Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) TENTANG

TERAPI BERMAIN MELIPAT KERTAS ORIGAMI


PADA ANAK USIA PA SEKOLAH (4 – 5 TAHUN)

OLEH :

DIAN RESTUTI
20131021

Pembimbing :
Ns. Velga Yazia, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Terapi Bermain Melipat Kertas Origami


Hari/Tanggal : Kamis/ 29 Oktober 2020
Waktu / Jam : 30 menit/ 13.00 – 13.30
Tempat : Siteba
Peserta : Anak Usia Pra Sekoalh ( 4 – 5 tahun)
Penyuluh : Dian Restuti

A. Latar Belakang
Pada usia pra sekolah merupakan usia yang dianggap sangat penting bagi
perkembangan anak. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden
age) karena pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat
besar baik secara fisik, maupun psikis. Pada usia 4-6 tahun merupakan periode sensitif
atau masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak, yaitu suatu periode
dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulus, diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya. Pemberian stimulus merupakan hal yang sangat membantu anak
untuk berkembang. Anak yang terstimulus dengan baik dan sempurna maka tidak
hanya satu perkembangan saja yang akan berkembang, tapi bisa bermacam-macam
aspek perkembangan yang berkembang dengan baik.
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan
sosial (Soetjiningsih, 1998). Permainan dapat mengasah ketrampilan dan kreatifitas
anak agar tidak mengalami hambatan dalam perkembangan. Terapi bermain
merupakan penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip belajar terhadap suatu
kondisi atau tingkah laku yang dianggap menyimpang, dengan tujuan melakukan
perubahan yaitu berarti menghilangkan, mengurangi, meningkatkan, atau
memodifikasi suau kondisi atau tingkah laku yang bermasalah dengan menempatkan
anak dalam situasi bermain. Biasanya ada ruangan khusus yang diatur sedemikian
rupa sehingga anak bisa merasa lebih santai dan dapat mengekspresikan segala
perasaan dan masalahnya dengan bebas.
Melipat kertas (origami) digunakan untuk melatih motorik halus anak karena
kegiatan dalam melipat kertas menuntut gerakan otot-otot jari, pergelangan tangan
yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan, kecepatan, ketepatan telapak dan jari
serta membantu koordinasi mata dan tangan. Pengembangan kemampuan motorik
halus dapat diawali dengan latihan yang paling sederhana, salah satunya dapat melalui
permainan yang memfungsikan tangan dengan mengkoordinasikan gerakan otot-otot
halus dan mata. Antara permainan origami dan seni finger painting sama-sama dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus karena kegiatan ini membutuhkan
koordinasi antara mata dengan tangan dengan cermat untuk menghasilkan sebuah
karya. Origami dapat mengasah kemampuan motorik halus melalui ketrampilan jari-
jemari tangan anak saat melipat kertas. Ketika kedua tangan bergerak, gerakan jari-
jari otot tangan mengirimkan sinyal ke sistem saraf pusat memicu neuron melalui
tangan (impuls motorik halus) mengaktifkan bagian bahasa otak (Shalev, 2005).
Membuat origami membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga saraf otak akan
bekerja dengan baik sehingga akan berdampak positif bagi perkembangan otak anak
usia prasekolah
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan teapi bermain anak diharapkan dapat mengikuti permainan
yang telah diberikan dan dapat menstimulasi perkeabgan anak.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan terapi bermain pada anak diharapkan :
1. Mengembangkan stimulasi dan imajinasi
2. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
3. Mengekspresikan perasaan senangnya terhadap permainan
4. Beradaptasi dengan lingkungan
C. Pelaksanaan Kegiatan
a. Topik
Terapi bermain dengan melipat kertas origami
b. Sasaran
Anak Pra Sekolah (3 – 5 tahun)
c. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Kamis/ 29 Oktober 2020
Jam : 13.00 – 13.30
Tempat : Siteba
d. Media dan alat
1) Kertas origami
2) Lem
e. Metode
Demonstrasi
f. Pelaksana
Dian Restuti
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Setting Tempat

Keterangan:
: Penyuluh : Peserta

I. PROSES KEGIATAN

N Kegiatan
Tahap Waktu
O Penyuluhan Sasaran
1. Pembuka 5menit  Mengucapkan salam  Menjawab salam
an  Memperkenalkan diri Menyimak dan
 Menjelaskan tujuan memperhatikan
 Apersepsi
2. Inti 20  Memberi Menyimak dan

menit reinforcement positif memperhatikan


kepada peserta
 Menjelaskan tata cara
terapi bermain melipat
kertas origami kepada
anak
Bertanya
 Memberikan
kesepatan kepada anak
untuk bertanya jika
belum jelas
 Membagikan kertas Antusias saar
origami yang akan menerima peralatan
dilipat
 Mendemonstrasikan
Memperhatikan
bagaimana cara
melipat kertas origami
 Melipat kertas origami Mengikuti
dengan bentuk
pesawat, kepiting dan
topi
 Mengajarkan langkah
Melipat kertas
– langkah cara melipat
kertas origami
membentuk pesawat
yaitu dengan cara :
1. Menyiapkan
Memperhatikan
selembar kertas
persegi panjang
2. Lipat kertas
menjadi dua
secara vertikal
3. Lipat dua sudut
atas menuju
lipatan tengah
4. Lipat sudut yang
sama sekali lagi
sehingga
tepiannya
bertemu digaris
tengah
5. Lipat bagian atas
sisi kanan dan kiri
ke bawah
sehingga sejajar
dengan bagian
bawah badan
6. Selesaikan sayap
dengan
menggangkat sisi
kanan dan kiri
keatas

 Meminta anak untuk


mengikuti langkah – Melipat kertas
langkah yang
diajarkan
 Memninta anak untuk
melipat kertas origami
sesuai dengan
keinginannya
 Memberikan pujian
terhadap anak yang
mampu melipat kertas
origami hingga selesai

3. Penutup 5 menit  Mengevaluasi kertas Memperhatikan


origami yang dibuat oleh
anak
 Memberikan kesimpulan
dari kegiatan terapi
bermain
 Mengucapkan terima
kasih kepada anak Menjawab salam
 Mengucapkan salam
penutup

F. Kriteria Evaluasi

1.    Evaluasi Struktur


a. Pengaturan tempat yang teratur, berdampingan
b. Suasana yang tenang selama kegiatan terapi bermain melipat kertas origami
c. Tempat dan media terapi bermain dapat digunakan sesuai rencana
d. Audien memperhatikan dan mendengarkan dengan baik
e. Pelaksanaan terapi bermain telah dikonsulkan dengan pembimbing
f. Peran dan tugas mahasisea sesuai rencana
2.    Evaluasi Proses
a. Selama proses berlansung diharapkan anak dapat mengikuti seluruh kegiatan
terapi bermain
b. Selama proses kegiatan diharapak anak dapat berperan aktif
c. Selama kegiatan berlansung diharapkan anak dapat mengajukan pertanyaan
d. Peran perawat pemberi penyuluhan terlaksana sesuai dengan tujuan
e. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
3.    Evaluasi Hasil
a. Diharapkan 90% anak mengetahui apa yang dibuat dari kertas origami
b. Diharapkan 90% anak mampu melipat kertas origami
c. Diharapkan 90% anak mampu membuat bentuk dari kertas origami
4. Hasil yang diperoleh
a. Anak mamapu menyebutkan dan mengetahui apa yang dibuat dari kertas
origami sebanyak 75%
b. Anak mampu melipat kertas origami sebanyak 75%
c. Anak mampu membuat bentuk dari kertas origami sebanyak 75%
Lampiran

MATERI TERAPI BERMAIN MELIPAT KERTAS ORIGAMI

A. Defenisi
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan
berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan
emosinya.
Melipat kertas (origami) digunakan untuk melatih motorik halus anak karena
kegiatan dalam melipat kertas menuntut gerakan otot-otot jari, pergelangan tangan
yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan, kecepatan, ketepatan telapak dan jari
serta membantu koordinasi mata dan tangan. Pengembangan kemampuan motorik
halus dapat diawali dengan latihan yang paling sederhana, salah satunya dapat melalui
permainan yang memfungsikan tangan dengan mengkoordinasikan gerakan otot-otot
halus dan mata. Antara permainan origami dan seni finger painting sama-sama dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus karena kegiatan ini membutuhkan
koordinasi antara mata dengan tangan dengan cermat untuk menghasilkan sebuah
karya. Origami dapat mengasah kemampuan motorik halus melalui ketrampilan jari-
jemari tangan anak saat melipat kertas. Ketika kedua tangan bergerak, gerakan jari-
jari otot tangan mengirimkan sinyal ke sistem saraf pusat memicu neuron melalui
tangan (impuls motorik halus) mengaktifkan bagian bahasa otak (Shalev, 2005).
Membuat origami membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga saraf otak akan
bekerja dengan baik sehingga akan berdampak positif bagi perkembangan otak anak
usia prasekolah
B. Fungsi Bermain
Menurut Wong (1996), fungsi bermain bagi anak meliputi :
1. Perkembangan sensori motorik
Bermain penting untuk mengembangkan otot dan energi. Komponen yang paling
untuk semua umur terutama bayi. Anak mengekslorasi alam sekitarnya :
a. Bayi melalui stimulasi taktil ( sentuhan ), audio, visual.
b. Toddler dan prasekolah ; gerakan tubuh dan eksplorasi lingkungan
c. Sekolah dan remaja : Memodifikasi gerakan tubuh lebih terkoordinasi
dan rumit. Contoh berlari dan bersepeda.
2. Perkembangan Intelektual/ Kognitif
Anak belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar mengenal objek
dan bagaimana menggunakannya. Anak belajar berpikir abstrak dapat
meningkatkan kemampuan bahasa, dapat mengatasi masalah dan menolong anak
membandingkan antara fantasi dan realita.
3. Sosialisasi
Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi anak sehingga
anak cepat mengatasi persoalan yang akan timbul dalam hubungan
sosial. Dengan sosialisasi akan berkembang nilai-nilai normal dan etik.
Anak belajar yang benar dan salah serta bertanggung jawab atas kehendaknya
a. Bayi : perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran orang lain dimana kontak
sosial pertama anak adalah figur ibu.
b. Sampai usia 1 tahun : bayi memeriksa bayi lain, memeriksa objek di
lingkungan.
c. Usia 2–3 tahun : permainan pura-pura dengan ibu dan anak, dokter dan
pasien, penjual dan pembeli. Kemudian meluas teman sementara
dan teman permainannya.
d. Usia prasekolah : sadar akan keberadaan teman sebaya,
mengidentifikasi ciri yang ada pada setiap bermainnya.
e. Usia sekolah : teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar memberi
f. dan menerima, belajar peran benar atau salah, nilai moral dan
etik, mulai memahami tanggung jawab dari tindakannya.
4. Kreativitas
Melalui bermain anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru dalam
bermain. Kalau anak merasa puas dari kreativitas baru, maka anak akan men
cobapada situasi yang lain.
5. Nilai terapeutik
Untuk melepaskan stress dan ketegangan.
6. Kesadaran diri
Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahannya serta tingkah
lakunya.
7. Nilai Moral
Belajar salah/benar dari kultur, rumah, sekolah dan interaksi. Contoh bila ingin
diterima sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode perilaku yang
diterima secara kultur, adil, jujur, kendali diri dan mempertimbangkan
kepentingan orang lain.
C. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan
untuk menjaga kesinambungannya
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan
dirawat dirumah sakit.

D. Jenis Permainan

1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun.
Contoh: petak umpet, dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan
prasekolah. Contoh: menendang bola.
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain
polisi dan penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah
dan remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan.
Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.

G. Klasifikasi Bermain

a. Menurut Isi

a. Social affective play


Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain
terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk
permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa
senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan
lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,
dengan bermain dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air
atau pasir, mengenal rasa, bau.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan
tertentu dan anak melakukan secara berulang-ulang, misalnya
mengendarai sepeda roda tiga.
d. Dramatika play (Role play)
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau
ibu.
2. Menurut Karakteristik Sosial
a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada
beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh
anak balita todler.
b. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak
ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak
todler dan pre school. Contoh : bermain balok.

c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas
yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian
tugas, anak bermain sesukanya, satu sama lain kadang saling
meminjamkan.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi
dan terencana dan ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan
tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah dan adolescent.
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta :EGC

Berhman et al. 2000.Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Vol 3, Editor bahasa Indonesia:A. Samik
Wahab-Ed.15- Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai