Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Alat Penangkapan Ikan


’’ Bagan Rambo’’

Oleh :

Nama : Sulistiadi
Nim : G0318328

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
PRODI PERIKANAN TANGKAP
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah kami mengenai ‘’ BAGAN RAMBO/BAGAN
PERAHU MOTOR’’.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Dosen telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Mamuju, 06 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………...

A. Latar Belakang………………………………………………………………………...

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………

C. Tujuan …………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………

A. Pengertian dan jenis alat tangkap bagan Rambo…………………………………

B. Desain teknis bagan Rambo…………………………………………………………

C. Daerah/wilayah penangkapan bagan Rambo……………………………………..

D. Target tangkapan bagan Rambo……………………………………………………

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………

B. Saran…………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bagan Rambo adalah alat tangkap bagan perahu yang merupakan
modifikasi dari bagan yang ada di Indonesia, seperti bagan tancap, bagan
motor, dan bagan apung. Alat tangkap ini pertama kali diperkenalkan oleh
nelayan Bugis Makasar pada tahun 1950an.
keunggulan unit penangkapan bagan ini bukan tanpa masalah, namun
ada beberapa kendala diantaranya sulit memperoleh bahan bakar (minyak
tanah) untuk bahan bakar petromaks sebagai pembangkit cahaya yang
merupakan alat bantu utama dalam perikanan bagan. Selain itu,
pengoperasian bagan juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fase bulan dan
sebaran cahayanya. Sehubungan dengan banyaknya jenis-jenis alat tangkap
ikan, maka perlu dikaji tentang   jenis dan pengoperasian alat tangkap jarring
angkat (lift net), secara umum.

Bagan perahu (boat lift nets) adalah alat penangkap ikan yang
dioperasikan dengan cara diturunkan ke dalam perairan dan diangkat kembali
setelah banyak ikan di atasnya, dalam pengoperasiannya menggunakan
perahu untuk berpindah-pindah ke lokasi yang diperkirakan yang banyak
ikannya. Bagan perahu (bagan rambo) diklasifikasikan ke dalam kelompok
jaring angkat (lift nets) (Subani dan Barus 1989).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan jenis alat tangkap bagan Rambo?
2. Bagaimana desain teknis bagan Rambo?
3. Dimana saja daerah/wilayah penangkapan bagan Rambo?
4. Jenis apa saja target tangkapan Dari bagan Rambo?

A. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian dan jenis alat tangkap bagan Rambo
2. Untuk menjelaskan bagaimana desain teknis bagan Rambo
3. Untuk mengetahui daerah/wilayah penangkapan bagan Rambo
4. Untuk mengetahui target tangkapan bagan Rambo
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Dan Jenis Alat Tangkap


Bagan Rambo adalah alat tangkap bagan perahu yang merupakan
modifikasi dari bagan yang ada di Indonesia, seperti bagan tancap, bagan
motor, dan bagan apung. Disulawesi, Bagan Rambo sendiri sering dikenal
sebagai bagan perahu motor. Bagan perahu (Boat Lift Nets) adalah salah
satu jenis alat penangkapan ikan yang termasuk dalam klasifikasi jaring
angkat ( Lift net ) dari jenis bagan yang digunakan nelayan untuk menangkap
ikan pelagis kecil (Subani dan barus 1989). Alat tangkap ini pertama kali
diperkenalkan olah nelayan Bugis Makasar pada tahun 1950an. Bagan
perahu mempunyai bentuk lebih ringan dan sederhana, dapat menggunakan
satu atau dua perahu. Dan bagan perahu ias hanyut menggunakan satu
perahu saja.

Lampiran gambar bagan perahu motor

Pengoperasian bagan perahu hanyut pada umumnya di operasikan pada


waktu petang ketika matahari tenggelam. Secara garis besar Langkah-
langkah dalam pengoperasian bagan perahu hanyut adalah penurunan jaring
bagan kedalam perairan, Pemasangan lampu, dan penarikan jaring bagan
keatas kapal. Hasil tangkapan di angkat dengan bantuan serok (Subani dan
barus 1989). Pengoperasian tersebut menggunakan atraktor cahaya
sehingga alat ini tidaklah efisien apabila digunakan pada saat bulan purnama.
Adapun tahapan-tahapan metode pengoprasian bagan perahu adalah
sebagai berikut :

1. Persiapan menuju fishing ground


Persiapan menuju fishing ground biasanya terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan dan persiapan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam pengoprasian bagan. Pemeriksaan dan perbaikan terutama
dilakukan terhadap lampu dan mesin kapal. Persiapan lain yang dianggap
penting adalah kebutuhan perbekalan oprasi penangkapan seperti air
tawar, solar, minyak tanah, garam, dan bahan makanan (Takril 2005).
2. Pengumpulan ikan

Ketika tiba dilokasi fishing ground dan hari menjelang malam, maka
lampu tersebut dinyalakan dan jaring biasanya diturunkan, hingga tiba
saatnya ikan tersebut terlihat berkumpul dilokasi bagan (Takril 2005).

