Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH AUDITING

PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG DAGANG


Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing
Dosen Pengampu: Muhrom Ali Rozai, SE., M.E.Sy., M. Si., CRMO

Disusun Oleh:
KELOMPOK 9
1. Fatuah Arimbi (185221255)
2. Annisa Amalia Istriana (185221276)
3. Novita Sari Diyah Ayu A (185221296)

AKUNTANSI SYARIAH 5G
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari
mata kuliah Auditing dengan judul “Pengendalian Internal”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sukoharjo, 20 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR-------------------------------------------------------------- i
DAFTAR ISI------------------------------------------------------------------------- ii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah--------------------------------------------------- 1
b. Rumusan Masalah---------------------------------------------------------- 3
c. Tujuan Perumusan Masalah----------------------------------------------- 3
BAB II PEMBAHASAN
a. Metodologi Desain Pengujian Perincian Saldo------------------------- 4
b. Mendesain pengujian perincian saldo------------------------------------ 11
c. Konfirmasi piutang dagang------------------------------------------------ 16
d. Pengembangan pengujian atas program audit rinci-------------------- 20
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan------------------------------------------------------------------ 22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I 
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Suatu perusahaan pada saat didirikan mempunyai visi dan misi yang
berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai tingkat laba yang
maksimal. Laba yang maksimal dipengaruhi oleh volume penjualan dalam suatu
perusahaan perusahaan. Semakin tinggi volume penjualan dalam perusahaan,
maka semakin besar pula tingkat laba yang akan diperoleh. Salah satu siklus
operasi penting dalam perusahaan yang mendukung pencapaian tujuan
perusahaan ini adalah siklus penjualan dan penagihan.

Siklus penjualan dan penagihan ini berpengaruh pada perolehan


pendapatan dan laba perusahaan yang nantinya secara tidak langsung akan
berpengaruh pada keberlangsungan suatu perusahaan. Dalam siklus ini
dihasilkan aliran pendapatan yang digunakan untuk menutupi biaya-biaya
operasional yang dikeluarkan perusahaan dan menghasilkan laba bagi
perusahaan. Pentingnya siklus ini dalam menjaga keberlangsungan dan
pencapaian tujuan perusahaan, membuat manajemen harus senantiasa
mengawasi dan memantau seluruh kegiatan operasional yang dilakukan pada
siklus penjualan dan penagihan ini.

Setiap kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siklus penjualan dan


penagihan ini, baik secara prosedural maupun sistem seperti ketidaksesuaian
jumlah dokumen yang dicetak (sales order, surat jalan dan invoice); adanya
ketidaklengkapan otorisasi pada dokumen transaksi; dan adanya dokumen
transaksi yang tidak bernomor urut. Kesalahan-kesalahan tersebut
dimungkinkan dapat terjadi akibat kesalahan prosedural ataupun sistem yang
dilakukan oleh para karyawan dalam siklus penjualan dan penagihan
perusahaan. Hal tersebut dapat menghambat kegiatan operasinal dalam
perusahaan sehingga mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

1
Sistem pengendalian internal yang efektif dan memadai diperlukan untuk
mengawasi dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan ataupun
penyimpangan tersebut. Sistem pengendalian internal perusahaan terdiri dari
tindakan, kebijakan dan prosedur yang menggambarkan keseluruhan sikap
manajemen, direksi dan pemilik untuk memberikan keyakinan yang memadai
bahwa tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Masalah sistem pengendalian
internal ini sepenuhnya berada dalam tanggungjawab dan kendali manajemen
sehingga manajemen dituntut untuk berhati-hati dalam menangani masalah
pengendalian pada siklus penjualan dan penagihan ini. Pihak manajemen harus
dapat bertindak cepat jika terjadi suatu kesalahan ataupun penyimpangan dalam
siklus penjualan dan penagihan ini untuk mengarahkan kembali kepada tujuan
yang telah ditetapkan.

Efektivitas suatu sistem pengendalian internal perlu ditunjang dengan


adanya suatu divisi dalam perusahaan yang bertugas untuk menilai efektivitas,
efisiensi dan kualitas kegiatan operasional yang dijalankan perusahaan, divisi ini
disebut audit internal. Tugas auditor internal dalam perusahaan tidak mudah
karena bagian ini dituntut memiliki sikap dinamis, tanggap, independen,
kompeten dan profesional dalam menjalankan tugasnya serta harus dapat
memahami dengan baik setiap prosedur serta kebijakan perusahaan pada setiap
siklus operasi yang ada dalam perusahaan. Pada dasarnya tujuan audit internal
adalah membantu semua tingkatan manajemen agar tanggung jawab setiap
divisi dalam perusahaan tersebut dapat dilaksanakan secara efektif.

Dalam proses pengauditan yang dilakukan, auditor internal melakukan


pengujian pengendalian (Test Of Control) pada siklus operasi penting dalam
perusahaan. Pengujian pengendalian ini dilakukan untuk menilai apakah sistem
pengendalian internal dalam perusahaan telah berjalan secara efektif dan
memadai sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesalahan-kesalahan ataupun
penyimpangan pada siklus operasi perusahaan. Terdapat beberapa tahapan yang
dilakukan oleh auditor internal dalam melakukan pengauditan yaitu dimulai
dengan melakukan rapat pembuka audit hingga melakukan verifikasi audit.

