Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH PIJAT BAYI DAN BREASTFEEDING TERHADAP

PENURUNAN KADAR BILIRUBIN PADA NEONATUS


DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

THE EFFECT OF BABY MASSAGE AND BREASTFEEDING


OF BILIRUBIN CONTENT DECREASE OF NEONATES
WITH HYPERBILIRUBINEMIA

NURUL QAMARIAH RISTA


ANDARUNI NIM:P4400215043

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR
2017

i
PENGARUH PIJAT BAYI DAN BREASTFEEDING TERHADAP
PENURUNAN KADAR BILIRUBIN PADA NEONATUS
DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi
Kebidanan

Disusun dan diajukan oleh

NURUL QAMARIAH RISTA ANDARUNI


P4400215043

Kepada

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
TESIS

PENGARUH PIJAT BAYI DAN BREASTFEEDING TERHADAP


PENURUNAN KADAR BILIRUBIN PADA NEONATUS
DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

Disusun dan diajukan oleh

NURUL QAMARIAH RISTA ANDARUNI

Nomor Pokok P4400215043

Telah dipertahankan didepan Panitia Ujian Tesis

pada tanggal 24 Mei 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui

Komisi Penasihat,

Dr. dr. Ema Alasiry, Sp.A(K) Dr. dr. Irfan Idris, M.Kes
Ketua Anggota

Plt. Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Ilmu Kebidanan, Universitas Hasanuddin,

Prof. Dr. dr. Suryani As’ad, M.Sc Prof. Dr. Muhammad Ali, M.S

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nurul Qamariah Rista

Andaruni Nomor Mahasiswa: P4400215043

Program Studi : Ilmu Kebidanan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, Mei 2017

Yang Menyatakan,

Nurul Qamariah Rista Andaruni

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wa Rahmatullaahi Wa Barakaatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT pengisi
tempat tertinggi dihati atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Pengaruh Pijat bayi dan
Breasfeeding terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Pada Neonatus dengan
Hiperbilirubinemia".

Penyusunan Tesis ini merupakan salah satu rangkaian persyaratan


penyelesaian program pendidikan Magister Kebidanan Sekolah
Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar. Banyak kendala yang
dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan Tesis ini. Berkat bantuan
dari berbagai pihak, maka Tesis ini selesai pada waktunya. Dalam
kesempatan ini, penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. Suryani As’ad, M.Sc., selaku Plt Ketua Program Studi
Ilmu Kebidanan Universitas Hasanuddin Makassar.
2. Dr. dr., Ema Alasiry Sp.A(K) dan Dr. dr. Irfan Idris, M.Kes, selaku
Dosen Pembimbing Tesis yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Tesis.
3. Dr. dr. Burhanuddin Bahar, M.Sc; Prof. Dr. dr. Andi Wardihan
Sinrang, MS; dan Dr. dr. Isharya Sunarno, Sp.OG(K) selaku tim
penguji yang telah memberikan masukan, bimbingan, serta
perbaikan sehingga tesis siap untuk di publikasikan.
4. Direktur Rumah Sakit tempat penelitian dan tenaga kesehatan
serta staf yang telah memberikan izin dan bantuan dalam
pelaksanaan penelitian hingga selesai.
5. Orang tua, anak-anak dan keluarga yang selalu memberikan
limpahan cinta serta doanya.

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih terdapat kekurangan.


Penulis berharap kritik dan saran yang dapat mendukung kesempurnaan
Tesis ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wa Rahmataullaahi Wa Barakaatuh

Makassar, Mei 2017

Penulis
ABSTRAK

Nurul Qamariah Rista Andaruni, Pengaruh Pijat Bayi dan Breastfeeding


Terhadap penurunan Kadar Bilirubin Pada Neonatus Dengan
Hiperbilirubinemia (Dibimbing oleh Ema Alasiry dan Irfan Idris)

