Anda di halaman 1dari 12

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM RALP TYLER DAN

HILDA TABA

Dosen pembimbing:

Tengku Hafinda, M.Pd

Oleh:

Naimatul Qibthiyah Siregar

Ria Afrita

Paujiati Rahma

Nurfazli

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

TEUNGKU DIRUNDENG MEULABOH

2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

            Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.   

          Terlepas dari semua itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah “Pengembangan Kurikulum” ini.

            Akhir kata kami berharap semoga makalah yang akan membahas “Model Pengembangan
Kurikulum Ralp Tyler dan Hilda Taba” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

TapakTuan, 29 Oktober 2020

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A Latar Belakang Masalah...................................................................................................................1
B Rumusan Masalah...........................................................................................................................1
C Tujuan..............................................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................2
A Pertian Model Tyler.........................................................................................................................2
B Model Hilda Taba.............................................................................................................................4
KESIMPULAN...............................................................................................................................................7
Daftar Pustaka.............................................................................................................................................8

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan dibutuhkan yang dinamakan kurikulum yang membantu dalam

mencapai tujuan pendidikan Nasional. Berbagai jenis dalam pengembangan kurikulum dipakai

oleh pemerintahan Indonesia dalam mencapai cita-cita bangsa yakni mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mencetak generasi penerus bangsa yang berakhlaq serta berbudi pekerti luhur. Hal ini

perlu adanya kerja sama antara Pemerintah pusat, administrator, kepala kantor wilayah

pendidikan, kebudayaan, serta peranan guru dalam pendidikan. Banyak model yang dapat

digunakan dalam pengembangan kurikulum.

Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja berdasarkan atas kelebihan

dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu

disesuaikan dengan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta konsep pendidikan yang

digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengolaan yang

sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum

yang bersifat subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis dan

rekonstruksi sosial.

B Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana bentuk model-model pengembangan kurikulum dalam pendidikan?


2. Apa sajakah Jenis-jenis kurikulum dalam pendidikan dan Fungsi Model Pengembangan
Kurikulum Bagi Guru ?

C Tujuan

1. Untuk menegetahui Bagaimana bentuk model-model pengembangan kurikulum dalam


pendidikan.

1
2. Untuk menegetahui Apa sajakah Jenis-jenis kurikulum dalam pendidikan dan Fungsi
Model Pengembangan Kurikulum Bagi Guru .

BAB II

PEMBAHASAN

A Pertian Model Tyler


Model Tyler Model Tyler adalah model kurikulum yang dikembangkan oleh Ralph Tyler
pada tahun 1940-an, model pengembangan kurikulum Tyler ini, lebih bersifat bagaimana
merancang suatu kurikulum, sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan.
Kemudian Tyler juga menempatkan empat pertanyaan dalam mengembangkan
kurikulum, yaitu:
a. What educational purposes should the school seek to attain? (objectives)
b. What educational experiences are likely to attain these objectives? (instructional
strategic and content/selecting learning experiences)
c. How can these educational experiences be organized effectively? (organizing
learning experiences)
d. How can we determine whether these purposes are being attain? (assessment and
evaluation).

Identifikasi Pengalaman Belajar Berdasarkan empat pertanyaan yang diajukan Tyler tersebut
bisa kita pahami bahwa yang pertama harus diperhatikan adalah tujuan, yaitu apa tujuan
pendidikan yang seharusnya dicari oleh pihak sekolah untuk dicapai. Kedua, mengenai strategi
dan isi pembelajaran yang berhubungan dengan seleksi pengalaman belajar, yaitu pengalaman
belajar seperti apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Langkah ketiga adalah
mengorganisasikan pengalaman belajar, yaitu bagaimana pengalaman pengalaman belajar
tersebut dapat diorganisasikan dengan efektif. Sedangkan langkah yang terakhir adalah penilaian
dan evaluasi, yaitu bagaimana kita menentukan apakah tujuan tersebut telah tercapai.

1. Menentukan Tujuan Dalam penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan


langkah pertama dan utama yang harus dikerjakan. Sebab, tujuan merupakan arah atau
sasaran pendidikan. Hendak diabawa kemana anak didik ? Kemampuan apa yang harus
dimiliki anak didik setelah mengikuti program pendidikan ? Semuanya bermuara pada
tujuan.

