Anda di halaman 1dari 9

1

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM

MENGATASI KENAKALAN SISWA KORBAN BROKEN

HOME DI SMK MA’ARIF NU 1 WONOLOPO

KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG

(Analisis Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam)

Disusun oleh Ummi Hanik

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

ABSTRAK korban broken home yang melakukan kenakalan


di SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo Kecamatan
Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mijen Kota Semarang. Sedangkan data sekunder
Mengatasi Kenakalan Siswa Korban Broken diperoleh dari literatur buku, jurnal, arsip
Home di SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo sekolah, serta dokumen-dokumen. Data
Kecamatan Mijen Kota Semarang (Analisis dikumpulkan dengan teknik wawancara,
Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam). observasi, dan dokumentasi kemudian dianalisis
mengikuti model analisis Miles dan Huberman
Semakin meningkat fenomena kenakalan
yaitu: 1. Data Reduction (Reduksi data), 2. Data
remaja yang dilakukan siswa di lingkungan
Display (Penyajian Data), 3. Conclusion
masyarakat kita, begitu pula yang dilakukan oleh
Drawing (Menarik Kesimpulan).
siswa korban broken home di SMK Ma’arif NU
1 Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang. Hasil penelitian ini adalah 1. Kenakalan
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab yang dilakukan siswa korban broken home di
rumusan masalah berikut ini: 1. Bagaimana SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo tergolong
bentuk kenakalan siswa korban broken home di kenakalan yang bersifat ringan sampai sedang,
SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo Kecamatan yaitu: terlambat, membolos saat pergantian jam
Mijen Kota Semarang? 2. Bagaimana peran guru pelajaran, bersikap kurang sopan terhadap guru,
bimbingan dan konseling dalam mengatasi meremehkan dan membantah guru, tidak
kenakalan siswa korban broken home di SMK mengerjakan tugas, membuat gaduh saat KMB,
Ma’arif NU 1 Wonolopo Kecamatan Mijen Kota membuat status kasar, mengupload foto kurang
Semarang dalam perspektif fungsi bimbingan sopan di media sosial, shalat bolong-bolong,
dan konseling Islam? mengaku haid saat diajak jamaah shalat dzuhur
atau dhuha (berbohong), dan berkelahi (adu
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
mulut). 2. Peran guru bimbingan konseling
kualitatif deskriptif dengan pendekatan
dalam mengatasi kenakalan siswa korban broken
Bimbingan dan Konseling Islam. Jenis data yang
home di SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo
menjadi acuan dalam penelitian ini adalah data
Kecamatan Mijen Kota Semarang yaitu sebagai
primer dan data sekunder. Data primer di
informator, motivator, fasilitator, mediator, serta
peroleh dari wawancara dengan kepala sekolah,
evaluator.
guru Bimbingan Konseling, dan lima siswa
2

