Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

UJI ANGKA KAPANG / KAMIR

UNTUK MEMENUHI TUGAS MIKROBIOLOGI

DISUSUN OLEH

VIDYA PUTRI YUANANDA (194106)

1B FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN RS DR. SOEPRAOEN

Jalan Sudanco Supriadi No.22 Sukun – Kota Malang

Telp. (0341) 351275

Website :http://www.poltekkes-soepraoen.ac.id

Email :informasi@poltekkes-soepraoen.ac.id
KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr.Wb

Syukur Alhamdulillah penulis ucap kehadiran Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Praktikum Mikrobiologi.

Penulisan Laporan PraktikumMikrobiologi merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah mikrobiologi di POLTEKKES RS dr. Soepraoen KESDAM
V BRAWIJAYA .

Dalam hal penulisan ini mengucapkan terimakasih kepada dosen selaku pembimbing dan
Pembina mata kuliah mikrobiologi. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan baik
berupa moral maupun materil, rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan dorongan
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya laporan ini jauh dari kesempurnaan . Dalam menyusun
laporan ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan baik dari segi isi maupun cara
penulisannya. Untuk itu penulismengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap mudah-mudahan laporan yang penulis susun ini ada manfaatnya
bagi pembaca yang khususnya bagi penulis.

Malang,1 Juni 2020

Penulis
TATA TERTIB

PRAKTIKUM DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

1. Setiap orang yang akan masuk ke laboratorium, sebelumnya harus mendapat ijin dari
petugas laboratorium dan mengisi daftar hadir/buku pengguna lab.
2. Petugas laboratorium harus memberikan induksi keselamatan terlebih dahulu kepada
orang-orang yang baru masuk ke dalam laboratorium.
3. Kenali jenis bahaya dan risiko , kimia, biologi, listrik, ergonomic, kebakaran,
kejatuhan.
4. Gunakan jas Lab setiap akan memulai bekerja di laboratorium (untuk dosen, laboran,
dan praktikan)
5. Gunakan alat pelindung diri (APD), seperti : kacamata keselamatan/googles, sepatu
tertutup, sarung tangan/gloves, pelindung telinga (jika bekerja dalam kebisingan),
pelindung wajah, rambut diikat. Serta dilarang memakai sandal dan sepatu sandal
6. Pastikan sarung tangan yang digunakan sesuai dengan bahan kimia yang digunakan.
7. Pengguna Laboratorium (Dosen, Mahasiswa, Laboran, Peneliti) dilarang Makan dan
Minum di seluruh ruangan laboratorium. Bila perlu dilakukan kegiatan makan dan
minum di laboratorium dalam rangka praktikum atau penelitian, maka harus
dilakukan di bawah pengawasan oleh dosen yang bersangkutan dan dilakukan di area
yang ditetapkan.
8. Dilarang memakai kosmetik/berdandan, merokok, menggunakan kontak lensa
(terutama saat dekat dengan bahan-bahan yang mudah terbakar), menggunakan
perhiasan.
9. Dilarang berlari-larian dan bercanda di dalam laboratorium.
10. Bekerja dengan bahan kimia karsinogenik, toksik, dan embriotoksin, cryogenic,
herbisida/pestisida, peroxide, bahan kimia yang sensitive terhadap bahan organic dan
goncangan, sianida, asam fluoride dan tabung gas harus selalu mengacu pada MSDS
(Material Safety Data Sheet)
11. Jangan memipet larutan dengan menggunakan mulut, gunakanlah alat pipet mekanis
secara hati-hati
12. Ikuti semua prosedur penggunaan alat dan jangan gunakan peralatan atau instrument
apapun tanpa adanya pengawasan dari supervisor/dosen dan laboran, saat
menggunakan peralatan apapun di laboratorium.
13. Matikan semua peralatan listrik bila tidak digunakan.
14. Semua peralatan yang harus ditinggalkan menyala semalaman harus diberi label serta
dituliskan nama dan nomor telepon yang bisa dihubungi (diletakkan di sekitar alat dan
dipintu masuk laboratorium)
15. Pengguna lab harus melakukan “house keeping” yang baik, yaitu :
Menjaga kebersihan lantai dan jaga agar tetap kering
Jaga kebersihan dan kerapihan meja lab : bahan kimia dan peralatan yang tidak
digunakan jangan disimpan di atas meja lab.
Bersihkan tempat kerja dan peralatan setelah digunakan.
Pelihara kebersihan dan kerapihan bagian dalam dan sekitar lemari asam.
Amati semua tanda-tanda keselamatan setiap saat.
Bila meninggalkan laboratorium, matikan semua peralatan yang telah digunakan.
16. Cucilah kulit dengan air mengalir bila terkontaminasi oleh asam atau basa (jika perlu
mintalah pertolongan dokter)
17. Mata yang terkena bahan kimia harus dibilas dengan air mengalir selama 15 menit
dan perlu dicari pertolongan dokter secepatnya.
18. Segala tumpahan harus dilaporkan pada supervisor dan ditangani secepatnya. Material
harus segera dibersihkan dan disediakan tempat pembuangan untuk gelas dan
material.
19. Cucilah tangan dan bukalah jas lab setelah menyelesaikan pekerjaan di laboratorium
(dosen, laboran, praktikan) sebelum meninggalkan laboratorium.
PRAKTIKUM