3. Setting

Setelah menunggu beberapa jam dan ikan mulai terlihat berkumpul


dilokasi penangkapan, maka jaring tersebut diturunkan ke perairan. Jaring
biasanya diturunkan secara perlahan-lahan dengan memutar roller.
Penurunan jaring beserta tali penggantung dilakukan hingga jaring
mencapai kedalaman yang didinginakan proses Setting tidak
membutuhkan waktu begitu lama (Takril 2005).

4. Perendaman jaring

Selama air berada dalam air, nelayan melakukan pengamatan


terhadap keberadaan ikan di sekitar kapal untuk memperkirakan jaring
akan diangkat (Takril 2005).

5. Pengangkatan jaring
Pengangkatan jaring dilakukan setelah kawanan ikan terlihat
berkumpul dilokasi penangkapan. Kegiatan ini diawali dengan
pemadaman lampu secara bertahap, hal ini dimaksudkan agar ikan
tersebut tidak terkejut dan tetap terkonsentrasi pada bagian perahu di
sekitar lampu yang masig menyala. Ketika ikan sudah terkumpul di
tengah-tengah jaring, jaring tersebut mulai ditarik ke permukaan. Hingga
akhirnya ikan tersebut akan tertangkap oleh jaring (Takril 2005).

6. Brailing

Setelah bingkal jaring naik ke atas permukaan air, maka tali


penggantung pada ujung dan bagian tengah rangka dilepas dan dibawa
ke satu sisi kepal tali kemudian dilewatkan pada bagian bawah beserta
jaringanya. Tali pemberat ditarik ke atas agar mempermudah penarikan
jaring dan lampu dihidupkan lagi. Jaring kemudian ditarik sedikit demi
sedikti dari salah satu sisi kapal ke atas kapal hasil tangkaan yang telah
terkumpul diangkat ke atas dek kapal dengan menggunakan serok (Takril
2005).

7. Penyortiran ikan

Setelah ikan diangkat di atas dek kapal, dilakukan penyortiran ikan.


Penyortiran ini biasanya dilakuakan berdasarkan jenis ikan tangkapan,
berdasarkan ukuran, dan lain-lain. Ikan yang telah disortir, langsung
dimasukkan ke dalam wadah atau peti, untuk memudahkan pengangkutan
(Takril 2005).

B. Desain Teknis

Desain/kontruksi bagan perahu hanyut di bentuk dari bambu, waring/


jaring bagan serta perahu bermotor yang sekaligus sebagai alat transportasi
di laut. Bagan perahu hanyut memiliki beberapa bagian diantaranya bagan
yang tebuat dari bambu berbentuk empat persegi panjang yang menyatu
dengan perahu di tempatkan diatas secara melintang, Perahu sebagai bagian
utama dalam meletakkan bagan, jaring bagan yang terletak dibawah perahu
berukuran persegi sama sisi.
Ukuran alat tangkap bagan beragam mulai dari 13 x 2,5 x 1,2 m hingga
29 x 29 x 17 m (Subani dan barus 1989). Ukuran mata jaring pada jaring
bagan umumya memiliki diameter sekitar 0,5 cm ukuran mata jaring ini
berkaitan erat dengan sasaran utama ikan yang akan tertangkap. Parameter
utama alat tangkap ini adalah proporsional konstruksi alat tangkap (Sudirman,
2003) diacu dalam Takril 2005). Adapun Kelengkapan dalam Unit
Penangkapan Ikan yaitu :

1. Kapal

Perahu yang digunakan adalah perahu bermotor yang berfungsi untuk


menopang bagan dan rumah bagan sekaligus berfungsi sebagai alat
transportasi nelayan dalam mengoprasikan bagan perahu. Perahu yang
digunakan terbuat dari kayu yang mempunyai ukuran beragam tergantung
dari ukuran bagan. Bagan perahu ada yang menggunakan satu perahu
atau dua perahu.

2. Nelayan

Jumlah nelayan yang mengoperasikan bagan perahu hanyut sekitar 4


– 6 orag yang mempunyai tugas berbeda. Ada yang bertugas sebagai
pengangkat jaring, nahkoda dan teknisi ( Takril, 2005).

