Teknologi Sediaan Farmasi Gel
Teknologi Sediaan Farmasi Gel
Oleh :
WENNI ANGGREANI 18340008
NURUL MULIAWATI 18340038
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan penulisan Makalah ini sebagai tugas Mata
kuliah Teknologi Sediaan. Saya telah menyusun Tugas Makalah ini
dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya
sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.
Harapan saya, semoga bisa menjadi koreksi dimasa mendatang agar
lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dosen Mata
Kuliah Teknologi Farmasi atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang
telah di berikan kepada saya. Sehingga saya dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat waktunya. Dan saya ucapkan pula
kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan
makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbangan pemikiran
sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Amin
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 3
2.1 Teknologi Sediaan Farmasi...................................................................... 3
2.1.1 Sediaan Farmasi.............................................................................. 3
2.2 Gel............................................................................................................ 3
2.3 Penggolongan Gel ................................................................................... 3
2.4 Kegunaan Gel .......................................................................................... 3
2.5 Sifat dan Karakteristik ............................................................................ 4
2.6 Bahan ...................................................................................................... 6
2.7 Evaluasi ................................................................................................... 8
2.8 Cara Produksi Sediaan Gel yang baik ..................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN............................................................................ 18
3.1 Teknologi Sediaan Gel menurut CPOB................................................... 18
3.2 Alur Pembuatan Gel ................................................................................ 19
BAB IV PENUTUP...................................................................................... 21
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 22
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
dan keamanan. Mengingat pentingnya penerapan CPOB maka pemerintah secara
terus menerus memfasilitasi industri obat baik skala besar maupun kecil untuk
dapat menerapkan CPOB melalui langkah-langkah dan pentahapan yang
terprogram.
Penerapan CPOB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk
menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan yang diakui dunia internasional.
Terlebih lagi untuk mengantisipasi pasar bebas di era globalisasi maka penerapan
CPOB merupakan nilai tambah bagi produk obat Indonesia untuk bersaing dengan
produk sejenis dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupun internasional.
Dalam pembuatan obat, pengawasan yang menyeluruh disertai
pemantauan sangat penting untuk menjamin agar konsumen memperoleh produk
yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Mutu produk tergantung dari
bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan
personalia yang menangani. Hal ini berkaitan dengan seluruh aspek produksi dan
pemeriksaan mutu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1 Teknologi Sediaan Farmasi
2.1.1 Sediaan Farmasi
Sediaan farmasi merupakan obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika(uu no. 36 tahun 2009). Sediaan farmasi terdiri dari sediaan solid,
sediaan semi solid, sediaan cair, dan aerosol. Salah satu dari bentuk sediaan
farmasi adalah Sediaan solid. Bentuk sediaan solid merupakan bentuk sediaan
obat yang memiliki wujud pada, kering, mengandung satu atau lebih zat aktif
yang tercampur homogen.
2.2 Gel
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli,
merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan.
Menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan bermassa lembek,
berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau
makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap
oleh cairan.
Menurut Ansel, gel didefinisikan sebagai suatu system setengah padat
yang terdiri dari suatu disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik yang
terkecil atau molekul organic yang besar dan saling diresapi cairan.
6
1. Keuntungan sediaan gel
Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan
sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah dicuci dengan air, pelepasan
obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
2. Kekurangan sediaan gel
Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air
sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel
tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah
dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat
menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
2.5 Kegunaan Gel
Kegunaan sediaan gel secara garis besar di bagi menjadi empat seperti:
1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam
bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin
dan untuk bentuk sediaan obat long–acting yang diinjeksikan secara
intramuskular.
2. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet,
bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan
oral, dan basis suppositoria.
3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik,
termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan perawatan
rambut.
4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril)
atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).
7
5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga
pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh
polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang
akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan
tersebut akan membentuk gel.
6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebut thermogelation.
8
kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat
sebagai kalsium alginat yang tidak larut.
5. Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan
nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan
elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel
resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran
viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen
pembentuk gel.
6. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang
terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan
jalan aliran non–newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan
peningkatan laju aliran.
2.7 Bahan
1. Asam salisilat
Asam salisilat merupakan bahan keratolitik tertua yang digunakan sejak
1874 (Jabarah dkk., 1997). Hingga saat ini asam salisilat masih digunakan dalam
terapi veruka, kalus, psoriasis, dermatitis seboroik pada kulit kepala, dan iktiosis.