UJI ANGKA KAPANG / KHAMIR

A. TUJUAN
1. Mahasiswa diharapkan mahasiswa dapat melakukan perhitungan bakteri
/kapang /khamir secara tidak langsung.
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui ciri – ciri kapang atau khamir

B. DASAR TEORI

Pertumbuhan bakteri dengan berbagai cara yang salah satunya yaitu uji angka
lempeng total. Pengukuran dengan platting technique (uji angka lempeng total) merupakan
metode perhitungan jumlah sel tampak (visible) dan didasarkan pada asumsi bahwa bakteri
hidup akan tumbuh, membelah, dan memproduksi satu koloni tunggal. Satuan perhitungan
yang dipakai adalah CFU (Colony Forming Unit) dengan cara membuat seri pengenceran
sampel dan menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran dilakukan pada plate
dengan jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300 (Pratiwi, 2008).
Prinsip dari metode hitung cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup
dihidupkan pada media gar,maka sel jasad renik tersebut akan berkembangbiak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa
menggunakan bantuan mikroskop. Metode hitung cawan merupakan cara yang paling
sensitive untuk menentukan jumlah jasad renik karena beberapa hal yaitu:
1) Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung.
2) Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus.
3) Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikas mikroba.Karena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari suatumikroba yang mempunyai penampakan
pertumbuhan sensitive (Waluyo,2010)
Selain keuntungan keuntungan tersebut,metode hitung cawan juga mempunyai
kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
1) hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya karena
beberapa sel yang berdekatan mungkin membetuksatu koloni.
2) Medium dan  kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai
yang berbeda pula.
3) Mikroba yang dibutuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan
membentuk koloni yang kompak,jelas,tidak menyebar.
4) Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relative lama sehingga
pertumbuhan koloni dapat dihitung (Waluyo,2010)
Angka Kapang/Khamir menunjukkan adanya cemaran kapang/khamir dalam sediaan
yang diperiksa. Kapang adalah kelompok mikroba yang tergolong dalam fungi. Kapang
adalah fungi yang mempunyai filamen (miselium). Sedangkan khamir adalah juga termasuk
fungi, tapi yang dibedakan dari kapang karena bentuknya yang terutama uniseluler.
Reproduksi vegetatif khamir dengan pertunasan dan dapat tumbuh lebih cepat daripada
kapang. Khamir lebih efektif memecah komponen kimia dibandingkan kapang karena
mempunyai perbandingan luas permukaan dengan volume yang lebih besar. Khamir tidak
dapat melakukan proses fotosintesis. Sel khamir mempunyai ukuran sel yang bervariasi yaitu
dengan panjang 1-5mikrometer dan lebar 1-10 mikrometer. Bentuk sel khamir yaitu bulat,
oval, silinder, bulat panjang dengan salah satu ujung runcing, segitiga melengkung berbentuk
botol, bentuk apikulat dan lemon dan sebagainya (Fardiaz, 1992).

PDA adalah suatu medium yang mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah
cukup, yaitu terdiri dari 20% ekstrak kental dan 2% glukosa, sehingga baik untuk
pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Akan tetapi,
karena beberapa bakeri juga menfermentasi karbohidrat dan menggunakannya sebagai
sumber energy, maka beberapa bakteri masih mungkkin tumbuh pada PDA ( Fardiaz, 1993).