2
2. Menentukan Pengalaman Belajar Langkah kedua dalam proses pengembangan kurikulum
adalah menentukan pengalaman belajar (learning experiences) sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan. Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa.
Pertama, pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan
akan menetukan pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap pengalaman belajar harus
memuaskan siswa. Ketiga, setiap rancangan pengalaman siswa sebaiknya melibatkan
siswa. Keempat, mungkin dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang
berbeda.
3. Mengorganisasi Pengalaman Belajar Langkah yang ketiga dalam merancang suatu
kurikulum adalah mengorganisasikan pengalaman belajar baik dalam bentuk unit mata
pelajaran, maupun dalam bentuk program. Ada tiga prinsip menurut Tyler (1950: 55)
dalam mengorganisasi pengalaman belajar, yaitu sebagai berikut. Prinsip kontinuitas ada
yang bersifat vertikal dan horizontal. Bersifat vertikal artinya bahwa pengalaman belajar
yang diberikan harus memiliki kesinambungan yang diperlukan untuk pengembangan
pengalaman belajar selanjutnya.
Contohnya, apabila anak diberikan pengalaman belajar tentang pengembangan
kemampuan membaca bahan-bahan pelajaran studi sosial, maka harus diyakini bahwa
pengalaman belajar tersebut akan dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan
berikutnya, contohnya keterampilan memecahkan masalah-masalah sosial.
Prinsip kontinuitas yang bersifat horizontal artinya abahwa suatu pengalaman yang
diberikan pada siswa harus memiliki fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh
pengalaman belajar dalam bidang lain. Contohnya pengalaman belajar dalam bidang
aritmetika harus dapat membantu untuk memperoleh pengalaman belajar dalam bidang
ekonomi ataupun dalam bidang IPA.
Prinsip urutan isi sebenarnya erat hubungannya dengan kontinuitas, perbedaaannya
terletak pada tingkat kesulitan dan keluasan bahasan. Artinya setiap pengalaman belajar
yang diberikan kepada siswa harus memerhatikan tingkat perkembangan siswa.
Pengalaman belajar yang diberikan dikelas lima harus berbeda dengan pengalaman pada
tingkat selanjutnya.
4. Evaluasi Proses evaluasi merupakan langkah yang sangat penting untuk mendapatkan
informasi tentang ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi memegang peranan
yang cukup penting, sebab dengan evaluasi dapat ditentukan apakah kurikulum yang
digunakan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oelh sekolah atau belum. Ada
dua aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi.
Pertama, evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingakah laku siswa
sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Kedua, evalusi sebaiknya
menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu.
Kekuatan :
a) Sistematik dalam mengurus perjalanan pengajaran dan pembelajaran

3
b) Penentapan objektif / tujuan yang jelas di awal perancangan pengajaran
memberikan seseorang guru membolehkan ide dan gambaran yang jelas berkaitan
hasil yang diharapkan dalam sesuatu pengajaran dan pembelajaran.
c) Model ini tidak tertumpu pada pelajar (pencapaian). Semata-mata malah juga
menekankan kepada aspek-aspek lain selain pencapaian pelajar seperti objektif
tingkah laku dll.1

D Model Hilda Taba


Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba Kurikulum didefinisikan sebagai suatu usaha
total dari sekolah untuk membawa hasil yang diinginkan di dalam sekolah maupun di luar situasi
sekolah. Atau rangkaian pengalaman potensial yang diberikan di sekolah dengan tujuan untuk
mendisiplinkan peserta didik dengan jalan berpikir dan bertindak.

Dengan demikian, kurikulum harus mengembangkan komitmen terhadap pembelajaran


sebagaimana mendorong dan menstimulasi kemajuan dan pencapaian tertinggi bagi peserta
didik. Kurikulum seharusnya membangun kekuatan, minat, dan pengalaman serta
mengembangkan keyakinan diri mereka di dalam kemampuan mereka untuk belajar dan bekerja
secara independen dan kolaboratif. Kurikulum juga seharusnya membekali terhadap peserta
didik kemampuan pembelajaran esensial dalam hal menulis dan membaca, menghitung, serta
teknologi informasi dan komunikasi, dan mendorong pemikiran kritis dan kapasitas berpikir
secara rasional.

Meskipun Taba tidak pernah menerima pengakuan publik bagi peranan subtansialnya di
dalam dasar pemikiran Tyler, kontribusinya terhadap karya ini muncul ke permukaan, khususnya
pada perhatiannya berikut ini :

a. Kebutuhan akan metode untuk menilai pembelajaran bermakna yang melampaui ujian
dan perolehan muatan.
b. Perencanaan kurikulum yang terkoordinasi dengan kelompok organisasi
c. Guru berkolaborasi dalam menghubungkan mata pelajaran sekolah dengan aktivitas
untuk menyepakati tematema yang canggih.