Bayi baru lahir memiliki risiko mengalami hiperbilirubinemia yang


terjadi pada sekitar 80% bayi prematur dan 60 % pada bayi aterm yang
disebabkan oleh tingginya kadar bilirubin dalam darah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pijat bayi dan
breastfeeding terhadap penurunan kadar bilirubin pada neonatus dengan
hiperbilirubinemia.
Jenis penelitian desain quasi eksperimental dengan rancangan
non-equivalent control group. Sampel dalam penelitian ini neonatus
hiperbilirubinemia yang menerima fototerapi sebanyak 70 bayi dibagi
menjadi 4 kelompok Bayi yang mendapatkan pijat dan breastfeeding
(Kelompok I), bayi yang mendapat pijat dan susu formula (Kelompok II),
bayi yang hanya mendapat breastfeeding (Kelompok III) dan bayi yang
hanya mendapat susu formula (Kelompok IV). Pemberian intervensi
dilakukan selama 3 hari/sampel. Analisis data menggunakan uji paired t-
test dan uji anova.
Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan kadar bilirubin antara
keempat kelompok setelah intervensi dengan p value 0,000(p<0,05).
Setelah intervensi diperoleh rata-rata penurunan kadar bilirubin pada
kelompok pijat+breastfeeding sebesar 7.82 mg/dl, kelompok pijat+susu
formula sebesar 9.22 mg/dl, kelompok breastfeeding sebesar 14.68 mg/dl
dan kelompok susu formula sebesar 13.69 mg/dl. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelompok yang diberikan pemijatan lebih efektif
menurunkan kadar bilirubin dibandingkan hanya diberikan breastfeeding
atau susu formula.
Pijat bayi juga bisa membantu mengurangi kadar bilirubin melalui
peningkatan frekuensi defekasi pada neonatus dengan hiperbilirubinemia
yang menerima fototerapi.

vi
Kata kunci: Pijat bayi, Hiperbilirubinemia, Neonatus, Fototerapi, Bilirubin,
Breastfeeding
ABSTRACT

NURUL QAMARIAH RISTA ANDARUNI, The Effect Of Baby Massage


And Breastfeeding Of Bilirubin Content Decrease Of Neonates With
Hyperbilirubinemia. (Supervised by Ema Alasiry and Irfan Idris)

The newborn baby has the risk undergoing hyperbilirubinemia


which occurs on approximately 80% premature babies and 60% aterm
babies, caused by the bilirubin content height in the blood. The research
aimed at investigating the effect of the baby massage treatment and
breastfeeding on the bilirubin content decrease of the neonates with the
hyperbilirubinemia.
This was a quasi experimental design research with the non-
equivalent control group design. The research samples were the
hyperbilirubinemia neonates who obtained the phototherapy as many as
70 babies, they were divided into four groups. The babies who obtained
the massage and breastfeeding were (Group I), the babies who obtained
the massage and formulated milk were (Group II), the babies who only
obtained breastfeeding were (Group III) and the babies who only obtained
the formulated milk were (Group IV). The intervention delivery was
conducted for 3 day/sample. The data analysis used the paired t-test and
anova test.
The research result indicates that there are the bilirubin content
differences among the four groups after the intervention with the p value
of 0.000(p<0.05). After the intervention, the average bilirubin content
decrease is obtained on the massage+breastfeeding group of 7.82 mg/dl,
the massage+formulated milk is 9.22 mg/dl, the breastfeeding group is
14.68 mg/dl and the formulated milk group is 13.69 mg/dl. The research
result can be concluded that the groups given the more effective
massages decrease the bilirubin content compared with the groups who
are only given the breastfeeding or formulated milk.
The baby massage can help reduce the bilirubin content with
improve the defecation frequency on the neonates with the
hyperbilirubinemia obtaining the phototherapy.

Key word: Baby Massage, Hyperbilirubinemia, Neonates, Phototherapy,


Bilirubin, Breastfeeding.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................iv
KATA PENGANTAR....................................................................................v
ABSTRAK...................................................................................................vi
ABSTRACT................................................................................................vii
DAFTAR ISI..............................................................................................viii
DAFTAR TABEL..........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR....................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................8
C. Tujuan Penelitian....................................................................8
D. Manfaat Penelitian..................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori
1. Konsep Hiperbilirubinemia.............................................10
2. Konsep Pijat Bayi...........................................................22
3. Konsep ASI 33
B. Kerangka Teori.............................................41
C. Kerangka Konsep.................................................................42
D. Hipotesis...............................................................................42
E. Definisi Operasional......................................43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ix
A. Desain Penelitian..................................................................44
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................44
C. Populasi dan Sampel............................................................44
D. Pengumpulan Data...............................................................47
E. Etika Penelitian.....................................................................48
F. Metoda Pengolahan dan Analisis Data................................48
G. Tahapan Penelitian...............................................................51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian.....................................................................52
B. Pembahasan.........................................................................60
C. Keterbatasan Penelitian........................................................72

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................73
B. Saran.....................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Total Serum Bilirubin...................................................... 17


Tabel 2.2 Definisi Operasional ......................................................... 43
Tabel 3.1 Analisis Univariat Karakteristik Responden, Variabel
Bebas dan Variabel Terikat............................................ 49
Tabel 4.1 Karakteristik Bayi dengan Hiperbilirubinemia yang di
Fototerapi di Unit Perinatologi ........................................ 53
Tabel 4.2 Perbedaan Frekuensi Defekasi Sebelum dan Setelah
Intervensi Pada Masing-Masing Kelompok .................... 54
Tabel 4.3 Perbedaan Bilirubin Serum Total Sebelum dan Setelah
Intervensi Pada Hari Ketiga ................. .......................... 56
Tabel 4.4 Hubungan Masing-Masing Kelompok Terhadap
Penghentian Fototerapi Pada Bayi Hari
Ketiga............................................. ................................ 56
Tabel 4.5 Efek Intervensi Terhadap Penghentian Fototerapi Hari
Ketiga............................................................................. 57
Tabel 4.6 Perbedaan Rata-Rata Kadar Bilirubin Serum Total
Antar Masing-Masing Kelompok..................................... 58
Tabel 4.7 Uji Post Hoc Kadar Bilirubin Serum Total Pada
Pemeriksaan Posttest............................................ ......... 59
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pedoman Fototerapi Intensive Neonatus Usia ≥ 35


Minggu ...................................................................... 18
Gambar 2.2 Kerangka Teori ......................................................... 41
Gambar 2.3 Kerangka Konsep ..................................................... 42
Gambar 3.1 Kelompok Sampel ..................................................... 47
Gambar 3.2 Tahapan Penelitian ........... ........................................ 51
Gambar 4.1 Peningkatan frekuensi defekasi sebelum dan
sesudah intervensi.........................................................55
Gambar 4.2 Grafik Penurunan Kadar Bilirubin Serum Total..............59
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian


Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan
Responden Lampiran 4 : Master Tabel
Lampiran 5 : Hasil Olah Data
Lampiran 6 : Teknik Pijat Bayi dengan Metode
Field Lampiran 7 : Dokumentasi

10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Survei Kesehatan Demografi Indonesia (SKDI) menyebutkan, di

Indonesia angka kematian neonatus pada tahun 2014 mencapai 32/1000

kelahiran hidup. Masih jauh dari target dalam Substainable Development

Goals (SDGs) ke-3 tahun 2030 yaitu 12/1000 kelairan hidup. Angka

tersebut dipengaruhi oleh kondisi bayi yang mengalami BBLR 26%,

hiperbilirubinemia 9%, hipoglikemi 0.8% dan infeksi neonatorum 1.8%

(Kementerian Kesehatan, 2015).

Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir pada minggu pertama

terjadi pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Hal ini

adalah keadaan yang fisiologis. Walaupun demikian, sebagian bayi akan

mengalami hiperbilirubinemia sehingga memerlukan pemeriksaan dan tata

laksana yang benar untuk mencegah kesakitan dan kematian (Suradi &

Letupeirissa, 2013).

