Disusun Oleh:
1. Reza Arisandi (I1C016095)
2. Yulia Anggraini (I1C017001)
3. Ayu Azizah N (I1C017003)
4. Shafira Nabila N (I1C017005)
5. Adek Syukri N (I1C017007)
Kelas/Kelompok: A-8
TTV Nilai
11/7 12/7 13/7 14/7 15/7 16/7 17/7 18/7 19/7
Normal
TD 120 –
(mmHg) 129/80 130/80 100/60 100/70 83/53 100/65 107/85 100/90 87/56 77/52
mmHg
Nadi 60 – 100
60-100 120 110 118 80 100 100 100 104
(x/menit) x/menit
Suhu (°C) 36,2 – 36,5-
38,9 36,5 38,1 38,0 36,5 37 37,8 36
37,5 °C 37,5
Napas 12 – 20
12-20 28 20 24 20 24 24 30 28
(x/menit) x/menit
Gejal
11/7 12/7 13/7 14/7 15/7 16/7 17/7 18/7 19/7
a
GCS cm cm cm cm cm cm cm Cm cm
Batuk +
berda +++ + + + + + berkura - -
hak ng
Sesak + + + + + + -
nafas + Berkur Berkur Berkur Berkur Berkur Berkur -
berat ang ang ang ang ang ang
Retra
ksi +
dada
Tida 96% 99%
k Tidak Tidak roo roo
SaO2 97% 99% 96% 97%
diuk diukur diukur m m
ur air air
7x
Tida
bub
k Tidak Tidak 1x Tidak 1x nor
BAB 2x cair ur,
terca tercatat tercatat padat tercatat bubur mal
kuni
tat
ng
Munta 1x -
- - - - 1x -
h lendir
Rhon -
+ + + + - - - -
ki
Data Laboratorium
Parameter Nilai normal 11/7 17/7
Hb 13 - 16 g/dL 12,6 11,2
Hct 40% - 50 % 37,1 33,4
Eritrosit 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 - 4,11
Leukosit 3,2 – 10,0 x 109/L 6,37 4,41
Trombosit 170 – 380 x 103/mm3 67,4
MCV 80 – 100 (fL) 81,3 81,3
MCH 26– 33 pg/ sel 27,6 27,3
MCHC 32 – 36 g/dL 34 33,5
APTT 21 – 45 detik - 45,2
PT 10 – 15 detik - 12,4
Eosinofil 0-6 % 0 8,4
Basofil 0-2 % 13 0,7
Neutrofil batang 0-12 % 3 54,7
Neutrofil segmen 36-73 % 48 54,7
Limfosit 15-45 % 26 24,9
Monosit 0-10 % 10 11,3
Kalium 3,6-5,2 mEq/L 3,6 3,9
Klorida 98-108 mEq/L 108 106,8
Natrium 135-144 mEq/L 143 139
Ureum 10-50 mg/ dL - 10
Kreatinin serum 0,6-1,3 mg/dL - 0,3
SGOT 5 – 35 U/L - 31
SGPT 5-35 U/L - 26
Albumin 3,5 – 5,0 g - 3,7
pH 7,35-7,45 7,414 -
pCO2 (mmHg) 35-45 mmHg 29,2 -
pO2 (mmHg) 75-100 mmHg 115,4 -
HCO3 22-26 mmol/L 18,9 -
SaO2 95-99% 98% -
Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan : Hasil
- Foto Toraks Infiltrat di kedua paru bertambah
- Kultur Darah (dibanding 17 Mei 2017). Tak tampak
kelainan radiologis di jantung.