Model pengembangan kurikulum Hilda Taba, sering disebut sebagai model terbalik.
Dikatakan terbalik karena model ini merupakan cara yang lazim ditempuh secara deduktif
sehingga model ini sifatnya lebih induktif. Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen,
diteorikan, kemudian diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan
praktik, serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum, sebagaimana sering
terjadi apabila dilakukan tanpa kegiatan eksperimental.2

1
Di download dari https://academia.edu.com pada hari kamis pukul 10:00 wib
2
Didownlod dari https://journal.iaingorontalo.ac.id pada hari kamis pukul 10:15 wib

4
Model Taba dikembangkan oleh Hilda Taba (1902 - 1967), seorang arsitek, ahli teori
kurikulum, pembaru kurikulum, dan seorang pendidik guru. Berbeda dengan model yang
dikembangkan Tyler, model Taba lebih menitik beratkan kepada bagaimana mengembangkan
kurikulum sebagai suatau proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam
kurikulum ini dikembangkan tahapantahapan yang harus dilakukan oleh para pengembang
kurikulum. Model pengembangan ini lebih rinci dan lebih sempurna jika dibandingkan dengan
model pengembangan Tyler. Model Taba merupakan modifikasi dari model Modifikasi tersebut
terutama penekanannya pada pemusatan perhatian guru.

Berdasarkan hal tersebut, kita dapat mengetahui bahwa langkah-langkah yang digunakan
Taba dalam mengembangkan kurikulum adalah diagnosis kebutuhan, formulasi pokok-pokok,
seleksi isi, organisasi isi, seleksi pengalaman belajar, organisasi pengalaman belajar, dan
penentuan tentang apa yang harus dievaluasi dan cara untuk melakukannya. Diagnosis
merupakan langkah pertama yang paling penting dalam menentukan kurikulum apa yang
seharusnya diberikan kepada siswa. Karena latar belakang siswa sangat beragam, maka perlu
untuk mendiagnosa perbedaan atau jurang pemisah, kekurangan dan variasi dalam latar belakang
tersebut.

Model pengembangan kurikulum Tyler dan Taba dikategorikan ke dalam Rational Model
atau Objectives Model, karena keduanya berpendapat bahwa dalam pengembangan kurikulum
bersifat rasional, sistematis dan berfokus pada tujuan.

1. Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum dimulai dengan


menentukan kebutuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang berbagai kekurangan
(deficiencies), dan perbedaan latar belakang siswa. Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-
masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhankebutuhan siswa dalam suatu proses pengajaran.
Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan direvisi, termasuk
didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut difungsikan.

1) Merumuskan tujuan khusus. Setelah kebuttuhan-kebutuhan siswa didiagnosis,


selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan. Rumusan tujuan akan
meliputi
2) Konsep atau gagasan yang akan dipelajariSikap, kepekaan dan perasaan yang akan
dikembangkan, Cara befikir untuk memperkuat, Kebiasaan dan keterampilan yang
akan dikuasai
3) Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan meerupakan langkah
berikutnya. Pemilihan isi bukan saja didasarkan pada tujuan yang harus dicapai
sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi
validitas dan kebermaknaannya untuk siswa.
4) Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian, selanjutnya isi kurikulum yang telah
ditentukan itu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa
sebaiknya kurikulum itu diberikan.

5
5) Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman
belajar yag harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
6) Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana
mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu kedalam paket-
paket kegiatan itu, siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam
melaksanakan kegiatan belajar.
7) Menentukan alat evaluasi dan prosedur yang harus dilakukan siswa. Pada penentuan
alat evaluasi guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk
menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.3

3
Dari https://academia.edu.com

6
KESIMPULAN
Langkah pengembangan kurikulum menurut Hilda Taba khususnya dalam aspek tujuan
pendidikan sebagian sudah teraplikasi dalam tujuan pendidikan Islam. Baik itu pada tujuan
umum, tujuan khusus dan mengklasifikasi tujuan-tujuan. Bahkan dalam tujuan pendidikan Islam
terdapat tujuan tertinggi/ terakhir yang tidak disinggung oleh Hilda Taba, karena perbedaan
paradigma yang dimiliki. Namun, usulan Taba tentang rincian tujuan-tujuan berupa pengetahuan
(fakta ide, konsep), berpikir, nilai-nilai, sikap, emosi dan perasaan, keterampilan belum begitu
jelas dalam tujuan kurikulum pendidikan Islam. Oleh sebab itu, usulan Taba yang termaktub di
dalam rincian tujuan-tujuan tersebut bisa dikembangkan dalam model pengembangan kurikulum
pendidikan Islam.

Pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang


dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai
hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada siswa. Dari berbagai model
pengembangan kurikulum dapat disimpulkan untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar
mengajar perlu adanya integrasi kurikulum sehingga setiap kebutuhan peserta didik dapat
terpenuhi dengan baik. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang
terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang.

7
Daftar Pustaka
Di download dari https://academia.edu.com pada hari kamis pukul 10:00 wib
Didownlod dari https://journal.iaingorontalo.ac.id pada hari kamis pukul 10:15 wib

Anda mungkin juga menyukai