Metode hitungan cawan dibedakan atas dua cara, yakni metode tuang (pour plate), dan
metode permukaan (surface / spread plate). Pada metode tuang , sejumlah sampel (1ml atau
0,1ml) dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan kecawan petri, kemudian ditambah
agar-agar cair steril yang didinginkan (47-50oC) sebanyak 15-20 ml dan digoyangkan supaya
sampelnya menyebar. Pada pemupukan dengan metode permukaan, terlebih dahulu dibuat
agar cawan kemudian sebanyak 0,1 ml sampel yang telah diencerkan dipipet pada permukaan
agar-agartersebur. Kemudian diratakan dengan batang gelas melengkung yang steril. Jumlah
koloni dalam sampel dapat dihitung sebagai berikut. (Dwidjoseputro, 2005).
URAIAN JAMUR

 KAPANG

            Kapang adalah kelompok mikroba yang tergolong dala fungi dan ilmu mengenai
fungi disebut mikologi,kapang,organism lainnya yang termasuk dalam golongan fung dan
pentng dalam mikrobiologi pangan dan mikrobiologi pangan adalah khamir dan jamur.
Sifat-sifat umum fungi:
1. Mempunyai inti sel
2. Memproduksi spora
3. Tidak memiliki klorofil sehinga tidak dapat melakukan fotosintesis
4. Dapat berkembangbiak secara seksual dn aseksual
5. Beberapa bagian-bagian tubuh terbentuk filament dengan dinding sel yang mengandung
selulosa atau kitin atau keduanya.

            Kapang adalah tanama  dari division Thallophyta tidak memiliki akar,batang,dan daun
dan termasuk subdivision fungi tidak memiliki klorofil.Kapang termasuk Eumycetes atau
fungi sejati
            Klasifikasi kapang yang umum terdapat pada pangan adalah sebagai berikut:

1. Kapang Nonseptat (termasuk subdivisi zygomycotina)


 Kelas Oomycetes (spora seksual adalah oospora)
2. Ordo Saprolengmates,jenis saprolegma
3.  Ordo Peronospoles,jenis phtium.
 Kelas Zygomycotes (spora aseksual adalah zigospora),Ordo Mucoroles (spora
aeksual adalah sporangiospora) jenis
mucor,zygorrhyncus,rhizopus,absidia,thamnidium.

1. Kapang Septat
 Kelas fungi tidak sempurna (imferfecti) tidak mempunyai spora seksual.
2. Ordo Momlaceae Jenisaspergillus,penicillum,trichothecium,goethichum,neuspora,
spororichum,botrytis,chephalospora,trichoerma,sopular loptis.
3. Ordo Melancotiales,jenis colletotrichum,gleosporium,pestallozela
4.  Ordo Sphaeropsidates (kanidia berbentuk botol,disebut piknidia)jenis phoma dan dliploida
 KHAMIR

            Khamir termasuk fungi tetapi dibedakan dari kapang karna bentiknya
uniseluler.Reproduksi vegetative pada khamir terutama dengan cara pertunasan.Sel khamir
mempunyai ukuran yang berfariasi yaitu dengan panjang 1-5 ɥm sampai 20-50ɥm dan lebar
1-10 ɥm.Bentuk sel khamir bermacam-macam yaitu bulat,silinder,oval,orgigal yaitu bulat
panjang dengan salah satu ujung runcing,segitiga melengkung (Tiangular) berbentuk botol
berbentuk apikuled atau lemon.Membentuk Pseudomiselium dan sebagainya.

            Khamir dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:


1. Kelas Ascomycetes,atau khamir askosporageneus,dimana spora tumbuh didalam
askus.
2. Kelas Basidiomycetes yang membentuk spora pada basidium.
3. Kelas dentromycetes yaitu khamir yang tidak memproduksi spora seksual dsebut juga

fungi impercetio yang terdir dari dua family yaitu:


1. Sporobocomycetaceae yang memproduksi balliostospora tora
2. Cyptocceae yang tidak memproduksi balliostospora maupun spora seksual.

 CIRI – CIRI KAPANG / KHAMIR


Ciri-ciri kapang itu berserabut, diatas permukaan. Khamir yaitu tidak ada serabutnya.
Dan batas resnya yaitu 10-150.

C. ALAT DAN BAHAN


a) Alat :
1) Petri Disk
2) Bulpoin
3) Label

b) Bahan :
1) Media PCA
2) Media PDA
3) Pelarut ASA
4) media DRBSE (ini bahannya sudah jadi, tinggal menghitung
kapang/khamir).

D. CARA KERJA
1) Skema :

Timbang 1 gr sampel yang akan diuji

Larutkan dalam 10 ml larutan pengencer (Akuades)

Lakukan pengenceran hingga 10-4

Tuangkan pada permukaan media PDA 0,5 ml hasil pengenceran dna segera ratakan

Inkubasi cawan petri pada suhu 20-25°C

Hitung dan amati pada hari ke-3 sampai ke-5 jumlah koloni yang tumbuh

2) Cara perhitungan :

Angka diambil dinyatakan sebagai angka kapang/khamir dalam tiap gram contoh.
Untuk beberapa kemungkinan, maka diikuti petunjuk sebagai berikut:

1. Bila hanya salah satu diantara kedua cawan petri dari pengenceran yang
sama menunjukkan jumlah koloni antara 40-60 buah, dihitung jumlah
koloni dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran.
2. Bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni
labih besar dari dua kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya,
maka dipilih tingkat pengenceran terendah.
3. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satu pun yang menunjukkan jumlah
antara 40-60 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat
pengenceran terendah dan dihitung sebagai angka kapang/khamir
perkiraan.
4. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan
faktor inhibitor, maka angka kapang/khamir dilaporkan sebagai kurang
dari satu dikalikan faktor pengenceran.

Persyaratan :

Jumlah angka kapang memenuhi aturan Departemen Kesehatan jika kurang dari 104

3) Pembacaan total kapang / khamir

1. Petri pengenceran 1 ada 28 (kapang)

2. Petri pengenceran (-) 1 ada 34 (kapang)


3. Petri pengenceran (-) 2 ada 3 (kapang)

4) Duplonya di petri (-) 2 ada 5 (kapang)

5) Petri pengenceran (-) 3 tidak ada (kapang)

6) Duplonya petri (-) 3 tidak ada (kapang)


7) Petri pengenceran (-) 4 tidak ada (kapang)

8) Duplonya petri (-) 4 tidak ada (kapang)

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


1) Hasil :

Setelah dilakukan prosedur sesuai skema kerja dan inkubasi selama 3 hari
pada suhu 20-25oC dengan tingkat pengenceran yang berbeda-beda didapat
hasil sebagai berikut:

1. Cawan Petri Sebelum Diinkubasi tingkat pengenceran bebas

Sebelum diinkubasi belum terlihat koloni fungi yang tumbuh. Ini berlaku untuk

semua tingkat pengenceran.

2. Cawan Petri Tingkat Pengenceran 10-1


Terlihat perbedaan pada cawan petri pada tingkat pengenceran 10 -1 dengan
jumlah koloni >300.

3. Cawan Petri Tingkat Pengenceran 10-2


Terlihat perbedaan pada cawan petri pada tingkat pengenceran 10 -2 dengan
jumlah koloni >1500

4. Cawan Petri Tingkat Pengenceran 10-3


Terlihat perbedaan pada cawan petri pada tingkat pengenceran 10 -3 dengan
jumlah koloni 59 (cawan pertama).

5. Cawan Petri Tingkat Pengenceran 10-4


Terlihat perbedaan pada cawan petri pada tingkat pengenceran 10 -4 dengan
jumlah koloni 130
6. Cawan Petri Kontrol
Tidak ditemukan koloni fungi pada cawan petri control.