2
Dalam rapat pembuka, auditor akan menjelaskan kepada auditee mengenai
tujuan audit, ruang lingkup audit, jadwal audit, tim audit dan dokumen-dokumen
yang dibutuhkan dalam melakukan proses audit. Langkah selanjutnya, Auditor
akan melakukan peminjaman dokumen-dokumen terkait dan membuat kertas
kerja. Kertas kerja yang telah selesai dibuat akan menjadi acuan dasar bagi
auditor untuk melakukan pengujian pengendalian (Test Of Control). Dalam
proses pengauditan tersebut, auditor juga harus melakukan konfirmasi kepada
auditee terkait kesalahan-kesalahan yang mungkin ditemukan. Pada tahap akhir,
auditor akan melaporkan hasil audit kepada auditee dalam rapat penutup audit
dan mendiskusikan rekomendasi audit yang harus dilakukan atas temuan-
temuan yang ada, serta melakukan verifikasi audit untuk memantau apakah
rekomendasi audit telah dilaksanakan oleh auditee.

1.2. Rumusan Masalah.


a. Apa saja Metodologi Desain Pengujian Perincian Saldo?
b. Bagaimana cara mendesain pengujian perincian saldo?
c. Apa saja yang termasuk dalam konfirmasi piutang dagang?
d. Bagaimana pengembangan pengujian atas program audit rinci?
1.3. Tujuan Perumusan Masalah.
a. Dapat mengetahui metodologi desain pengujian perincian saldo.
b. Dapat mengetahui cara mendesain pengujian perincian saldo.
c. Dapat mengetahui yang termasuk konfirmasi piutang dagang.
d. Dapat mengetahui pengembangan pengujian atsa program audit rinci.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metodologi Desain Pengujian Perincian Saldo.


Bukti memadai yang akan dipakai dalam pengujian perincian saldo harus
diputuskan berbasis tujuan dengan tujuan (objective by objective). Contohnya,
auditor harus mengevaluasi potensi pelanggaran dan mempertimbangkan risiko
bawaan (inherent risk). Potensi dan risiko ini dapat bervariasi sesuai dengan
tujuannya, seperti halnya hasil pengujian pengendalian dan identifikasi risiko,
yang juga bervariasi sesuai tujuan.
Auditor harus pula mempertimbangkan hasil pengujian substansif dari
penjualan dan penerimaan kas. Terdapat delapan tujuan audit terkait saldo piutang
dagang (accounts receivable balance related audit objectives), antara lain:
1. Piutang dagang dalam neraca saldo sesuai dengan jumlah pada berkas
utama, dan jumlah totalnya secara tepat ditambahkan sesuai dengan buku
besar (Kecocokan perincian).
2. Pencatatan piutang dagang yang terjadi (Keberadaan).
3. Seluruh piutang dagang sudah dihitung (Kelengkapan).
4. Jumlah piutang dagang yang tepat (Akurasi).
5. Piutang dagang diklasifikasikan dengan benar (Klasifikasi).
6. Pisah batas waktu piutang dagang yang tepat (Pisah batas).
7. Piutang dagang dinyatakan dalam nilai yang dapat direalisasikan (Nilai
terealisasikan).
8. Klien memiliki hak atas piutang dagang (Hak).
Auditor menggunakan faktor-faktor yang ada untuk membantu mengetahui
risiko deteksi piutang dagang yang terencana, sesuai tujuannya.
a. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Memengaruhi Piutang
Dagang (Tahap I).
Pengujian atas piutang dagang didasarkan pada prosedur penilaian risiko
audit agar auditor memahami bisnis dan industri klien. Risiko bisnis
klien yang memengaruhi piutang dagang oleh auditor dianggap sebagai

4
risiko yang terhindarkan dan dijadikan bukti perencanaan untuk piutang
dagang. Contohnya, sebagai hasil dari perubahan lingkungan ekonomi
dalam industri, auditor bisa saja meningkatkan risiko bawaan dalam nilai
realisasi bersih piutang dagang.
b. Menetapkan Salah Saji yang dapat Diterima dan Mengevaluasi Risiko
Bawaan (Tahap I).
Auditor terlebih dahulu memberikan penilaian awal mengenai
materialitas untuk keseluruhan laporan keuangan, lalu mengalokasikan
jumlah yang dianggap material untuk setiap akun neraca, termasuk
piutang dagang. Alokasi ini disebut penentuan salah saji yang dapat
diterima (tolerable misstatement). Piutang dagang biasanya merupakan
salah satu bagian terpenting dari pelaporan keuangan bagi perusahaan
dengan penjualan kredit. Meskipun saldo piutang dagang kecil transaksi
dalam siklus enjualan dan penagihan yang memengaruhi saldo tersebut
biasanya berjumlah besar.
PSAK 70 (SA 316) mengindikasikan bahwa auditor harus bisa
mengidentifikasi risiko pelanggaran dalam pengakuan pendapatan. Hal
ini biasanya memengaruhi evaluasi auditor terhadap risiko tersebut
untuk tujuan: eksistensi, batas waktu penjualan, pengembalian barang
dagangan, dan batas penetapan cadangan kerugian piutang.
c. Mengevaluasi Risiko Pengendalian dalam Siklus Penjualan dan
Penagihan (Tahap I).
Auditor umumnya memperhatikan tiga aspek pengendalian internal,
yaitu Pengendalian untuk menghindari atau mendeteksi pencurian;
Pengendalian atau penetapan pisah batas; danPengendalian yang
berhubungan dengan piutang tidak tertagih. Auditor harus
menghubungkan risiko pengendalian atas tujuan audit terkait transaksi
dan tujuan audit terkait saldo, terutama untuk merencanakan risiko
deteksi dan bukti-bukti yang akan digunakan dalam pengujian perincian
saldo. Sebagai contoh, auditor menyimpulkan risiko pengendalian untuk
transaksi penjualan dan penerimaan kas adalah rendah dalam hal akurasi