Spesimen : Darah
Biakan darah steril (tidak ada bakteri
Tanggal : 11 Juli 2017 dalam darah)
B. DASAR TEORI
1. Patofisiologi
CAP didefinisikan sebagai pneumonia yang terjadi pada pasien yang tidak
mendapatkan perawatan inap di rumah sakit atau fasilitas perawatan inap jangka
panjang (panti) setidaknya lebih dari 14 hari sebelum mulai munculnya tanda dan
gejala tersebut. Etiologi CAP bervariasi menurut tingkat keparahan penyakitnya,
meliputi bakteria, fungi, virus, protozoa, dan lain-lain. Namun sebagian besar kasus
CAP etiologinya adalah kuman atau bakteri patogen. Beberapa studi di negara barat
mengidentifikasi Streptococcus pneumoniae sebagai patogen etiologi yang paling
sering teridentifikasi. Patogen etiologi lain yang juga banyak teridentifikasi adalah
Mycoplasma pneumoniae, Haemophylus influenzae, agen viral, dan lain-lain. (PDPI,
2003)
Pada keadaan normal di paru-paru orang yang sehat tidak ada pertumbuhan
mikroorganisme. Namun, ketika ada ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme dapat berkembang dan terjadi mekanisme pertahanan paru, ketika
pertahanan paru tidak kuat maka mikroorganisme dapat berkembang biak dan
menimbulkan penyakit. Resiko terjadinya infeksi pada paru tergantung pada
kemampuan mikroorganisme dalam merusak permukaan epital saluran pernafasan.
Ada beberapa cara mikrooganisme mencapai permukaan:
- Inokulasi langsung
- Penyebaran melalui pembuluh darah
- Inhalasi bahan aerosol
- Kolonisasi di permukaan mukosa.
Pada umumnya terjadi melalui kolonisasi, kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5
-2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveol dan selanjutnya
terjadi proses infeksi. Jalur yang paling umum untuk agen mikroba mencapai alveoli
adalah dengan mikroaspirasi sekresi orofaringeal. Begitu mikroorganisme mencapai
ruang alveolar, mereka menyebabkan pneumonia dengan melumpuhkan mekanisme
pertahanan terakhir dari paru-paru pada makrofag alveolar. Jika makrofag alveolar
tidak dapat mengontrol pertumbuhan mikroorganisme, maka sebagai mekanisme
pertahanan pelindung terakhir, paru-paru mengembangkan respons inflamasi lokal.
Respon inflamasi lokal ini ditandai dengan pergerakan sel darah putih, limfosit dan
monosit dari kapiler ke dalam ruang alveolar. Sebagian besar tanda, gejala, dan
kelainan laboratorium yang menjadi ciri sindrom pneumonia a (CAP) yang didapat
dari komunitas berasal dari respon inflamasi local (Julio A. Ramirez. 2017)
Pasien dengan sindrom pneumonia akan datang dengan gejala batuk, produksi
sputum, sesak napas, nyeri dada karena pleuritik, demam, menggigil. Takikardia,
takipnea, rales, dan tanda konsolidasi pada pemeriksaan fisik, leukositosis, shift kiri,
dan infiltrat paru baru pada foto toraks. Beberapa kelainan ini disebabkan oleh respon
inflamasi lokal yang dihasilkan oleh masuknya sel darah putih ke dalam ruang
alveolar. Perkembangan produksi batuk dan dahak disebabkan oleh kelebihan sel
darah putih di alveoli. Sesak napas dan hipoksemia terjadi akibat akumulasi sel di
ruang alveolar, menghasilkan ketidakcocokan ventilasi-perfusi. Adanya infiltrasi paru
baru pada rontgen dada sebagian besar disebabkan oleh penumpukan sel inflamasi di
alveoli (Julio A. Ramirez, 2017)
2. Guideline Terapi
a. CAP
Hemoglobin
Eritrosit
Trombosit
APTT
Eosinofil
Neutrofil batang
Monosit
Kreatinin serum
Tekanan parsial oksigen
Tekanan parsial karbondioksida
HCO3
3. ASESSMENT
Diagnosa pasien : CAP (Community-acquired Pneumonia) Recurrent
Problem medic yang perlu diterapi : Syok sepsis
Terapi Pengobatan selama di RS
Obat Dosis/Interva Cara 11/ 12/ 13/ 14/7 15/ 16/7 17/ 18/7 19/
l Pemberia 7 7 7 7 7 7
n
Paracetamo Iv
l 400 mg k/p
Diazepam 2.5 mg/12 jam Po v v v v v v v v v
Zinc 50 mg/8 jam Po v v v v v v v v v
Propranolol 20 mg/12 jam Po v v v v v v v v v
Omeprazol 20 mg/12 jam Po v v v v v stop
Po 18.0 v v v
Omeprazol
20 mg/24 jam 0
Penicilamin 250 mg/8 jam Po v v v v v v v v v
1 resp + 3 ml Nebulizer stop
Inhalasi 06.0
NaCl 0.9%, v v v
Ventolin 0
tiap 6 jam
Inhalasi Nebulizer 12.0 v v v 06.0 stop
Ventolin 1 resp + 3 ml 0 0
NaCl 0.9%, 20.0
tiap 8 jam 0
Inhalasi 1 resp + 3 ml Nebulizer 18.0 v
Ventolin NaCl 0.9%, 0
tiap 12 jam
Cefotaxime 900 mg/8 jam po v v v v v v v v
DTP
a. Diazepam
Pada kasus ini pasien didiagnosa CAP (Community Aqcuired
Pneumonia) dengan riwayat pneumonia sejak 2016. Terapi lain yang
digunakan pasien dalam rekam medik RS iyalah diberikan terapi dengan
Diazepam 2.5 mg/12 jam secara peroral selama 9 hari MRS (11/7- 19/7).
Diazepam merupakan obat golongan benzodiazepine yang termasuk dalam
obat psikotropika dan banyak digunakan pada pasien insomnia dan kecemasan
serta memiki sifat anxiolytic, hypnotic, muscle relaxant, dan antiepileptic
(Salat David et al, 2017). Berdasarkan penelitian case control study Wang et
al (2017), penggunaan benzodiazepine diberikan ketika pasien mengalami
insomnia, kecemasan, dan berfokus pada sistem saraf pusat serta gangguan
fungsi kognitif. Jika dilihat dari rekam medik dan keluhan pasien, pasien tidak
mengalami gejala pada kriteria diatas, sehingga perlu adanya penghentian
terapi terhadap obat diazepam. Penggunaan benzodiazepine juga secara
signifikan dapat meningkatkan resiko CAP baik pada pasien yang
menggunakan benzodiazepine ataupun tidak, sehingga perlu dihindari (Salat
David et al, 2017)
5. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
American Thoracic Society. 2019. Diagnosis and Treatment of Adults with Community-acquired
Pneumonia. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine Volume 200
Number 7.
Bill Zepf, M.D. 2014. Clarithromycin vs. Azithromycin for Pneumonia. Am Fam Physician.
2014 Jan 15;69(2):420.
Caballero J, Rello J. Combination antibiotic therapy for community-acquired pneumonia. Ann
Intensive Care. 2011;1:48. Published 2011 Nov 23. doi:10.1186/2110-5820-1-48
Drug. Com, 2020. Drugs interaction checker propranolol with albuterol :
https://www.drugs.com/interactions-check.php?drug_list=11-2744,862-0,2329-
16534,1956-0,1750-0,1814-0,549-0,109-2463
Pakhale S, Mulpuru S, Verheij TJM, Kochen MM, Rohde GGU, Bjerre LM. Antibiotics for
community‐acquired pneumonia in adult outpatients. Cochrane Database of Systematic
Reviews 2014, Issue 10. Art. No.: CD002109. DOI: 10.1002/14651858.CD002109.pub4.
Padda IS, Nagalli S. Cefotaxime. [Updated 2020 Jul 16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560653/
McMullan BJ, Mostaghim M. Prescribing azithromycin. Aust Prescr. 2015;38(3):87-89.
doi:10.18773/austprescr.2015.030
Medscape. 2020. Drugs interaction checker propranolol with albuterol :
https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker propranolol with albuterol