Dokumen - Tips Askep-Nhl PDF
Dokumen - Tips Askep-Nhl PDF
Oleh :
SYAMSU RIZALI
NIM I1B108626
Judul : Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Non Hodgkin Limfoma (NHL) di
Ruang Penyakit Dalam Pria RSUD Ulin Banjarmasin
Dengan ini telah disetujui pembuatannya oleh Pembimbing Lahan dan Pembimbing
Akademik sebagai penugasan individu dalam Stase Keperawatan Medikal Bedah Program
Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Tahun 2012
Menyetujui
_______________________ ______________________
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
NON HODGKIN LIMFOMA (NHL)
B. Penyebab
Etiologi sebagian besar LNH tidak diketahui. Namun terdapat beberapa fakkor resiko
terjadinya LNH, antara lain :
1. Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan
terjadinya LNH antara lain adalah : severe combined immunodeficiency,
hypogammaglobulinemia, common variable immunodeficiency, Wiskott Aldrich
1
syndrome dan ataxia-telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan kelainan-
kelainan tersebut seringkali dihubugkan pula dengan Epstein Barr Virus (EBV) dan
jenisnya beragam.
2. Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic. Karena
tidak pada semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan
mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkit belum diketahui.
3. Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan
dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
4. Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi
makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV.
C. Patofisiologi
Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat terjadinya
mutasi gen pada salah satu gen pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit tua
yang tengah berada dalam proses transformasi menjadi imunoblas (terjadi akibat
adanya rangsangan imunogen). Beberapa perubahan yang terjadi pada limfosit tua
antara lain:
1. Ukurannya semakin besar,
2. Kromatin inti menjadi lebih halus,
3. Nukleolinya terlihat,
4. Protein permukaan sel mengalami perubahan.
Beberapa faktor resiko yang diperkirakan dapat menyebabkan terjadinya limfoma
Hodgkin dan non-Hodgkin seperti infeksi virus-virus seperti virus Epstein-Berg,
Sitomegalovirus, HIV, HHV-6, defisiensi imun, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi
awalnya menyerang sel limfosit yang ada di kelenjar getah bening sehingga sel-sel
limfosit tersebut membelah secara abnormal atau terlalu cepat dan membentuk
tumor/benjolan. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar
kelenjar getah bening (ekstra nodal). Proliferasi abnormal tumor tersebut dapat
memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Apabila
sel tersebut menyerang Kelenjar limfe maka akan terjadi Limphadenophaty
Dampak dari proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali, sel darah merah akan
terdesak, jumlah sel eritrosit menurun dibawah normal yang disebut anemia. Selain itu
populasi limfoblast yang sangat tinggi juga akan menekan jumlah sel trombosit
2
dibawah normal yang disebut trombositopenia. Bila kedua keadaan terjadi bersamaan,
hal itu akan disebut bisitopenia yang menjadi salah satu tanda kanker darah.
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di suatu
tempat (misalnya leher atau selangkangan)atau di seluruh tubuh. Kelenjar membesar
secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran kelenjar
getah bening di tonsil (amandel) menyebabkan gangguan menelan.
Pembesaran kelenjar getah bening jauh di dalam dada atau perut bisa menekan
berbagai organ dan menyebabkan: gangguan pernafasan, berkurangnya nafsu makan,
sembelit berat, nyeri perut, pembengkakan tungkai.
Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukimia. Limfoma non hodgkin
lebih mungkin menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada anak-
anak, gejala awalnya adalah masuknya sel-sel limfoma ke dalam sumsum tulang,
darah, kulit, usus, otak, dan tulang belekang; bukan pembesaran kelenjar getah
bening. Masuknya sel limfoma ini menyebabkan anemia, ruam kulit dan gejala
neurologis (misalnya delirium, penurunan kesadaran).
Secara kasat mata penderita tampak pucat, badan seringkali hangat dan merasa lemah
tidak berdaya, selera makan hilang, berat badan menurun disertai pembengkakan
seluruh kelenjar getah bening : leher, ketiak, lipat paha, dll.
D. Stadium penyakit
Penetapan stadium penyakit harus selalu dilakukan sebelum pegobatan dan setiap
lokasi jangkitan harus didata dengan cermat, digambar secara skematik dan didata
tidak hanya jumlah juga ukurannya. Hal ini sangat penting dalam menilai suatu
pengobatan.
Stadium berdasarkan kesepakatan Ann Arbor :
a. Stadium I : Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) hanya 1 regio.
IE : jika hanya terkena 1 organ ekstra limfatik tidak difus/batas tegas.
b. Stadium II : Pembesaran 2 regio KGB atau lebih, tetapi masih satu sisi diafragma.