Penggunaannya semakin berkembang sebagai bahan peeling dalam terapi penuaan
kulit, melasma, hiperpigmentasi pascainflamasi dan akne (Nakatsui & Lin, 1998).
2. Karbomer (Karbopol)
Karbomer disebut juga karbopol, carboxyvinyl polimer, critamer, acrylic
acid polimer (Ansel dkk., 1999). Karbomer merupakan basis gel yang kuat,
sehingga penggunaanya hanya sekitar 0,5-2,0%. Karbomer berupa serbuk halus,
berwarna putih, bersifat asam dan higroskopis. Karbomer bersifat higroskopis,
pada temperatur yang berlebih dapat mengakibatkan kekentalannya menurun
sehingga mengurangi stabilitas (Barel dkk., 2009).
3. HPMC (Hydroxy Propyl Methyl Cellulose)
HPMC (Hidroksi Propil Metil Selulosa) disebut juga MHPC, Methocel,
Hypromellosum, Metolose, Pharmacoat, Benecel MHPC, Tylopur, Tylose MO.
Merupakan polimer glukosa yang tersubstitusi dengan hidroksi propil dan metil
pada gugus hidroksinya. HPMC berupa serbuk putih hingga kekuningan, larut
dalam air, tidak berasa dan berbau, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol dan
eter (Rowe dkk., 2009).
4. Propilen glikol
Propilen glikol memiliki rumus molekul C3H7O2. Propilen glikol
memilkiwujud berupa cairan kental, tidak berwarna, jernih, rasa khas, tidak
9
memiliki bau, dan menyerap air di udara dengan kelembaban tinggi. Bahan ini
dapat bercampur dengan air, aseton, dan kloroform. Propilen glikol larut dalam
eter dan dalam beberapa minyak esensial, namun tidak dapat bercampur dengan
minyak lemak. Bahan ini harus disimpan dalam wadah tertutup rapat (Anonim,
2014). Propilen glikol pada umumnya digunakan sebagai pelarut sediaan topikal
pada konsentrasi 5-80% (Wade & Waller, 2011).
5. Trietanolamin
Trietanolamin memiliki rumus molekul C6H15NO3, dengan sinonim
yaitu TEA, trolamin, triethylolamine, trihydroxytriethylamine, dan trolaminum.
Bahan ini memiliki berat molekul 149,19 g/mol. Dalam sediaan gel, trietanolamin
digunakan untuk penstabil karbomer (Rowe dkk., 2006). Trietanolamin
merupakan campuran dari trietanolamina, dietanolamina, dan monoetilamina.
Bahan ini berupa cairan kental, berwarna kuning sampai kuning pucat, larut dalam
air, etanol, dan kloroform. Trietanolamin dapat bereaksi dengan asam mineral
menjadi bentuk garam kristal dan ester dengan adanya asam lemak tinggi. Zat ini
harus disimpan dalam wadah tertutup rapat karena dapat berubah warna menjadi
coklat akibat dari adanya cahaya dan udara.
6. Etanol
Etanol memiliki rumus kimia C2H5OH. Pemerian dari etanol yaitu berupa
cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, memiliki bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah menguap walaupun pada suhu
rendah, dan mudah terbakar. Etanol dapat bercampur dengan air dan praktis
bercampur dengan semua pelarut organik (Anonim, 2014). Dalam sediaan gel
asam salisilat, etanol berfungsi untuk melarutkan asam salisilat. Etanol merupakan
pelarut yang penggunaannya sangat luas dalam pembuatan berbagai macam
sediaan farmasi (Rowe dkk., 2006).
7. NaOH
NaOH berfungsi untuk penstabil karbomer yang bersifat asam dalam
formulasi sediaan gel. NaOH bersifat sangat mudah larut dalam air dan dalam
etanol. NaOH memiliki bentuk berupa butiran, batang, massa hablur, rapuh,
kering, keras, mudah meleleh, basah, korosif, menunjukkan susunan hablur putih,
dan sangat alkalis (Rowe dkk., 2006).