5
saldonya. Dengan demikian, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian
dalam akurasi saldo piutang dagang adalah efektif karena transaksi satu-
satunya yang memengaruhi piutang dagang adalah penjualan dan
penerimaan kas.
d. Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Atas Transaksi (Tahap II).
Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah risiko pengendalian
atas penjualan dan penerimaan kas perlu direvisi. Auditor menggunakan
hasil pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan apakah
perencanaan risiko deteksi sudah memenuhi setiap tujuan audit terkait
saldo piutang dagang,
e. Mendesain dan Melakukan Prosedur Analitis (Tahap III).
Prosedur analitis biasanya dilakukan dalam tiga tahap audit:selama
perencanaan, saat pelaksanaan pengujian terperinci, dan saat
menyelesaikan audit. Prosedur analitis umumnya dilakukan selama tahap
pengujian diselesaikan setelah tanggal neraca, namun setelah dilakukan
pengujian perincian saldo.
Auditor menjalankan prosedur analitis untuk seluruh siklus penjualan
dan penagihan, tidak hanya piutang dagang. Hal ini perlu dilakukan
karena terdapat hubungan erat antara laporan laba rugi dengan akun-
akun pada neraca. Jika auditor mengidentifikasi adanya kesalahan
penyajian dalam penjualan atau pengembalian barang dagangan dengan
menggunakan prosedur analitis, piutang dagang kemungkinan besar
akan menutupi kesalahan tersebut.
Prosedur analitis merupakan pengujian substantif, maka prosedur ini
mengurangi tugas auditor dalam melakukan pengujian perincian saldo
jika hasil dari prosedur tersebut memuaskan. Jika prosedur analitis
dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan adanya fluktuasi
yang tidak biasa, maka auditor perlu meminta informasi pada
manajemen. Tanggapan dari manajemen perlu dievaluasi dengan kritis,

6
apakah mampu menjelaskan mengenai fluktuasi tersebut dan mampu
menunjukkan bukti pendukungnya.
f. Mendesain dan Melakukan Pengujian Perincian Saldo Piutang Dagang
(Tahap III).
Tugas menggabungkan faktor-faktor penentu risikodeteksi terencana
cukupkompleks karena pengukuran untuk setiap faktor bisa saja salah
dan penentuan untuk setiap faktor sifatnya sangat subjektif. Sebaliknya,
hubungan antar faktor dan risiko deteksi terencana biasanya mudah
dilakukan.
Setelah memutuskan apakah bukti audit terencana untuk suatu tujuan
adalah tinggi, medium, atau rendah, auditor perlu memutuskan prosedur,
jumlah sampel, pilihan sampel, dan penetapan waktu audit yang tepat.
Tujuan dalam audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi
saldo akun yang dipengaruhi pleh siklus yang disajikan secara wajar sesuai SAK.
Terdapat perbedaan sifat dan arsip akun untuk industri jasa, perusahaan ritel dan
perusahaan asuransi namun dari konsep kunci / aturan dasarnya tetap sama. Lima
kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan :
1. Penjualan ( tunai atau kredit ).
2. Penerimaan Kas.
3. Return Penjualan dan pengurangan harga.
4. Penghapusan piutang tak tertagih.
5. Estimasi beban piutang tak tertagih.
Kelompok transaksi akun fungsi bisnis serta dokumen dan catatan terkait siklus penjualan dan
penagihan
No Kel transaksi Akun Fungsi Bisnis Dokumen dan catatan
1 Penjualan Penjualan Piutang  Pemrosesan  Permintaan pelanggan
Dagang pesanan pelanggan  Pesanan penjualan
 Pemberian kredit  Pesanan pelanggan atau
 Pengiriman barang pesanan penjualan
 Penagihan  Dokumen pengiriman
pelanggan dan  Faktur penjualan

7
mencatat penjualan  Arsip transaksi
penjualan
 Jurnal dan daftar
penjualan
 Jurnal atau daftar
penjulaan
 Arsip utama piutang
dagang
 Neraca saldo piutang
dagang
 Laporan penagihan
bulanan
2 Penerimaan Kas Kas dibank ( debit Pemrosesan dan  Slip pembayaran
dari penerimaan Pencatatan  Daftar awal penerimaan
kas ) penerimaan kas kas
Piutang dagang  Arsip Transaksi
penerimaan kas
 Jurnal atau daftar
penerimaan kas
3 Return Return penjualan Pemrosesan dan  Memo kredit
penjualan dan dan pengurangan pencatatan return  Jurnal return penjualan
pengurangan harga piutang penjulan dan dan pengurangan harga
harga dagang pengurangan harga
4 Penghapusan Piutang dagang Penghapusan piutang  Formulir otorisasi
piutang tak penyisihan tak tertagih piutang tak tertagih
tertagih piutang tak
tertagih
5 Beban piutang Pembebanan piutang  Jurnal umum
tak tertagih tak tertagih
Siklus Penjualan dan penagihan terjadi ketika dimulai dengan sebuah
permintaan pelanggan dan berakhir dengan konversi bahan baku atau jasa

8
kedalam akun piutang dagang dan selanjutnya kedalam kas. Terdapat delapan
fungsi bisnis dalam siklus penjualan dan penagihan :
1) Pemrosesan pesanan pelanggan.
Menurut hukum permintaan pesanan pelanggan merupakan penawaran
untuk membeli barang dalam kondisi tertentu yang disepakati.
Penerimaan pesanan pelanggan sering kali mengakibatkan terciptanya
pesanan penjualan dengan segera. Permintaan pelanggan terhadap
barang mengawali seluruh siklus. Umumnya, merupakan sebuah
penawaran untuk membeli barang dengan aturan tertentu. Diterimanya
pesanan pelanggan seringkali langsung menimbulkan pesanan penjualan.
Dokumen dan catatan yang dibuat adalah pesanan pelanggan dan
pesanan penjualan.
2) Pemberian Kredit.
Praktek yang lemah dalam persetujuan kredit seringkali menimbulkan
piutang ragu-ragu berlebih dan piutang yang mungkin tidak tertagih.
Dalam beberapa perusahaan secara otomatis, komputer mengijinkan
proses penjualan berlanjut hanya ketika total pesanan penjualan yang
diterima ditambah saldo pelanggan adalah kurang dari batas kredit dalam
master file.
3) Penerimaan Barang.
Fungsi ini merupakan titik pertama dalam siklus penyerahan aset.
Dokumen pengiriman barang disiapkan pada saat pengiriman yang
dilakukan secara otomatis oleh komputer didasarkan pada informasi
pesanan penjualan. Dokumen ini merupakan beberapa salinan dari
dokumen pengiriman barang serta dapat digunakan untuk melakukan
penagihan yang tepat kepada  para pelanggan.
4) Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan.
Penagihan harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu dengan aspek
berikut yang merupakan hal terpenting dalam penagihan, yaitu Semua
pengiriman yang dilakukan telah ditagih (kelengkapan); Tidak ada