Kata kunci : Peran, Guru Bimbingan Konseling, pengurus sekolah diantaranya adalah Drs. H.
Kenakalan Siswa, Broken home, Fungsi Sahidin, M.Si., Kolonel (Purn) Drs. K.H.
Bimbingan dan Konseling Islam Ahmad Musafir, Drs. Samiyono, MT, dan Prof.
Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag yang sesuai dengan
PENDAHULUAN bidangnya SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo
Kecamatan Mijen Kota Semarang memiliki dua
Lingkungan terdekat (keluarga) sebagai
program Keahlian atau Jurusan yaitu Teknik
ajang hidup anak-anak yang di tandai dengan
Kendaraan Ringan dan Perbankan Syariah yang
ketidak-harmonisan keluarga (broken home)
tercantum dalam SK dinas pendidikan kota
serta beberapa kondisi lain yang tidak
Semarang Nomor 420/2928/2012 tertanggal 29
menguntungkan perkembangan mental anak,
Mei 2012 dengan nomor NPSN 6978671. SMK
akan memberi dukungan kuat ke arah
Ma’arif NU 1 berada di Jl. Kelurahan Wonolopo
delinquency (Sudarsono, 1993: 37). Keluarga
Kecamatan Mijen Kota Semarang.
broken home akan membentuk anak-anak yang
mengalami krisis kepribadian, sehingga anak Hasil wawancara dengan konselor sekolah
cenderung melakukan tindakan kenakalan. Anak dan observasi pada SMK Ma’arif NU 1
korban broken home akan mengalami gangguan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang,
emosional bahkan neurotik (Willis, 2011: 66). terdapat sebelas siswa yang berlatar belakang
broken home dan melakukan kenakalan remaja
Faktor lain penyebab kenakalan remaja
dari tiga ratus delapan siswa SMK Ma’arif NU 1
adalah pergaulan yang tidak sehat dengan
Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang.
teman-teman sebaya, pendidikan dan semua
Sebelas siswa tersebut, terdiri dari delapan siswa
pihak yang terlibat dalam ikatan formal proses
(remaja putra) yaitu dengan inisial Nh (X PS 1),
belajar-mengajar di sekolah; juga diperkuat oleh
Rf (XI TKR 1),Fa (X TKR 2), Re (XI TKR 2),
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan
Sh (X PS 2), Af (XI TKR 2), Rn (XII TKR 1),
(Sudarsono, 1993: 37). Anak korban keluarga
Dk (X TKR 2), dan tiga siswi (remaja putri)
broken home sering ditemui di sekolah dengan
yaitu dengan inisial Na (X PS 1), Np (XII PS 2),
penyesuaian diri yang kurang baik, seperti malas
Ss (XI PS 2). Perilaku kenakalan remaja yang
belajar, menyendiri, agresif, membolos, dan
dilakukan oleh siswa yaitu membolos, kluyuran,
suka menentang guru (Willis, 2011: 66).
berdandan berlebihan, sering terlambat masuk
Siswa korban broken home di SMK Ma’arif kelas atau sekolah, minum-minuman keras, dan
NU 1 Wonolopo Kecamatan Mijen Kota kurang sopan. Kenakalan-kenakalan yang
Semarang juga melakukan kenakalan siswa. dilakukan oleh konseli tentunya tidak sesuai
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Ma’arif NU dengan peraturan yang sudah di tentukan oleh
1 Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang, sekolah begitu pula dengan norma yang berlaku
adalah lembaga pendidikan yang berada di dalam masyarakat. Jika perilaku kenakalan
bawah naungan Ma’arif NU Jawa Tengah tersebut dibiarkan tentunya akan semakin
dengan penekanan pendidikan dan pelatiha pada memperburuk perkembangan kejiwaan, sosial
pemberian bekal kejuruan, untuk dan prestasi belajar siswa yang berimbas pada
mempersiapkan tamatan dapat memasuki kegagalan dalam studi oleh konseli (hasil
lapangan kerja. SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo prariset, tanggal 08 November 2016).
Kecamatan Mijen Kota Semarang didirikan
Semua perilaku kenakalan siswa korban
sejak tahun 2012 oleh Mayjen TNI (Purn) Drs.
broken home tersebut tidak akan mampu
H. Kurdi Mustofa dan didukung oleh segenap
diselesaikan hanya oleh guru bidang studi yang
3

