BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa dapat memahami tentang vulvaginitis
1.3.2 Memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan vulvaginitis
1.3.3 Mengevaluasi institusi dalam pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standart
pelayanan operasional yang telah ditetapkan.
3) Infeksi Jamur
Kandidiosis vulvovaginal (KV)
Kandidiosis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh
Candida spp terutama Candida albicans. Diperkirakan sekitar 50% wanita pernah
mengalami
kandidiosis vulvovaginitis paling sedikit dua kali dalam hidupnya. Jamur ini
hidup dalam suasana asam yang mengandung glikogen. Keadaan-keadaan yang
mendukung timbulnya infeksi adalah kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi,
pemakaian kortikosteroid dan pada penderita Diabetes Melitus.
4) Infeksi Protozoa
Trichomoniasis
Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh protozoa
yaitu T. vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 5-28 hari. Pada wanita T.
vaginalis paling sering menyebabkan infeksi pada epitel vagina, selain pada
uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene.
Trichomoniasis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual tanpa
menggunakan
pelindung (kondom) dengan seseorang yang mengidap trichomoniasis atau dapat
juga ditularkan melalui perlengkapan mandi (handuk).
5) Infeksi Bakteri
Vaginosis Bakterial (VB)
Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis akibat
pergeseran lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang dominan oleh
bakteri lain, seperti Gardnerella vaginalis, Prevotella spp, Mobilancus spp,
Mycoplasma spp dan Bacteroides spp. Vaginosis bakterial merupakan penyebab
vaginitis yang sering ditemukan terutama pada wanita yang masih aktif secara
seksual, namun demikian Vaginosis bakterial tidak ditularkan melalui hubungan
seksual.
6) Zat atau Benda yang Bersifat Iritatif
- spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons
- sabun cuci dan pelembut pakaian
- deodorant
- zat di dalam air mandi
- pembilas vagina
- pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap
keringat
7) Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
8) Terapi penyinaran obat-obatan
9) Perubahan abnormal
2.1.3 Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari
vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat
atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih
kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam,
misalnya bisa seperti keju atau kuning kehijauan atau kemerahan.
Infeksi vulva vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan
berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah
melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya
semakin menyengat, karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri
semakin banyak yang tumbuh. Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa
terbakar pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina
keluar cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita
penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik.
Infeksi karena tricomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang
berwarna putih, hijau, keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap.
Gatal-gatalnya sangat hebat.
2.1.4 Patofisiologi
Perubahan lingkungan vagina, seperti peningkatan produksi glikogen pada
saat kehamilan dan tingkat progesterone karena kontrasepsi oral, memperkuat
penempelan Candida albicans ke sel epitel vagina dan memfasilitasi pertumbuhan
jamur.
Pada pasien dengan tricomoniasis, perubahan tingkat estrogen dan
progesterone, sebagaimana juga peningkatan pH vagina dan tingkat glikogen,
dapat memperkuat pertumbuhan dan virulensi T.vaginalis.
2.1.5 Diagnosis
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan
karakteristik cairan yang keluar dari vagina. Contoh cairan yang diperiksa dengan
mikroskop dan biakan untuk mengetahui organism penyebabnya. Untuk
mengetahui adanya keganasan, dilakukan pemeriksaan pap smear.
2.1.6 Pengobatan
Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air
bisa membantu mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibat vaginitis perlu
diobati secara khusus sesuai dengan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah
infeksi, diberikan antibiotic, anti jamur atau anti virus, tergantung kepada
organism penyebabnya. Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan
pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak
boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena dapat meningkatkan resiko
terjadinya peradangan panggul.
Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit disekitar vagina dan uretra) menjadi
menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.
Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propion
agar cairan vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri. Pada
infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi kedua pasangan
seksual diobati pada saat yang sama.
Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih
estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim
yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina.
Selain obat-obatan penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang
tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga
(misalnya terbuat dari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan
sabun gliserin). Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan
kompres dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin.
Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa
dioleskan krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per oral (tablet), krim
atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek
lamanya infeksi herpes. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
c. Auskultasi
Dada : tidak terdengar suara wheezing maupun ronchi
d. Perkusi
Reflek patela +/-
VI. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dejngan intervensi dan kondisi klien.
VII. EVALUASI
Dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dan keberhasilan dari asuhan yang
telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Senin, 07 Maret 2011
Jam : 11.00 WIB
No. Register : 031469
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada pasien
R/ dengan pendekatan terapeutik akan tercipta hubungan yang kooperatif antara klien
dengan petugas
2. Jelaskan pada pasien tentang keadaannya
R/ menambah pengetahuan pasien dan pasien lebih mengerti
3. Anjurkan pada pasien agar menjaga kebersihan daerah genetalianya
R/ dengan menjaga kebersihan daerah genetalianya, terhindar dari infeksi dan
member rasa nyaman
4. Anjurkan pada pasien untuk tidak menggunakan sabun saat membersihkan alat
genetalianya
R/ terlalu sering menggunakan sabun akan mengakibatkan penurunan keasaman
vagina sehingga bakteri semakin banyak tumbuh
5. Anjurkan pada pasien agar memakai celana dalam yang tidak terlalu ketat dan
dapat menyerap keringat
R/ terhindar dari kelembaban
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dan KIE
R/ fungsi independent
Masalah :
- Cemas dengan keadaannya
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan
Kriteria Hasil : Ekspresi klien tampak tenang
Intervensi masalah :
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu
R/ akan tercipta suatu hubungan yang kooperatif antara klien dan bidan.
2. Berikan dukungan pada ibu
R/ dapat menimbulkan kepercayaan pada diri klien.
3. Dengarkan keluhan dan pertanyaan ibu
R/ dengan mengungkapkan perasaan yang dialami dapat membantu mengatasi rasa
cemas ibu.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 07 Maret 2011
Jam : 11.30 WIB
Dx : Nn. “N” P0000 Ab000 Usia 13 tahun dengan vulvaginitis
Implementasi :
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien dan keluarga serta menjelaskan
tentang keadaan klien dan tindakan yang akan dilakukan
2. Menjelaskan kepada klien tentang keadaan penyakitnya, bahwa penyakitnya itu
dikarenakan oleh protozoa(Trichomonas)sehingga klien tidak perlu cemas dan
penyakitnya itu dapat disembuhkan
3. Menganjurkan klien agar menjaga kebersihan daerah genetalia untuk mencegah
infeksi dan meningkatkan rasa nyaman
4. Menganjurkan klien untuk tidak menggunakan sabun untuk membersihkan
genetalianya agar tidak menurunkan kadar keasaman vagina sehingga tidak
memperbanyak bakteri tumbuh
5. Menganjurkan pada klien agar memakai celana dalam yang tidak terlalu ketat dan
dapat menyerap keringat agar dapat terhindar dari kelembapan
6. Melaksanakan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dan KIE
Tx : metronidazol 2x5 mg
Klamidamisin 3x5 mg
Rob 2x1
Masalah :
- Cemas dengan keadaannya
Intervensi :
1. Melakukan pendekatan terapeutik dengan memperkenalkan diri dan
mendengarkan.
2. Memberi dukungan pada klien dengan menunjukkan sikap dan rasa empati.
3. Mendengarkan keluhan – keluhan dan pertanyaan yang dilontarkan klien serta
menjawab dengan baik dan benar.
VII. EVALUASI
Tanggal : 07 Maret 2011
Jam : 12.00 WIB
Dx : Nn. “N” P0000 Ab000 Usia 13 tahun dengan vulvaginitis
S : Klien mengatakan mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh
dokter
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 370C
Pada kasus Nn. “N” P0000 Ab000 Usia 13 dengan vulvaginitis. Dilakukan
asuhan kebidanan dengan menggunakan management 7 langkah Varney.
Pengkajian data subyektif dilakukan secara lengkap mulai dari keluhan, riwayat
kesehatan, dan kebiasaan sehari-hari. Pada pemeriksaan ditemukan keputihan
dalam jumlah banyak.
Keputihan dapat disebabkan oleh infeksi ataupun zat atau benda yang
bersifat iritatif. Sehingga diperlukan terapi khusus untuk menyembuhkannya.
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Nn. “N” P0000 Ab000 Usia 13
tahun dengan vulvaginitis, maka penulis berpendapat bahwa vulvaginitis yang Nn.
“N” disebabkan karena infeksi protozoa (Trichomonas). Hal ini dapat dilihat dari
hasil pemeriksaan VVP yang hasilnya menunjukkan dalam mukosa vagina
terdapat biakan Trichomonas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn. “N” P0000 Ab000 Usia
13 tahun dengan vulvaginitis, penulis dapat menyimpulkan:
1. Pada pengkajian data asuhan yang diberikan sudah komprehensif untuk dapat
menegakkan diagnosa.
2. Pada identifikasi masalah/ diagnosa asuhan yang diberikan sudah sesuai,
komprehensif dan dapat menegakkan diagnosa.
3. Pada identifikasi masalah potensial juga dilakukan dengan komprehensif.
4. Pada identifikasi kebutuhan segera tidak dilakukan dengan komprehensif karena
dalam kasus ini tidak memerlukan kebutuhan yang segera karena tidak
membahayakan nyawa ibu.
5. Pada intervensi/ perencanaan asuhan yang diberikan sudah sesuai dan
komprehensif sesuai dengan teori dan praktek.
6. Pada implementasi/ pelaksanaan asuhan sudah dilakukan dengan komprehensif
tetapi intervensi yang dikerjakan hanya beberapa yang sesuai dengan keadaan
pasien.
7. Pada evaluasi asuhan yang diberikan sudah dilakukan secara komprehensif dan
evaluasi yang di dapat sesuai dengan yang diharapkan.
5.2 Saran
1. Bagi petugas yang memberi asuhan kebidanan diharapkan mempertahankan
hubungan dengan pasien untuk menjaga komunikasi dalam upaya menjalin
kerjasama antara petugas dan klien untuk keberhasilan asuhan yang diberikan.
2. Bagi klien/ ibu harus mematuhi saran petugas kesehatan seperti menjaga
kebersihan alat genetalianya.