9
pengiriman yang ditagih lebih dari sekali (keterjadian); Masing-masing
ditagih dalam jumlah yang tepat (akurat).
Didalam sistem penagihan pelanggan merupakan salinan beberpa faktur
penjualan secara simultan memutakhiran arsip transaksi, arsip utama
akun piutang dagang, dan arsip utama jurnal umum dalam akun
penjualan dan piutang dagang. Dokumen-dokumen dalam penagihan
pelanggan dan pencatatan penjualan:
a) Faktur penjualan merupakan dokumen yang mendeskripsikan
kuantitas barang yang dijual, harga, biaya pengiriaman, asuransi dan
data terkait.
b) Arsip transaksi penjualan merupakan arsip yang dihasilakan oleh
komputer yang memasukan semua transaksi yang diproses dalam
sistem akuntasi.
c) Jurnal atau daftar penjualan merupakan sebuah daftar atau laporan
yang dihasilkan dari arsip transaksi penjualan yang mencakup nama
pelanggan, tanggal, dan klasifikasi akun atau transaksi.
d) Arsip utama akun piutang dagang merupakan arsip komputer yang
digunakan untuk mencatat penjualan, penerimaan kas serta return
penjualan dan pengurangan harga dan mencatat saldo akun piutang
dagang.
e) Neraca saldo akun piutang merupakan daftar atau laporan yang
menunjukan jumlah terutang dari pelanggan setiap waktu.
f) Laporan penagihan bulanan merupakan dokumen yang dikirimkan
kepada pelanggan yang berisi informasi saldo piutang.
5) Pemproses dan mencatat penerimaan Kas.
Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas termasuk penerimaan,
penyetoran, dan pencatatan kas. Dokumen-dokumen pendukung dalam
kegiatan ini antara lain :
a) slip pembayaran merupakan dokumen yang dikirimkan ke pelanggan
kemudian dikembalikan beserta pembayaranya.

10
b) daftar awal penerimaan kas merupakan daftar yang disusun ketika
kas diterima / dibayarkan dan dicatat dalam aku penjualan, piutang
dagang atau kas yang tidak terkait pada catatan akuntansi.
c) arsip transaksi penerimaan kas merupakan arsip dari komputer yang
mencakup semua transaksi penerimaan kas yang diproses oleh sistem
akuntansi pada periode tertentu.
d) jurnal atau daftar penerimaan kas merupakan daftar laporan yang
dihasilkan dari arsip transaksi penerimaan kas yang mencakup
transaksi pada waktu tertentu.
6) Pemrosesan dan pencatatan return penjualan dan pengurangan Harga.
Perusahaan menyusun laporan penerimaan untuk barang-barang yang
dikembalikan dan mengemmbalikannya kegudang penyimpanan. Return
penjulan dan pengurangan harga dicatat dalam arsip transaksi return
penjulan dan pengurangan harga serta yang ada dalam arsip utama
piutang dagang. Dokumen yang digunakan dalam proses ini :
a) memo kredit
b) jurnal retur penjualan dan pengurangan harga
7) Menghapus piutang tak tertagih.
Setelah menyimpulkan bahwa suatu jumlah tidak dapat ditagih maka
perusahaan harus menghapuskannya dan penghapusan itu dapat ditandai
dalam formulir otorisasi piutang tak tertagih.
8) Beban piutang tak tertagih.
Prinsip akuntansi mengharuskan perusahaan untuk mencatat beban
piutan tak tertagih sejumlah nilai tagihan yang diperkirakan tidak dapat
ditagih.

B. Mendesain Pengujian Perincisn Saldo.


Meskipun auditor menekankan akun-akun neraca dalam pengujian perincian
saldo, akun laporan laba/rugi tidak dilupakan karena akun laporan laba/rugi diuji
sebagai produk sampingan dari pengujian neraca. Konfirmasi atas piutang dagang
merupakan pengujian terpenting terhadap perincian piutang dagang. Prosedur

11
audit yang dipilih dan jumlah sampel sangat bergantung pada apakah bukti
terencana untuk tujuan tersebut tergolong rendah, medium, atau tinggi.

