Anda di halaman 1dari 5

Nama:Mustika Muliawati

Nim: 185040200111155

Kelas:D

Kondisi LU1 LU2 LU3 LU4 LU5 LU6


Manajemen konopi 4 3 2 0 0 0
Pengolahan tanah:
1 3 4 4 3 0
guludan,parit,dsb
Tutupan
4 3 2 1 1 0
lahan:terbuka/tertutup
Pemupukan 0 2 4 4 4 1
Pengendalian
0 3 4 4 4 1
hama,penyakit,gulma
Irigasi,drainase 3 4 4 4 4 4
Pengelolaan
0 3 4 4 4 4
limbah/sampah
Kondisi pada LU 1 menunjukan manajemen kanopinya tinggi karena memiliki tutupan
yang cukup baik, dengan adanya kanopi maka pengolahan lahan tidak terlalu tinggi karena
kondisi masih terjaga, serta tidak perlu melakukan pemupukan dan pengendalian hama
penyakit karena memiliki tutupan yang rapat sehingga mengakibatkan banyaknya seresah dan
keseimbangan ekosistem sehingga tidak dijumpai hama dan penyakit tanaman. Pada LU 1
pengolahan limbah dan sampah tidak perlu ada karena kondisi masih terjaga. Sedangkan pada
LU 2 yaitu hutan produksi memiliki tanaman tahunan yang sedikit cukup menutupi lahan,
sehingga perlu pengolahan lahan yang cukup tinggi karena kondisi lahan LU 2 memiliki daerah
lereng curam sehingga perlu adanya pengolahan tanah seperti guludan agar tidak terjadinya
erosi, LU 2 memiliki penutupan lahan yang tinggi dan pemupukan yang sedang karena lahan
tersebut merupakan lahan produksi serta perlu dan pengendalian hama dan penyakit karena
menghasilkan produksi, perlu adanya drainase dan irigasi agar tidak kekurangan maupun
kelebihan air saat musim hujan atau kemarau, karena sering dijamah manusia serta merupakan
lahan produksi LU 2 terjadinya polusi akibat pemupukan atau sampah yang dibuang
sembarangan. LU 3 memiliki kondisi yang cukup berat karena LU 3 merupakan lahan apel
dimana pada lahan apel hanya memiliki penutupan oleh pohon apel itu sendiri dan perlu adanya
pengolahan tanah karena umumnya tanaman apel ditanam ditempat tinggi sehingga perlu
adanya konservasi agar tidak terjadi erosi maupun longsor atau limpasan tanah, serta
penggunaan lahan apel membutuhkan pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit untuk
menghasilkan produksi yang tinggi serta adanya sistem irigasi dan drainase sebagai perairan
lahan disaat musim kemarau dan pembuangan air disaat musim penghujan atau kelebihan air.
Korean lahan unit 3 merupakan lahan apel menjadikan lahan ini tercemar oleh pupuk dan
sampah yang dibuang sembarangan pada lahan. Lahan unit 4 merupakan kawasan pertanian
yang ditanami berbagai tanaman khususnya tanaman hortikultura sehingga tidak ada lahan
penutupan, yang mengharuskan untuk melakukan pengolahan lahan seperti guludan atau
terasering agar tidak terjadinya longsor dan LU 4 merupakan penutupan lahan terbuka karena
semua hamparan lahan merupakan lahan pertanian, penggunaan lahan ini perlu adanya
pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit serta gulma agar produksi yang dihasilkan
banyak. Serta perlu adanya drainase dan irigasi sebagai penyedia dan pembuangan air bagi
lahan dan adanya polusi dan sampah di lahan akibat pemupukan lahan tersebut. Sam halnya
dengan LU 4 pada lahan unit 5 merupakan lahan persawahan yang tidak memiliki kanopi
karena lahan unit 5 merupakan hamparan sawah yang luas tanpa naungan. Pada LU 5
pengolahan lahan hanya melakukan parit sebagai tempat irigasi maupun drainase karena lahan
persawahan berada di dataran jadi tidak perlu menggunakan konservasi guludan. Karena lahan
persawahan maka perlu adanya pemupukan dan pengendalian hama, penyakit dan gulma agar
produksinya tinggi, hal ini menyebabkan terjadinya polusi dan sampah yang merusak kondisi
tanah tersebut sehingga perlu adanya pengolahan limbah dan sampah. Sedangkan kondisi
lahan terakhir LU 6 yaitu lahan pemukiman dan sedikit lahan persawahan menunjukan
bahwasanya lahan tersebut tidak ada ada manajemen kanopi dan pengolahan lahan yang
sedikit karena penggunaan lahan digunakan sebagai lahan non pertanian hanya membangun
parit sebagai tempat pembuangan air rumah tangga. Karena lahan perumahan berdekatan
dengan lahan persawahan maka adanya pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit
untuk meningkatkan produksi serta pembuatan irigasi dan drainase sebagai tempat
pembuangan air dan pengairan bagi sawah dan dapat dijadikan sebagai mata air apabila aliran
irigasi tidak tercemar. Pengendalian sampah dan limbah sangat diperlukan pada LU 6 karena
kondisi yang padat penduduk mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Dari ke lahan
unit pertama hingga keenam merupakan penggunaan lahan yang berbeda-beda lahan yang
menyebabkan ketidak lanjutan dan kondisi hidrologi penggunaan lahan tertinggi pada lahan unit
6 disusul 5, 4, dan 3 karena tidak adanya keseimbangan lingkungan sehingga sulit untuk
konservasinya dan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Sedangkan Lu 2 masih bisa
dilakukan keberlanjutan karena memiliki kondisi ekosistem sedang, dan LU 1 memiliki kondisi
yang masih baik jadi bisa dikatakan keberlanjutan. Lebar tajuk atau kanopi memiliki peran
penting di lingkungan. Daerah yang tertutup kanopi terlindungi dari kekringan, karena kondisi
tanah terlindungi pleh sushu yang rendah dan tingginya kelembaban yang dihasilkan oleh
kanopi yang tebal, selain itu terlindung dari air hujan secaara langsung sehingga kandungan
hara tanah tidak tersapu dan tetap terjaga (Suarez et al, 2007).
Neraca Air

Komponen siklus Hutan tanaman


Hutan alam Kebun apel Sayuran kentang
air pinus
Presipitasi 100 100 100 100
Aliran lateral 5 30 10 55
Intersepsi 35 10 10 5
Lolos tajuk 10 10 20 5
Infiltrasi 25 15 20 10
Perlokasi 10 25 20 20
Evapotranspirasi 15 10 20 5

Pada kondisi lahan hutan alam memiliki sistem yang baik dimana pada hutan alami
terdapat tajuk yang dapat melindungi tanah sehingga tidak akan merusak tanah yang
mengakibatkan limpasan air atau erosi, dan memiliki sistem hidrologi yang baik sehingga dapat
menyimpan air yang banyak serta infiltrasi pun baik. Menurut Irawan dan Yuwono (2016),
Salah satu fungsi hutan yang penting adalah sebagai penyedia air melalui proses infiltrasi pada
siklus hidrologi. Sedangkan hutan pinus memiliki kondisi tanah yang kering akibat tanaman
pinus sangat menyukai air mengakibatkan kondisi tanah yang kering, dan pada tajuk pinus
memiliki daun dengan luas diameter yang kecil sehingga air tidak diserap dengan baik. Serta
dengan kondisi tanah yang kering jika terkena air hujan yang memiliki kekuatan energi kinetik
yang berat akan mudah merusak struktur tanah dan terjadi limpasan permukaan dan
erosi. Sedangkan kebun apel memiliki sistem hidrologi yang kurang baik karena penggunaan
lahan ini menggunakan bahan-bahan pestisida yang menyebabkan tanah tidak mudah
menyimpan air dan infiltrasi yang buruk yang dapat mengakibatkan terjadinya limpasan air.
Serta dalam melakukan evapotranspirasi pada lahan apel masih bisa dikatakan cukup baik
karena memiliki daun yang berdiameter luas, namun karena lahan jagung memiliki jarak yang
cukup jauh sehingga tidak dapat melindungi tanah dari air hujan. Sedangkan pada lahan
sayuran kentang memiliki ekosistem hidrologi terburuk, dan evapotranspirasi yang rendah
karena memiliki luasan diameter daun yang sempit. Pada tanaman musiman tidak dapat
menyimpan air sehingga infiltrasi buruk yang dapat mengakibatkan kerusakan lahan serta
limpasan lahan.

Tindakan-tindakan pengolahan lahan yang mendorong terjadinya kerusakan lingkungan


diantaranya menggunakan pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan lingkungan seperti banyak patogen atau predator sebagai musuh alamI yang mati
dan kerusakan tekstur tanah yang menjadi padat dan tidak subur sehingga tidak dapat
menyimpan air yang mengakibatkan limpasan permukaan dan pencemaran air. Menurut
Dhiaswari et al (2019), pencemaran lingkungan terjadi yang terjadi saat ini kebanyakan
disebabkan oleh penggunaan bahan kimia yang berlebihan, dari sector pertanian sendiri
penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan adalah penggunaan pestisida dan
pupuk anorganik, penggunaan pestisida dan pupuk dapat berdampak pada ketidaksetabilan
ekosistem adanya residu pada hasil panen dan keracunan bahkan kematian pada manusia.
Sedangkan perpaduan guludan dan selokan atau irigasi atau drainase, jika tidak dibuat dengan
benar akan mengakibatkan tanah terkikis disaat air mengalir di sekitar guludan yang
menyebabkan terbawanya tanah serta material tanah seperti unsur-unsur hara. Pembajakan
tanah akan menyebabkan tanah akan kehilangan banyak nutrisi seperti nitrogen dan
kemampuannya dalam menyimpan air, Mengurangi laju penyerapan air sehingga meningkatkan
erosi tanah. Pembajakan mengurangi tingkat kohesi antar partikel tanah sehingga
mempercepat erosi. Dengan laju penyerapan air berkurang, maka ada resiko terjadi aliran air
permukaan yang membawa residu pupuk dan pestisida yang digunakan pada periode
penanaman sebelumnya. Penanaman tanaman semusim dengan pola polikultur pada lahan
berlereng, dengan menanam tanaman semusim di lahan miring mengakibatkan terjadinya
limpasan permukaan hingga erosi yang mengakibatkan pengendapan tanah pada sungai atau
DAS. Menurut Wahyuningtyas (2015) olah tanah dnegan pembajakan memberikan kondisi
lahan yang bersih dan tekstur tanah yang gembur untuk jenis-jenis tanaman yang tumbuh,
namun banyak ahli menyatakan tejnik ini akn mempercepat erosi tanah disamping baiay yang
mahal.
DAFTAR PUSTAKA

Dhiaswari D R, Santoso B A, Banowati E.2019. Pengaruh Perilaku Petani Bawang Merah Dan
Penggunaan Pestisida Terhadap Dampak Lingkungan Hidup Di Desa Klampok
Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Jurnal Edu Geography. 7(3):203-211

Irawan T dan Yuwono S B.2016. Infiltrasi Pada Berbagai Tegakan Hutan Di Arboretum
Universitas Lampung. Jurnal Sylva Lestari.4 (3): 21-34

Suarez PM, Fenn, Alcala, Aldrete.2007. The Effect Pf Conopycover On Throughfalll And Soil
Chemistry In Two Forest Site In The Mexicocity Air Basin. Journal Of Atmosfera.8 (3): 21-
100

Wahyuningtyas (2015). Melestarikan Lahan Dnegan Olah Tanah Konservasi.


Http://Foreibanjarbaru.Or.Id/Wp-Content/Uploads/2012/1012/Hal%2081%20-
%2096.Doc.Diakses 5 November 2020.

Anda mungkin juga menyukai