Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA II
PENETAPAN KADAR AIR TANAH

Oleh :
Nama        : Feby nurian hafidzin
NIM        : A1A017052
Rombongan    : 6
PJ Asisten    : Fahira Mahza

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume

air terhadap volume tanah. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan

sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C

untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air

yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-

mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori

mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori

pada tanah.

Tanah mempunyai peranan penting dalam siklus hidrologi. Kondisi tanah

menentukan jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan

tanah. Tanah tidak hanya berperan sebagai media pertumbuhan tanaman tetapi

juga sebagai media pengatur air. Analisis tanah membantu penyelidikan

produktivitas dan penentuan tindakan pengolahan tanah. Hal ini dibutuhkan

karena kondisi setiap tanah berbeda-beda bergantung pada proses

pembentukannya. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor lingkungan

atau pedogenesis maupun kegiatan manusia atau metapedogenesis.

Fungsi air merupakan hal yang penting dalam tanah, antara lain untuk proses

pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan

hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media
gerak hara ke akar-akar tanaman. Tetapi jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara

dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-

garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga

membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh

O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.

Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan

tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan

tanah ke bawah. Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi,

kohesi dan gravitasi, maka air tanah dibedakan menjadi: air higroskopis, air

kapiler dan air gravitasi.

Tanah berperanan penting dalam siklus hidrologi. Kondisi tanah menentukan

jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan tanah. Jadi,

tidak hanya berperan sebagai media pertumbuhan tanaman tetapi juga sebagai

media pengatur air. Analisis tanah membantu penyelidikan produktivitas dan

penentuan tindakan pengolahan tanah. Hal ini dibutuhkan karena kondisi setiap

tanah berbeda-beda bergantung pada proses pembentukannya. Proses

pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor lingkungan (pedogenesis) maupun

kegiatan manusia (metapedogenesis). Air berfungsi sebagai media gerak hara ke

akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat

tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam

terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas.


B. Tujuan

Tujuan diadakannya praktikum Penetapan Kadar Air Tanah yaitu untuk

menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang, dan kadar air

maksimum tanah dengan metode gravimetri atau perbandingan air dengan masa

padatan tanah (berdasarkan % berat).

C. Manfaat

Manfaat dari acara 2 praktikan dapat menetapkan kadar air contoh tanah

kering angin, kapasitas lapang, dan kadar air maksimum tanah.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk

kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air

menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air diperlukan untuk kelangsungan

proses biokimiawi organisme hidup, sehingga sangat essensial (Wulan, 2011).

Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanah hampir

seluruhnya berasal dari udara dan atau atmosfer terutama didaerah tropis air hujan

itu dapat mrembes ke dalam tanah yang disebut infiltrasi. Sedangkan sisanya

mengalir di permukaan tanah sebagai aliran permukaan tanah (run off). Air

infiltrasi tadi bila dalam jumlah banyak dan terus merembes kedalam tanah secara

vertical dan meninggalkan daerahnya perakaranya yang disebut perkolasi, yang

akhirnya sampai pada lapisan yang kedap air yang kemudian ekumpul disitu

menhjadi air tanah atau sering disebut ground water. Mengetahui banyaknya air di

dalam tanah yang tersedia bagi tanaman adalah penting sekali terutama dalam hal

penentuan pemberian air pada tanaman atau pengairan tanaman agar supaya tidak

terjadi kelebihan ataupun kekurangan air (Poerwidodo, 1991)

Air dalam tanah menurut jumlah dan keadaanya dibagi kedalam tiga

keadaan yaitu: Air adhesi, air higrokopis, dan air kapiler. Air tanah seperti fase

cairan mengisi sebagian atau seluruh rongga-rongga yang terdapat dalam butir-

butir tanah atau di dalam agregat tanah, yaitu merupakan larutan dan berbagai

senyawa dan garam yang biasa larut dalam tanah (Foth, 1994).
Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam

tanah dan berat kering tanah, dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa yang

tinggi, KTK (kapasitas tukar kation) yang tinggi, tekstur yang relatif halus,

permeabilitas yang rendah dan pH yang relatif tinggi dan status hara yang tidak

seimbang merupakan karakteristik Vertisol (Hardjowigeno, 1992).

Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume

air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat

memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah

tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah

dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu tertentu.

Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung

dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan

udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang

bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air

tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air

jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga horizontal.

Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal (Hakim, 1986).

Kadar air juga dapat dinyatakan dalam persen volume, yaitu persentase

volume air terhadap volume tanah.  Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat

memberikan gambaran mengenai ketersediaan air bagi tumbuhan pada volume

tanah tertentu (Hardjowigeno, 1992).


Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya

tegangan air dalam tanah tersebut.  Besarnya tegangan air menunjukan besarnya

tenaga yang dibutuhkan untuk menentukan air tersebut dalam tanah (Nurhayati,

1986).

Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas

lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan  untuk tanaman juga

bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang

dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik

layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan

pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik

layunya telah ditunjukkan dengan baik (Buckman dan Brady, 1982).

Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah

air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakukan akan

ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor

tumbuhan yang berarti. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan

iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air

yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas

tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan

dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah.

(Buckman dan Brady, 1982).

Koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi

ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari:


1.    Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi dimana seluruh ruang pori tanah

terisi oleh air.

2.    Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori

tanah mulai menipis sehingga tegangan antar air-udara meningkat hingga lebih

besar dari gaya gravitasi.

3.    Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang

ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas

dan mempertahankan turgornya.

4.    Koefisien higroskopis adalah kondisi dimana air tanah terikat sangat kuat

oleh gaya matriks tanah (Hanafiah, 2007).

Kapasitas lapang (field capacity) adalah kondisi dimana tebal lapisan air

dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antara air-udara

meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi, air gravitasi (pori-pori makro)

habis dan air tersedia (pada pori-pori meso dan makro) bagi tanaman dalam

keadaan optimum, kondisi ini terjadi pada tegangan permukaan lapisan air sekitar

1/3 atm atau pF 2,54 (Hanafiah K. A, 2007).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Pada praktikum acara 2 dilakukan di dalam laboratorim, pada tanggal 19

Maret 2018

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum acara 2 Penetapan Kadar Air Tanah,

yaitu botol timbang, timbangan analitis, keranjang stainless, cawan tembaga

porus, bejana seng, pipet ukur 2 mm, bak perendam, serbet, kertas saring, oven,

tang penjepit, kertas label, spidol, dan eksikator. Bahan yang digunakan adalah

contoh tanah kering dan air.

C. Prosedur Kerja

1. Kadar air tanah kering angin (udara)

a. Botol timbang dan penutupnya di bersihkan, di beri label, lau di timbang

(=a gram).

b. Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter

2mm, kurang lebih setengahnya. Di tutup, lalu di timbang kembali (=b

gram).

c. Botol timbang yang berisi tanah dimasukkan ke dalam oven dengan

keadaan tutup terbuka. Pengovenan dilakukan pada suhu 105-110 C

minimal 4 jam.
d. Setelah pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali dengan

menggunakan tang penjepit.

e. Botol timbang yang telah di tutup dikeluarkan dari oven dengan

menggunakan tang penjepit, lalu dimasukkan ke dalam eksikator selama

15 menit.

f. Setelah itu,botol timbang diambil satu per satu dengan menggunakan tang

penjepit untuk ditimbang dengan yang sama (=c gram).

2. Kadar air kapasitas lapang (metode pendekatan)

a. Keranjang stainless dibersihkan, diberi label kemudian ditimbang (=a

gram).

b. Keranjang stainless yang telah ditimbang diletakkan ke dalam bejana seng.

c. Contoh tanah kering angin diameter 2mm dimasukkan ke dalam keranjang

stainless setinggi 2,5cm (sampai tanda batas) secara merata tanpa di tekan.

d. Diteteskan air sebanyak 2ml dengan pipet ukur secara perlahan pada 3 titik

tanpa bersinggungan (1 titik=0,67ml), kemudian bejana seng ditutup,

diletakkan di tempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit.

e. Keranjang kuningan dikeluarkan dari bejana seng,diayak dengan hati-hati

hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab,lalu di timbang (=b gram).

3. Kadar air maksimum tanah

a. Cawan tembaga porus dan Petridis dibersihkan dan diberi tanda atau label

secukupnya.
b. Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi dengan air

menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet.

Dimasukkan ke dalam Petridis kemudian ditimbang. (=a gram).

c. Cawan tembaga porus dikeluarkan dari Petridis, diisi dengan contoh tanah

halus (d 0,5mm) kurang lebih 1/3 nya. Cawan diketuk-ketuk perlahan

sampai permukaan tanahnya rata, contoh tanah halus di tambahkan lagi 1/3

nya dengan cara yang sama sampai cawan tembaga porus penuh dengan

tanah. Kelebihan tanah di atas cawan diratakan dengan colet.

d. Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu

batu -batu dibawahnya agar air bebas masuk ke dalam cawan tembaga

porus. Perendaman dilakukan selama 12-16 jam.

e. Setelah perendaman  selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak

perendaman. Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet,

dibersihkan dengan serbet, dimasukkan dalam cawan Petridis yang

digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu ditimbang (=b gram).

f. Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan

suhu 105-110ºC.

g. Setelah waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan tang penjepit

dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil

dengan tang penjepit kemudian ditimbang beratnya (=c gram).

h. Tanah yang ada di dalam cawan porus dibuang, cawan tembaga porus

dibersihkan dengan kuas, dialasi dengan Petridis yang sama lalu ditimbang

beratnya (=d gram).