1. Piutang Dagang Ditambahkan secara Tepat dan Sesuai dengan Berkas


Utama dan Buku Besar.
Pada umumnya, pengujian atas piutang dagang dan cadangan kerugian
piutang dilakukan berdasarkan neraca saldo. Sebuah neraca saldo menyajikan
saldo piutang dagang pada tanggal neraca, termasuk data saldo piutang untuk
setiap pelanggan disertai perincian saldo untuk kurun waktu antara tanggal
penjualan dan tanggal neraca.
Biasanya, auditor melakukan pengujian atas informasi yang didapatkan
dari kecocokan perincian (detail tie-in) dalam neraca saldo, sebelum
melakukan pengujian lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
populasi yang diuji sama dengan buku besar dan piutang dagang pada berkas
utama.
Perluasan pengujian terhadap kecocokan perincian bergantung pada
jumlah rekening, tingkat pengujian atas berkas utama sebagai bagian dari uji
pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi, dan tingkat pengujian
yang dilakukan oleh auditor internal atau pihak independent lain sebelum
auditor.
2. Piutang Dagang Dicatat Sesuai Keberadaannya.
Ketika pelanggan tidak menanggapi konfirmasi, maka auditor perlu
memeriksa dokumen pendukung untuk mengecek pengiriman barang, juga
menguji bukti penerimaan kas selama masa tenggat (subsequent) untuk
mengetahui apakah pembayaran sudah dilakukan. Biasanya, auditor tidak
menguji dokumen pengiriman atau bukti penerimaan kas dalam sampel yang
dikonfirmasi, melainkan memperluas penggunaan dokumen tersebut sebagai
alternative bukti bagi konfirmasi yang tidak ditanggapi.
3. Piutang Dagang Dicatat secara Lengkap.
Bagi auditor, sulit untuk melakukan pengujian saldo rekening diluar
neraca saldo, kecuali bergantung perimbangan data piutang dagang di berkas

12
utama. Jika seluruh penjualan kepada pelanggan tidak dimasukkan dalam
jurnal penjualan, maka kurang saji pada piutang dagang tidak dapat diungkap
melalui pengujian perincian saldo.
Kurang saji atas penjualan dan piutang dagang lebih baik dideteksi dari
prosedur analitis dan pengujian substantive atas transaksi pengiriman yang
dilakukan, tetapi tidak dicatat (tujuan kelengkapan atas pengujian transaksi
penjualan).
4. Akurasi Piutang Dagang.
Konfirmasi rekening yang diambildari neraca saldo merupakan bentuk
pengujian perincian saldo yang paling umum dilakukan untuk mengetahui
akurasi piutang dagang. Auditor melakukan pengujian debet kredit pada saldo
pelanggan individu dengan memeriksa dokumen pendukung untuk pengiriman
dan penerimaan kas.
5. Piutang Dagang Diklasifikasikan dengan Benar.
Auditor perlu mengecek apakah piutang yang sifatnya jangka panjang
sudah dipisahkan dari piutang dagang biasa, dan saldo kredit pada piutang
dagang yang jumlahnya besar diklasifikasikan kembali menjadi utang dagang.
Untuk mencapai tujuan audit terkait klasifikasi saldo, auditor harus
menetapkan apakah klien telah mengklasifikasikan piutang dagang secara
benar. Untuk memenuhi persyaratan penyajian dan pengungkapan, auditor
harus memastikan bahwa klasifikasi disajikan secara benar dengan
menentukan apakah transaksi antara pihak-pihak yang terkait dengan
perusahaan telah dicatat secara tepat dalam laporan keuangan selama
menyelesaikan tahapan audit.
6. Penetapan Pisah Batas (Cut off) Piutang Dagang secara Tepat.
Salah saji akibat pisah batas terjadi ketika transaksi dalam waktu berjalan
dicatat selama jeda waktu antara pembuatan pelaporan dan waktu audit, atau
sebaliknya. Tujuan pengujian pisah batas, tanpa memperhatikan jenis
transaksi, adalah untuk melihat apakah transaksi yang terjadi di akhir periode
akuntansi dicatat pada periode yang tepat.

13
Salah saji akibat penetapan pisah batas dapat terjadi pada penjualan, retur
dan cadangan barang dagangan,serta penerimaan kas. Untuk masing-masing
hal tersebut, auditor perlu melakukan tiga pendekatan dalam menetapkan
kewajaran pisah batas, yaitu:
a. menetapkan kriteria pisah batas yang tepat.
b. mengevaluasi apakah klien telah melakukan prosedur yang memadai
untuk menentukan tingkat kewajaran pisah batas.
c. menguji apakah pisah batas yang ditetapkan adalah tepat.
7. Pisah Batas Penjualan.
Beberapa perusahaan mencatat faktur pada saat perpindahan kepemilikan,
yang dapat terjadi sebelum pengiriman (seperti kasus barang yang diproduksi
khusus), pada saat memulai pengiriman, atau selama pengiriman berlangsung.
Agar pengukuran dilakukan secara tepat pada periode berjalan, maka metode
yang digunakan harus mengikuti Prinsip Akuntansi Berterima Umum
(PABU).
Jika klien menerbitkan dokumen pengiriman secara urut nomor, maka
auditor akan sangat mudah mengevaluasi dan menguji pisah batasnya. Jika
pengiriman dilakukan oleh armada perusahaan, jika pencatatan pengiriman
tidak diberi nomor, dan jika orang yang melakukan pengiriman dan penagihan
tidak independen satu sama lain, maka auditor akan sulit memastikan bahwa
pisah batas yang ditetapkan adalah akurat.
Ketika pengendalian internal klien dianggap memdai, maka auditor
biasanya dapat melakukan verifikasi pisah batas dengan memeiksa nomor
dokumen pengiriman pada saat pengiriman terakhir di akhir periode, lalu
membandingkan nomor ini dengan pencatatan penjualan selama periode
berjalan dan periode jeda (subsequent).
8. Pisah Batas Retur dan Cadangan Penjualan.
GAAP mensyaratkan retur penjualan harus dibandingkan dengan
penjualan terkait jika jumlahnya material. Retur penjualan dicatat pada
periode akuntansi dimana transaksi ini terjadi, dengan asumsi yang hamper

14
sama, yaitu adanya saling hapus (offsetting) jumlah pada awal dan akhir
periode akuntansi.
Pendekatan ini dapat diterima selama jumlahnya tidak material. Jika
auditor yakin bahwa klien mencatat seluruh retr penjualan tepat pada
waktunya, maka pengujian pisah batas bisa dilakukan dengan mudah dan
langsung. Jika auditor melihat bahwa jumlah yang dicatat selama periode jeda
secara signifikan berbeda dari retur dan cadangan penjualan diawal periode
audit, maka mereka perlu melakukan penyesuaian.
9. Pisah Batas Penerimaan Kas.
Dalam audit, biasanya penentuan pisah batas penerimaan kas dianggap
tidak terlalu penting dibandingkan pisah batas untuk penjualan, retur, dan
cadangan penjualan. Pengujian untuk salah saji pisah batas penerimaan kas
(biasanya disebut holding the cash receipts book open) cukup mudah
dilakukan, yaitu dengan menelusuri bank.
Pada tingkat tertentu, auditor dapat mengandalkan konfirmasi atas piutang
dagang untuk menemukan salah saji pada pisah batas penjualan, retur, dan
cadangan penjualan, dan penerimaan kas.
10. Piutang Dagang Dinyatakan Dalam Nilai Terealisasi.
GAAP mensyaratkan perusahaan mencatat piutang dagang dalam jumlah
tertinggi yang dapat ditagih. Untuk menghitung cadangan, klien mengestimasi
jumlah total piutang dagang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Untuk
memulai evaluasi cadangan atas piutang tak tertagih, auditor menganalisis
hasil pengujian pengendalian mengenai kebijakan kredit klien. Jika kebijakan
kredit klien berubah secara signifikan, maka auditor harus berhati-hati dalam
mempertimbangkan dampak dari perubahan ini. Auditor sering kali
mengevaluasi kecukupan cadangan dengan memeriksa akun-akun jangka
panjang pada neraca saldo secara hati-hati untuk menentukan mana yang
belum dibayar setelah tanggal neraca.
Auditor menghadapi dua kesalahan yang biasa terjadi dalam mengevaluasi
cadangan dengan memeriksa saldo jangka panjang secara individu pada neraca
saldo. Pertama, mengabaikan tingkat kecukupan cadangan untuk akun jangka

15
pendek, meskipun beberapa akun ini jelas-jelas tidak tertagih. Kedua, sulit
untuk membandingkan hasil tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya
dalam basis yang tidak terstruktur.
11. Klien Berhak Atas Piutang Dagang.
Hak klien atas piutang dagang biasanya tidak menyebabkan masalah audit
karena piutang umumnya memang milik klien. Untuk mendapatkan informasi
mengenai keterbatasan hak klien atas piutangnya, auditor perlu mendiskusikan
dengan klien, melakukan konfirmasi ke bank, atau memeriksa kontrak utang
sebagai bukti bahwa piutang dagang dipakai sebagai jaminan, dan memeriksa
berkas korespondensi.
12. Penyajian dan Pengungkapan Piutang Dagang.
Untuk mengevaluasi kecukupan penyajian dan pengungkapan tersebut,
auditor perlu memiliki pemahaman SAK dan persyaratan penyajian dan
pengungkapan secara menyeluruh. Bagian penting dari evaluasi meliputi
keputusan apakah klien telah memisahkan hal-hal material yang memerlukan
pengungkapan terpisah dalam laporan keuangan.

C. Konfirmasi Piutang Dagang.


Menurut SA 330 konfirmasi adalah proses pemerolehan dan penilaian suatu
komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan
informasi tentang unsusr tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan
keuangan. Tujuan utama konfirmasi piutang dagang adalah untuk memenuhi
tujuan keberadaan, akurasi, dan pisah batas (cut off).
Standar auditing mensyaratkan konfirmasi piutang dagang dalam kondisi
normal PSA 07 (SA 330) menyebutkan tiga pengecualian terhadap persyaratan
konfirmasi tersebut, yaitu Piutang dagang jumlahnya tidak material; Auditor
mempertimbangkan bahwa konfirmasi merupakan bukti yang tidak efektif karena
tingkat respons yang rendah dan tidak dapat diandalkan; Kombinasi dari tingkat
risiko bawaan dan risiko pengendalian adalah rendah dan bukti subtansif lain
dapat diakumulasikan sebagai bukti yang cukup.

16
Auditor harus dapat memutuskan terlebih dahulu jenis konfirmasi yang
harus digunakan, seperti :
1. Konfirmasi positif (Positive Confirmation). Konfirmasi positif
merupakan konfirmasi yang repondennya diminta untuk menyatakan
persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang dinyatakan.
2. Formulir Konfirmasi Kosong (Blank Confirmation Form). Blank
confirmation merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk
mengisikan saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal
yang dinyatakan.
3. Konfirmasi Tagihan (Invoice Confirmation). Konfirmasi tagihan adalah
bentuk lain konfirmasi positif yang merupakan konfirmasi individual,
bukan saldo keseluruhan piutang pelanggan. Banyak pelanggan yang
menggunakan sistem voucher sehingga mereka bisa mengonfirmasi
tagihan individual, tetapi bukan informasi saldo keseluruhan.
4. Konfirmasi Negatif (Negative Confirmation). Konfirmasi negative
merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk memberikan
jawaban hanya jika ia menyatakan ketidak setujuannya terhadap
informasi yang dinyatakan. Bukti konfirmasi dapat memberikan bukti
yang reliable untuk semua asersi terutama asersi keberadaan atau
keterjadian.
Auditor berhak menentukan jenis konfirmasi yang digunakan, dan hal ini
sebaiknya berdasarkan fakta dalam audit. PSA 07 menyatakan bahwa konfirmasi
negatif dapat dilakukan hanya jika tiga kondisi berikut dipenuhi yaitu, Piutang
dagang terdiri dari sejumlah besar akun bersaldo kecil; Kombinasi antara risiko
pengendalian dan risiko bawaan adalah rendah; dan Jika diyakini bahwa penerima
konfirmasi tidak mengabaikan konfirmasi yang diminta.
Biasanya, jika konfirmasi negatif dilakukan, maka auditor akan memberikan
penekanan pada efektivitas pengendalian internal, pengujian subtansif atas
transaksi dan prosedur analitis sebagai bukti kewajaran piutang dagang, dan
mengasumsikan bahwa mayoritas penerima konfirmasi akan membaca dengan
saksama dan merespons permintaan konfirmasi. Konfirmasi negatif biasanya

17
digunakan untuk audit rumah sakit, toko ritel, bank, dan industri lain yang piutang
dagangnya berhubungan dengan masyarakat umum.
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi diperoleh saat
konfirmasi tersebut dikirimkan sesegera mungkin setelah penutupan tanggal
neraca. Dengan ini auditor dapat menguji secara langsung saldo piutang dagang
dari laporan keuangan tanpa perlu memperhatikan transaksi yang terjadi antara
tanggal konfirmasi dan tanggal neraca. Auditor cenderung mempertimbangkan
faktor-faktor lain dalam mengambil keputusan, termasuk materialitas dari piutang
dagang dan keberadaan tuntutan hukum karena dapat menyebabkan kemungkinan
kebangkrutan klien dan risiko sejenisnya.
Jumlah Sampel, faktor utama yang memengaruhi jumlah sampel dalam
melakukan konfirmasi piutang dagang terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu
Salah saji yang dapat diterima; Risiko yang tak terhindarkan (ukuran relatif dari
total piutang dagang, jumlah akun, hasil pengujian tahun sebelumnya, dan
ekspetasi salah saji); Risiko pengendalian; Risiko deteksi yang diperoleh dari
pengujian subtansif lainnya; dan Tipe konfirmasi (konfirmasi negatif biasanya
membutuhkan sampel lebih banyak).
Beberapa bentuk stratifikasi diinginkan oleh kebanyakan konfirmasi.
Pendekatan kas ke stratifikasi akan mempertimbangkan kedua ukuran dollar
rekening individu dan panjang waktu rekening telah tertunda sebagai basis untuk
pemilihan saldo untuk konfirmasi.
Auditor tetap perlu melakukan pengendalian konfirmasi hingga
dikembalikan dari pelanggan. Jika ada klien yang membantu auditor harus
melakukan pengawasan ketat. Alamat pengembalian harus dicantumkan dalam
seluruh amplop untuk memastikan agar surat yang tidak ditemukan alamatnya
akan terkirim pada kantor akuntan publik (KAP). Langkah ini diperlukan untuk
memastikan independensi komunikasi antara auditor dan pelanggan.
Jika menggunakan konfirmasi positif, PSA 07 mensyaratkan prosedur tindak
lanjut bila terdapat konfirmasi yang tidak ditanggapi.  Biasanya dilakukan
pengiriman kedua atau ketiga. Jika pelanggan tetap tidak mengembalikan surat
konfirmasi, maka diperlukan prosedur alternatif. Tujuan alternatif itu sendiri

18
menentukan tanpa konfirmasi apakah aun yang tidak dijawab memang benar ada
dan disajikan dengan benar pada tanggal konfirmasi.
Bukti penerimaan kas pada masa tenggat sampai dengan tanggal konfirmasi
meliputi pemeriksaan bukti pengiriman, jurnal penerimaan kas, atau bahkan
mungkin kredit yang terjadi selama masa tenggat pada berkas utama piutang
dagang.
Sangat berguna untuk mengecek penerbitan faktur penjualan aktual dengan
tanggal penagihan actual. Dokumen ini diperlukan untuk mengetahui apakah
pengiriman benar-benar dilakukan dan juga sebagai pengujian pisah batas (cut
off). Auditor tidak perlu menjadikan korespondensi sebagai bagian dari prosedur
alternatif, tetapi korespondensi dapat digunakan untuk menemukan piutang yang
diragukan atau bermasalah namun tidak ditemukan dengan cara lain.
Ketika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan sangat perlu
karena untuk menentukan alasan adanya perbedaan yang dilaporkan. Adanya
perbedaan pemilihan waktu antara klien dan pelanggan karena digunakan untuk
membedakan adanya kesalahan di saldo rekening piutang. Jenis perbedaan yang
umum dilaporkan di dalam konfirmasi meliputi:
a. Pembayaran Telah Dilakukan. Perbedaan yang dilaporkan biasanya
muncul ketika pelanggan melakukan pembayaran sebelum tanggal
konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembayaran pada waktunya
untuk pencatatan sebelum tanggal konfirmasi. Kejadian seperti itu harus
secara hati-hati diselidiki untuk menentukan kemungkinan kesalahan
penerimaan tunai jalan pintas penumpukan atau pencurian tunai.
b. Barang-Barang Belum Diterima. Perbedaan ini biasanya menghasilkan
sebab arsip klien yang penjualan di tanggal pengiriman dan arsip
pelanggan yang didapatnya ketika barang-barang diterima. Waktu ketika
barang dalam masa pengiriman menyebabkan perbedaan laporan tanggal
penerimaan barang atau salah saji akibat pisah batas pada catatan
pelanggan.