mengasuhnya, untuk mengatasi masalah tersebut membolos, dan yang melakukan pelanggaran
maka sangatlah perlu jenis dan sarana tata tertib lainnya (hasil prariset, tanggal 08
pendidikan yang memberikan layanan khusus November 2016).
yang diberi tugas untuk menggarap bidang
permasalahan tersebut, sehingga potensi siswa Di antara siswa yang ditertibkan ada siswa
bisa berkembang secara optimal dan korban broken home yang juga melakukan
memperoleh prestasi belajar yang baik. Layanan pelanggaran serupa yaitu membolos dan suka
dalam bidang ini tidak lain adalah layanan menentang guru. Berdasarkan penuturan guru
Bimbingan dan Konseling yang diberikan oleh bimbingan konseling siswa korban broken home
tenaga khusus, yakni guru pembimbing atau lebih susah untuk diarahkan karena sikap suka
konselor sekolah. Hal ini sesuai dengan menentangnya. Menurut penuturan siswanya
UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional mereka merasa guru bimbingan konseling terlalu
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6 yaitu mencampuri urusan mereka. Jadi kita melihat
“keberadaan konselor dalam sistem pendidikan bahwa belum ada kesamaan pendapat antara
nasional dinyatakan sebagai salah satu konselor sekolah dan siswa dengan kata lain
kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi tujuan yang ingin dicapai guru bimbingan
guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, konseling belum tersampaikan dengan baik
fasilitator dan instruktur”. Guru Bimbingan kepada siswa korban broken home yang
Konseling sebagai pelaksanan layanan melakukan kenakalan.
bimbingan dan konseling pada umumnya dapat Guru bimbingan konseling di SMK Ma’arif
menangani berbagai permasalahan sesuai NU 1 Wonolopo Kecamatan Mijen Kota
dengan bidang kajiannya, baik bimbingan Semarang telah mengupayakan kegiatan
pribadi, sosial, akademik dan karir. Masalahnya bimbingan dan konseling melalui bimbingan
adalah banyak kesalahpahaman dalam bidang klasikal di kelas, bimbingan individu untuk
bimbingan dan konseling, diantaranya masih siswa dengan masalah tertentu dan datang
banyak anggapan bahwa peranan konselor di kepada guru bimbingan konseling untuk
sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus meminta bantuan, berperan sebagai informator
menjaga dan mempertahankan tata tertib, yang memberikan informasi-informasi yang
disiplin, dan keamanan sekolah (Prayitno dan diharapkan dapat membantu siswa agar tidak
Amti, 2013 : 122). Anggapan bahwa konselor di melakukan kenakalan, bahkan guru bimbingan
sekolah berperan sebagai polisi sekolah konseling merasa tidak cukup hanya dengan
membuat siswa takut kepada guru bimbingan melakukan langkah nyata saja tetapi guru
konseling sehingga mereka tidak mau dekat bimbingan konseling juga meminta orang tua
dengan guru bimbingan konseling. Siswa tidak untuk sama-sama mendo’akan siswa agar siswa
mau datang kepada guru bimbingan konseling bisa menjadi anak yang soleh solehah yang
karena menganggap bahwa dengan datang berperilaku sesuai dengan harapan orang tua dan
kepada guru bimbingan konseling berarti guru.
menunjukkan aib. Kesalahpahaman dalam
bidang bimbingan dan konseling juga terjadi di Peran menurut Soekanto (1990: 243) peran
SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo Kecamatan adalah tindakan seseorang melaksanakan hak
Mijen Kota Semarang, guru bimbingan dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.
konseling memiliki peran yang besar dalam Peran dalam perspektif ilmu psikologi sosial,
menegakkan kedisiplinan di sekolah seperti didefinisikan dengan suatu perilaku atau
menertibkan siswa yang datang terlambat, suka tindakan yang diharapkan oleh orang lain dari
4