II 2 : pembesaran 2 regio KGB dalam 1 sisi diafragma
II 3 : pembesaran 3 regio KGB dalam 1 sisi diafragma
II E : pembesaran 1 regio atau lebih KGB dalam 1 sisi diafragma dan 1 organ
3
Derajat LNH adalah klasifikasi histopatologis LNH berdasarkan hasil pemeriksaan
histopatologis yang terdiri dari:
1. Keganasan rendah (Limfoma Malignum: limfositik kecil, folikular didominasi sel
berukuran kecil cleaved, folikular campuran sel berukuran kecil cleaved dan
besar);
2. Keganasan menengah (Limfoma Malignum: folikular didominasi sel berukuran
besar, Difus sel berukuran kecil, difus campuran sel berukuran kecil dan besar,
difus sel berukuran besar);
3. Keganasan tinggi (Limfoma Malignum: sel imunoblastik berukuran besar, sel
limfoblastik, sel berukuran kecil noncleaved; lain-lain (komposit, mikosis
fungoides, histiosit, ekstramedular plasmasitoma, tidak terklasifikasi).
4
pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan, biasanya di
leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin mempunyai
gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non Hodgkin indolen
tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah
dalam stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.
E. Minafestasi Klinis
Terdapat lebih dari 30 sub-tipe NHL yang berbeda (90 persennya dari jenis sel B),
yang dapat dikelompokkan menurut beberapa panduan klasifikasi. Klasifikasi tersebut
mempertimbangkan beberapa faktor seperti penampakan di bawah mikroskop,
ukuran, kecepatan tumbuh dan organ yang terkena.
Secara umum dapat dikenali beberapa bentuk NHL yaitu amat agresif (tumbuh cepat),
menengah dan indolen (tumbuh lambat). Penentuan ini dilakukan dengan mikroskop
oleh dokter patologi di laboratorium.
Tanda dan gejala secara umum adalah :
Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :
- Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit
- Demam
- Keringat malam
- Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
- Gangguan pencernaan dan nyeri perut
- Hilangnya nafsu makan
- Nyeri tulang
- Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.
- Limphadenopaty
Kemungkinan
Gejala Penyebab timbulnya
gejala
Gangguan Pembesaran kelenjar getah bening di 20-30%
pernafasan dada
Pembengkakan
wajah
Hilang nafsu Pembesaran kelenjar getah bening di 30-40%
makan perut
Sembelit berat
Nyeri perut atau
perut kembung
5
Pembengkakan Penyumbatan pembuluh getah bening 10%
tungkai di selangkangan atau perut
Penurunan berat Penyebaran limfoma ke usus halus 10%>
badan
Diare
Malabsorbsi
Pengumpulan Penyumbatan pembuluh getah bening 20-30%
cairan di sekitar di dalam dada
paru-paru
(efusi pleura)
Daerah kehitaman Penyebaran limfoma ke kulit 10-20%
dan menebal di
kulit yang terasa
gatal
Penurunan berat Penyebaran limfoma ke seluruh tubuh 50-60%
badan
Demam
Keringat di malam
hari
Anemia Perdarahan ke dalam saluran 30%, pada
(berkurangnya pencernaan akhirnya
jumlah sel darah Penghancuran sel darah merah oleh bisa
merah) limpa yang membesar & terlalu aktif mencapai
Penghancuran sel darah merah oleh 100%
antibodi abnormal (anemia hemolitik)
Penghancuran sumsum tulang karena
penyebaran limfoma
Ketidakmampuan sumsum tulang untuk
menghasilkan sejumlah sel darah merah
karena obat atau terapi penyinaran
Mudah terinfeksi Penyebaran ke sumsum tulang dan 20-30%
oleh bakteri kelenjar getah bening, menyebabkan
berkurangnya pembentukan antibodi
F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis LNH ditegakkan dari hasil pemeriksaan histologi biopsi eksisi (excisional
biopsy) kelenjar getah bening atau jaringan ekstranodal.
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris keringat
malam, penurunan berat badan, limfadenopati dann hepatosplenomegali
2. Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal hepar, faal
ginjal, LDH.
Pemeriksaan Ideal
1. Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone- scan, CT- scan,
biopsi sumsum tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi
6
2. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan histopatologi.
