Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muchammad Hasieb Ar rozzaqi

NIM : 185040207111115

Kelas : D

1. bagaimana kondisi manajemen lahan yang mempengaruhi ketidak berlanjutan kondisi


hidrologi penggunaan lahan berikut di masing-masing tutupan lahan yang anda lihat
dari foto masing-masing Land Unit (LU) dengan rangking 0 = tidak ada, 1 = sedikit, 2
= sedang, 3 = tinggi, 4 = sangat tinggi pengaruhnya.
Kondisi LU1 LU2 LU3 LU4 LU5 LU6
Manajemen kanopi 4 4 2 0 0 0
Pengolahan tanah:
0 2 4 4 4 0
Guludan, parit, dsb
Tutupan tanah: terbuka /
4 3 2 4 4 2
tertutup
Pemupukan 0 2 4 4 4 0
Pengendalian hama,
0 1 4 4 4 0
penyakit, dan gulma
Irigasi drainase 0 2 4 4 4 0
Pengelolahan limbah /
0 0 2 2 2 3
sampah
Keterangan:
LU1: tanaman hutan raya (tahura) R. Soerjo
LU2: hutan tanaman industri (perhutani)
LU3: kebun apel dan jeruk
LU4: pertanian sayur (kentang, wortel, dll)
LU5: lahan sawah
LU6: pemukiman

2. kondisi yang bagaimana masing-masing LU yang menyebabkan ketidak berlanjutan


kondisi hidrologi pengunaan lahan:
LU1: pada LU1 manajemen kanopi dan tutupan tanah: terbuka/tertutup memiliki
ranking 4 yang berarti sangat tinggi pengaruhnya terhadap hidrologi sedangkang
kondisi lain memiliki rangking 0 semua yang berarti tidak ada. Hal ini disebabkan
karena adanya kegiatan penebangan pohon dikawasan yang tidak disertai dengan
tindakan konservatif yang baik. Hal ini menyebabkan meningkatnya debit puncak
aliran air dan semakin menigkat kandungan sedimen yang terbawa saat musim
penghujan (Arifjaya, N.M. dan D.K. Kalsim. 2003).
LU2: pada LU2 manajemen kanopi rangking 4 memiliki pengaruh sangat tinggi.
Disusul dengan tutupan tanah yang memiliki rangking 3 yang berarti tinggi. Disusul
lagi dengan pengelolahan tanah, pemupukan, dan irigasi drainase yang memiliki
rangking 2 yang berarti sedang. Pada pengendalian hama, penyakit, dan gulma berada
di rangking 1 yang berarti sedikit, dan pengelolahan limbah yang berada di rangking 0
atau tidak ada.hutsn produksi merupakan bentuk pertanian yang intensif dan semua
hasil dari hutan tersebut seperti kayu di butuhkan dalam pembangunan kawasan
pemukiman dan industri (Subagyono, K., I W. Suastika , dan E.E. Ananto. 1999).
LU3: pada LU3 hanya terdapat rangking 4 dan 2. Pada rangking 4 terdapat
pengelolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama, dan irigasi drainase.
Sedangkang rangking 2 terdapat pada manajemen kanopi, tutupan tanah, dan
pengelolahan limbah/sampah. Terjadi pembagian sistem pengairan untuk pertanian
dan pemukiman (Kodoatie, R. J dan Sugiyanto. 2002).
LU4: pada LU4 terdapt rangking 4 pada lima kondisi yaitu: pengelolahan tanah,
tutupan tanah, pemupukan, pengendalian hama, dan irigasi drainase. Sisanya
pengelolahan sampah masuk ke rangking 2 dan penutupan kanopi berada di rangking
0. Pertanian di daerah tersebut menggunakan sistem springkler pada saat musim
kemarau (Van Schilfgaarde, J., 1997).
LU5: pada LU5 terdapt rangking 4 pada lima kondisi yaitu: pengelolahan tanah,
tutupan tanah, pemupukan, pengendalian hama, dan irigasi drainase. Sisanya
pengelolahan sampah masuk ke rangking 2 dan penutupan kanopi berada di rangking
0. Pemeliharan dilakukan secara intensif yang meliputi segala jenis perlakuan
pertanian. Sehingga ketidak berlajutan kondisi hidrologi dapat dilakaukan (Mouldie,
S. E. P. dan Benno, R., 2013).
LU6: pada LU6 pada pengelolahan sampah dengan rangking 3 dan tutupan lahan
berada di rangking 2 untuk pengaruh pada hidrologi. Sisanya berada di rangking 0.
Daerah pemukiman menun (Maizir, 2017).

DAFTAR PUSTAKA
Arifjaya, N.M. dan D.K. Kalsim. 2003. The environmentally design of water
management system for peatland development in Indonesia. Paper Presented
at Workshop on Wise Use and Sustainable Peatlands Management Practices.
October 13-14. Bogor. Indonesia.
Kodoatie, R. J dan Sugiyanto. 2002. Banjir (Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan). Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Maizir, (2017), Tinjauan Aspek Lingkungan Dalam Perencanaan Jaringan Drainase
Di Daerah Pemukiman, Prosiding Seminar Nasional Strategi Pengembangan
Infrastruktur ke-3. “Pengembangan Infrastruktur Berkelanjutan untuk
Meningkatkan Daya Saing Bangsa”. Padang, 27 Juli 2017
Mouldie, S. E. P. dan Benno, R., (2013), Identifikasi Permasalahan Sampah Saluran
Drainase Di Kecamatan Coblong, Bandung
Subagyono, K., I W. Suastika , dan E.E. Ananto. 1999. Penataan Lahan dan Tata Air
Mikro Pengembangan SUP Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan. Badan
Litbang Pertanian.
Van Schilfgaarde, J., 1997. Drainage for Agriculture, American Society of
Agronomy, Agronomy No.17.

Anda mungkin juga menyukai