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Rombongan :6
Kelompok :2
Jenis Tanah : Entisol
1. Tanah kering udara

Ulangan Botol (a) + contoh (b) setelah Kadar air


Timbang tanah (b g) dioven (c g) tanah
kosong (a kering
g) udara (%)

Ka 1 22,24 32,31 31,96 3,6

Ka 2 23,16 33,34 33,00 3.45

Rata – Rata 3,525

   a.   Ka-1    =  (b – c) X 100%


(c – a)

             = (32,31 – 31,96)   X 100%
(31,96 – 22,24)

  = 3,6 %
   b.  Ka-2    = (b – c)  X 100%
(c – a)

 = (33,34 – 35,31)    X 100%
      (33,00 – 23,16)

 =  3,45%

c. Rata-rata Ka = Ka1+Ka2
2
= 3,6% + 3,45%
2

= 3,525%

Jadi, rata-rata kadar air kering udara entisol adalah sebesar 3,525

2. Kapasitas Lapang

Ulangan Keranjang (a) + Kadar air kapasitas


stainless gumpalan lapang (%)
kosong (a g) tanah basah
(b g)

KL-1 70,38 94,55 12,546

KL-2 86,18 111,19 12,216

Rata – Rata 12,381

a.   KL-1   =          2            X 100% + Ka
                           b – (a + 2)

                     =                      2                 X 100% + 3,525%


  94,55 – (70,38+ 2)

                     =   12,546 %
b.      KL-2    =          2            X 100% + Ka
                               b – (a + 2)

                 =                      2                 X 100% + 3,525%


                                 111,19 – (86,18 + 2)

                      =   12,216%

c. Rata-rata KL = KL1+KL2

2
= 12,381%

Jadi rata-rata kapasitas lapang taah entisoladalah 12,381 %

3. Kadar air maksimum

Ulangan Cawan + (a) + (b) Petridish Kadar air


kertas tanah setelah + cawan maksimum
saring basah dioven + kertas (%)
jenuh + jenuh 24 jam saring
petridish (a air (b g) (c g) setelah
g) dioven (d
g

KAM-1 93,95 170,26 144,5 94,17 51,62

KAM-2 94,80 172,02 145,46 91,25 42,44

Rata-rata 47,03

a. KAM1 = (b-a)-(c-d) X 100%


(c-d)
= (170,26 – 93,95) - (145,5 – 94,17) X 100%
(144,5 – 94,17)

= 51,62%
b. KAM2 = (b-a)-(c-d) X 100%
(c-d)
= (172,02 – 94,80) - (145,46 – 91,25) X 100%
(145,46 – 51,25)

= 42,44%

c. Rata-rata KAM = KAM1+KAM2


2

= 47,03%

Jadi, rata-rata kadar air maksimum tanah entisol adalah 47,03%

B. Pembahasan

Air tanah seperti fase cairan mengisi sebagian atau seluruh rongga-rongga

yang terdapat dalam butir-butir tanah atau di dalam agregat tanah, yaitu

merupakan larutan dan berbagai senyawa dan garam yang biasa larut dalam tanah

(Foth,1988). Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering

dipakai istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah

kisaran yang tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh

dapat diartikan yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air

dimana pori-pori belum terisi penuh. Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanah

adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105 C hingga
o

diperoleh berat tanah kering yang tetap. Berdasarkan gaya yang bekerja pada air

tanah yaitu gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi maka air tanah dibedakan menjadi:

Air higroskopis
Air higroskopis adalah air yang diabsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat,

sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sanag sedikit dan merupakan

selaput tipis yang menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks

tanah ditahan pada tegangan 31 – 10.000 atm ( pF 4,0 – 4,7 )

Air kapiler

Air kapiler adalah air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan

adhesi yang lebih kuat dibandingakn gaya gravitasi. Air ini bergerak kesamping

atau keatas karena gaya kapiler. Air kapiloer ini menempati pori mikro dan

dinding pori makro ditahan pada tegangan antara 1/3 - 15 atm (pF 2,54 – 4,20 ).