Untuk LH memakai krioteria lukes dan butler (4 jenis). Untuk LNH memakai
kriteria internasional working formulation (IWF) menjadi derajat keganasan
rendah, sedang dan tinggi
Penentuan tingkat/stadium penyakit (staging)
1. Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A, B, E)
2. Ada 2 macam stage : Clinical stage dan pathological stage
G. Penatalaksanaan Medis
Terapi yang dilakukan biasanya melalui pendekatan multidisiplin. Terapi yang dapat
dilakukan adalah :
1. Derajat Keganasan Rendah (DKR)/indolen :
Pada prinsipnya simtomatik
- Kemoterapi: obat tunggal atau ganda (per oral), jika dianggap perlu: COP
(Cyclophosphamide, Oncovin, dan Prednisone)
- Radioterapi: LNH sangat radiosensitif.
- Radioterapi ini dapat dilakukan untuk lokal dan paliatif.
- Radioterapi: Low Dose TOI + Involved Field Radiotherapy saja
2. Derajat Keganasan Mengah (DKM)/agresif limfoma
- Stadium I: Kemoterapi (CHOP/CHVMP/BU)+radioterapi
- CHOP (Cyclophosphamide, Hydroxydouhomycin, Oncovin, Prednisone)
- Stadium II - IV: kemoterapi parenteral kombinasi, radioterapi berperan untuk
tujuan paliasi.
3. Derajat Keganasan Tinggi (DKT)
DKT Limfoblastik (LNH-Limfoblastik)
- Selalu diberikan pengobatan seperti Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
- Re-evaluasi hasil pengobatan dilakukan pada :
a. setelah siklus kemoterapi ke-empat
b. setelah siklus pengobatan lengkap
H. Diagnosa Banding
1. Limfoma Hodgkin
Penyakit Hodgkin adalah suatu jenis keganasan sistem kelenjar getah bening
dengan gambaran histologis yang khas. Ciri histologis yang dianggap khas adalah
7
adanya sel Reed-Sternberg atau variannya yang disebut sel Hodgkin dan gambaran
selular getah bening yang khas. Gejala utama adalah pembesaran kelenjar yang
paling sering dan mudah dideteksi adalah pembesaran kelenjar di daerah leher.
Pada jenis-jenis tipe ganas (prognosis jelek) dan pada penyakit yang sudah dalam
stadium lanjut sering disertai gejala-gejala sistemik yaitu: panas yang tidak jelas
sebabnya, berkeringat malam dan penurunan berat badan sebesar 10% selama 6
bulan. Kadang-kadang kelenjar terasa nyeri kalau penderita minum alkohol.
Hampir semua sistem dapat diserang penyakit ini, seperti traktus gastrointestinal,
traktus respiratorius, sistem saraf, sistem darah, dan lain-lain.
2. Limfadenitis Tuberkulosa
Merupakan salah satu sebab pembesaran kelenjar limfe yang paling sering
ditemukan. Biasanya mengenai kelenjar limfe leher, berasal dari mulut dan
tenggorok (tonsil). Pembesaran kelenjar-kelenjar limfe bronchus disebabkan oleh
tuberkulosis paru-paru, sedangkan pembesaran kelenjar limfe mesenterium
disebabkan oleh tuberkulosis usus. Apabila kelenjar ileocecal terkena pada anak-
anak sering timbul gejala-gejala appendicitis acuta, yaitu nyeri tekan pada perut
kanan bawah, ketegangan otot-otot perut, demam, muntah- muntah dan lekositosis
ringan. Mula-mula kelenjar-kelenjar keras dan tidak saling melekat, tetapi
kemudian karena terdapat periadenitis, terjadi perlekatan-perlekatan.
I. Prognosis
LNH dapat dibagi ke dalam 2 kelompok prognostik : indolen lymphoma dan agresif
lymphoma. LNH indolen memiliki prognosis yang relatif baik, dengan median
survival 10 tahun, tetapi biasanya tidak dapat disembuhkan pada stadium lanjut.
Sebagian besar tipe indolen adalah noduler atau folikuler. Tipe limfoma agresif
memiliki perjalanan alamiah yang lebih pendek, namun lebih cepat disembuhkan
secara signifikan dengan kemoterapi kombinasi intensif. Resiko kambuh lebih tinggi
pada pasien dengan gambaran histologis ”divergen” baik pada kelompok indolen
maupun agresif.
Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi prognosis berdasarkan International Prognostik
Index (IPI), yaitu usia, serum LDH, status performans, stadium anatomis, dan jumlah
ekstranodal. Tiap faktor memiliki efek yang sama terhadap outcome, sehingga
abnormalitas dijumlahkan untuk mendapatkan indeks prognostik. Skor yang
didapatkan antara 0-5.