3. Alat Bantu

Alat bantu yang sering digunakan dalam pengoprasian bagan perahu


adalah atraktor cahaya (ligh fishing), berfungsi untuk merangsang atau
menarik perhatian ikan untuk berkumpul dibawah cahaya lampu. Roller
yang berfungsi untuk pengangkatan jaring bagan (Ayodyoa 1981). Selain
itu alat bantu lain yang digunakan adalah serok, basket, lampu, dan lain-
lain. Serok digunakan untuk mengambil ihasil tangkapan, basket
digunakan untuk mengangkut atau memasukkan ikan kedalam palkah
(Takril 2005).
4. Umpan

Pengoperasian bagan perahu hanyut tidak menggunakan umpan.


Karena pemikat ikan utama pada alat tangkap ini adalah cahaya (Ayodyoa
1981).

Adapun contoh desain teknis Bagan perahu di PPN Karangantu memiliki


desain yang sangat kompleks, karena kapalnya menyatu dengan alat
tangkap. Bentuk desain bagan perahu memiliki bentuk yang cukup
sederhana, dengan sebuah jaring yang disimpan pada sisi sebelah kiri badan
kapal, dan adanya tiang - tiang panjang sebagai penyangga, paralon besar
berdiameter ± 15 cm, dilengkapi dengan tali yang digunakan untuk
menurunkan dan menarik jaring disebut dengan roller. Pada saat jaring
diturunkan posisi perahu tidak seimbang, untuk menyeimbangkan antara
kedua sisinya maka pada sisi sebelah kanan diletakkan drum-drum yang
telah diisi dengan air. Kapal bagan perahu di PPN Karangantu memiliki
ukuran yang beragam, dilihat dari tonase kotor (gros tone) yaitu mulai dari 6 -
23 GT.

Bagan perahu yang terdapat di PPN Karangantu menggunakan


mesin penggerak Mitsubishi mulai dari PS 100 sampai PS 190. Kapal bagan
dilengkapi ruang kemudi yang di dalamnya terdapat pembangkit listrik
(dinamo), mesin penggerak kapal, dan saklar untuk mematikan atau
menyalakan lampu, serta dilengkapi dengan GPS. Ruang kemudi didesain
berukuran lebih luas dan digunakan untuk tempat beristirahat para ABK
karena kapal bagan ini dioperasikan pada malam hari dan beroperasi selama
dua malam dalam satu trip. Alat tangkap yang digunakan disebut waring atau
jaring, berbentuk seperti kelambu terbalik dan berwarna hitam dengan ukuran
mata jaring 0,5 cm.

Ukuran panjang dan lebar jaring yang digunakan rata-rata 12 x 12 m.


Pemberat yang digunakan merupakan bingkai besi yang dipasang pada
kedua panjang jaring, sedangkan untuk kedua lebar jaring dengan
menggunakan bambu. Pengoperasian bagan perahu menggunakan cahaya
lampu sebagai faktor utama penarik ikan. Jenis lampu yang digunakan
yaitu lampu merkuri dan lampu samyung. Nelayan bagan perahu yang
terdapat di PPN Karangantu terdiri dari nelayan pemilik/juragan dan nelayan
penggarap. Pemilik yang tidak melaut disebut juragan/pengusaha. Pemilik
yang melaut menangkap ikan disebut sebagai nelayan. Jumlah nelayan
dalam satu unit kapal bagan di PPN Karangantu berkisar 5-6 orang
termasuk kapten kapal (nahkoda kapal).

Contoh desain gambar bagan perahu PPN karangantu

Beberapa pemilik sekaligus merangkap sebagai kapten kapal. Kapten


kapal memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk menentukan daerah
penangkapan ikan yang menjadi target operasi penangkapan. Sistem bagi
hasil yang telah disepakati antara juragan dengan nelayan penggarap
adalah keuntungan bersih 50% untuk juragan dan sisa keuntungan 50%
untuk seluruh ABK. Tetapi apabila pemilik kapal sekaligus bekerja
melaut maka mendapatkan bagian dari keuntungan bersih 60% untuk
pemilik kapal dan 40% untuk seluruh ABK. Nelayan bagan perahu rata-rata
melakukan operasi penangkapan ikan selama dua malam dalam satu
tripnya, maka dalam satu bulan diperkirakan melakukan operasi
penangkapan selama 10 kali trip, sehingga dalam satu tahun melakukan 120
trip. Hal ini dikarenakan operasi penangkapan bagan perahu.

C. Daerah/Wilayah Penangkapan
Bagan perahu motor dioperasikan di daerah perairan dalam, dioprasikan
di daerah pelagis (dasar perairan). Alat tangkap ini dioprasikan sampai
kedalaman dasar Bagan perahu sudah tidak asing lagi di tempat-tempat
penangkapan ikan seperti di Polewali, Teluk Semaka Kotaagung Lampung,
Teluk Lampasing Lampung, Karawang, Banten dan lain-lian (Takril 2005).
Bagan perahu biasa dioperasikan menjelang malam hingga pagi. Persiapan
yang dilakukan antara lain bahan bakar, makanan, kondisi waring dan
peralatan lainnya. Untuk mencapai daerah penangkapan, nelayan
sebelumnya telah memperkirakan posisi yang akan didatangi. Pengalaman
dan kebiasaan nelayan menjadi patokan.

Setting dimulai pada saat senja hari (pukul 18.00 Wita) setelah semua
ujung jaring telah diikatkan pada bingkai bagan dan selanjutnya dilakukan
penyalaan lampu. Sebelum bingkai jaring diturunkan, batu arus yang
berfungsi sebagai penahan jaring dari arus diturunkan terlebih dahulu. Dua
sampai tiga jam setelah lampu dinyalakan dilakukan pemadaman lampu.
Huling I dilakukan pada pukul 01.00 Wita. Pemadaman lampu dilakukan
secara bertahap untuk menghindari agar ikan tidak kaget dan ikan semakin
mendekat ke tengah jaring. Lampu pertama yang dipadamkan adalah lampu
yang berada pada bagian pinggir rangka bagan.
Penarikan jaring dimulai setelah juragan laut telah memberikan isyarat
bahwa jaring segera ditarik. Penarikan jaring dilakukan setelah juragan
mengamati secara visual kawanan ikan yang terdapat di bawah rangka
bagan. Pemutaran roller jaring dilakukan dengan cepat agar kawanan ikan
pada catchable area tidak meloloskan diri.
Pada saat pemutaran roller jaring, tali jangkar juga dikendorkan agar
bingkai jaring tepat berada di bawah perahu pada saat penarikan bingkai
jaring. Waktu yang dibutuhkan untuk menarik jaring sampai kepermukaan air
bergantung pada kecepatan arus dan kedalaman bingkai jaring, umumnya
lama penarikan jaring berkisar 10 menit.
Proses selanjutnya adalah menggiring ikan ke bagian sisi jaring yang
berfungsi sebagai kantong setelah bingkai jaring ditarik sampai rangka bagan
dan lampu dinyalakan kembali. Jika ikan sudah terkumpul, ikan diangkat ke
atas perahu dengan menggunakan serok dilanjutkan dengan penyortiran.
Ikan yang sejenis dikelompokkan ke dalam satu basket dan dimasukkan
ke dalam peti setelah dicampur es. Pada saat ini pula tali jangkar ditarik
kembali, jaring diturunkan untuk melakukan proses penangkapan berikutnya,
Hauling II dilakukan pada pukul 05.00 Wita.

D. Target Tangkapan

Jenis-jenis hasil tangkapan bagan perahu motor adalah ikan-ikan jenis


predator seperti layur (Trichulus savala), tenggiri (Scomberomerus
commersoni). Jenis ikan yang dominan tertangkap oleh bagan perahu adalah
ikan teri (Stolephorus spp), tambang (Sardinella fimriata), pepetek
(Leiognathus sp), selar (Selaroides sp), kembung (Rastrelliger spp), cumi-
cumi (Loligo spp), layang (Decapterus spp), balida (Notopterus spp),
Cakalang (Katsuonus pelamis) dan lain-lain (Takril 2005).
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
Kita mampu mengetahui cara pengoperasian pada alat tangkap bagan
Perahu dan alat bantu apa saja yang di gunakan dalam membantu
pengoperasian alat tangkap ikan tersebut.
B. Saran
 Untuk pembaca : ketika membaca makalah ini sebaiknya dipahami
dengan baik agar apa yang kami paparkan bisa bermanfaat untuk
semuanya.
 Untuk penyusun/penulis : pada saat pengambilan materi sebaiknya
diperhatikan dengan baik dan jangan mengambil materi dengan
sembarangan.
DAFTAR PUSTAKA

Ivanson Sagala, Isnaniah dan Irwandy Syofyan, 2016. Studi kontruksi alat tangkap
bagan perahu (Boat Lift Net) 30 gtdipelabuhan perikanan nusantara
(PPN) sibolga kelurahan pondok batu kota sibolga provinsi sumatera
utara

Junaidi, 2001. Bagan perahu di Labuan Bajo, Flores: Rancang bangun dan metode
pengoperasiannya.
AnsarPsp, 2018. Makalah alat tangkap ikan (Bagan Rambo)

Chris Hadinata,Usman, dan Arthur Brown, 2015Produktivitas alat tangkap bagan


perahu KM Bakti Fortuna 30 GT diperairan pantai Barat Sibolga

Zulkifli monoarfa, 2016. Alat Tangkap Ikan (Bagan Tancap)

Anda mungkin juga menyukai