19
c. Barang-Barang Telah Dikembalikan. Kegagalan klien untuk mencatat
memo kredit bisa mengakibatkan perbedaan pemilihan waktu atau
pencatatan retur penjualan dan pengurangan harga yang tidak pantas.
d. Kesalahan Pekerjaan Klerk dan Memperdebatkan Jumlah. Jenis
perbedaan yang dilaporkan dalam arsip klien adalah ketika pelanggan
menyatakan adanya kesalahan dalam harga barang-barang,barang rusak,
kuantitas barang-barang yang seharusnya tidak diterima, dan sebagainya.
Perbedaan ini harus diselidiki untuk menentukan apakah klien salah dan
berapa jumlah kesalahannya.
Setiap salah saji harus dianalisis untuk menentukan apakah hal ini konsisten
atau tidak konsisten dengan tingkat yang ditetapkan dalam risiko pengendalian.
Jika terdapat jumlah salah saji yang signifikan dan tidak konsisten dengan
evaluasi risiko pengendalian, maka perlu dilakukan revisi terhadap evaluasi dan
mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap audit.
Meskipun jumlah salah saji dalam sampel tidak signifikan dalam
mempengaruhi laporan keuangan, auditor perlu mempertimbangkan jika salah saji
itu menjadi material dalam populasi. Auditor harus selalu mengevaluasi kondisi
kualitatif dari salah saji yang ditemukan dalam sampel, tanpa memperhatikan
nominal salah saji populasi yag diestimasi.

D. Mengembangkan Pengujian atas Program Audit Perinci.


Panduan dalam memutuskan seberapa luas pengujian perincian saldo, yaitu
Salah saji yang dapat diterima; Risiko audit yang dapat diterima; Risiko bawaan;
Risiko pengendalian; Pengujian substantif atas hasil transaksi; Prosedur analitis;
dan Risiko deteksi terencana dan bukti audit terencana.
Program Audit untuk Pengujian Perincian Saldo-Siklus Penjualan dan
Penagihan (Format Kinerja):
1. Menelaah neraca saldo piutang dagang untuk piutang yang saldonya
besar atau tidak lazim.

20
2. Membuat prosedur analitis yang diindikasikan dalam skedul audit ke
depan (tidak termasuk) dan menindaklanjuti setiap perubahan penting
dari tahun sebelumnya.
3. Menelaah piutang dalam daftar neraca saldo untuk wesel dan piutang
pada pihak terkait.
4. Melakukan tanya jawab dengan manajemen apakah ada piutang kepada
pihak terkait, wesel, atau piutang jangka panjang yang termasuk dalam
neraca saldo.
5. Menelaah notulensi rapat pimpinan dan melakukan tanya jawab dengan
manajemen jika ada piutang yang dijaminkan.
6. Menelusuri akun-akun dari neraca saldo ke piutang dagang untuk
menghitung umur piutang dan saldonya.
7. Menjumlah ke bawah saldo dari dua halaman neraca saldo pada kolom
perhitungan umur piutang dan saldo, menghitung total keseluruhan, dan
menghitung ke samping saldo perhitungan umur piutang.
8. Menelusuri saldo ke buku besar.
9. Menelusuri akun-akun dari berkas utama piutang dagang ke neraca
saldo.
10. Melakukan konfirmasi positif atas piutang dagang dan melakukan
pengambilan sampel acak terhadap sisanya.
11. Melakukan prosedur alternatif untuk seluruh konfirmasi yang tidak
ditanggapi pada permintaan kedua.
12. Mendiskusikan bagaimana kecenderungan kolektibilitas dari tagihan-
tagihan lama dengan manajer kredit. Menguji penerimaan kas selama
masa tenggang dan berkas kredit pada tagihan jatuh tempo lebih dari 90
hari dan melakukan evaluasi apakah piutang dagang tersebut masih bisa
tertagih.
13. Melakukan evaluasi apakah cadangan mencukupi setelah melakukan
prosedur audit untuk penagihan piutang dagang.
14. Memilih transaksi-transaksi terakhir atas penjualan dari jurnal penjualan
tahun berjalan dan transaksi-transaksi pertama selama masa jeda tahun

21
berjalan dan menelusurinya ke dokumen pengiriman, serta memeriksa
tanggal pengiriman aktual dan tanggal pencatatan yang benar.
15. Menelaah retur dan cadangan penjualan yang saldonya besar sebelum
dan setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah dicatat pada
periode yang tepat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan dalam audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi
saldo akun yang dipengaruhi pleh siklus yang disajikan secara wajar sesuai SAK.
Terdapat perbedaan sifat dan arsip akun untuk industri jasa, perusahaan ritel dan
perusahaan asuransi namun dari konsep kunci / aturan dasarnya tetap sama. Lima
kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan, yaitu Penjualan ( tunai
atau kredit ), Penerimaan Kas, Return Penjualan dan pengurangan harga,
Penghapusan piutang tak tertagih, dan Estimasi beban piutang tak tertagih.
Meskipun auditor menekankan akun-akun neraca dalam pengujian perincian
saldo, akun laporan laba/rugi tidak dilupakan karena akun laporan laba/rugi diuji
sebagai produk sampingan dari pengujian neraca. Konfirmasi atas piutang dagang
merupakan pengujian terpenting terhadap perincian piutang dagang. Prosedur
audit yang dipilih dan jumlah sampel sangat bergantung pada apakah bukti
terencana untuk tujuan tersebut tergolong rendah, medium, atau tinggi.
Menurut SA 330 konfirmasi adalah proses pemerolehan dan penilaian suatu
komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan
informasi tentang unsusr tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan
keuangan. Tujuan utama konfirmasi piutang dagang adalah untuk memenuhi
tujuan keberadaan, akurasi, dan pisah batas (cut off).

22
Panduan dalam memutuskan seberapa luas pengujian perincian saldo, yaitu
Salah saji yang dapat diterima; Risiko audit yang dapat diterima; Risiko bawaan;
Risiko pengendalian; Pengujian substantif atas hasil transaksi; Prosedur analitis;
dan Risiko deteksi terencana dan bukti audit terencana.

DAFTAR PUSTAKA

https://tugaskuliahlagi.blogspot.com/2016/04/makalah-siklus-penjualan-dan-
penagihan.html.

23

Anda mungkin juga menyukai