seseorang yang memiliki suatu status di dalam ‫وْ ٍم‬HHَ‫انُ ق‬Hََٔ‫ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَٔـ‬H ْ‫ُوا ۚ َواَل يَج‬ ۟ ‫طَاد‬H ‫ٱص‬ ْ َ‫َّربِّ ِه ْم َو ِرضْ ٰ َونًا ۚ َوإِ َذا َحلَ ْلتُ ْم ف‬
kelompok tertentu (Gerungan, 1998: 135). ِّ‫ر‬HHِ‫وا َعلَى ْٱلب‬ ۟ ُ‫اون‬H
َ H‫ُوا ۘ َوتَ َع‬ ۟ ‫د‬Hَ‫ َر ِام أَن تَ ْعت‬H‫ ِج ِد ْٱل َح‬H‫ص ُّدو ُك ْم عَن ْٱلم ْس‬ َ ‫أَن‬
َ ِ
Sedangkan menurut penulis, peran guru ۟ ْ ْ ۟
‫َوٱلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى ٱإْل ِ ث ِم َوٱل ُع ْد ٰ َو ِن ۚ َوٱتَّقُوا ٱهَّلل َ ۖ إِ َّن ٱهَّلل َ َش ِدي ُد‬
bimbingan konseling di SMK Ma’arif NU1 ‫ب‬ِ ‫ْٱل ِعقَا‬
Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang
sudah melaksanakan hak dan kewajiban sesuai Artinya: ”Dan tolong-menolonglah kamu dalam
dengan kedudukannya sebagai guru bimbingan (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
konseling serta sesuai dengan harapan orang tua, tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
siswa, dan guru-guru di SMK Ma,arif NU1 permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada
Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang. Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya”. (QS. Al-Ma’idah: 2). (Departemen Agama
Problematika yang telah dipaparkan di atas RI, 2014: 106). Penjelasan ayat di atas adalah
membuktikan perlu adanya suatu arahan dan manusia diperintahkan untuk saling tolong-
bimbingan konseling yang bersifat Islami agar menolong dalam mengerjakan apa-apa yang
anak didik mempunyai bekal agama selain diperintahkan dan meninggalkan apa-apa yang
mempelajari ilmu umum. Bimbingan di bidang dilarang. Serta dilarang bagi manusia untuk
agama Islam merupakan kegiatan dakwah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
Islamiah. Dakwah merupakan kegiatan menyeru permusuhan. Maka semua orang patut peduli
dan mengajak manusia untuk berbuat kebaikan dan mengambil tanggungjawab secara kolektif
dan menjauhi kemungkaran. Pada esensinya tidak terkecuali para guru, pembina agama,
dakwah terletak pada usaha pencegahan dari pemerintah, orang tua, sesama remaja, serta
penyakit masyarakat yang bersifat psikis yang masyarakat harus turut bahu-membahu
dilakukan dengan cara mengajak, memotivasi, memberikan kontribusi pembinaan bagi remaja.
serta membimbing individu agar sehat jasmani Tidak dapat disangkal lagi, bahwa kualitas
dan rohaninya. Karena dakwah yang terarah generasi muda merupakan cermin masa depan
ialah memberikan bimbingan kepada umat Islam suatu bangsa. Berdasarkan uraian permasalahan
untuk betul-betul mencapai dan melaksanakan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
keseimbangan hidup fid dunya wal akhirah penelitian di SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo
(Amin, 2010: 24). Kecamatan Mijen Kota Semarang mengingat
sekolah ini pada dasarnya telah menanamkan
Agar tercapai keseimbangan hidup di dunia nilai-nilai agama melalui bimbingan-bimbingan
dan di akhirat Bimbingan dan Konseling Islam agama seperti: membiasakan siswa untuk
memiliki empat fungsi yang mencakup fungsi melaksanakan sholat Dhuha, sholat jamaah
preventif, korektif, preservatif, dan Dzuhur, membaca asmaul husna, dan
developmental untuk membantu mengatasi menambahkan mata pelajaran aswaja. Akan
permasalahan atau problem tertentu seperti tetapi, masih ada siswa yang melakukan
kenakalan siswa korban broken home. kenakalan remaja. Melihat fenomena yang ada,
Sebagaimana dalam ajaran Islam juga terdapat maka penulis akan melakukan penelitian dengan
anjuran untuk saling tolong menolong sesama judul “Peran Guru Bimbingan Konseling dalam
manusia.Sebagaimana firman Allah SWT dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Korban Broken
Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2 sebagai Home di SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo
berikut : Kecamatan Mijen Kota Semarang (Analisis
َّ ‫ ٰ َٓعئِ َر ٱهَّلل ِ َواَل‬H‫وا َش‬ ۟ Hُ‫ا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬HHَ‫ٰيَٓأَيُّه‬
۟ ُّ‫وا اَل تُ ِحل‬H Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam) ”.
‫ َرا َم‬H‫ ْه َر ْٱل َح‬H ‫ٱلش‬ َ
ٓ
‫اًل ِّمن‬H‫ض‬ ْ َ‫ونَ ف‬HH‫ َرا َم يَ ْبتَ ُغ‬H‫ َد َوٓاَل َءٓا ِّمينَ ْٱلبَيْتَ ْٱل َح‬Hِ‫ى َواَل ْٱلقَ ٰلَئ‬
َ ‫َواَل ْٱلهَ ْد‬ TUJUAN
5

