon aktif mampu menyerap Nitrat dengan efektif
karena mampu menurunkan konsentrasi nitrat hingga lebih dari 90%.
Hasil grafik limbah Nitrat berdasarkan interval waktu 30 menit, 45
menit dan 60 menit adalah sebagai berikut :
47
Grafik Parameter Nitrat Limbah Laboratorium
95,5
95
94,5
94
93,5
Series1
93
92,5
92
91,5
30 menit 45 menit 60 menit
48
efektif karena mampu menurunkan konsentrasi nitrat hingga lebih dari
90%.
Hasil grafik limbah Ammonia berdasarkan interval waktu 30
menit, 45 menit dan 60 menit adalah sebagai berikut :
0,14
0,135
0,13
0,125 Series1
0,12
0,115
0,11
30 menit 45 menit 60 menit
49
calsium dan magnesium akan mengurangi efektifitas sabun/detergen,
bahkan untuk air industri kandungan unsur – unsur tersebut sebaiknya nol,
karena adanya kedua unsur ini dapat merusak peralatan pemanas pada
industri. Untuk membantu masyarakat, terutama pelaku industri kecil dan
industri rumah tangga, telah dilakukan penelitian mengenai cara
penghilangan kandungan unsur calsium dan magnesium dari dalam air.
Dalam tulisan ini diinformasikan beberapa cara penghilangan kesadahan
air atau biasa disebut dengan pelunakan air, namun percobaan yang
dilakukan hanya terbatas pada cara pelunakan air sadah dengan metode
penukar ion. Bahan penukar ion yang digunakan adalah zeolit alam,
karena zeolit alam mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Hasil
percobaan menunjukan adanya penurunan kadar kesadahan, namun zeolit
alam ini cepat sekali mencapai titik jenuh, sehingga harus sering dilakukan
proses regenerasi (Ruliasih Marsidi,2018).
Karbon aktif atau arang aktif merupakan suatu padatan berpori.
Fungsi karbon aktif sebagai adsorben yang dapat menghilangkan atau
mengurangi bau, warna, oganik, logam berat dan bahan kimia lain. Seperti
penelitian yang sudah dilakukan di laboratorium Kualitas Air PDAM Kota
Malang. Terbukti adsorben karbon aktif atau arang aktif mampu
menurunkan konsentrasi limbah bahan kimia yang dihasilkan oleh
aktivitas laboratorium kualitas air PDAM Kota Malang dan mampu
menurunkan konsentrasi Kesadahan hingga 90 % setelah dilakukan
pengendapan arang aktiv/karbon aktiv pada interval waktu 30 menit.
Kemudian mengalami presentase penurunan yakni 92,5 % setelah
dilakukan pengendapan arang aktiv/karbon aktiv selama 45 menit, dan
parameter Nitrat yang mengalami penurunan terbanyak yakni 94 % setelah
dilakukan pengendapan selama 60 menit. Hal tersebut membuktikan
bahwa karbon aktif mampu menyerap Kesadahan dengan efektif karena
mampu menurunkan konsentrasi Kesadahan hingga lebih dari 90%.