Hiperbilirubinemia tidak berbahaya jika kadar bilirubin tidak tinggi

tetapi berbahaya bagi otak jika kadar bilirubin terlalu tinggi, karena

meningkatnya toksisitas bilirubin tak terkonjugasi di otak. Diagnosis dan

pengobatan dari neonatal dengan hiperbilirubinemia sangat penting untuk

mencegah komplikasi berbahaya (Nourozi et al., 2011).


Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya,

sekitar 65% menderita hiperbilirubinemia dalam minggu pertama

kehidupannya. Di Malaysia, hasil survei pada tahun 1998 di rumah sakit

pemerintah dan pusat kesehatan di bawah Departemen Kesehatan

mendapatkan 75% bayi baru lahir menderita hiperbilirubinemia dalam

minggu pertama kehidupannya (Juffri et al., 2012).

Kejadian hiperbilirubinemia pada bayi aterm di beberapa rumah sakit

di Indonesia bervariasi antara 13.7%-85%. Tahun 2003 di Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo (RSCM) prevalensi hiperbilirubinemia pada bayi

baru lahir sebesar 58% untuk kadar bilirubin ≥5 mg/dL dan 29.3% untuk

kadar bilirubin ≥12 mg/dL pada minggu pertama kehidupan, RS Dr.

Sardjito melaporkan sebanyak 85% bayi sehat cukup bulan mempunyai

kadar bilirubin ≥5 mg/dL dan 23.8% mempunyai kadar bilirubin ≥13 mg/dL,

RS Dr. Kariadi Semarang dengan prevalensi hiperbilirubinemia

neonatorum sebesar 13.7%, RS Dr.Soetomo Surabaya sebesar 30% pada

tahun 2000 dan 13% pada tahun 2002 (HTA, 2004).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, hasil

observasi di RSUD Provinsi NTB, dari catatan rekam medis rumah sakit.

Dapat diketahui jumlah neonatus pada tahun 2014 di rumah sakit tersebut

berjumlah 1502 kelahiran, pada tahun 2015 berjumlah 1636 kelahiran dan

pada tahun 2016 dari bulan januari sampai bulan september 267

kelahiran. Sedangkan jumlah kasus neonatus dengan permasalahan

hiperbilirubin di rumah sakit tersebut pada tahun 2014 berjumlah 73 kasus

11
(4.86%), pada tahun 2015 berjumlah 82 kasus (5%) dan pada tahun 2016

dari bulan januari sampai bulan september 49 kasus (18.4%).

Hasil observasi di RSUD Kota Mataram, dari catatan rekam medis

rumah sakit. Dapat diketahui jumlah neonatus pada tahun 2014 di rumah

sakit tersebut berjumlah 741 kelahiran, pada tahun 2015 berjumlah 515

kelahiran dan pada tahun 2016 dari bulan januari sampai bulan september

469 kelahiran. Sedangkan jumlah kasus neonatus dengan permasalahan

hiperbilirubin di rumah sakit tersebut pada tahun 2014 berjumlah 72 kasus

(9.7%), pada tahun 2015 berjumlah 77 kasus (15%) dan pada tahun 2016

dari bulan januari sampai bulan september 80 kasus (17.1%).

Sedangkan, hasil observasi di RSUD dr. Soedjono Selong , dari

catatan rekam medis rumah sakit. Dapat diketahui jumlah neonatus pada

tahun 2014 di rumah sakit tersebut berjumlah 821 kelahiran, pada tahun

2015 berjumlah 724 kelahiran dan pada tahun 2016 dari bulan januari

sampai bulan september 456 kelahiran. Sedangkan jumlah kasus

neonatus dengan permasalahan hiperbilirubin di rumah sakit tersebut

pada tahun 2014 berjumlah 82 kasus (10%), pada tahun 2015 berjumlah

88 kasus (12.2%) dan pada tahun 2016 dari bulan januari sampai bulan

september 74 kasus (16,2%).

Hasil observasi di RSUD Patut Patuh Patju Gerung, dari catatan

rekam medis rumah sakit. Dapat diketahui jumlah neonatus pada tahun

2014 di rumah sakit tersebut berjumlah 846 kelahiran, pada tahun 2015

berjumla h 784 kelahiran dan pada tahun 2016 dari bulan januari sampai
bulan september 524 kelahiran. Sedangkan jumlah kasus neonatus

dengan permasalahan hiperbilirubin di rumah sakit tersebut pada tahun

2014 berjumlah 74 kasus (8.7%), pada tahun 2015 berjumlah 82 kasus

(11%) dan pada tahun 2016 dari bulan januari sampai bulan september

76 kasus (15%).

Faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia antara lain

sefalhematoma atau memar, usia kehamilan dini, tidak optimal dalam

pemberian ASI (terutama menyusui tidak berhasil dan atau penurunan

berat badan >8%), isoimmune atau anemia hemolitik, dan keturunan

riwayat jaundice (Muchowski et al., 2014).

Terdapat hubungan antara kondisi hiperbilirubin pada neonatus

dengan perubahan fisiologis pada tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan

perubahan warna kuning pada kulit bayi yang disebut hiperbilirubinemia.

Kadar normal bilirubin serum total pada bayi baru lahir ialah 0.3-1 mg/dl

(Anggraini, 2014). Kematangan fungsi sistem organ merupakan syarat

untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar kandungan. Hal ini

disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjugasi bilirubin indirek

menjadi bilirubin direk belum sempurna (Surasmi et al., 2003). Jika kadar

bilirubin tidak dikendalikan dapat mengakibatkan disfungsi sistem saraf

pusat dan kemungkinan dapat menyebabkan kematian (Steffensrud,

2004).

Berbagai cara telah digunakan untuk mengelola bayi baru lahir

dengan hiperbilirubinemia. Strategi tersebut termasuk pencegahan,


penggunaan farmakologi, fototerapi dan transfusi tukar. American

Academy of Pediatrics (2004), mengeluarkan strategi praktis dalam

pencegahan dan penanganan hiperbilirubinemia bayi baru lahir (≥35

minggu) dengan tujuan untuk menurunkan insidensi dari neonatal dengan

hiperbilirubinemia berat dan ensefalopati bilirubin serta meminimalkan

risiko yang tidak menguntungkan seperti kecemasan ibu, berkurangnya

breastfeeding atau terapi yang tidak diperlukan. Pencegahan dititik

beratkan pada pemberian minum sesegera mungkin, sering menyusui

untuk menunjang kestabilan bakteri flora normal, merangsang aktifitas

usus halus sehingga dapat mencegah terjadinya siklus enterohepatik

(Sukadi, 2012).

Review hasil penelitian (Yang et al., 2013), menjelaskan bahwa

pemberian ASI yang tidak adekuat kemungkinan menyebabkan dehidrasi,

yang dipercaya sebagai penyebab hiperbilirubinemia neonatorum. Bayi

baru lahir yang diberi ASI adekuat, terbukti dapat mempercepat ekskresi

bilirubin melalui mekonium dan penurunan absorbsi bilirubin di usus.

Mekonium yang banyak mengandung bilirubin bila ada keterlambatan

pengeluaran dapat terjadi penyerapan oleh usus sehingga meningkatkan

kadar bilirubin dalam sirkulasi enterohepatik (Gourley et al., 2005).

Ada hubungan yang jelas antara frekuensi menyusui dengan

penurunan insidensi hiperbilirubinemia. Pemberian ASI yang sering akan

meningk atkan peristaltik usus dan frekuensi defekasi sehingga peredaran

enterohepatik bilirubin berkurang (Martiza, 2012).


Selain pemberian ASI dapat menurunkan kadar bilirubin, bisa juga

ditangani dengan pemberian terapi pijat pada bayi dengan

hiperbilirubinemia yang menerima fototerapi. Ilmu kesehatan modern telah

membuktikan secara ilmiah bahwa terapi pijat pada bayi mempunyai

banyak manfaat. Terapai pijat juga memiliki efek biokimia dan dampak

klinis yang positif, sehingga dapat merangsang fungsi pencernaan dan

dapat merangsang metabolisme sehingga racun dalam tubuh dapat

dengan mudah terurai dan di keluarkan melalui fases dan urin (Kianmehr

et al., 2014).

Terapi pijat merupakan metode praktis yang termasuk dalam terapi

manipulasi pada kondisi tertentu untuk meningkatkan metabolisme tubuh

sehingga mempercepat terjadinya proses pematangan organ. Selain

untuk proses pematangan organ, terapi pijat juga bisa menjadi stimulasi

yang efektif dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi

terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan

anak yang kurang atau tidak mendapatkan stimulasi (Syaukani, 2015).

Terapi pijat pada area dada dan perut akan merangsang nervus

vagus, saraf ini akan meningkatkan kerja dari otot-otot sfinkter dan

mengoptimalkan kerja dari kelenjar di dalam traktus intestinalis, hepar dan

pankreas. Selain itu nervus vagus juga dapat meningkatkan produksi

enzim pencernaan sehingga penyerapan makanan maksimal. Fungsi

lainnya juga dapat memperlancar peredaran darah dan meningkatkan

metabol isme sel. Hal tersebut akan mengurangi teradinya peningkatan


kadar bilirubin pada neonatus, sehingga peredaran enterohepatik bilirubin

berkurang (Roesli, 2013).

Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pijat

bayi berpengaruh menurunkan kadar bilirubin neonatus secara signifikan

pada bayi cukup bulan dan kurang bulan (Moghadam et al., 2015; Dalili et

al., 2016).

Namun, beberapa penelitian tidak mengkonfirmasi efek pijat bayi

pada penurunan kadar bilirubin pada bayi cukup bulan, tetapi hanya dapat

meningkatkan frekuensi buang air besar (Seyyedrasooli et al., 2014;

Keshavarz et al., 2010; Karbandi et al., 2015).

Terlepas dari kenyataan bahwa studi klinis sebelumnya mendukung

penggunaan pijat untuk mengurangi penyakit kuning neonatal, korelasi

yang jelas belum diperiksa secara luas di antara neonatus dengan

hiperbilirubinemia yang menerima fototerapi. Selain itu, di Indonesia masih

kurangnya penelitian terkait pijat bayi dan breastfeeding terhadap

penurunan kadar bilirubin dan penelitian ini masih kontradiksi. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pijat bayi dan

breastfeeding terhadap penurunan kadar billirubin pada neonatus dengan

hiperbilirubinemia.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pijat bayi dan breastfeeding

terhadap penurunan kadar billirubin pada neonatus dengan

hiperbilirubinemia?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pijat bayi terhadap penurunan kadar

billirubin pada neonatus dengan hiperbilirubinemia.

2. Tujuan Khusus

a. Membandingkan perbedaan kadar billirubin neonatus sebelum

dan sesudah intervensi pada kelompok yang diberikan pemijatan

dan breastfeeding.

b. Membandingkan perbedaan kadar billirubin neonatus sebelum

dan sesudah intervensi pada kelompok yang diberikan pemijatan

dan susu formula.

c. Membandingkan perbedaan kadar billirubin neonatus sebelum

dan sesudah intervensi pada kelompok yang hanya diberikan

breastfeeding.

d. Membandingkan perbedaan kadar billirubin neonatus sebelum

dan sesudah intervensi pada kelompok yang hanya diberikan

susu formula.
e. Menganalisis kadar bilirubin neonatus dari keempat kelompok.

D. Manfaat Penelitian

1. Pengembangan ilmu

a. Untuk menambah informasi tentang bagaimana pengaruh pijat

bayi dan breastfeeding terhadap penurunan kadar bilirubin pada

neonatus.

b. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan atau sebagai dasar dan perbandingan

bagi penelitian selanjutnya untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta untuk menambah referensi

khususnya tentang pijat bayi.

2. Praktis

Sebagai bahan informasi mengenai manfaat pijat bayi dan

breastfeeding terhadap penurunan kejadian hiperbilirubinemia.

Anda mungkin juga menyukai