Air kapiler dibedakan menjadi :

 Kapasitas lapang, yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air

gravitasi turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air

setelah hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jam sehingga air gravitasi sudah

turun semua. Pada kondisi kapasitas lapang, tanah mengandung air yang

optimum bagi tanaman karena pori makro berisi udara, sedangkan pori mikro

berisi air seluruhnya. Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan tegangan

1/3 atm atau pada pF 2,54.

 Titik layu permanen yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan

menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai

layu dan jika hal ini dibiarkan tanman akan mati. Pada titik layu permanen, air
ditahan pada tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik layu permanen disenut

juga koefisien layu tanaman.

Air gravitasi

Air gravitasi adalah air yang tidak dapat oleh tanah, karena mudah meresap

kebawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah hilang dari tanah

dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehungga tanah menjadi masam

dan miskin hara (Hardjowigeno,2010).

Berdasarkan diameter ruangnya, pori-pori tanah dibedakan menjadi tiga

kelas, yaitu makropori (pori-pori makro) apabila diameternya lebih besar dari 90

µm, mesopori apabila diameternya 30 µm sampai 90 µm dan mikropori apabila

diameternya lebih kecil dari 30 µm. Sedangkan berdasarkan pengaruhnya

terhadap air, pori-pori tanah dibagi menjadi lima kelas yaitu pori pengikat jika

berdiameter kurang dari 0,005 µm, pori residual jika berdiameter 0, 005 – 0,1 µm,

pori penyimpan jika berdiameter 0,1 – 50 µm, pori transmisi jika berdiameter 50 –

500 µm dan celah jika berdiameter lebih besar dari 500 µm (Hanafiah, 2005).

Kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah dan kedalaman

solum, makin tinggi kadar bahan organik tanah akan makin tinggi kadar air, serta

makin dalam kedalaman solum tanah maka kadar air juga semakin tinggi

(Hanafiah, 2004).

Kadar air yang tersedia dalam tanah didasarkan pada kenyataan bahwa

jumlah air maksimum yang dapat disimpan dalam tanah adalah air yang ditahan

pada saat kapasitas lapang dimana tanaman hanya dapat menurunkan kandungan

air tanah sampai batas titik layu permanen. Atas dasar itu maka jumlah air yang
dapat ditahan antar kapasitas lapang dan titik layu permanen serta kelebihan air

yang terikat pada kapasitas lapang tidak menguntungkan lagi bagi tanaman tingkat

tinggi (Pairunan, A. K. dkk, 1997).

Kondisi air tanah yang optimum yaitu keadaan tanah yang seluruhnya mengisi

pori mikro dalam tanah, dan pori makro terisi oleh air sehingga tanah tersebut

mengandung air yang optimum bagi tanaman. Kadar air tanah dinyatakan dalam

persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini

mempunyai keuntungan karen dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan

air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat

dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikeringovenkan dalam oven pada suhu

100 ̊C – 110 ̊C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan

merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang

memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro

kemudian pori mikro. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui

proses penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal

tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan

horizontal (Hakim, dkk, 1986).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kadar air tanah kering udara dari contoh yang diamati adalah 3,6 % dan

3.45 % dengan rata-rata 3,525 %.

2. Kadar air kapasitas lapang dari contoh tanah yang diamati adalah 12,546

% dan 12,216 % dengan rata-rata 12,381 %.

3. Kadar air maksimum dari contoh tanah yang diamati adalah 51,62 % dan

42,44 % dengan rata 47,03 %.

B. Saran

Dalam praktikum kali ini sabeiknya praktikan saat menimbang harus lebih

teliti agar diperoleh hasil yang akurat untuk kesesuaian data yang diperoleh.
Ketelitian dan keahlian praktikan perlu diterapkan dalam meneteskan air dengan

pipet, mengisi cawan porus dengan tanah, menimbang cawan porus, dan

sebagainya untuk mendapatkan data yang sebenar - benarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H. O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bharata Karya Aksara.

Foth, Henry. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi Keenam. Jakarta: PT Gelora

Aksara Pertama.

Foth, Henry. 1988. Dasar– Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Hakim, N. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Penerbit Universitas

Lampung.

Hanafiah. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.

Hanafiah. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hanafiah, K. A. 2009. Dasar – Dasar Ilmu Tanah.Rajawali Press : Jakarta.

Hardjowigeno, Sarwono.2010.Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.


Hardjowigeno, Sarwono. 1992. Ilmu Tanah. Jakarta: PT Melton Putra.

Nurhayati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.

Pairunan. A. K. dkk. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Ujung Pandang: BKPT

INTIM

Poerwowidodo. 1991. Genesis Tanah; proses Oembentukan Tanah Dan Morfologi

Tanah. CV. Rajawali. Jakarta

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai