Anda di halaman 1dari 18

PAPER GEOMETRI JALAN RAYA

Perancangan Penampang Melintang Jalan Tol


Dalam Kota yang Optimal

Studi Kasus pada Jalan Tol di Kota Pekalongan dan Kondisi Exit Tol
Setono-Sokoduwet, Pekalongan

Dosen Pengampu,
Ir. Supriyono, MT.

Disusun oleh,
Panca Edi Kurniawan (21010118140156) - Kelompok C5

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia yang
dilimpahkan kepada saya, sehingga Paper Geometri Jalan Raya ini dapat diselesaikan dengan
baik.

Paper Geometri Jalan Raya ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Geometri
Jalan Raya. Dalam setiap proses penyelesaian Paper Geometri Jalan Raya ini saya telah
menerima bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami selaku mahasiswa yang termasuk
ke dalam kelompok C5 ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Djoko Purwanto,, MS. Selaku Koordinator Pengampu Mata Kuliah GJR
2. Ir. Supriyono, MT. selaku Dosen Pembimbing Kelompok C5 Tugas Paper GJR
3. Serta semua pihak yang turut membantu dalam proses Paper Geometri Jalan Raya ini.

Kami menyadari bahwa Paper Geometri Jalan Raya yang saya buat masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangatlah kami
harapkan.

Akhir kata, kami berharap agar Paper Geometri Jalan Raya yang saya susun ini dapat
bermanfaat bagi penyusun dan khususnya bagi pembaca pada umumnya serta kemajuan bagi
almamater kita.

Pekalongan, 13 Mei 2020

Panca Edi Kurniawan

21010118140156

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................................vi

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3. Tujuan.................................................................................................................. 2

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

2.1. Jalan Tol .............................................................................................................. 3

2.2. Penampang Melintang ......................................................................................... 4

BAB III : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

3.1. Perancangan Penampang Melintang Jalan Tol yang Optimal ............................. 5

3.2. Kondisi Jalan Tol di Kota Pekalongan ................................................................ 6

3.3. Kondisi exit Tol di Kota Pekalongan. (exit tol setono-sokoduwet) .................... 7

3.4. Kondisi Perancangan Penampang Melintang di Jalan Tol Kota Pekalongan ..... 7

iii
BAB IV : PEMBAHASAN

4.1. Perancangan Penampang Melintang Jalan Tol yang Optimal ............................. 8

4.2. Kondisi Jalan Tol di Kota Pekalongan ................................................................ 9

4.3. Kondisi exit Tol di Kota Pekalongan. (exit tol setono-sokoduwet) .................. 10

4.4. Kondisi Perancangan Penampang Melintang di Jalan Tol Kota Pekalongan ... 10

BAB V : KESIMPULAN ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Lebar Lajur dan Lebar Bahu Jalan Tol .................................................................... 8

Tabel 4.2. Perencanaan Median Jalan Tol ................................................................................ 9

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Tipikal Rumaja, Rumija, dan Ruwasja jalan bebas hambatan untuk jalan tol….5

Gambar 3.2. Tipikal Potongan Melintang Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol ................. 5

Gambar 3.3. Skema Jalan Tol Brebes-Semarang ..................................................................... 6

Gambar 3.4. Kondisi Gerbang Tol Pekalongan ........................................................................ 6

Gambar 3.5. Kondisi Exit Tol Setono-Sokoduwet ................................................................... 7

Gambar 3.6. Tipikal melintang jalan utama, daerah galian, dan daerah timbunan Tol............ 7

Gambar 4.1. Kemiringan melintang 2 arah pada tiap jalur ...................................................... 8

Gambar 4.2. Kemiringan melintang 1 arah pada tiap jalur ...................................................... 9

Gambar 4.3. Median Concrete Barrier dengan tipe High ......................................................... 9

Gambar 4.4. Median yang Ditinggikan .................................................................................. 10