Hasil grafik limbah Kesadahan berdasarkan interval waktu 30
menit, 45 menit dan 60 menit adalah sebagai berikut :
50
Grafik Parameter Ammonia Limbah Laboratorium
1000
900
800
700
600
500
Series1
400
300
200
100
0
30 menit 45 menit 60 menit
51
4.3.1 Hasil analisa setelah melalui proses penyaringan dengan
menggunakan arang aktif dengan interval waktu pengendapan
selama 30 menit :
52
Berikut presentase penurunan konsentrasi pada tiap parameter :
Penurunan
No. Parameter Satuan
Konsentrasi
1 Nitrit 99,29 %
2 Nitrat 91,41 %
3 TDS 95 %
4 Suhu 3,57 %
5 Besi 31,87 %
6 Kesadahan 90 %
7 Mangan 11,29 %
8 Ammonia 98,91 %
9 DHL 95 %
53
4.3.2 Hasil analisa setelah melalui proses penyaringan dengan
menggunakan arang aktif dengan interval waktu pengendapan
selama 45 menit :
54
Berikut presentase penurunan konsentrasi pada tiap parameter :
Penurunan
No. Parameter Satuan
Konsentrasi
1 Nitrit 99,17 %
2 Nitrat 91,6 %
3 TDS 95 %
4 Suhu 3,57 %
5 Besi 40 %
6 Kesadahan 92,5 %
7 Mangan 17,04 %
8 Ammonia 99,9 %
9 DHL 95 %
55
4.3.2 Hasil analisa setelah melalui proses penyaringan dengan
menggunakan arang aktif dengan interval waktu pengendapan
selama 60 menit :
56
Berikut presentase penurunan konsentrasi pada tiap parameter :
Penurunan
No. Parameter Satuan
Konsentrasi
1 Nitrit 99,45 %
2 Nitrat 91,41 %
3 TDS 95 %
4 Suhu 3,57 %
5 Besi 45,62 %
6 Kesadahan 94 %
7 Mangan 19,44 %
8 Ammonia 99,89 %
9 DHL 95 %
57
Ammonia dengan baik. Berikut hasil analisa setelah melalui proses
penyaringan dengan menggunakan zeolid :
Kadar
No. Parameter Maksimum Karakter Satuan
1 Nitrit 0,016 mg/L
2 Nitrat 55,3 mg/L
3 Bau - Tidak Berbau -
4 Warna - Bening -
5 TDS 1 mg/L
6 Kekeruhan 18,5 NTU
7 Suhu 27 C
8 Besi 0,67 mg/L
9 Kesadahan 480 mg/L
10 Mangan 0,769 mg/L
11 Ammonia 0,037 mg/L
12 DHL 1 um hos/cm
58
Berikut presentase penurunan konsentrasi pada tiap parameter :
Penurunan
No. Parameter Satuan
Konsentrasi
1 Nitrit 99,49 %
2 Nitrat 95 %
3 TDS 95 %
4 Suhu 3,57 %
5 Besi 58,125 %
6 Kesadahan 94,95 %
7 Mangan 28,796 %
8 Ammonia 99,9 %
9 DHL 95 %
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian mengenai
pengolahan limbah cair laboratorium kualitas air PDAM Kota Malang
dengan penyaringan menggunakan adsorben arang aktif/karbon aktif dan
adsorben zeolid adalah sebagai berikut :
Pengolahan limbah laboratorium kualitas air PDAM Kota Malang
dengan menggunakan adsorben arang aktif / karbon aktif melalui
proses perendaman selama 30 menit mampu menurunkan Nitrit
sebesar 99,29 %, Nitrat sebesar 91,41 %, TDS sebesar 95 %,
Suhu sebesar 3,57 %, Besi sebesar 31, 87 %, Kesadahan sebesar
90 %, Mangan sebesar 11,29 %, Ammonia sebesar 98,91 %, dan
DHL sebesar 95 %.
Dari hasil perhitungan presentase penurunan konsentrasi pada
parameter Nitrit, Nitrat, TDS, Suhu, Besi, Kesadahan, Mangan,
Ammonia dan DHL dapat dilihat bahwa parameter Nitrit dan
Ammonia yang mengalami presentase penurunan terbanyak yakni
99,29 % dan 98,91 %.
60
Ammonia yang mengalami presentase penurunan terbanyak yakni
99,17 % dan 99,90 %.
61
Dari hasil analisa yang sudah dihasilkan dapat disimpulkan bahwa
proses adsorpsi menggunakan arang aktif/karbon aktif melalui
perendaman selama 60 menit memiliki hasil penurunan lebih
banyak.
Adsorben zeolid yang digunakan belum efektif untuk
mengadsorpsi Ammonia karena konsentrasi ammonia meningkat
setelah melewati zeolid, akan tetapi parameter ammonia masih
masuk dalam batas aman kualitas air dan untuk parameter yang
lain zeolid mampu menurunkan konsentrasi kimia sehingga
adsorben zeolid sangat disarankan untuk digunakan setelah melalui
proses penyaringan menggunakan adsorben arang aktif/karbon
aktif.
5.2 Saran
Perlu dilakukan pengolahan yang lebih baik
Preparasi terhadap adsorben yang akan digunakan agar permukaan
adsorben lebih luas sehingga daya serap adsorben terhadap
penurunan / penyerapan logam berat lebih besar.
Pada proses pengolahan air, tentunya adsorben yang digunakan
tersebut harus diganti secara berkala agar tetap dapat memperoleh
hasil yang maksimal.
62
LAMPIRAN FOTO PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
Suharto, 2011, Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air, Yogyakarta.