2) Pembahasan
Praktikum Uji Angka Lempeng Total dan Uji Angka Kapang/Khamir ini
bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan perhitungan bakteri, kapang/khamir
secara tidak langsung dan menetapkan cemaran bakteri yang terdapat dalam
sediaan makanan, minuman, kosmetika, obat atau obat tradisional.
Sebelum dilakukan perhitungan Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka
Kapang/Khamir (AKK), mula-mula timbang 1 gram sampel (obat jamu) sebanyak
dua kali dengan menggunakan milligram balance. Masing-masing sampel
kemudian dilarutkan ke dalam 10 ml akuades. Sampel pertama digunakan untuk
perhitungan ALT dan sampel kedua untuk perhitungan AKK. Kemudian larutan
dibuat homogen dengan cara diresuspensi secara up and down menggunakan
mikropipet. Lalu dilakukan pengenceran dengan cara mengambil 1 ml larutan
sampel yang telah dibuat dan dicampur dengan 9 ml akuades menggunakan
mikropipet sehingga didapatkan pengenceran sebesar 10-1. Lakukan pengenceran
hingga 10-5 untuk ALT dan 10-4 untuk AKK.
Pada pembuatan AKK, sampel yang digunakan adalah sampel dengan tingkat
pengenceran 10-1 hingga 10-4. Mula-mula disiapkan cawan petri yang sudah
berisi media PDA. Kemudian ambil sampel menggunakan mikropipet sebanyak
0,5 ml lalu tuangkan ke cawan petri yang telah berisi media PDA (Potato Dextrose
Agar), kemudian diratakan dengan menggunakan spreader glass yang sudah
dipanaskan di bunsen sebelumnya. Setelah diratakan, tutup cawan petri dan
didiamkan pada suhu ruang selama 3 hari.
Setelah 3 hari didiamkan pada suhu ruang (20-25oC) terdapat dua jenis koloni
jamur dengan warna berbeda, yaitu hitam dan hijau. Berdasarkan data tersebut,
didapatkan hasil sebagai berikut.
1. AKK dengan tingkat pengenceran 10-1, terdapat 50 koloni jamur pada tiap
juring (baik pada cawan pertama maupun kedua) terdapat 6 juring sehingga
total koloni jamurnya yaitu 300 koloni, sehingga AKKnya sebesar 300x101.
(perkiraan). Angka tersebut memenuhi range sehingga memenuhi aturan dari
Departemen Kesehatan yaitu kurang dari 104.
2. .AKK dengan tingkat pengenceran 10-2, terdapat >1500 koloni jamur pada
seluruh cawan (baik pada cawan pertama maupun kedua) sehingga AKKnya
lebih dari >1500x102 (perkiraan). Angka tersebut tidak memenuhi aturan
dari Departemen Kesehatan yaitu seharusnya kurang dari 104.
3. .AKK dengan tingkat pengenceran 10-3, terdapat 59 koloni jamur pada
cawan pertama dan 57 koloni jamur pada cawan kedua dengan faktor
pengenceran yang sama, maka digunakan data 57 koloni jamur dan dikalikan
dengan faktor pengenceran sehingga nilai AKKnya sebesar 57x103. Angka
tersebut tidak memenuhi aturan dari Departemen Kesehatan yaitu seharusnya
kurang dari 104.
AKK dengan tingkat pengenceran 10-4, terdapat 130 koloni jamur
(baik pada cawan pertama maupun kedua) sehingga nilai AKKnya sebesar
130x104 (perkiraan). Angka tersebut tidak sesuai dengan aturan dari
Departemen Kesehatan yaitu seharusnya kurang dari 104.
Berdasarkan data yang diperoleh, kesalahan praktikan dapat terjadi
dalam pengambilan data yang tidak sesuai dengan teori. Seharusnya AKK
dengan tingkat pengenceran yang lebih besar menghasilkan koloni yang
lebih banyak sedangkan AKK dengan tingkat pengenceran yang lebih kecil
menghasilkan koloni yang lebih sedikit dengan hasil pengamatan agar
didapat data yang berbanding lurus antara jumlah koloni kapang/khamir
dengan faktor pengenceran. Namun apabila dilihat dari data di atas, AKK
dengan tingkat pengenceran 10-3 lebih sedikit jumlah koloninya
dibandingkan dengan AKK tingkat pengenceran 10-4. Hal yang sama
terdapat pada cawan dengan tingkat pengenceran 10-1 lebih sedikit
koloninya daripada cawan dengan pengenceran 10-2. Hal itu kemungkinan
disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan, kurangnya teknik kerja aseptis,
dan lain-lain.
F. KESIMPULAN
1. Pada perhitungan AKK menggunakan media PDA dengan faktor pengenceran
10¯¹, didapatkan > 300 koloni fungi dalam media. Angka AKK yang
didapatkan adalah 3 x 10³. Angka ini memenuhi aturan Departemen
Kesehatan.

2. Pada perhitungan AKK menggunakan media PDA dengan faktor pengenceran


10¯², didapatkan > 1500 koloni fungi dalam media. Angka AKK yang
didapatkan adalah 1,5 x 10⁵. Angka ini tidak memenuhi aturan Departemen
Kesehatan.

3. Pada perhitungan AKK menggunakan media PDA dengan faktor pengenceran


10¯³, didapatkan 59 koloni fungi dalam media. Angka AKK yang didapatkan
adalah 5,8 x 10⁴. Angka ini tidak memenuhi aturan Departemen Kesehatan.

G. DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., Brooks, G.F., Butel, J.S. & Ornston,
L.N.,1995, Mikrobiologi Kedokteran, edisi keduapuluh, diterjemahkan oleh Nugroho
& R.F. Maulany, EGC, Jakarta.

Pratiwi, S.T., 2008, Buku Ajar Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta.


Waluyo, L., 2010, Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi, Universitas
Muhammadiyah Malang Press, Malang.

Anda mungkin juga menyukai