8. Metil Paraben (Nipagin)
Metil paraben memiliki ciri-ciri serbuk hablur halus, berwarna putih,
hampir tidak berbau dan tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikuti
rasa tebal). Sinonim : 4-hydroxybenzoic acid methyl ester, methyl
phydroxybenzoate. Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan
antimikroba dalam kosmetik, produk makanan dan formulasi farmasi dan
digunakan baik sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan
antimikroba lain. Pada kosmetik, metil paraben adalah pengawet antimikroba
10
yang paling sering digunakan. Jenis paraben lainnya efektif pada kisaran pH yang
luas dan memiliki aktivitas antimikroba yang kuat. Metil paraben meningkatkan
aktivitas antimikroba dengan panjangnya rantai alkil, namun dapat menurunkan
kelarutan terhadap air, sehingga paraben sering dicampur dengan bahan tambahan
yang berfungsi meningkatkan kelarutan. Kemampuan pengawet metil paraben
ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol (Rowe dkk., 2006).
9. Propil Paraben (Nipasol)
Propil paraben atau propil p-hikroksi benzoat mengandung tidak kurang
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C10H12O3 dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan. Pemerian serbuk putih atau hablur kecil tidak berwarna, sangat
sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, sukar larut dalam
air mendidih. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Berfungsi sebagai
pengawet pada sediaan obat dan kosmetik.
11
2.9 Cara Produksi Sediaan Gel yang Baik
Dalam produksi sediaan gel yang baik berpedoman pada Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan
obat, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan
pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani.
12
menetapkan persetujuan atas bahan awal, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi yang telah memenuhi spesifikasi, atau menolaknya apabila
tidak memenuhi spesifikasi, atau yang dibuat tidak sesuai prosedur dan
kondisi yang telah ditetapkan.
Hendaklah dijabarkan kewenangan dan tanggungjawab personil-personil
lain yang ditunjuk untuk menjalankan Pedoman CPOB dengan baik.
Hendaklah tersedia personil yang terlatih dalam jumlah yang memadai,
untuk melaksanakan supervisi langsung di setiap bagian produksi dan unit
pemeriksaan mutu.
3. Pelatihan
Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan
hendaklah dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-
prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Pelatihan CPOB hendaklah dilakukan secara berkelanjutan.
Catatan hasil pelatihan hendaklah dipelihara, dan keefektifannya
hendaklah dievaluasi secara periodik.
4. Bangunan
Bangunan industri obat hendaklah menjamin aktifitas industri dapat
berlangsung dengan aman.
Bangunan industri obat hendaklah berada di lokasi yang terhindar dari
pencemaran, dan tidak mencemari lingkungan.
Bangunan industri obat hendaklah memenuhi persyaratan higiene dan
sanitasi.
Bangunan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki rancangan, ukuran
dan konstruksi yang memadai agar tahan terhadap pengaruh cuaca, serta
dapat mencegah masuknya rembesan dan masuk bersarangnya serangga,
binatang pengerat, burung atau binatang lainnya, memudahkan dalam
pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan.
Bangunan industri obat hendaklah memiliki ruangan-ruangan pembuatan
yang rancang bangun dan luasnya sesuai dengan bentuk, sifat dan
jumlah produk yang dibuat, jenis dan jumlah peralatan yang digunakan,
jumlah karyawan yang bekerja serta fungsi ruangan, seperti: a. Ruangan
atau tempat administrasi;
Ruangan atau tempat penyimpanan simplisia yang baru diterima dari
pemasok,tempat sortasi, tempat pencucian, ruangan, tempat atau alat
pengeringan, ruangan atau tempat penyimpanan simplisia termasuk
bahan baku lainnya yang telah diluluskan, tempat penimbangan, ruangan
pengolahan, ruangan atau tempat penyimpanan produk antara dan
13
produk ruahan, ruangan atau tempat penyimpanan bahan pengemas,
ruangan atau tempat pengemasan, ruangan atau tempat penyimpanan
produk jadi termasuk karantina produk jadi, laboratorium atau tempat
pengujian mutu, jamban / toilet, ruangan atau tempat lain yang dianggap
perlu.
5. Peralatan
14
e. Alat pembuatan sediaan cairan obat dalam hendaklah terpisah dengan
alat pembuatan sediaan cairan obat luar.
15
(First In, First Out), atau yang mempunyai batas kadaluwarsa lebih awal
(First Expired, First Out).
Semua bahan baku yang tidak memenuhi syarat hendaklah ditandai
dengan jelas, disimpan secara terpisah menunggu tindak lanjut.
