Anda di halaman 1dari 3

Tugas Pendidikan Pancasila

Dosen pengampu : Drs. Agus Hadiawan, M.Si

Oleh

Kelompok 6 (Bidang Agama)

Esa Yuliarti 2016041033

Kurnia Iedmal Pitrada 2016041047

Nabilla Putri Maharani 2016041035

Kelas Regular A

Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

2020
Syarat Pendirian Rumah Ibadat dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri (SKB 2 Menteri)

BAB IV pasal 14 ayat (2)a dan (2)b Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri menyatakan bahwa

“Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendirian rumah
ibadat harus memenuhi persyaratan khusus menjadi :

a. daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit 90
(sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas
wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3)

b. dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh
lurah/kepala desa.”

Hal ini tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila karena dianggap diskriminatif dan
menimbulkan ketidakadilan terhadap salah satu agama tertentu. Selain itu, peraturan ini juga
dianggap melanggar Hak Asasi Manusia dan membatasi ruang gerak dalam menjalankan
ibadah. Adanya faktor non hukum dalam hal ini pun dapat mempertajam konflik dan
memecah belah kerukunan antar umat beragama.

Faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian tersebut adalah terkait dengan masalah syarat
pendirian tempat ibadah yang paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang dan paling sedikit
mendapat dukungan sebanyak 60 (enam puluh) orang, nyatanya beberapa daerah ataupun
provinsi banyak umatnya yang beragama tidak dapat membangun tempat ibadah untuk
menjalankan kewajibannya untuk beribadat dikarenakan sedikitnya atau tidak memenuhi
jumlah banyaknya orang yang beragama tersebut dan kurangnya dukungan dari masyarakat
setempat. Hal ini menunjukkan adanya ketidaktoleransian terhadap penganut agama tertentu
yang ingin mendapatkan tempat untuk beribadat, tidak sejalan dengan sila ke-2 Pancasila
sebagaimana kemanusiaan yang adil dan beradab, keadilan dan keberadaban tidak terlaksana
dalam hal ini, justru menggambarkan adanya pembatasan ruang gerak dalam beribadat dan
memicu timbulnya konflik perpecahan yang nantinya akan bertolak belakang dengan sila ke-
3 Pancasila yaitu persatuan Indonesia. Dalam sila pertama Pancasila mengandung prinsip
bangsa Indonesia yang menjalankan perintah agama dan kepentingannya masing-masing
dengan cara berbudi pekerti luhur dan sikap saling menghormati, namun dalam hal ini
pembangunan tempat ibadah yang disyaratkan harus ada sedikitnya 90 (sembilan puluh)
orang yang beragama sama diwilayah yang sama menunjukkan adanya sikap tidak saling
menghomati dan menghargai sesama umat beragama.

Solusi yang dapat diberikan terhadap perihal ini adalah dengan cara bermusyawarah dan
berdialog dengan para tokoh-tokoh agama melalui Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB). Dan, yang terpenting adalah memelihara, membangun kerukunan, menghargai
setiap perbedaan terutama pada hak-hak kebebasan beragama yang dimiliki oleh setiap warga
negara. Sikap toleransi juga harus ditanamkan oleh setiap umat beragama.

Anda mungkin juga menyukai