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain adalah suatu kebutuhan
primer yang terjadi secara terus menerus dan tidak dapat dihindari. Karena hal ini,
prasarana tranportasi menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan
kesuksesan bertransportasi. Salah satunya adalah jalan tol atau sering disebut freeway
maupun jalan bebas hambatan.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan tingkat kepadatan
penduduk yang cukup tinggi. Kenaikan laju pertumbuhan penduduk tak hanyaterjadidi
ibu kota DKI Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, laju pertumbuhan
penduduk di provinsi laindi pulau Jawa pun ikut mengalami kenaikan, sebagai contoh
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2000 –2010 memiliki laju pertumbuhan penduduk
sekitar 0.37 per tahun, pada tahun 2010 –2015 sekitar 0.81 per tahun (Data Badan Pusat
Statistik), angka tersebut menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah penduduk tiap
tahunnya.
Hal tersebut berpengaruh pada makin terbatasnya ruang gerak di
lingkunganumumsehinggamakin sering dijumpai kondisi jalanan yang mengalami
kemacetan merupakan salah satu dampak langsung dari kenaikan laju pertumbuhan
penduduk.
Melihat permasalahan yang terjadi di lapangan, pemerintah tak tinggal diam.
Pemerintah berupaya mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yaitu
salah satunya dengan membangun jalan tol sebagai sarana untuk mengurangi
kemacetan.
Salah satu proyek pembangunan jalan tol yang dapat mengurai kemacetan adalah
Proyek Tol Trans Jawa yang merupakan jaringan jalan tol yang dapat menghubungkan
kota-kota di pulau Jawa. Jalan tol ini dapat menghubungkan dua kota terbesar di
Indonesia yaitu Jakarta dan Surabaya sepanjang -/+ 1.000 kilometer. Jalan Tol Trans
Jawa terbagai menjadi 3 ruas utama yaitu ruas Utara, ruasTengah dan ruas Selatan.
Pada ruas Utara yang menghubungkan Jakarta –Semarang, pada tahun 2010 –2016

1
pengerjaanya baru mencapai titik Tol Kanci–Pejagan–Brebes Timur. Kemudian, yang
baru-baru ini dibangun adalah Tol Pejagan yang berada di Kabupaten Brebes hingga
Semarang, yang melintasi Kota dan Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan,
Batang, Kendal, dan Kota Semarang dengan total panjang jalan tol 171.5 km
Dalam makalah ini, akan dibahas perancangan jalan tol kota pekalongan yang
semula tidak ada pintu tol di kota tersebut karena kebijakan pemerintah pusat, dan
akhirnya pemerintah kota Pekalongan membangun interchange sendiri dengan dana
daerah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana perencanaan penampang melintang jalan tol yang optimal?
2. Bagaimana kondisi jalan tol di kota Pekalongan?
3. Bagaimana kondisi exit jalan tol di kota pekalongan? (exit setono-sokoduwet)
4. Bagaimana kondisi perancangan penampang melintang di jalan tol kota
pekalongan? Apakah perlu pembenahan dalam waktu dekat?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui perencanaan penampang melintang jalan tol yang optimal.
2. Mengetahui kondisi jalan tol di kota Pekalongan.
3. Mengetahui kondisi exit jalan tol di kota pekalongan. (exit setono-sokoduwet)
4. Mengetahui kondisi perancangan penampang melintang di jalan kota
pekalongan.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Jalan Tol


Jalan Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan
sebagai rasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Sedangkan tol adalah
sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pengguna jalan tol (UU No.38/2004).
Dalam pasal 43 (UU No.38/2004), jalan tol diselenggarakan untuk :
1. Memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang.
2. Meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang dan jasa guna
menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi.
3. Meringankan beban dana pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan.
4. Meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan.
Pengguna tol dikenakan kewajiban membayar tol yang digunakan untuk
pengembalian investasi, pemeliharaan dan pengembangan jalan tol. Keberadaan jalan
tol diharapkan secara langsung dapat mengurangi beban lalu lintas, kemacetan yang
terjadi di jalan umum dan mengurangi polusi udara akibat kendaraan berjalan lambat
atau macet.
Jalan tol memiliki peran strategis baik untuk mewujudkan pemerataan
pembangunan maupun untuk pengembangan wilayah. Pada wilayah yang tingkat
perekonomiannya telah maju, mobilitas orang dan barang umumnya sangat tinggi
sehingga dituntut adanya sarana perhubungan darat atau jalan dengan mutu yang andal.
Tanpa adanya jalan dengan kapasitas cukup dan mutu yang andal, maka dipastikan lalu
lintas orang maupun barang akan mengalami hambatan yang pada akhirnya
menimbulkan kerugian ekonomi.

2.2 Penampang Melintang

Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu


jalan. Pada potongan melintang jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan. Bagian-bagian
jalan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

3
1. Jalur Lalu-Lintas
Jalur lalu-lintas (travelled way/carriage way) adalah keseluruhan bagian
perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu-lintas kendaraan. Jalur lalu-lintas terdiri
dari beberapa lajur (lane) kendaraan. Lajur kendaraan adalah bagian dari jalur lalu-lintas
yang khusus diperuntukkan untuk dilewati oleh satu rangkaian kendaraan baik itu
beroda empat atau lebih dalam satu arah. Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar
kendaraan ditambah dengan ruang bebas antara kendaraan yang besarnya sangat
ditentukan oleh keamanan dan kenyamanan yang diharapkan. Makin tinggi kecepatan
rencana suatu jalan maka makin lebar juga lajur lalu lintas yang dibutuhkan.

2. Bahu Jalan
Bahu jalan terletak berdampingan dengan jalur lalu-lintas. Fungsi utama bahu
jalan adalah untuk melindungi bagian utama jalan

3. Median
Fungsi utama median adalah untuk memisahkan dua jurusan arus lalu-lintas
demi keamanan dan keselamatan lalu-lintas.

4. Saluran Samping
Saluran samping berguna untuk mengalirkan air dari permukaan perkerasan
jalan ataupun dari bagian luar jalan dan menjaga supaya konstruksi jalan selalul berada
dalam keadaan kering tidak terendam air.

5. Talud/Kemiringan Lereng
Talud jalan umumnya dibuat 2H : 1V, tetapi untuk tanah-tanah yang mudah
longsor talud jalan harus dibuat sesuai dengan besarnya landai aman, yang besarnya
diperoleh dari perhitungan kestabilan lereng.

6. Pengaman Tepi
Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan. Jika
terjadi kecelakaan dapat mencegah kendaraan keluar dari badan jalan.

4
BAB III
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

3.1 Perancangan Penampang Melintang Jalan Tol yang Optimal


Komposisi penampang melintang jalan bebas hambatan untuk jalan tol terdiri
dari: jalur lalu lintas, median dan jalur tepian, bahu, rel pengaman, saluran samping,
lereng/talud.

Gambar 3.1. Tipikal Rumaja, Rumija, dan Ruwasja jalan bebas hambatan untuk jalan tol

Gambar 3.2. Tipikal potongan melintang jalan bebas hambatan untuk jalan tol di atas tanah (at grade)

5
3.2 Kondisi Jalan Tol di Kota Pekalongan
Jalan tol ini dibangun dengan target bisa digunakan pemudik pada lebaran 2017,
meskipun belum dilapisi aspal. Pembebasan lahan awalnya ditargetkan selesai pada
Desember 2016, tetapi karena beberapa kendala, target pembebasan lahan mundur ke
Januari 2017.

Gambar 3.3. Skema Jalan Tol Brebes-Semarang

Pada tanggal 9 November 2018, sebagian dari Seksi I Tol Pemalang-Batang


yakni segmen Sewaka-SS Pemalang diresmikan Presiden Joko Widodo bersamaan
dengan peresmian Jalan Tol Pejagan-Pemalang Seksi III dan IV (Brebes Timur-
Sewaka).Sementara sebagian lain dari Seksi I yakni segmen SS Pemalang-Pekalongan,
serta Seksi II (Pekalongan-Batang) diresmikan pada tanggal 20 Desember 2018.

Gambar 3.4. Kondisi Gerbang Tol Pekalongan

6
3.3 Kondisi exit Tol di Kota Pekalongan. (exit tol setono-sokoduwet)
Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng),
mengalihfungsikan 508 hektare lahan pertanian. Di sepanjang simpang susun tak
sebidang (Interchange) Setono. Rencana tersebut awalnya menuai penolakan dari buruh
tani terdampak, namun setelah proses negosiasi dan penyuluhan, penduduk setempat,
khususnya buruh petani sudah bersedia untuk dilakukan konstruksi proyek.

Gambar 3.5. Kondisi Exit Tol Setono-Sokoduwet

3.4 Kondisi Perancangan Penampang Melintang di Jalan Tol Kota Pekalongan

Gambar 3.6. Tipikal melintang jalan utama, daerah galian, dan daerah timbunan Tol Pekalongan

7
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perancangan Penampang Melintang Jalan Tol yang Optimal


1. Lajur Jalan Tol dan Bahu Jalan Tol
Lebar lajur dan lebar bahu jalan ditentukan berdasarkan lokasi jalan tol
dan kecepatan rencana. Lebar lajur dan bahu jalan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 4.1. Lebar Lajur dan Lebar Bahu Jalan Tol

Kemiringan melintang jalur lalu lintas dapat dilakukan secara 1 (satu)


arah atau 2 (dua) arah untuk masing-masing jalurnya, seperti diilustrasikan
pada Gambar 3.3 dan 3.4 berikut

Gambar 4.1. Kemiringan melintang 2 arah pada tiap jalur

8
Gambar 4.2. Kemiringan melintang 1 arah pada tiap jalur

2. Median Jalan Tol


Median atau pemisah tengah merupakan bangunan yang berfungsi
memisahkan arus lalu lintas berlawanan arah dan ada tiga tipe standar median
yang dapat digunakan:
- Median Concrete Barrier, yaitu penghalang memanjang yang berfungsi
sebagai pengaman. Median concrete barrier ada 2 jenis yaitu tipe
standar dengan tinggi 32” ( 81,28 cm ) dan tipe “high” dengan tinggi
42” ( 106,68 cm ).

Gambar 4.3. Median Concrete Barrier dengan tipe High

- Median yang diturunkan, yaitu median yang dibuat lebih rendah dari
permukaan jalur lalu lintas. Median yang diturunkan harus mengikuti
ketentuan sebagai berikut:

9
o Dipasang apabila lebar lahan yang disediakan untuk median lebih
besar atau sama dengan 5,0 m
o Kemiringan permukaan median antara 6% -15 %, dimulai dari sisi
luar ke tengah-tengah median dan secara fisik berbentuk cekungan.
o untuk jalan tol di daerah perkotaan, median yang diturunkan tidak
diperbolehkan, harus datar sebagai ruang terbuka hijau dan/ atau
ruang untuk pelebaran lajur tambahan di masa yang akan datang.
o detail potongan dan penempatan median yang direndahkan dalam
potongan melintang jalan dapat dilihat pada Gambar 3.6

Gambar 4.4. Median yang Diturunkan

Tabel 4.2. Perencanaan Median Jalan Tol

10
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis Jalan Tol Pekalongan dapat disimpulkan bahwa untuk komposisi
penampang melintang pada Jalan Tol Pekalongan di daerah normal :

1. Jalur lalu lintas : 4/2D (@ 3,5 m, dengan ketentuan lebar jalur minimum jalan tol dalam
kota adalah 3,5 m)
2. Median : median yang digunakan adalah median Concrete Barrier, yaitu penghalang
memanjang yang berfungsi sebagai pengaman. Median concrete barrier ada 2 jenis yaitu
tipe standar dengan tinggi 32” (81,28 cm) dan tipe “high” dengan tinggi 42” (106,68
cm).
3. Jalur tepian : terdapat jalur tepian dengan lebar 1,5 m pada sisi kanan dan kiri median.
4. Bahu jalan : lebar bahu jalan 3 m dengan perkerasan 50 cm (sesuai ketentuan Geometri
Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol No. 007/BM/2009).
5. Kemiringan bahu jalan 4%, karena material perkerasan bahu jalan tidak sama dengan
perkerasan jalur lalu lintas dengan kemiringan 2%.
6. Pada tepi bahu jalan diperlengkapi dengan rel pengaman (guard rall).
7. Terdapat saluran saluran samping untuk mengalirkan air yang ada di jalan.

Sehingga pembutan penampang jalan sudah sesuai dengan peraturan Geometri Jalan Bebas
Hambatan untuk Jalan Tol No. 007/BM/2009.

11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI). Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. 2009. Geometri Jalan Bebas Hambatan
untuk Jalan Tol No. 007/BM/2009. Jakarta.

https://www.posjateng.id/warta/508-hektare-sawah-kota-pekalongan-akan-beralih-fungsi-b1XkK9bUp

https://www.gridoto.com/read/221272757/antrian-panjang-mulai-terlihat-di-gerbang-tol-batang-
pekalongan-udah-pada-liburan-neh

https://jateng.tribunnews.com/2019/05/31/arah-menuju-tol-trans-jawa-interchange-setono-pekalongan-
ditutup-pemudik-dialihkan-ke-jalan-pantura

12

Anda mungkin juga menyukai