Berdasarkan rumusan masalah yang telah Dalam studi literatur penulis menelaah buku-
penulis tetapkan, maka penulis memiliki tujuan buku, karya tulis, karya ilmiah maupun
penelitian sebagai berikut: dokumen dokumen yang berkaitan dengan tema
penelitian untuk selanjutnya dijadikan sebagai
1. Mendeskripsikan dan menganalisis bentuk- acuan dan alat utama bagi praktek penelitian
bentuk kenakalan siswa korban broken home di lapangan. Adapun untuk data empirik, penulis
SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo Kecamatan menggunakan beberapa metode, yaitu:
Mijen Kota Semarang.
a. Wawancara
2. Mendeskripsikan dan menganalisis peran guru
bimbingan konseling dalam mengatasi Wawancara adalah percakapan dengan maksud
kenakalan siswa korban broken home di SMK tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
Ma’arif NU 1 Wonolopo Kecamatan Mijen Kota pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
Semarang dalam perspektif fungsi bimbingan mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
dan konseling Islam. (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moleong, 2013: 186). Penulis
MANFAAT melaksanakan wawancara dengan cara berdialog
atau bertanya secara langsung dengan
Manfaat penelitian yang diharapkan oleh penulis
melibatkan guru bimbingan konseling, siswa-
adalah:
siswi korban broken home yang melakukan
1. Manfaat Teoretik kenakalan remaja serta kepala sekolah. Penulis
mewawancarai guru bimbingan konseling,
Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah siswa-siswa korban broken home yang
khasanah ilmu dakwah pada umumnya, serta melakukan kenakalan remaja serta kepala
ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam pada sekolah dengan tujuan untuk memperoleh data
khususnya, yang berkaitan dengan peran guru primer. Wawancara ini penulis lakukan secara
bimbingan konseling dalam menangani terencana, bertujuan untuk mendapatkan
kenakalan siswa korban broken home. beragam keterangan dengan cara mengajukan
beragam pertanyaan, sehingga dapat diketahui
2. Manfaat Praktis
permasalahan yang terjadi.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
b. Observasi
informasi dan juga referensi tambahan
pengetahuan bagi guru bimbingan konseling Observasi adalah suatu bentuk penelitian yang
dalam mengatasi kenakalan siswa korban broken dilaksanakan dengan cara pengamatan dan
home. pencatatan dengan cara sistematik fenomena-
fenomena yang diselidiki (Hadi, 1995: 136).
Metode observasi ini dilakukan dengan
METODE pengamatan secara langsung lebih dekat kepada
objek penelitian, sehingga dapat diketahui secara
Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan langsung dengan mencatat data secara sistematis
dalam penelitian ini baik yang berhubungan terhadap gejala yang diselidiki. Jenis observasi
dengan studi literatur maupun data yang yang penulis gunakan dalam penelitian ini
dihasilkan dari data empiris penulis adalah observasi nonpartisipan. Penulis dalam
menggunakan beberapa metode sebagai berikut. melakukan observasi tidak terlibat dan hanya
6

sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2013: hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru
204). Dengan menggunakan metode ini penulis BK, dan siswa. penulis menggunakan data ini
mengamati secara langsung keadaan sekolah, untuk mendapatkan informasi langsung tentang
siswa korban broken home dan tindakan yang peran guru bimbingan konseling dalam
dilakukan guru bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa korban broken home
mengatasi kenakalan yang dilakukan oleh siswa di SMK Ma'arif NU 1 Wonolopo Kecamatan
korban broken home. Observasi ini Mijen Kota Semarang. Sumber data primer
dimaksudkan untuk mengetahui peran guru adalah sumber data yang dapat memberikan data
Bimbingan Konseling dalam mengatasi penelitian secara langsung (Subagiyo, 2004: 87).
kenakalan siswa korban broken home di SMK Sumber data primer penelitian ini adalah guru
Ma'arif NU 1 Wonolopo Kecamatan Mijen Kota bimbingan konseling, siswa, dan kepala sekolah.
Semarang.
b. Data dan Sumber Data Sekunder
c. Dokumentasi
Data sekunder adalah data tambahan yang dapat
Dokumen dalam hal ini adalah merupakan memperkuat data pokok yang penulis peroleh
kumpulan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dari sumber data sekunder. Sumber data
baik berupa gambar, tulisan, ataupun karya- sekunder, yaitu sumber data yang di peroleh dari
karya lainnya. Dokumen ini sangat diperlukan pihak lain, tidak diperoleh secara langsung dari
dalam menguatkan beberapa data-data lainnya subyek penelitiannya (Azwar, 2007: 91).
yang diperoleh melalui wawancara dan Sumber data sekunder penelitian berasal dari
observasi (Sugiyono, 2013: 329).Dokumen yang literatur buku, jurnal, arsip sekolah, serta
diperoleh dalam penelitian ini adalah profil dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
SMK Ma'arif NU 1 Wonolopo Kecamatan Mijen penelitian.
Kota Semarang, buku kasus kenakalan siswa,
dan tata tertib di SMK Ma'arif NU 1 Wonolopo, B. Pembahasan
Mijen, Semarang. Peran Guru Bimbingan Konseling
HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Baruth dan Robinson III dalam
A. Hasil bukunya Lamongga (2011: 31) peran (role)
didefinisikan sebagai “the interaction of
Menurut Lofland yang di kutip oleh Lexy J. expectations about “position” and perceptions of
Moleong “bahwa sumber data utama dalam the actual person in the position”. Dari definisi
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, tersebut dapat diartikan bahwa peran adalah apa
selebihnya adalah data tambahan seperti yang diharapkan dari posisi yang dijalani
dokumen dan lain-lain” (Moleong, 2013: 157). seorang konselor dan persepsi dari orang lain
Secara garis besar jenis dan sumber data yang terhadap posisi konselor tersebut. Menurut
menjadi acuan dalam penelitian ini dibedakan Sardiman (1996: 144), berikut ini terdapat
menjadi dua, yaitu: beberapa fungsi peran guru Bimbingan
Konseling yang harus dijalankan sebagai peran
a. Data dan Sumber Data Primer guru Bimbingan Konseling dalam kaitan belajar
mengajar, dalam hal ini kegiatan yang berupa
Data primer adalah data yang dapat diperoleh
bimbingan, antara lain:
langsung dari lapangan atau tempat penelitian
(Nasution, 2004: 75). Data primer merupakan a. Pemberian informasi (informator).
7

Peran dan fungsi guru Bimbingan Konseling (Kegiatan Belajar Mengajar), membolos (cabut),
sebagai informator dimaksudkan bahwa guru membuat status kasar, mengupload foto kurang
Bimbingan Konseling sebagai pelaksana sopan di media sosial, tidak fokus dengan
bimbingan yang informatif, baik dalam pelajaran serta tidak memiliki motivasi untuk
laboratorium, studi lapangan atau sumber belajar, sholat bolong-bolong, mengaku haid
informasi dari kegiatan akademik maupun saat diajak jamaah sholat dzuhur atau dhuha
umum. (berbohong), dan berkelahi (adu mulut).

b. Pemberi dorongan (motivator). 2. Peran guru bimbingan dan konseling dalam


mengatasi kenakalan Siswa Korban Broken
Peran motivator ini mengindikasikan bahwa Home di SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo
guru Bimbingan Konseling harus dapat Kecamatan Mijen Kota Semarang Peran guru
memberikan rangsangan serta memberikan bimbingan konseling dalam mengatasi
dorongan dan reinforcement untuk kenakalan siswa korban broken home di SMK
mendinamiskan potensi siswa. Menumbuhkan Ma’arif NU 1 Wonolopo Kecamatan Mijen Kota
swadaya (aktifitas) dan daya cipta (kreatifitas) Semarang , pertama sebagai informator yaitu
sehingga akan terjadi dinamika dalam proses memberi informasi yang berkaitan dengan akibat
bimbingan. dari suatu kenakalan yang dilakukan siswa baik
melalui program klasikal maupun program
KESIMPULAN
konseling individual. Kedua, sebagai motivator
A. Kesimpulan yaitu memberi motivasi kepada para siswa agar
mereka dapat merencanakan masa depannya,
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat belajar dengan giat, dapat menyelesaikan
yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan masalahnya, dan dapat meraih cita-citanya.
sebagai berikut: Ketiga, sebagai fasilitator dengan memberikan
pengarahan di dalam kelas secara klasikal, dan
1. Bentuk Kenakalan Siswa Korban Broken
memberikan waktu kepada siswa untuk
Home di SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo
berkonsultasi tentang masalah yang dihadapi
Kecamatan Mijen Kota Semarang Kenakalan
secara individual dan mengumpulkan siswa
yang dilakukan siswa korban broken home di
yang melakukan kenakalan untuk diberi nasehat
SMK Ma’arif NU 1 Wonolopo tergolong
secara bersama. Keempat, sebagai mediator
kenakalan yang bersifat ringan sampai sedang.
dengan menjadi tempat wali kelas dan guru mata
Bentuk kenakalan siswa yang dilakukan siswa
pelajaran bertukar pendapat tentang masalah
korban broken home di SMK Ma’arif NU 1
yang dihadapi siswa baik itu yang berhubungan
Wonolopo, yaitu: kehadiran siswa di sekolah
dengan proses belajar mengajar, sikap siswa,
tidak tepat waktu (terlambat), membolos saat
maupun tentang masalah yang sedang dihadapi
pergantian jam pelajaran, bersikap kurang sopan
siswa. Kelima , sebagai evaluator yaitu dengan
terhadap guru, meremehkan dan membantah
melakukan evaluasi pada program bimbingan
guru, tidak mengerjakan tugas, tidak memiliki
yang telah dilakukan apakah sudah berhasil atau
tujuan hidup (sulit dibimbing dan diarahkan) dan
belum, dan mengambil langkah selanjutnya baik
bersikap semaunya sendiri, keluyuran,
itu melakukan bimbingan konseling lanjutan
berdandan menor, membuat gaduh saat KMB
maupun membuat program konseling yang baru.
8

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Rulam. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah.

An-Nawawi, Imam. 2013. Syarah Ringkas Riyadhus Shalihin 1. Jakarta: Pustaka as-Sunnah.

Asy-Syas, Hidayatullah Ahmad. 2007. Ensiklopedi Pendidikan Anak Muslim, terj. Sari Narulita dan
Umron Jayadi. Jakarta: Fikr.

Azwar, Saifudin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chaplin, James P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi; penerjemah Kartini Kartono edisi I Cet. 8. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.

Cohen, Bruce J. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Darajat, Zakiyah, dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.

Dep.Dik.Bud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Agama RI. 2014. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: Forum Pelayan Al-Qur’an.

Faqih, Aunur Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: U Press.

Gerungan, W.A. 1998. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Eresso.

Hadi, Sutrisno. 1995. Metodologi Research I. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Hallen A. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers.

Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Hasyim, Farid & Mulyono. 2010. Bimbingan dan Konseling Religius.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hidayat, Dede Rahmat dan Herdi. 2013. Bimbingan Konseling (Kesehatan Mental di Sekolah). Bandung:
PT Remaja Rosdakaraya.
9

Hikmawati, Fenti. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta: Rajawali Press.

Hikmawati, Fenti. 2015. Bimbingan Konseling Perspektif Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kartono, Kartini. 1979. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Bandung: Alumni Bandung.

Kholil, Syukur. 2009. Bimbingan Konseling Dalam Perspektif Islam.Medan: Citapustaka Media Perintis.

Lamongga Lubis, Namora. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta:
Kencana.

Maryuni, Sri, dkk.. “Peran Guru Bimbingan Konseling dan Guru Agama dalam Pengelolaan Kenakalan
Remaja di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan”. Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 9, No. 2, Juli, 2014.

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi).Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyono, Y. Bambang. 1984. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja & Penanggulangannya.


Yogyakarta: Kanisius.

Narwoko, Dwi J dan Bagong Suyanto. 2014. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:
Prenadamedia Group.

Nasution, S. 2004. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Ningsih, Sri Wulandari. 2015. “Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan
Siswa di MTs Wahid Hasyim Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta”. Skripsi tidak diterbitkan
Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai