Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

NON HODGKIN LIMFOMA (NHL)


DI RUANG PENYAKIT DALAM PRIA
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 27 Agustus s/d 29 Agustus 2012

Oleh :
SYAMSU RIZALI
NIM I1B108626

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2012
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Non Hodgkin Limfoma (NHL) di
Ruang Penyakit Dalam Pria RSUD Ulin Banjarmasin

Disusun oleh : Syamsu Rizali


NIM. I 1B108626

Dengan ini telah disetujui pembuatannya oleh Pembimbing Lahan dan Pembimbing
Akademik sebagai penugasan individu dalam Stase Keperawatan Medikal Bedah Program
Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Tahun 2012

Banjarmasin, Agustus 2012

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

_______________________ ______________________
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
NON HODGKIN LIMFOMA (NHL)

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Limfoma non-hodgkin adalah kelompok keganasan primer imfosit yang dapat berasal
dari limfosit B, limfosit T dan kadang (amat jarang) berasal dari sel NK (natural
killer) yang berada dalam sistem limfe; yang sangat heterogen, baik tipe histologist,
gejala, perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan, maupun prognosis.
Pada LNH sebuah sel limfosit berproliferasi secara tak terkendali yang
mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel LNH berasal dari satu sel limfosit,
sehingga semua sel dalam tumor pasien LNH sel B memiliki immunoglobulin yang
sama pada permukaan selnya.
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari
sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari
limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang
lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering
terjadi dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.
Limfoma malignum non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu
keganasan kelenjar limfoid yang bersifat padat. Limfoma non hodgkin hanya dikenal
sebagai suatu limfadenopati lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar
sepertiga dari kasus yang berasal dari tempat lain yang mengandung jaringan limfoid (
misalnya daerah orofaring, usus, sumsum tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi
semua bentuk limfoma mempunyai potensi untuk menyebar dari asalnya sebagai
penyebaran dari satu kelenjar ke kelenjar lain yang akhirnya menyebar ke limfa, hati,
dan sumsum tulang.

B. Penyebab
Etiologi sebagian besar LNH tidak diketahui. Namun terdapat beberapa fakkor resiko
terjadinya LNH, antara lain :
1. Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan
terjadinya LNH antara lain adalah : severe combined immunodeficiency,
hypogammaglobulinemia, common variable immunodeficiency, Wiskott Aldrich

1
syndrome dan ataxia-telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan kelainan-
kelainan tersebut seringkali dihubugkan pula dengan Epstein Barr Virus (EBV) dan
jenisnya beragam.
2. Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic. Karena
tidak pada semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan
mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkit belum diketahui.
3. Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan
dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
4. Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi
makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV.

C. Patofisiologi
Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat terjadinya
mutasi gen pada salah satu gen pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit tua
yang tengah berada dalam proses transformasi menjadi imunoblas (terjadi akibat
adanya rangsangan imunogen). Beberapa perubahan yang terjadi pada limfosit tua
antara lain:
1. Ukurannya semakin besar,
2. Kromatin inti menjadi lebih halus,
3. Nukleolinya terlihat,
4. Protein permukaan sel mengalami perubahan.
Beberapa faktor resiko yang diperkirakan dapat menyebabkan terjadinya limfoma
Hodgkin dan non-Hodgkin seperti infeksi virus-virus seperti virus Epstein-Berg,
Sitomegalovirus, HIV, HHV-6, defisiensi imun, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi
awalnya menyerang sel limfosit yang ada di kelenjar getah bening sehingga sel-sel
limfosit tersebut membelah secara abnormal atau terlalu cepat dan membentuk
tumor/benjolan. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar
kelenjar getah bening (ekstra nodal). Proliferasi abnormal tumor tersebut dapat
memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Apabila
sel tersebut menyerang Kelenjar limfe maka akan terjadi Limphadenophaty
Dampak dari proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali, sel darah merah akan
terdesak, jumlah sel eritrosit menurun dibawah normal yang disebut anemia. Selain itu
populasi limfoblast yang sangat tinggi juga akan menekan jumlah sel trombosit

2
dibawah normal yang disebut trombositopenia. Bila kedua keadaan terjadi bersamaan,
hal itu akan disebut bisitopenia yang menjadi salah satu tanda kanker darah.
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di suatu
tempat (misalnya leher atau selangkangan)atau di seluruh tubuh. Kelenjar membesar
secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran kelenjar
getah bening di tonsil (amandel) menyebabkan gangguan menelan.
Pembesaran kelenjar getah bening jauh di dalam dada atau perut bisa menekan
berbagai organ dan menyebabkan: gangguan pernafasan, berkurangnya nafsu makan,
sembelit berat, nyeri perut, pembengkakan tungkai.
Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukimia. Limfoma non hodgkin
lebih mungkin menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada anak-
anak, gejala awalnya adalah masuknya sel-sel limfoma ke dalam sumsum tulang,
darah, kulit, usus, otak, dan tulang belekang; bukan pembesaran kelenjar getah
bening. Masuknya sel limfoma ini menyebabkan anemia, ruam kulit dan gejala
neurologis (misalnya delirium, penurunan kesadaran).
Secara kasat mata penderita tampak pucat, badan seringkali hangat dan merasa lemah
tidak berdaya, selera makan hilang, berat badan menurun disertai pembengkakan
seluruh kelenjar getah bening : leher, ketiak, lipat paha, dll.

D. Stadium penyakit
Penetapan stadium penyakit harus selalu dilakukan sebelum pegobatan dan setiap
lokasi jangkitan harus didata dengan cermat, digambar secara skematik dan didata
tidak hanya jumlah juga ukurannya. Hal ini sangat penting dalam menilai suatu
pengobatan.
Stadium berdasarkan kesepakatan Ann Arbor :
a. Stadium I : Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) hanya 1 regio.
 IE : jika hanya terkena 1 organ ekstra limfatik tidak difus/batas tegas.
b. Stadium II : Pembesaran 2 regio KGB atau lebih, tetapi masih satu sisi diafragma.
 II 2 : pembesaran 2 regio KGB dalam 1 sisi diafragma
 II 3 : pembesaran 3 regio KGB dalam 1 sisi diafragma
 II E : pembesaran 1 regio atau lebih KGB dalam 1 sisi diafragma dan 1 organ

ekstra limfatik tidak difus/batas tegas


c. Stadium III : Pembesaran KGB di 2 sisi diafragma
d. Stadium IV : Jika mengenai 1 organ ekstra limfatik atau lebih tetapi secara difus

3
Derajat LNH adalah klasifikasi histopatologis LNH berdasarkan hasil pemeriksaan
histopatologis yang terdiri dari:
1. Keganasan rendah (Limfoma Malignum: limfositik kecil, folikular didominasi sel
berukuran kecil cleaved, folikular campuran sel berukuran kecil cleaved dan
besar);
2. Keganasan menengah (Limfoma Malignum: folikular didominasi sel berukuran
besar, Difus sel berukuran kecil, difus campuran sel berukuran kecil dan besar,
difus sel berukuran besar);
3. Keganasan tinggi (Limfoma Malignum: sel imunoblastik berukuran besar, sel
limfoblastik, sel berukuran kecil noncleaved; lain-lain (komposit, mikosis
fungoides, histiosit, ekstramedular plasmasitoma, tidak terklasifikasi).

Ada 2 klasifikasi besar penyakit ini yaitu:


a. Limfoma non Hodgkin agresif
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh cepat atau level tinggi.karena sesuai dengan namanya, limfoma non
Hodgkin agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun diaktegorikan “agresif”,
limfoma ini sering memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan. Meskipun
pasien yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini
pertama, sering berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada
kenyataannya, limfoma non Hodgkin agresif lebih mungkin mengalami
kesembuhan total daripada limfoma non Hodgkin indolen.
b. Limfoma non Hodgkin indolen
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non
Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya, limfoma non
Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal pada awalnya tidak
menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak terdeteksi untuk beberapa saat.
Sering ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien mengunjungi dokter
untuk sebab lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin menemukan pembesaran
kelenjar getah bening pada pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu
pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah, atau suatu sinar-X, dada, mungkin
menunjukkan sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa lebih lanjut dan
ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang paling sering adalah

4
pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan, biasanya di
leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin mempunyai
gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non Hodgkin indolen
tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah
dalam stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.

E. Minafestasi Klinis
Terdapat lebih dari 30 sub-tipe NHL yang berbeda (90 persennya dari jenis sel B),
yang dapat dikelompokkan menurut beberapa panduan klasifikasi. Klasifikasi tersebut
mempertimbangkan beberapa faktor seperti penampakan di bawah mikroskop,
ukuran, kecepatan tumbuh dan organ yang terkena.
Secara umum dapat dikenali beberapa bentuk NHL yaitu amat agresif (tumbuh cepat),
menengah dan indolen (tumbuh lambat). Penentuan ini dilakukan dengan mikroskop
oleh dokter patologi di laboratorium.
Tanda dan gejala secara umum adalah :
Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :
- Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit
- Demam
- Keringat malam
- Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
- Gangguan pencernaan dan nyeri perut
- Hilangnya nafsu makan
- Nyeri tulang
- Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.
- Limphadenopaty

Kemungkinan
Gejala Penyebab timbulnya
gejala
 Gangguan  Pembesaran kelenjar getah bening di 20-30%
pernafasan dada
 Pembengkakan
wajah
 Hilang nafsu  Pembesaran kelenjar getah bening di 30-40%
makan perut
 Sembelit berat
 Nyeri perut atau
perut kembung

5
 Pembengkakan  Penyumbatan pembuluh getah bening 10%
tungkai di selangkangan atau perut
 Penurunan berat  Penyebaran limfoma ke usus halus 10%>
badan
 Diare
 Malabsorbsi
 Pengumpulan  Penyumbatan pembuluh getah bening 20-30%
cairan di sekitar di dalam dada
paru-paru
(efusi pleura)
 Daerah kehitaman  Penyebaran limfoma ke kulit 10-20%
dan menebal di
kulit yang terasa
gatal
 Penurunan berat  Penyebaran limfoma ke seluruh tubuh 50-60%
badan
 Demam
 Keringat di malam
hari
 Anemia  Perdarahan ke dalam saluran 30%, pada
(berkurangnya pencernaan akhirnya
jumlah sel darah  Penghancuran sel darah merah oleh bisa
merah) limpa yang membesar & terlalu aktif mencapai
 Penghancuran sel darah merah oleh 100%
antibodi abnormal (anemia hemolitik)
 Penghancuran sumsum tulang karena
penyebaran limfoma
 Ketidakmampuan sumsum tulang untuk
menghasilkan sejumlah sel darah merah
karena obat atau terapi penyinaran
 Mudah terinfeksi  Penyebaran ke sumsum tulang dan 20-30%
oleh bakteri kelenjar getah bening, menyebabkan
berkurangnya pembentukan antibodi

F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis LNH ditegakkan dari hasil pemeriksaan histologi biopsi eksisi (excisional
biopsy) kelenjar getah bening atau jaringan ekstranodal.
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris keringat
malam, penurunan berat badan, limfadenopati dann hepatosplenomegali
2. Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal hepar, faal
ginjal, LDH.
Pemeriksaan Ideal
1. Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone- scan, CT- scan,
biopsi sumsum tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi

6
2. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan histopatologi.
Untuk LH memakai krioteria lukes dan butler (4 jenis). Untuk LNH memakai
kriteria internasional working formulation (IWF) menjadi derajat keganasan
rendah, sedang dan tinggi
Penentuan tingkat/stadium penyakit (staging)
1. Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A, B, E)
2. Ada 2 macam stage : Clinical stage dan pathological stage

G. Penatalaksanaan Medis
Terapi yang dilakukan biasanya melalui pendekatan multidisiplin. Terapi yang dapat
dilakukan adalah :
1. Derajat Keganasan Rendah (DKR)/indolen :
Pada prinsipnya simtomatik
- Kemoterapi: obat tunggal atau ganda (per oral), jika dianggap perlu: COP
(Cyclophosphamide, Oncovin, dan Prednisone)
- Radioterapi: LNH sangat radiosensitif.
- Radioterapi ini dapat dilakukan untuk lokal dan paliatif.
- Radioterapi: Low Dose TOI + Involved Field Radiotherapy saja
2. Derajat Keganasan Mengah (DKM)/agresif limfoma
- Stadium I: Kemoterapi (CHOP/CHVMP/BU)+radioterapi
- CHOP (Cyclophosphamide, Hydroxydouhomycin, Oncovin, Prednisone)
- Stadium II - IV: kemoterapi parenteral kombinasi, radioterapi berperan untuk
tujuan paliasi.
3. Derajat Keganasan Tinggi (DKT)
DKT Limfoblastik (LNH-Limfoblastik)
- Selalu diberikan pengobatan seperti Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
- Re-evaluasi hasil pengobatan dilakukan pada :
a. setelah siklus kemoterapi ke-empat
b. setelah siklus pengobatan lengkap

H. Diagnosa Banding
1. Limfoma Hodgkin
Penyakit Hodgkin adalah suatu jenis keganasan sistem kelenjar getah bening
dengan gambaran histologis yang khas. Ciri histologis yang dianggap khas adalah

7
adanya sel Reed-Sternberg atau variannya yang disebut sel Hodgkin dan gambaran
selular getah bening yang khas. Gejala utama adalah pembesaran kelenjar yang
paling sering dan mudah dideteksi adalah pembesaran kelenjar di daerah leher.
Pada jenis-jenis tipe ganas (prognosis jelek) dan pada penyakit yang sudah dalam
stadium lanjut sering disertai gejala-gejala sistemik yaitu: panas yang tidak jelas
sebabnya, berkeringat malam dan penurunan berat badan sebesar 10% selama 6
bulan. Kadang-kadang kelenjar terasa nyeri kalau penderita minum alkohol.
Hampir semua sistem dapat diserang penyakit ini, seperti traktus gastrointestinal,
traktus respiratorius, sistem saraf, sistem darah, dan lain-lain.
2. Limfadenitis Tuberkulosa
Merupakan salah satu sebab pembesaran kelenjar limfe yang paling sering
ditemukan. Biasanya mengenai kelenjar limfe leher, berasal dari mulut dan
tenggorok (tonsil). Pembesaran kelenjar-kelenjar limfe bronchus disebabkan oleh
tuberkulosis paru-paru, sedangkan pembesaran kelenjar limfe mesenterium
disebabkan oleh tuberkulosis usus. Apabila kelenjar ileocecal terkena pada anak-
anak sering timbul gejala-gejala appendicitis acuta, yaitu nyeri tekan pada perut
kanan bawah, ketegangan otot-otot perut, demam, muntah- muntah dan lekositosis
ringan. Mula-mula kelenjar-kelenjar keras dan tidak saling melekat, tetapi
kemudian karena terdapat periadenitis, terjadi perlekatan-perlekatan.

I. Prognosis
LNH dapat dibagi ke dalam 2 kelompok prognostik : indolen lymphoma dan agresif
lymphoma. LNH indolen memiliki prognosis yang relatif baik, dengan median
survival 10 tahun, tetapi biasanya tidak dapat disembuhkan pada stadium lanjut.
Sebagian besar tipe indolen adalah noduler atau folikuler. Tipe limfoma agresif
memiliki perjalanan alamiah yang lebih pendek, namun lebih cepat disembuhkan
secara signifikan dengan kemoterapi kombinasi intensif. Resiko kambuh lebih tinggi
pada pasien dengan gambaran histologis ”divergen” baik pada kelompok indolen
maupun agresif.
Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi prognosis berdasarkan International Prognostik
Index (IPI), yaitu usia, serum LDH, status performans, stadium anatomis, dan jumlah
ekstranodal. Tiap faktor memiliki efek yang sama terhadap outcome, sehingga
abnormalitas dijumlahkan untuk mendapatkan indeks prognostik. Skor yang
didapatkan antara 0-5.

8
Indeks Prognostik Pasien LNH untuk Seluruh Umur
Keterangan 0 1

Umur ≤ 60 tahun > 60 tahun

Tumor stage (Ann Arbor) I atau II III atau IV

LDH serum Normal Meningkat

Status performans Tak ada gejala Ada gejala

Keterlibatan ekstranodal Tidak ada atau 1 > 1 tempat


Key score : Low risk (0-1); Intermediate (2), High intermediate (3), High risk (4-5)

J. Komlpikasi
Akibat langsung penyakitnya :
 Penekanan terhadap organ khususnya jalan nafas, usus dan saraf
 Mudah terjadi infeksi, bisa fatal
Akibat efek samping pengobatan :
 Aplasia sumsum tulang
 Gagal jantung oleh obat golongan antrasiklin
 Gagal ginjal oleh obat sisplatinum
 Neuritis oleh obat vinkristin

K. Pencegahan
Tidak ada pedoman untuk mencegah limfoma Non Hodgkin karena penyebabnya
tidak diketahui. Super lutein merupakan herbal antikanker no 1 yang
direkomendasikan oleh 6600 dokter di dunia. Kemampuannya sebagai herbal
antikanker tidak dapat dipungkiri lagi. Kandungan lycopene, beta caroten dan alpha
carotene merupakan karotenoid yang berfungsi sebagai antioksidan yang sangat baik
untuk regenerasi sel-selyang telah mati dan menghambat radikal bebas dalam tubuh.
karotenoid tersebut juga mampu menghambat dan membunuh mutasi sel-sel kanker
ini.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa
nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar

9
tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam.
Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang
terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil
perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien Limfoma antara lain :
1. Data subyektif
a. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 0C
b. Sering keringat malam
c. Cepat merasa lelah
d. Badan lemah
e. Mengeluh nyeri pada benjolan
f. Nafsu makan berkurang
g. Intake makan dan minum menurun, mual, muntah
2. Data Obyektif
a. Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau
pangkal paha
b. Wajah pucat

B. Diagnosa Keperawatan
Pathway keperawatan yang dapat diambil dari pengkajian :

mutasi gen pada salah satu sel dari


sekelompok sel limfosit

menyerang sel limfosit yang ada Proliferasi


benjolan di kelenjar getah bening
abnormal tumor

menekan organ menyebar ke dalam


darah
gangguan
pernafasan Penurunan Anemia dan /
sistem imun trombositopenia

nyeri perut pembengkakan menyebar ke sumsum tulang, saluran berkurangnya


tungkai pencernaan dan kulit nafsu makan

ruam kulit dan gejala


neurologis

10
Diagnosa yang dapat muncul amtara lain :
1. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi dan malnutrisi
2. Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap
inflamasi
3. Nyeri akut /kronis berhubungan dengan interupsi sel saraf
4. Aktual / risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
gangguan sistem transport oksigen
5. Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan massa tumor mendesak
ke jaringan luar
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
7. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya
absorbsi zat gizi.
8. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan intake yang kurang
9. Mual berhubungan dengan efek pengobatan
10. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis,
pengobatan dan perawatan
11. Keletihan berhubungan dengan penurunan energi tubuh, anemia
12. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat,
kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber

11
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Resiko infeksi NOC : NIC :
 Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Definisi : Peningkatan resiko masuknya  Risk control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
organisme patogen  Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil :  Batasi pengunjung bila perlu
Faktor-faktor resiko :  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
- Prosedur Infasif  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk infeksi  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
menghindari paparan patogen  Jumlah leukosit dalam batas normal  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
- Trauma  Menunjukkan perilaku hidup sehat  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Kerusakan jaringan dan peningkatan
 Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
paparan lingkungan
 Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
- Ruptur membran amnion
petunjuk umum
- Agen farmasi (imunosupresan)
- Malnutrisi  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
- Peningkatan paparan lingkungan patogen kencing
- Imonusupresi  Tingktkan intake nutrisi
- Ketidakadekuatan imum buatan  Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Tidak adekuat pertahanan sekunder
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
respon inflamasi)  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer  Monitor hitung granulosit, WBC
(kulit tidak utuh, trauma jaringan,  Monitor kerentanan terhadap infeksi
penurunan kerja silia, cairan tubuh statis,  Batasi pengunjung
perubahan sekresi pH, perubahan  Saring pengunjung terhadap penyakit menular
peristaltik)  Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
- Penyakit kronik  Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada area epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

12
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif

Hipertermia NOC : Thermoregulation NIC :


Kriteria Hasil : Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal  Suhu tubuh dalam rentang normal  Monitor suhu sesering mungkin
 Nadi dan RR dalam rentang normal  Monitor IWL
Batasan Karakteristik:  Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing,  Monitor warna dan suhu kulit
 kenaikan suhu tubuh diatas rentang merasa nyaman  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
normal  Monitor penurunan tingkat kesadaran
 serangan atau konvulsi (kejang)  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 kulit kemerahan  Monitor intake dan output
 pertambahan RR  Berikan anti piretik
 takikardi  Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
 saat disentuh tangan terasa hangat  Selimuti pasien
 Lakukan tapid sponge
Faktor faktor yang berhubungan :  Berikan cairan intravena
- penyakit/ trauma  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
- peningkatan metabolisme  Tingkatkan sirkulasi udara
- aktivitas yang berlebih  Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
- pengaruh medikasi/anastesi
- ketidakmampuan/penurunan Temperature regulation
kemampuan untuk berkeringat  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- terpapar dilingkungan panas  Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
- dehidrasi  Monitor TD, nadi, dan RR
- pakaian yang tidak tepat  Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan

13
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
 Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

Nyeri NOC : NIC :


 Pain Level, Pain Management
Definisi :  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
Sensori yang tidak menyenangkan dan  Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
pengalaman emosional yang muncul secara Kriteria Hasil :  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
aktual atau potensial kerusakan jaringan atau Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk nyeri pasien
Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
atau pelan intensitasnya dari ringan sampai Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
berat yang dapat diantisipasi dengan akhir menggunakan manajemen nyeri  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
yang dapat diprediksi dan dengan durasi Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
kurang dari 6 bulan. tanda nyeri)  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
Batasan karakteristik : Tanda vital dalam rentang normal ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Laporan secara verbal atau non verbal  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Fakta dari observasi  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
- Posisi antalgic untuk menghindari nyeri inter personal)
- Gerakan melindungi  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Tingkah laku berhati-hati  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Muka topeng

14
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
capek, sulit atau gerakan kacau,  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
menyeringai)  Tingkatkan istirahat
- Terfokus pada diri sendiri  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
- Fokus menyempit (penurunan persepsi berhasil
waktu, kerusakan proses berpikir,  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan) Analgesic Administration
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
jalan, menemui orang lain dan/atau pemberian obat
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
- Respon autonom (seperti diaphoresis,  Cek riwayat alergi
perubahan tekanan darah, perubahan  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
nafas, nadi dan dilatasi pupil) pemberian lebih dari satu
- Perubahan autonomic dalam tonus otot  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
(mungkin dalam rentang dari lemah ke  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
kaku)  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, teratur
merintih, menangis, waspada, iritabel,  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
nafas panjang/berkeluh kesah) kali
- Perubahan dalam nafsu makan dan  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
minum  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

Faktor yang berhubungan :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan NOC : NIC :


konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen Circulation status Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring (Monitor tekanan intrakranial)
berkurang Tissue Prefusion : cerebral  Berikan informasi kepada keluarga
Kriteria Hasil :  Set alarm
1. mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai  Monitor tekanan perfusi serebral
dengan :  Catat respon pasien terhadap stimuli
Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang  Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon neurology terhadap
diharapkan aktivitas
Tidak ada ortostatikhipertensi  Monitor jumlah drainage cairan serebrospinal
Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan  Monitor intake dan output cairan
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)  Restrain pasien jika perlu
2. mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang  Monitor suhu dan angka WBC

15
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
ditandai dengan:  Kolaborasi pemberian antibiotik
berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan  Posisikan pasien pada posisi semifowler
kemampuan  Minimalkan stimuli dari lingkungan
menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
memproses informasi Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)
membuat keputusan dengan benar  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
3. menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : panas/dingin/tajam/tumpul
tingkat kesadaran mambaik, tidak ada gerakan  Monitor adanya paretese
gerakan involunter  Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau
laserasi
 Gunakan sarun tangan untuk proteksi
 Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
 Monitor kemampuan BAB
 Kolaborasi pemberian analgetik
 Monitor adanya tromboplebitis
 Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi

Resiko gangguan integritas kulit NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes NIC : Pressure Management
Definisi : Perubahan pada epidermis dan Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
dermis  Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan  Hindari kerutan padaa tempat tidur
 Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Batasan karakteristik : daerah kulit yang mengalami gangguan  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
- Gangguan pada bagian tubuh  Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan  Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Kerusakan lapisa kulit (dermis) kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
- Gangguan permukaan kulit  Mampumelindungi kulit dan mempertahankan  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
(epidermis) kelembaban kulit dan perawatan alami  Monitor status nutrisi pasien
Faktor yang berhubungan :  Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Eksternal :
- Hipertermia atau hipotermia
- Substansi kimia
- Kelembaban udara
- Faktor mekanik (misalnya : alat yang
dapat menimbulkan luka, tekanan,
restraint)
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit

16
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor (elastisitas kulit)

Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
 Tirah Baring atau imobilisasi  Toleransi aktivitas  Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
 Kelemahan menyeluruh  Konservasi eneergi  Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
 Ketidakseimbangan antara suplei Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
oksigen dengan kebutuhan bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : berlebihan
Gaya hidup yang dipertahankan.  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai  Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia,
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
DS:  Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
 Melaporkan secara verbal adanya mandiri  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
kelelahan atau kelemahan.  Keseimbangan aktivitas dan istirahat merencanakan progran terapi yang tepat.
 Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
saat beraktivitas.  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
DO : kemampuan fisik, psikologi dan sosial
 Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
 Respon abnormal dari tekanan darah diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
atau nadi terhadap aktifitas  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
 Perubahan ECG : aritmia, iskemia  Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

17
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : NIC :


kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang,  Nutritional Status : food and Fluid Intake Nutrition Management
anoreksia  Weight control  Kaji adanya alergi makanan
Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk  Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan yang dibutuhkan pasien.
keperluan metabolisme tubuh. tujuan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Batasan karakteristik :  Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi  Berikan substansi gula
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal  Tidk ada tanda tanda malnutrisi  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
- Dilaporkan adanya intake makanan yang  Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari konstipasi
kurang dari RDA (Recomended Daily menelan  Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli
Allowance)  Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti gizi)
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
- Kelemahan otot yang digunakan untuk  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
menelan/mengunyah  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Luka, inflamasi pada rongga mulut  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah
mengunyah makanan Nutrition Monitoring
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan  BB pasien dalam batas normal
makanan  Monitor adanya penurunan berat badan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Perasaan ketidakmampuan untuk  Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
mengunyah makanan  Monitor lingkungan selama makan
- Miskonsepsi  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Kehilangan BB dengan makanan cukup  Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Keengganan untuk makan  Monitor turgor kulit
- Kram pada abdomen  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Tonus otot jelek  Monitor mual dan muntah
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
patologi  Monitor makanan kesukaan
- Kurang berminat terhadap makanan  Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
- Diare dan atau steatorrhea  Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Kehilangan rambut yang cukup banyak  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas
(rontok) oral.
- Suara usus hiperaktif  Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

18
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
- Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :


Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna
makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.

Kekuranfan Volume Cairan NOC: NIC :


 Fluid balance
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler,
 Hydration Fluid management
interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah
 Nutritional Status : Food and Fluid Intake  Timbang popok/pembalut jika diperlukan
ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan
Kriteria Hasil :  Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
pengeluaran sodium
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan
 Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
BB, BJ urine normal, HT normal
Batasan Karakteristik : tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
- Kelemahan  Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
 Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit
- Haus osmolalitas urin )
baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus
- Penurunan turgor kulit/lidah  Monitor vital sign
yang berlebihan
- Membran mukosa/kulit kering  Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
- Peningkatan denyut nadi, penurunan  Kolaborasi pemberian cairan IV
tekanan darah, penurunan volume/tekanan  Monitor status nutrisi
nadi  Berikan cairan
- Pengisian vena menurun  Berikan diuretik sesuai interuksi
- Perubahan status mental
 Berikan cairan IV pada suhu ruangan
- Konsentrasi urine meningkat
 Dorong masukan oral
- Temperatur tubuh meningkat
- Hematokrit meninggi  Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
- Kehilangan berat badan seketika (kecuali  Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
pada third spacing)  Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
Faktor-faktor yang berhubungan:  Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
- Kehilangan volume cairan secara aktif  Atur kemungkinan tranfusi
- Kegagalan mekanisme pengaturan  Persiapan untuk tranfusi

Mual berhubungan dengan: NOC: NIC :


- Pengobatan: iritasi gaster, distensi gaster,  Comfort level Fluid Management
obat kemoterapi, toksin  Hidrasil - Pencatatan intake output secara akurat
- Biofisika: gangguan biokimia (KAD, Uremia),  Nutritional Status - Monitor status nutrisi

19
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
nyeri jantung, tumor intra abdominal, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. mual - Monitor status hidrasi (Kelembaban membran mukosa, vital sign
penyakit oesofagus / pankreas. pasien teratasi dengan kriteria hasil: adekuat)
- Situasional: faktor psikologis seperti nyeri,  Melaporkan bebas dari mual - Anjurkan untuk makan pelan-pelan
takut, cemas.  Mengidentifikasi hal-hal yang mengurangi mual - Jelaskan untuk menggunakan napas dalam untuk menekan reflek
 Nutrisi adekuat mual
DS:  Status hidrasi: hidrasi kulit membran mukosa baik, tidak - Batasi minum 1 jam sebelum, 1 jam sesudah dan selama makan
- Hipersalivasi ada rasa haus yang abnormal, panas, urin output normal, - Instruksikan untuk menghindari bau makanan yang menyengat
- Penigkatan reflek menelan TD, HCT normal - Berikan terapi IV kalau perlu
- Menyatakan mual / sakit perut - Kelola pemberian anti emetik........

Kelelahan berhubungan dengan NOC: NIC :


- psikologis: kecemasan, gaya hidup  Activity Tollerance Energy Management
yang membosankan, depresi, stress  Energy Conservation - Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardi, disritmia,
- Lingkungan: kelembaban, cahaya,  Nutritional Status: Energy dispneu, diaphoresis, pucat, tekanan hemodinamik dan jumlah respirasi)
kebisingan, suhu Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. kelelahan - Monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien
- Situasi: Kejadian hidup yang negatif, pasien teratasi dengan kriteria hasil: - Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama bergerak dan
- Psikologis: Anemia, status penyakit,  Kemampuan aktivitas adekuat aktivitas
malnutrisi, kondisi fisik yang buruk,  Mempertahankan nutrisi adekuat - Monitor intake nutrisi
gangguan tidur.  Keseimbangan aktivitas dan istirahat - Monitor pemberian dan efek samping obat depresi
DS:  Menggunakan tehnik energi konservasi - Instruksikan pada pasien untuk mencatat tanda-tanda dan gejala
- Gangguan konsentrasi  Mempertahankan interaksi sosial kelelahan
- Tidak tertarik pada lingkungan  Mengidentifikasi faktor-faktor fisik dan psikologis yang - Ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas untuk mencegah kelelahan
- Meningkatnya komplain fisik menyebabkan kelelahan - Jelaskan pada pasien hubungan kelelahan dengan proses penyakit
- Kelelahan  Mempertahankan kemampuan untuk konsentrasi - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan intake makanan
- Secara verbal menyatakan kurang energi tinggi energi
DO: - Dorong pasien dan keluarga mengekspresikan perasaannya
- Penurunan kemampuan - Catat aktivitas yang dapat meningkatkan kelelahan
- Ketidakmampuan mempertahankan rutinitas - Anjurkan pasien melakukan yang meningkatkan relaksasi (membaca,
- Ketidakmampuan mendapatkan energi mendengarkan musik)
sesudah tidur - Tingkatkan pembatasan bedrest dan aktivitas
- Kurang energi - Batasi stimulasi lingkungan untuk memfasilitasi relaksasi
- Ketidakmampuan untuk mempertahankan
aktivitas fisik

Kecemasan berhubungan dengan kurang NOC : NIC :


 Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
pengetahuan dan hospitalisasi
 Coping  Gunakan pendekatan yang menenangkan
Definisi : Kriteria Hasil :

20
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Perasaan gelisah yang tak jelas dari  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai gejala cemas  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
respon autonom (sumner tidak spesifik atau  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
tidak diketahui oleh individu); perasaan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
keprihatinan disebabkan dari antisipasi  Vital sign dalam batas normal  Dorong keluarga untuk menemani anak
terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan  Lakukan back / neck rub
peringatan adanya ancaman yang akan datang tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya  Dengarkan dengan penuh perhatian
dan memungkinkan individu untuk mengambil kecemasan
 Identifikasi tingkat kecemasan
langkah untuk menyetujui terhadap tindakan
 Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Ditandai dengan
 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
 Gelisah
 Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
 Insomnia
 Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
 Resah
 Ketakutan
 Sedih
 Fokus pada diri
 Kekhawatiran
 Cemas

Kurang Pengetahuan NOC: NIC :


Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif,  Kowlwdge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
interpretasi terhadap informasi yang salah,  Kowledge : health Behavior  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
kurangnya keinginan untuk mencari informasi, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
tidak mengetahui sumber-sumber informasi. menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
kriteria hasil: cara yang tepat
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
DS: Menyatakan secara verbal adanya penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
masalah  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, yang dijelaskan secara benar tepat
perilaku tidak sesuai  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa  Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya yang tepat
 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
 Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second
opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang
tepat

21
D. Implementasi Tindakan Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat .
Seperti tahap – tahap yang lain dalam proses keperawatan , fase pelaksanaan terdiri
dari beberapa kegiatan antara lain :
a. Validasi (pengesahan) rencana keperawatan
b. Menulis/ mendokumentasikan rencana keperawatan
c. Memberikan asuhan keperawatan
d. Melanjutkan pengumpulan data

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan
kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan klien perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi adalah :
a. Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak
b. Untuk melakukan pengkajian ulang
Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan dengan
prilaku klien :
a. Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan pernyataan
tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan
b. Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku, tetapi
tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan
c. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali
menunjukkan prilaku yang telah ditentukan

22
DAFTAR PUSTAKA

Andra. Sistem kekebalan tubuh itu justru mengganas. Majalah Farmacia


2006;6(5):56-9.

Anonim. Cancer facts & figure. Atlanta: American Cancer Society; 2009.

Anonymous. 2006. Limfoma Maligna. www.wordpress.com.

Anonymous. 2008. Limfoma. www.elearning.blogspot.com.

Anonymous. Limfoma Non-Hodgkin 2007 ; (online),


(http://indonesian.lymphoma-net.org)

Armitage JO, Longo DL. Malignancies of limphoid cells. In: Isselsbacher KJ,
Braunwald

Bakta IM. Limfoma maligna. Hematologi klinik ringkas. Cetakan I. Jakarta:


EGC; 2007.p.192-219.

E, Wilson JB, Martin JB, Fauci AS, Kasoer DL, editors. Principles of internal
medicine. 16th ed. New York: Mc Graw-Hill; 2005.p.641-55.

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medical bedah, Vol. 1

Koller M, Aaronson NK, Blazeby J, Bottomley A, Johnson C, Ramage J, West


K. The European Organisation for Research and Treatment of Cancer
(EORTC) translation procedure for standardized quality of life
questionnaires. Journal of Clinical Oncology 2006;24:8S.

NANDA International. Nanda International: Nursing Diagnoses 2012-2014.


USA: Willey Blackwell Publicaton, 2009.

National Cancer Institute. Adult Non Hodgkin’s Lymphoma. Available at:


http://www.cancer. gov/cancertopics/pdq/treatment/adult-nonhodgkins /
health professional.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku ajar ilmu
penyakit dalam : LNH; Penyakit Hodgkin. Hal 727-33; 735-44. Pusat
penerbitan departemen ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran
universitas Indonesia. Jakarta.

Price SA, Wilson LM. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. EGC, Jakarta.

Rani AA, Soegondo S, Nasir AUZ, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A. Limfoma
Non Hodgkin. Jakarta: Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PB PAPDI; 2006.p.185-6.
Shike M (1996): Nutrition therapy for the Cancer Patient. In: Hamatology /
Oncology Clinic of North America 10 Number 1, pp 221 – 334.

Vinjamaran. 2007. Lymphoma, Non-Hodgkin. www.emedicine.com.

Wilkinson, Judith. M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta. EGC

http://fitralxt190110.blogspot.com/2011/09/askep-hodgkin.html

http://medicastore.com/penyakit/308/Limfoma_Non-Hodgkin.html

http://sweetspearls.com/naturally-plus/naturally-cara-mencegah-dan-mengatasi-
limfoma-hodgkin/

Anda mungkin juga menyukai