9. Verifikasi
Sebelum suatu prosedur pengolahan induk diterapkan
hendaklah dilakukan langkah-langkah untuk membuktikan bahwa
prosedur bersangkutan cocok untuk pelaksanaan kegiatan secara rutin,
dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan
peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk
yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Setiap proses dan peralatan hendaklah dilakukan tindakan
pembuktian ulang secara periodik untuk menjamin bahwa proses dan
peralatan tersebut tetap menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan
yang berlaku
10. Pencemaran
Pencemaran fisik, kimiawi atau jasad renik terhadap produk yang
dapat merugikan kesehatan atau mempengaruhi mutu suatu produk tidak
boleh terjadi.
Pencemaran khamir, kapang dan atau kuman non patogen terhadap
produk meskipun sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh langsung pada
kesehatan hendaklah dicegah sekecil mungkin sampai dengan persyaratan
batas yang berlaku.
16
untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan dan produk jadi suatu bets
dapat dikenali dengan nomor kode produksi tertentu. Sistem penomoran kode
produksi hendaklah dapat menjamin bahwa nomor kode produksi yang sama tidak
digunakan secara berulang. Pemberian nomor kode produksi hendaklah segera
dicatat dalam suatu buku catatan harian.
Catatan hendaklah mencakup tanggal pemberian nomor, identitas produk
dan besarnya bets yang bersangkutan. . Penimbangan dan Penyerahan. Sebelum
dilakukan penimbangan atau pengukuran hendaklah dipastikan ketepatan
timbangan dan ukuran serta kebenaran bahan yang akan ditimbang. Penimbangan,
perhitungan dan penyerahan bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan
produk ruahan hendaklah dicatat. Untuk setiap penimbangan atau pengukuran
hendaklah dilakukan pembuktian kebenaran, ketepatan identitas dan jumlah bahan
yang ditimbang atau diukur oleh dua petugas yang berbeda.
13. Pengolahan
Sebelum melaksanakan pengolahan hendaklah dilakukan pengecekan
kondisi ruangan, peralatan, prosedur pengolahan, bahan dan hal lain yang
diperlukan dalam proses pengolahan.
Air yang digunakan dalam proses pengolahan sekurang-kurangnya
memenuhi persyaratan air minum.
Karyawan termasuk pakaian yang digunakan harus bersih dan hendaklah
mengenakan alat pelindung yang sesuai (masker, sarung tangan, alas kaki,
penutup kepala).
Wadah dan penutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, untuk
produk antara dan produk ruahan, harus bersih, dengan sifat dan jenis yang
tepat untuk melindungi produk dan bahan terhadap pencemaran atau
kerusakan.
Semua wadah yang berisi produk antara dan produk ruahan hendaklah
diberi label secara tepat yang menyatakan nama dan atau kode, jumlah,
17
tahap pengolahannya dan nomor kode produksi serta status bahan yang
ada di dalamnya.
Pengolahan beberapa produk dalam waktu yang sama dalam satu ruangan
hendaklah dihindari untuk mencegah terjadinya pencemaran silang antar
produk.
Terhadap kegiatan pengolahan yang memerlukan kondisi tertentu,
hendaklah dilakukan pengawasan yang seksama, misalnya
pengaturansuhu, pengaturan tekanan uap, pengaturan waktu dan atau
pengaturan kelembaban. 8.5.8. Pengawasan dalam proses hendaklah
dilakukan untuk mencegah hal-hal yang menyebabkan kerugian terhadap
produk jadi. 8.5.9. Hasil pengawasan dalam proses (in proces control) dari
produk antara dan produk ruahan setiap bets hendaklah dicatat dicocokkan
terhadap persyaratan yang berlaku. Bila ada penyimpangan yang berarti
hendaklah diambil perbaikan sebelum pengolahan bets tersebut
dilanjutkan.
penyarian (ekstraksi) hendaklah menggunakan metoda yang tercantum
dalam buku-buku resmi dan atau buku-buku standar lainnya;
Penyarian dengan pemanasan hendaklah dilakukan pada suhu yang
sesuai;
Sari (ekstrak) yang dihasilkan hendaklah diuji untuk memastikan
bahwa sari tersebut memenuhi syarat yang ditetapkan.
Pengolahan bentuk cairan, krim dan salep, Pengolahan sediaan cairan,
krim dan salep hendaklah dibuat sedemikian rupa agar terlindung
dari pencemaran jasad renik dan pencemaran lain yang tidak melebihi
batas yang ditetapkan. Jaringan pipa yang digunakan untuk
mengalirkan bahan baku atau produk ruahan hendaklah dirancang dan
dipasang dengan tepat sehingga mudah dibongkar dan dibersihkan.
14. Pengemasan
Sebelum dilakukan pengemasan hendaklah dapat dipastikan kebenaran
identitas, keutuhan serta mutu produk ruahan dan bahan pengemas. Proses
pengemasan hendaklah dilaksanakan dengan pengawasan ketat untuk menjaga
identitas dan kualitas produk jadi. Hendaklah ada prosedur tertulis untuk kegiatan
pengemasan. Semua kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan
instruksi yang diberikan dan menggunakan pengemas yang tercantum pada
prosedur pengemasan tersebut. Setiap penyerahan produk ruahan dan pengemas
hendaklah diperiksa dan diteliti kesesuaian satu sama lain. Wadah yang akan
digunakan diserahkan ke bagian pengemasan hendaklah dalam keadaan bersih.
Untuk memperkecil terjadinya kesalahan dalam pengemasan, label
dan barang cetak lain hendaklah dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki
18
perbedaan yang jelas antara satu produk dengan produk yang lainnya. Produk
yang bentuk atau rupanya sama atau hampir sama, tidak boleh dikemas pada
jalur berdampingan, kecuali ada pemisahan fisik. Wadah dan pembungkus
produk ruahan hendaklah diberi label atau penandaan yang menunjukkan
identitas, jumlah, nomor kode produksi dan status produk tersebut. Pengemas
atau bahan cetak yang berlebih, yang cacat dan atau yang ditemukan pada waktu
pembersihan hendaklah diserahkan pada pimpinan bagian pengemasan untuk
dilakukan tindakan lebih lanjut. Produk yang dikemas hendaklah diperiksa
dengan teliti untuk memastikan bahwa produk jadi tersebut sesuai dengan
persyaratan dalam prosedur pengemasan. Produk yang telah selesai dikemas
dikarantina, sambil menunggu persetujuan dari bagian pengawasan mutu
untuk tindakan lebih lanjut.
15. Penyimpanan
Bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk
jadi, hendaklah disimpan secara teratur dan rapi untuk mencegah risiko tercampur
dan atau terjadinya saling mencemari satu sama lain, serta untuk memudahkan
pemeriksaan, pengambilan dan pemeliharaannya. Bahan yang disimpan hendaklah
diberi label atau penandaan yang menunjukan identitas, kondisi, jumlah, mutu dan
cara penyimpanannya. Pengeluaran bahan yang disimpan hendaklah dilaksanakan
dengan cara mendahulukan bahan yang disimpan lebih awal (first in, first out)
atau yang mempunyai batas kadaluwarsa lebih awal (first expired, first out).
19
18. Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan produk merupakan bagian dari sistem informasi
manajemen yang meliputi spesifikasi, label/etiket, prosedur, metoda dan instruksi,
catatan dan laporan serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan
pembuatan produk. Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap
petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang
harus dilaksanakannya, sehingga memperkecil risiko terjadinya salah tafsir dan
kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
BAB III
PEMBAHASAN
20
3.1 Teknologi Pembuatan Gel yang Baik Sesuai CPOB (Cara
Pembuatan Obat yang Baik)
Formulasi
Bahan 1. Cyclopentacyloxane
2. Dimethicone
3. vinyl dimethicone
4. ascorbyl tetraisopalmitate
Alat 1. Tagki penampung
2. Mixer
3. Homogenizer
4. Filling equipment
5. Sweep paddle
Metode 1. Mencampuran
2. Pengembangan
3. Pengadukan
4. Homogenitas produk
Evaluasi 1. Organoleptis
2. Viskositas
3. pH
4. Homogenitas
5. Uji daya sebar
21
Penyiapan alat
dan bahan dimasukan massa 2 Dilakukan
ke dalam massa 1 pengadukan
Dilakukan penyetaraan
timbangan dan Massa 2: Dimasukkan
penimbangan masing dilarutkan penambahan
masing bahan piroksikam oleh
tween 80 aquadest
pengembangan
carbopol 940 dalam Massa 1:
aquadest panas Masukan TEA tetes Dikemas
selama 15 menit di pertetes hingga
dalam tangki massa
Pada proses produksi sediaan gel, alur proses produksi diawali dengan
menentukan formula yang tepat dalam proses produksi sediaan gel. Hal ini
meliputi dalam penentuan bahan sediaan yang digunakan dalam pembuatan
sediaan gel, sehingga sediaan gel yang diproduksi dapat digunakan secara aman
dan efektif. Kemudian untuk bahan baku pada proses pembuatannya yang dibeli
dari supplayer, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC (biasanya
dipimpin oleh apoteker) dengan mengambil bahan di gudang penyimpanan,
pemeriksaan yang dilakukan oleh tim QC meliputi pemeriksaan mutu dan
pemerikasaan dilakukan secara laboratoris dari sediaan tersebut yang sesuai
dengan kriteria dari bahan tersebut sesuai dengan CPOB, serta terbebas nya dari
bahan-bahan yang berbahaya dan tidak layak pakai.
Dari hasil uji tersebut tim QC dapat memutuskan apakah bahan baku
tersebut memenuhi kriteria yang berstandarkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik
atau tidak. Setiap bahan yang akan digunakan harus dipilih bahan yang aman dan
tidak berbahaya.. Proses produksi harus melakukan pengecekan kondisi ruangan,
peralatan, prosedur pengolahan, bahan dan hal lain yang diperlukan dalam proses
produksi.
22
Proses formulator di bagian RnD dilakukan atau dikerjakan oleh apoteker.
Proses pertama penimbangan bahan dilakukan untuk produksi sediaan. Setelah
bahan baku ini dinyatakan lulus uji kriteria, bahan baku tersebut dapat dicampur
dan diolah menjadi produk antara. Kemudian proses produksi dilanjutkan di ruang
pencampuran. Pada ruang ini, air dan alkohol kedalam tangki pencampuran
stainless steel. Setelah itu tambahkan kristal mentol pada campuran alkohol-air,
campur selama 5 menit hingga semua terlarut.
Langkah selanjutnya tambahkan zat aktif kedalam tangki pencampuran,
campur selama 10 menit hingga semua terlarut semua. Saat pencampuran
taburkan karbomer (gelling agent). Lanjutkan pencampuran sampai karbomer
mengembang sempurna dalam larutan hidroalkohol, yang terakhir tambahkan
trolamin dan sampai membentuk gel. Kemudian setelah selesai masukan kedalam
tube aluminium yang cocok. Setelah semua proses selesai barulah dilakukan
proses pengemasan dan penyortiran produk yang gagal. Proses produksi dilakukan
di gedung dan ruangan yang bersih, terpelihara dengan baik dan memenuhi
standar CPOB, dengan menggunakan peralatan yang digunakan yang tidak
bereaksi dengan bahan yang diolah atau menyerap bahan dan mudah dibersihkan.
Secara garis besar peralatan yang digunakan memenuhi persyaratan CPOB.
Ketika produk tersebut layak atau telah memenuhi persyaratan cara
pembuatan sediaan gel yang baik, dilakukan tahapan proses labeling yakni
penampilan kelengkapan penandaan hal ini dilakukan untuk memastikan
diketahuinya riwayat suatu bets atau lot secara lengkap. Dengan diketahuinya asal
usul produk jadi tersebut akan mempermudah tindak lanjut pengawasannya yang
dilakukan oleh QC(apoteker). Kemudian hasil dari proses tersebut di
dokumentasi, fungsi dari dokumentasi ini adalah untuk sistem informasi
manajemen yang meliputi spesifikasi, label/etiket, prosedur, metoda dan instruksi,
catatan dan laporan serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan
pembuatan produk. Produk sediaan gel siap untuk diedarkan.
BAB IV
23
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Proses produksi gel yang baik dimulai dari pemilihan bahan baku yang
dibeli dari supplayer, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim
QC dipimpin oleh Apoteker.. Kemudian mengambil bahan di gudang,
penimbangan bahan sesuai dengan SOP,setelah penimbangan selesai
dilanjut pada proses mixing ata penacampuran dilakukann diruanagan
mixing pada proses mixing dilakukan pengawasan pada proses
pencampuran oleh karyawan bagian QC dibawah tanggung jawab manager
QC. Pengawasan pada saat proses mixing dilakukan agar dapat
meminimalkan kejadian yang tidak diinginkan seperti kontaminasi silang
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada produk. Selanjutnya proses
yang dilakukan pengembangan basis, pengadukan bahan bahan sampai
mendapat homogenitas produk yang baik. Seluruh rangkaian tersebut ,
dilakukan pengawasan oleh bagian QC dibawah tanggung jawab manager
QC. Proses selanjutnya penyimpanan, pemeriksaan bahan yang dilakukan
oleh tim proses control QC meliputi pemeriksaan mutu dan pemerikasaan
dilakukan secara laboratoris dari sediaan tersebut yang sesuai dengan
kriteria dari bahan tersebut sesuai dengan CPOB, serta terbebas nya dari
bahan-bahan yang berbahaya dan tidak layak pakai merupakan tanggung
jawab Manager QC.Semua tahapan dari mulai pencampuran produk
hingga pengemasan, harus sesuai dengan standar pengemasan. Sebelum
dipasarkan produk jadi di cek kembali oleh bagian QA untuk memastikan
mutu produk sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Manager
QA. Semua tahapan proses produksi dilakukan berdararkan cara produksi
yang baik yang menjadi acuan dalam produksi suatu produk.
2. Alur produksi pembuatan sediaan gel yang baik, yaitu dimulai dari
formula bahan, pengambilan bahan, penimbangan, pencampuran (alkohol-
air, lalu penambahan kristal mentol,zat aktif, karbomer, dan
trolamin),yang semua tahaan tersebut menjadi tanggung jawab dari
manajemen produksi dan Manager QC. Selanjutnya dilakukan evaluasi
24
(Uji Organoleptis, Uji Homogenitas, Uji PH, Uji Stabilitas, Uji daya
sebar)yang diawasi oleh personel QC, sampai dengan pengemasan,
pelabelan, desain menjadi tanggung jawab manajemen produksi dalam hal
ini Manajer QC
25
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI Press.
Barel, A.O., Paye, M. & Maibach, H.I., 2009, Handbook of Cosmetic Science and
Technology, Third Ed., 233, 261-262, Informa Healthcare USA, Inc., New
York
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Jabarah, A., Gilead, L.T. & Zlotogorski, Z., 1997, Salicylate Intoxication from
Topically Applied Salicylic Acid, Journal of Europe Academy
Dermatology Venereal, 8, 41-42.
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.
Nakatsui, T. & Lin, A.N., 1998, Salicylic Acid Revisited, International Journal of
Dermatology, 37, 335-342.
Rowe, R.C., Sheskey, P. J. & Quinn., M. E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Sixth Ed., 326-329, 441-444, 592-594, 596-598,
Pharmaceutical Press, USA.
Rowe, R.C., Shesky, P.J. & Owe, S.J., 2006, Handbook of Pharmaceutical
Excipient, 5 th Ed., 108-116, 120-124, 460-469, 624-626, 683, 792-797,
802-806, Pharmaceuticals Press. Inc., London.
Wade, A. & Waller, P.J., 2011, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2th Ed.,
201-220, The Pharmaceutical Press, London.
26
DISKUSI
1. Apa yang membedakan produk steril non steril pada gel, apakah bangunan dan
personelnya pun ada perbedaan?
Jawab :
Pada ruangan steril, ruangan yang bertekanan tinggi di dalam daripada
diluar ruangan. Pada ruangan steril diberi penyedot atau penghisap debu,
pegawai memakai pakaian khusus seperti baju tertutup yang bebas dari
mikroba dan bakteri. Dan pada sediaan non steril mesin di simpan sedemikian
rupa agar mencegah kontaminasi silang.
2. Apakah sediaan gel harus selalu bening? Penambahan bahan apa yang
membuat gel menjadi bening?
Jawab :
Ya, dilihat dari pengertiannya menurut FI 4 bahwa gel merpakan sediaan
semisolid yang memiliki warna bening yang terdispersi pada fasenya. Maka
dapat dikatakan setiap sediaan gel memilki wrna bening.Dilihat dari sifat
pembawanya dimana pada gel adanya komposisi yang bersifat hidofil yang
larut dalam air.
27
system fase tunggal terdiri dari makromolekul organic sehingga tidak terlihat
danya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dalam cairan.
5. Jika pada industri farmasi sudah memiliki HVAC namun inlet dan outlet tidak
sesuai dengan CPOB, apakah industri itu harus melakukan renovasi HVAC?
Jawab:
Apabila system HVAC tidak dapat memenuhi persyaratan parameter
kualifikasi (perbedaan tekanan udara, frekuensi pertukaran udara, pola aliran
udara, bila perlu waktu recovery, uji integritas filter HEPA), industri harus
mempertimbangkan perubahan pada desain.
28