Anda di halaman 1dari 7

BAB III

MANUSIA, MASYARAKAT DAN HUKUM

PENDAHULUAN

Dalam bagian ini kita akan membicarakan tentang hubungan antara

manusia, masyarakat dan hukum. Ketiga hal ini saling terkait dengan sangat erat.

BAHAN

A. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Oleh Aristoteles (384 – 322 S. M.) dikatakan bahwa manusia adala zoon

politicon. Dalam bahasa Yunani, zoon berarti makhluk, sedangkan politicon

berarti hidup dalam polis.

Polis, di zaman Yunani kuno, adalah kota yang merupakan suatu negara.

Umumnya orang-orang tinggal di dalam polis-polis (negara-negara kota). Ini

menunjukan kecendrungan manusia untuk hidup bersama dengan manusia lain.

Karenanya, para penulis Barat menerjemahkan istilah zoon politicon tersebut

sebagai social being atau makhluk sosial.

Oleh Hans Kelsen, zoon politicon diartikan sebagai man is a social and

political being.

Apa hubungannya dengan hukum? Di mana sudah ada dua orang, maka

hukum sudah mulai diperlukan di situ untuk mengatur hubungan antara dua orang

tersebut. Karenanya, tidak ada masyarakat yang tidak mengenal hukum.


Ungkapan latin ini ubi societas, ibi ius artinya di mana ada masyarakat di situ ada

hukum.

B. Kaidah Sebagai Perlindungan Kepentingan Manusia

Menurut Roscoe Pound, dalam masyarakat terdapat berbagai

kepentingan yang dilindungi oleh hukum yang diklasifikasikan atas tiga kategori

pokok yang dapat dirinci lebih lanjut atas kepentingan-kepentingan yang lebih

rinci, yaitu (Rasjidi, 1982: 125 – 129).

1. Kepentingan umum (public interest). Kepentingan-kepentingan umum yang

paling utama, yakni :

a. Kepentingan-kepentingan dari negara sebagai badan hukum dalam

mempertahankan kepribadian dan substansinya.

Contoh: kepentingan negara atas kedaulatannya menghadapi serangan dari

negara lain dan kepentingan negara atas keutuhan wilayah menghadapi

pemberontakan yang memisahkan wilayah negara.

b. Kepentingan-kepentingan dari negara sebagai penjaga kepentingan-

kepentingan masyarakat.

Contoh: kepentingan negara untuk menjaga fasilitas-fasilitas publik dan

kepentingan negara untuk menjaga kestabilan ekonomi dalam masyarakat.

2. Kepentingan masyarakat (social interest), kepentingan-kepentingan

masyarakat yang paling utama, yakni :

a. Kepentingan masyarakat bagi keselamatan umum. Ini mencakup

kepentingan bagi perlindungan hukum bagi keamanan dan ketertiban,


tentang keselamatan dan kesejahteraan, tentang jaminan bagi transaksi-

transaksi dan pendapatan atau penghasilan.

b. Kepentingan masyarakat dalam jaminan bagi lembaga-lembaga sosial

yang meliputi perlindungan bagi hubungan-hubungan kerumah tanggaan,

lembaga-lembaga politik dan ekonomi yang telah lama diakui dalam

ketentuan-ketentuan hukum yang menjamin lembaga perkawinan atau

perlindungan keluarga sebagai lembaga sosial. Masalah yang termasuk

dalam kategori ini, yaitu keseimbangan antara kesucian perkawinan

dengan hak bercerai, atau hak tak dikehendakinya tindakan-tindakan

antara suami dan istri dan hak umum untuk menuntut ganti kerugian bagi

tindakan-tindakan yang salah, atau keseimbangan antara lembaga-lembaga

keagaam yang telah ada dengan tuntutan bagi kemardekaan keyakinan

beragama. Dalam interest bagi terjaminnya lembaga-lembaga politik soal-

soal seperti jaminan untuk bebas berbicara harus ditimbang dengan

kepentingan bagi keselamatan negara.

c. Kepentingan masyarakat dalam kesusilaan/moral menyangkut

perlindungan masyarakat terhadap kerusakan moral. Peraturan-peraturan

hukum terhadap korupsi, perjudian, pengumpatan terhadap Tuhan, dan

tidak sahnya transaksi-transaksi yang bertentangan dengan moral yang

baik.

d. Kepentingan masyarakat dalam pemeliharaan sumber-sumber sosial.

Hukum sebagai common usage (kebiasaan umum) dan kebiasaan modern


untuk menolak perlindungan hukum bagi abus of rights (penyalahgunaan

hak, abus de droit) termasuk dalam kategori ini.

e. Kepentingan masyarakat dalam kemajuan umum, yaitu tuntutan atau

keinginan dalam masyarakat beradab agar daya kekuatan manusia

berkembang kea rah yang lebih tinggi dan sempurna. Menurut Pound

kategori ini meliputi empat kebijakan utama, yaitu :

1) Kemardekaan atas hak milik;

2) Perdagangan bebas dan perlindungan terhadap monopoli;

3) Kemardekaan industri; dan

4) Anjuran bagi penemuan-penemuan baru.

f. Kepentingan masyarakat dalam kehidupan manusia secara individual,

yaitu tuntutan atau keinginan yang berkaitan dengan kehidupan sosial

dalam masyarakat beradab bahwa tiap-tiap orang dapat hidup layak

sebagai manusia sesuai dengan ukuran-ukuran masyarakat. Termasuk di

sini adalah perlindungan hukum bagi kemardekaan berbicara dan

kemardekaan dalam memilih jabatan.

3. Kepentingan pribadi (private interest). Tiga macam kepentingan prbadi, yaitu:

a. Kepentingan-kepentingan kepribadian (interests of personality).

Kepentingan ini meliputi perlindungan terhadap integritas (keutuhan) fisik,

kemardekaan kehendak, reputasi (nama baik), terjaminnya rahasia-rahasia

pribadi, kemardekaan keyakinan beragama dan kemardekaan pendapat.

Hal-hal ini meliputi bidang-bidang hukum seperti hukum pidana mengenai


serangan dan penganiayaan, pembatasan kekuasaan polisi untuk campur

tangan dalam rapat-rapat, jaminan hak milik, dan sebagainya.

b. Kepentingan-kepentingan dalam hubungan rumah tangga (interests in

domestic). Kepentingan ini terutama mengenai perlindungan hukum bagi

perkawinan, tuntutan bagi pemeliharaan keluargaan dan hubungan hukum

antara orang tua dengan anak. Kepentingan ini meliputi pula masalah-

masalah nafkah dari anak-anak dan kekuasaan pengawasan pengadilan

anak-anak terhadap hubungan hukum antara orang tua dengan anak.

c. Kepentingan-kepentingan substansi (interests of substance). Kepentingan

ini meliputi perlindungan terhadap harta benda, kemardekaan penggantian

mewaris dalam penyusunan surat wasiat (testament), kemardekaan industri

dan membuat kontrak, serta pengharapan legal atas keuntungan-

keuntungan yang akan diperoleh.

Adanya kaidah yakni untuk melindungi kepentingan-kepentingan manusia.

Jika tidak ada kaidah – patokan/ukuran untuk bersikap atau bertindak maka akan

terjadi benturan tanpa adan penyelesaian antara kepentingan seseorang dengan

kepentingan orang lain, kepentingan masyarakat ataupun kepentingan negara.

C. Alasan Keberadaan Hukum

Mengapa hukum perlu ada? Semua bahasan tentang hukum dimulai

dengan adanya masyarakat. Ungkapan yang terkenal: ubi societas, ibi ius atai di

mana ada masyarakat di situ ada hukum.


Karenanya, sering dikatakan bahwa jika tidak ada masyarakat maka hukum

juga tidak diperlukan. Contoh yamng paling banyak dikemukakan adalah

kehidupan Robinson Crusoe dalam buku Robinson Crusoe (1719) karangan

Daniel Defoe (Microsoft, 2002). Crusoe terdampar di sebuah pulau tanpa

penghuni dan harus menemukan gagasan-gagasan guna memenuhi kebutuhan diri

sendiri; dan tidak memerlukan hukum. Kehidupan sehari-harinya mulai berubah

setelah pulau kedatangan seorang yang lain lagi karena harus dibuat aturan-aturan

untuk mereka berdua.

Dengan bertitik tolak dari adanya masyarakat, maka jawaban atas

pertanyaan tentang alasan keberadaan hukum berkaitan erat dengan keberadaan

masyarakat. Alasan keberadaan hukum juga terikat erat dengan apa yang menjadi

tujuan hukum.

Menurut Apeldom, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup secara

damai. Dengan demikian, alasan keberadaan hukum, jika dilihat dari sudut

pandang Apeldoom, yaitu adanya ketertiban dan ketentraman (orde en rust)

masyarakat.

Menurut J. van Kan dan J.H. Beekhuis (tampa tahun: 9) alasan keberadaan

hukum adalah karena kaidah-kaidah yang lain, yaitu kaidah kesopanan, kaidah

kesusilaan, dan kaidah agama, tidak mencakupi dalam memberikan perlindungan

kepentingan orang dalam masyarakat. Ketiga kaidah yang lain itu tidak

mencukupi karena dua sebab, yaitu :

1. Terdapat kepentingan-kepentingan yang tidak diatur oleh kaidah kesopanan,

kesusilaan dan agama, tetapi memerlukan perlindungan juga. Tidak ada kaidah
kesopanan, kesusilaan dan agama yang menuntut bahwa orang harus berlalu di

sebelah kiri atau di sebelah kanan apabila berjalan di jalan.

2. Kepentingan-kepentingan yang telah diatur oleh ketiga kaidah yang lain itu,

belum cukup terlindungi. Peraturan hukum bersifat memaksa dengan sanksi.

Anda mungkin juga menyukai