8
Indeks Prognostik Pasien LNH untuk Seluruh Umur
Keterangan 0 1
J. Komlpikasi
Akibat langsung penyakitnya :
Penekanan terhadap organ khususnya jalan nafas, usus dan saraf
Mudah terjadi infeksi, bisa fatal
Akibat efek samping pengobatan :
Aplasia sumsum tulang
Gagal jantung oleh obat golongan antrasiklin
Gagal ginjal oleh obat sisplatinum
Neuritis oleh obat vinkristin
K. Pencegahan
Tidak ada pedoman untuk mencegah limfoma Non Hodgkin karena penyebabnya
tidak diketahui. Super lutein merupakan herbal antikanker no 1 yang
direkomendasikan oleh 6600 dokter di dunia. Kemampuannya sebagai herbal
antikanker tidak dapat dipungkiri lagi. Kandungan lycopene, beta caroten dan alpha
carotene merupakan karotenoid yang berfungsi sebagai antioksidan yang sangat baik
untuk regenerasi sel-selyang telah mati dan menghambat radikal bebas dalam tubuh.
karotenoid tersebut juga mampu menghambat dan membunuh mutasi sel-sel kanker
ini.
9
tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam.
Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang
terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil
perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien Limfoma antara lain :
1. Data subyektif
a. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 0C
b. Sering keringat malam
c. Cepat merasa lelah
d. Badan lemah
e. Mengeluh nyeri pada benjolan
f. Nafsu makan berkurang
g. Intake makan dan minum menurun, mual, muntah
2. Data Obyektif
a. Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau
pangkal paha
b. Wajah pucat
B. Diagnosa Keperawatan
Pathway keperawatan yang dapat diambil dari pengkajian :
10
Diagnosa yang dapat muncul amtara lain :
1. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi dan malnutrisi
2. Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap
inflamasi
3. Nyeri akut /kronis berhubungan dengan interupsi sel saraf
4. Aktual / risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
gangguan sistem transport oksigen
5. Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan massa tumor mendesak
ke jaringan luar
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
7. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya
absorbsi zat gizi.
8. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan intake yang kurang
9. Mual berhubungan dengan efek pengobatan
10. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis,
pengobatan dan perawatan
11. Keletihan berhubungan dengan penurunan energi tubuh, anemia
12. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat,
kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber
11
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Resiko infeksi NOC : NIC :
Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Definisi : Peningkatan resiko masuknya Risk control Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
organisme patogen Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil : Batasi pengunjung bila perlu
Faktor-faktor resiko : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
- Prosedur Infasif Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk infeksi Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
menghindari paparan patogen Jumlah leukosit dalam batas normal Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
- Trauma Menunjukkan perilaku hidup sehat Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Kerusakan jaringan dan peningkatan
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
paparan lingkungan
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
- Ruptur membran amnion
petunjuk umum
- Agen farmasi (imunosupresan)
- Malnutrisi Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
- Peningkatan paparan lingkungan patogen kencing
- Imonusupresi Tingktkan intake nutrisi
- Ketidakadekuatan imum buatan Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Tidak adekuat pertahanan sekunder
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
respon inflamasi) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer Monitor hitung granulosit, WBC
(kulit tidak utuh, trauma jaringan, Monitor kerentanan terhadap infeksi
penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, Batasi pengunjung
perubahan sekresi pH, perubahan Saring pengunjung terhadap penyakit menular
peristaltik) Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
- Penyakit kronik Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
12
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
13
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Berikan anti piretik jika perlu
14
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
capek, sulit atau gerakan kacau, Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
menyeringai) Tingkatkan istirahat
- Terfokus pada diri sendiri Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
- Fokus menyempit (penurunan persepsi berhasil
waktu, kerusakan proses berpikir, Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan) Analgesic Administration
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
jalan, menemui orang lain dan/atau pemberian obat
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
- Respon autonom (seperti diaphoresis, Cek riwayat alergi
perubahan tekanan darah, perubahan Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
nafas, nadi dan dilatasi pupil) pemberian lebih dari satu
- Perubahan autonomic dalam tonus otot Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
(mungkin dalam rentang dari lemah ke Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
kaku) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, teratur
merintih, menangis, waspada, iritabel, Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
nafas panjang/berkeluh kesah) kali
- Perubahan dalam nafsu makan dan Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
minum Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
15
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
ditandai dengan: Kolaborasi pemberian antibiotik
berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan Posisikan pasien pada posisi semifowler
kemampuan Minimalkan stimuli dari lingkungan
menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
memproses informasi Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)
membuat keputusan dengan benar Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
3. menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : panas/dingin/tajam/tumpul
tingkat kesadaran mambaik, tidak ada gerakan Monitor adanya paretese
gerakan involunter Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau
laserasi
Gunakan sarun tangan untuk proteksi
Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
Monitor kemampuan BAB
Kolaborasi pemberian analgetik
Monitor adanya tromboplebitis
Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
Resiko gangguan integritas kulit NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes NIC : Pressure Management
Definisi : Perubahan pada epidermis dan Kriteria Hasil : Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
dermis Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan Hindari kerutan padaa tempat tidur
Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Batasan karakteristik : daerah kulit yang mengalami gangguan Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
- Gangguan pada bagian tubuh Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Kerusakan lapisa kulit (dermis) kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
- Gangguan permukaan kulit Mampumelindungi kulit dan mempertahankan Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
(epidermis) kelembaban kulit dan perawatan alami Monitor status nutrisi pasien
Faktor yang berhubungan : Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Eksternal :
- Hipertermia atau hipotermia
- Substansi kimia
- Kelembaban udara
- Faktor mekanik (misalnya : alat yang
dapat menimbulkan luka, tekanan,
restraint)
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
16
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor (elastisitas kulit)
17
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
18
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
- Kurangnya informasi, misinformasi
19
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
nyeri jantung, tumor intra abdominal, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. mual - Monitor status hidrasi (Kelembaban membran mukosa, vital sign
penyakit oesofagus / pankreas. pasien teratasi dengan kriteria hasil: adekuat)
- Situasional: faktor psikologis seperti nyeri, Melaporkan bebas dari mual - Anjurkan untuk makan pelan-pelan
takut, cemas. Mengidentifikasi hal-hal yang mengurangi mual - Jelaskan untuk menggunakan napas dalam untuk menekan reflek
Nutrisi adekuat mual
DS: Status hidrasi: hidrasi kulit membran mukosa baik, tidak - Batasi minum 1 jam sebelum, 1 jam sesudah dan selama makan
- Hipersalivasi ada rasa haus yang abnormal, panas, urin output normal, - Instruksikan untuk menghindari bau makanan yang menyengat
- Penigkatan reflek menelan TD, HCT normal - Berikan terapi IV kalau perlu
- Menyatakan mual / sakit perut - Kelola pemberian anti emetik........
20
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Perasaan gelisah yang tak jelas dari Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai gejala cemas Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
respon autonom (sumner tidak spesifik atau Mengidentifikasi, mengungkapkan dan Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
tidak diketahui oleh individu); perasaan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
keprihatinan disebabkan dari antisipasi Vital sign dalam batas normal Dorong keluarga untuk menemani anak
terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan Lakukan back / neck rub
peringatan adanya ancaman yang akan datang tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya Dengarkan dengan penuh perhatian
dan memungkinkan individu untuk mengambil kecemasan
Identifikasi tingkat kecemasan
langkah untuk menyetujui terhadap tindakan
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Ditandai dengan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
Gelisah
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Insomnia
Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas
21
D. Implementasi Tindakan Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat .
Seperti tahap – tahap yang lain dalam proses keperawatan , fase pelaksanaan terdiri
dari beberapa kegiatan antara lain :
a. Validasi (pengesahan) rencana keperawatan
b. Menulis/ mendokumentasikan rencana keperawatan
c. Memberikan asuhan keperawatan
d. Melanjutkan pengumpulan data
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan
kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan klien perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi adalah :
a. Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak
b. Untuk melakukan pengkajian ulang
Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan dengan
prilaku klien :
a. Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan pernyataan
tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan
b. Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku, tetapi
tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan
c. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali
menunjukkan prilaku yang telah ditentukan
22
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Cancer facts & figure. Atlanta: American Cancer Society; 2009.
Armitage JO, Longo DL. Malignancies of limphoid cells. In: Isselsbacher KJ,
Braunwald
E, Wilson JB, Martin JB, Fauci AS, Kasoer DL, editors. Principles of internal
medicine. 16th ed. New York: Mc Graw-Hill; 2005.p.641-55.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku ajar ilmu
penyakit dalam : LNH; Penyakit Hodgkin. Hal 727-33; 735-44. Pusat
penerbitan departemen ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran
universitas Indonesia. Jakarta.
Rani AA, Soegondo S, Nasir AUZ, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A. Limfoma
Non Hodgkin. Jakarta: Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PB PAPDI; 2006.p.185-6.
Shike M (1996): Nutrition therapy for the Cancer Patient. In: Hamatology /
Oncology Clinic of North America 10 Number 1, pp 221 – 334.
http://fitralxt190110.blogspot.com/2011/09/askep-hodgkin.html
http://medicastore.com/penyakit/308/Limfoma_Non-Hodgkin.html
http://sweetspearls.com/naturally-plus/naturally-cara-mencegah-dan-mengatasi-
limfoma-hodgkin/